OBSERVASI PADA PONDOK
PESANTREN
ASSHIDDIQIYAH PUSAT JAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah PsikologiAgama
Dosen Pembimbing:
Prof. Daud Efenddy
Faisal Rahmat, M. Psi.
Disusun Oleh:
Vanndy Rosa Marini (1113051000025)
Aida Nuraida (11130510000)
M. Fazzlurrahman (11130510000)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji hanya milik Allah yang dengan nikmat-Nya segala bentuk kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada utusan-Nya Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Laporan observasi pada Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang disusun untuk memenuhi tugas Ujian Aengah Semester Mata Kuliah Psikologi Agama ini membahas tentang motivasi beragama dan pengalaman religius para warga pesantren selama berada di lingkungan pesantren tersebut.
Pondok Pesantren menyimpan banyak cerita yang menarik untuk dibahas didalamnya.Ternyata banyak hal baru yang kami temukan disana sehingga menambah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Pondok pesantren tidak hanya terdapat di
kampung-kampung atau desa saja, tetapi juga terdapat di kota metropolitan seperti Jakarta. Tidak sedikit pesantren yang terdapat di Jakarta, dan salah satu nya adalah pesantren
Asshiddiqiyah.
Pesantren ini adalah salah satu pesantren besar di Indonesia. Pesantren ini didirikan pada bulan Rabi'ul Awal 1406 H (1 Juli 1985 M). Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah pertama kali didirikan oleh Dr. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. putra dari salah satu kyai besar Jawa Timur yang berasal dari Banyuwangi yaitu KH. Iskandar, di atas tanah yang diwakafkan oleh H. Abdul Ghoni Dja'ani (Haji Oon), putra dari KH. Abdul Shiddiq di kawasan Kelurahan Kedoya Selatan, Kebon Jeruk yang saat itu
dipenuhi rawa dan sawah. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah saat ini diasuh oleh DR. Kh. Noer Muhammad Iskandar, SQ.
Dalam usianya yang ke-25, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka delapan cabang yang tersebar di beberapa daerah, yaitu:
1. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat, Kebon Jeruk Jakarta Barat 2. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II, Batu Ceper Tangerang Banten 3. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah III, Cilamaya Karawang Jawa Barat 4. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah IV, Serpong Tangerang Banten 5. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah V, Cijeruk Bogor Jawa Barat 6. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah VI, Sukabumi Jawa Barat 7. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah VII, Way Kanan Lampung
Selain memiliki kerangka umum pendidikan formal di satu sisi dan kerangka khusus kurikulum kepesantrenan di sisi lain, sesuai dengan Trilogi Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang menjadi tujuan dasar berdiri, yaitu:
1. Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta membangun Iman dan Taqwa secara lebih mendalam.
2. Berakhlakul karimah, sebagai dasar dari perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air.
3. Menguasai bahasa asing, dalam hal ini yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris seiring perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan sokoguru daripada dasar pendidikan islam.
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah menanamkan prinsip dasar dalam pendidikan yaitu: “Melestarikan kebiasaan/hal-hal yang baik yang telah dilakukan sejak dahulu (pembelajaran buku-buku serta metode klasik), serta melakukan kebiasaan / hal-hal terbaru yang dilakukan orang pada masa kini yang lebih baik.”
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah menyelenggarakan pendidikan formal yang telah terakreditasi dengan baik, seperti:
1. MI/Madrasah Ibtidaiyah, pendidikan formal keagamaan setingkat Sekolah Dasar.
2. MTs/Madrasah Tsanawiyah, pendidikan formal keagamaan setingkat Sekolah Menengah Pertama.
3. SMP Islam/Sekolah Menengah Pertama Islam.
4. MA/Madrasah Aliyah, pendidikan formal keagamaan setingkat Sekolah Menengah Atas.
5. SMA Islam/Sekolah Menengah Atas Islam. 6. SMK Islam/Sekolah Menengah Kejuruan Islam 7. Daarul Aytam, sekolah untuk para anak yatim
8. Ma’had Aly (D3) dengan jurusan Syariah Prodi Fiqh & Ushul Fiqh
B. Rumusan Masalah
3. Apa motivasi santri dalam menuntut ilmu di pesantren?
4. Apa saja pengalaman religius yang didapat selama belajar di pesantren?
C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengenal dunia pesantren lebih dalam beserta seluk beluknya, 2. Untuk mengetahui kondisi kejiwaan para santri, pengajar serta wali asuh,
3. Untuk mengetahui berbagai macam pengalaman hidup, pengalaman bersosialisasi, dan pengalaman beragama para santri dan wali asuh,
4. Mengambil pelajaran dan nilai-nilai baik dari pesantren untuk diaplikasikan ke dunia luar pesantren.
D. Manfaat Observasi
1. Memperkaya pengetahuan agama islam lewat kacamata dunia pesantren, 2. Menjalin silaturahim dan ukhuwah diantara kalangan pesantren dengan para
mahasiswa,
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Motivasi Beragama
Dalam kajian psikologi umum dikenal istilah motivasi. Apakah yang dimaksud motivasi itu? Secara umum motivasi diartikan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam psikologi istilah motif dan motivasi sering menimbulkan persepsi yang berbeda sehingga menimbulkan perbedaan pemahaman. Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.
Menurut Bimo Walgito, motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.
Sedangkan agama sendiri menurut Syekh Mahmud Shalthut adalah pranata Ketuhanan, sehingga beragama berarti menerima pranata Ketuhanan yakni mengakui atau meyakini adanya Tuhan.
Selanjutnya menurut Joachim Wach, beragama adalah respons terhadap sesuatu yang diyakini sebagai realitas mutlak yang kemudian diungkapkan dalam bentuk pemikiran, perbuatan dan komunitas kelompok.
Dengan demikian motivasi beragam dapat diartikan sebagai kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk merespons pranata Ketuhanan, sehingga seseorang tersebut mampu mengungkapkan dalam bentuk pemikiran, perbuatan, dan komunitas kelompok.
Motivasi beragama bisa didapatkan seseorang dari dirinya sendiri tanpa ada rangsangan dari luar yang disebut dengan motivasi intrinsik, atau motivasi yang datang karena adanya pengaruh diluar diri seseorang tersebut seperti keturunan atau lingkungan tempat tinggalnya biasa disebut motivasi ekstrinsik.
B. Pengalaman Religius
Pengalaman Religius adalah macam-macam kejadian atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat dari seseorang ketika ia memeluk agama dan ketika menjalankan ritual atau ibadah dari agamanya.
Pengalaman religius manusia didapatkan melalui kesadaran manusia akan fitrahnya saat dilahirkan. Pengalaman religius ini kemudian diaplikasikan kedalam perilaku sembahyang atau ibadah yang dianggap bisa menyelamatkan hidup manusia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian untuk melakukan observasi lapangan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah adalah dengan metode kualitatif, yaitu pendekatan dalam melakukan penelitian yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Menurut kami selaku peneliti, pendekatan kualitatif sangatlah tepat digunakan dalam penelitian pesantren ini, karena jawaban yang kami dapatkan dari kualitatif ini lebih rinci dan dapat dinilai lebih obyektif dan narasumber merasa tidak dibatasi dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif yang memakai kuisioner. Jadi di dalam metode ini narasumber bebas menyampaikan pendapatnya.
B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi
Kami tiba di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah pada jam 5 sore, setelah mengutarakan maksut dan tujuan observasi kepada salah seorang ustadz bagian kesiswaan yang dimana beliau menyambut kami dengan sangat hangat. Kami diserahkan kepada wali asuh yang akan mendampingi kami selama di pesantren.
Observasi dimulai setelah kami melakukan penyesuaian dengan kegiatan para wali asuh dan mahasiswa ma’had aly, yaitu mengaji kitab salaf. Setelah kami
mengetahui kegiatan para santri dan dapat memperkirakan kondisi psikisnya, maka kami menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk mewawancarai salah satu santri.
Didalam proses pendidikan para pengurus santri terlihat tegas. Seperti saat kegiatan conversation selesai shalat subuh, terlihat ketegasan pengurus saat mereka melihat santri yang tidur saat belajar mereka lekas membangunkannya, dan setiap ada yang lupa membawa buku pelajarannya mereka segera menindak tegas dengan memberi hukuman.
Selama di pondok pesantren kegiatan-kegiatan yang kami lihat di pondok pesantren Asshiddiqiyah tersebut, seperti solat maghrib berjamaah, setelah itu membaca surat Yasin bersama-sama sebari menunggu waktu isya tiba, setelah shalat isya ada kegiatan lagi yaitu tafsir, barulah setelah itu mereka dibebaskan untuk beristirahat.
Setelah shalat isya kami dan para santri bersama-sama makan malam. Terlihat sekali kebersamaan mereka pada saat makan malam. Setelah makan malam kami memanfaatkan waktu itu untuk kegiatan wawancara penelitian kami. Para santri dan penguruspun ikut serta membantu kami untuk mencarikan narasumber untuk kami wawancarai. Kami melakukan wawancara tersebut selama 1 jam. Yang menjadi narasumber pertama kami adalah seorang santri akhwat yang juga menjabat sebagai ketua OSPA (Organisasi Santri Pesantren Asshiddiqiyah) yang menghampiri kami karena telah diberi info oleh wali asuh yang menjadi guide kami selama berada di lingkungan pesantren.
Setelah itu kami diantar para santri untuk beristirahat. Pada pukul 03.00 kami dibangunkan oleh para santri untuk shalat tahajud dan dilanjutkan dengan istighosah. setelah shalat subuh kegiata
2. Metode Wawancara
Kami menggunakan draft pertanyaan non terstruktur, dyang artindya tidak kami list terlebih dahulu, tetapi terlontar secara spontan ketika hendak mewawancarai narasumber Kami menggunakan non terstruktur agar wawancara yang dilakukan dapat dirasanyaman oleh narasumber.
Ada pula pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan kepada narasumber sebgai berikut:
2. Apa alasan masuk pesantren?
3. Hal apa saja yang telah anda dapatkan selama belajar di Pesantren? 4. Selama pesantren pernahkah anda sedih karena rindu orang tua, dll? 5. Bagaimana harapan anda setelah keluar dari pesantren nanti? 6. Kenakalan apa saja yang pernah dilakukan ?
3. Alat Bantu Penelitian
a. Kamera DSLR (Untuk dokumentasi foto dan video)
b. Handphone (digunakan untuk merekam percakapan didalam wawancara dan dokumentasi foto)
c. Alat Tulis Menulis (Digunakan untuk mencatat poin-poin penting percakapan yang ada di dalam kegiatan wawancara)
4. Prosedur Penelitian a. Tahapan Persiapan
1) Meminta surat perizinan observasi kepada bagian Tata Usaha Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
2) Mempersiapkan sarana dan prasaran penunjang observasi,
3) Mempersiapkan bingkisan untuk Ustadz pengurus dan Wali Asuh
4) Menyesuaikan diri dengan kegiatan santri sebelum melakukan observasi.
b. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan observasi dimulai pada hari senin 8 juni 2014 pukul 17.00 sampai hari selasa 9 juni 2014 pukul 13.00 dengan total 7 narasumber:
1) Senin, 8 Juni 2014 pukul 20.30
Narasumber 1 : Kharisma (Ketua OSPA) Kelas 3 Aliyah
3) Senin, 8 Juni 2014 pukul 21.00 Narasumber 3 : Taufik / Kelas 1 SMP
4) Senin, 8 Juni 2014 pukul 21.00 Narasumber 4 : Ibnu / Kelas 2 SMP
5) Selasa, 9 Juni 2014 pukul 09.00
Narasumber 6 : Faul Ilmi / Kelas 2 SMP
6) Selasa, 9 Juni 2014 pukul 09.00
Narasumber 7 : Mardiana Putri / Kelas 2 SMP
7) Selasa, 9 Juni 2014 pukul 10.30
BAB IV
HASIL OBSERVASI
A. Hasil Obervasi dan Wawancara
1. Atas kemauan siapa anda masuk pesantren?
Taufik: Masuk pesantren atas kemauan sendiri. Ibnu: Kemauan orang tua dan sendiri.
Faul Ilmi: Atas kemauan sendiri.
Mardiana: Di suruh orangtua, padahal mau nya di luar. Diza: Masuk pesantren atas kemauan sendiri.
Kharisma: Karena dorongan dari orangtua dan kemauan diri sendiri.
2. Apa alasan masuk pesantren?
Taufik: Karena ingin menjadi orang yang lebih baik dari dari sebelumnya. Ibnu: Karena dipaksa orang tua tapi diri sendiri juga sedikit ada niatnya. Faul Ilmi: Karena ingin merasa hidup mandiri dan disiplin.
Mardiana: Karena kakak-kakak saya alumni pesantren Asshiddiqiyah, jadi orangtua nyuruhnya di sini.
Diza: Karena ingin menuntut ilmu agama lebih baik lagi, ditambah jarak pesantren dengan rumah tidak begitu jauh.
Kharisma: Memang saya mau hidup mandiri dan menuntut ilmu agama lagi.
3. Selama dipesantren hal nakal apa yang pernah dilakukan?
Taufik: Meminjam sendal orang tanpa dikembalikan
Ibnu: Mencuri sendal orang karena sendalnya sendiri dicuri orang. Faul Ilmi: suka males belajar kalau hafalan banyak.
Mardiana: suka males belajar kalau hafalan banyak. Diza: Alhamdulillah tidak pernah.
4. Hal apa saja yang telah anda dapatkan selama belajar di Pesantren?
Taufik: Banyak sekali Ibnu: Banyak sekali
Faul Ilmi: Banyak sekali, jadi bisa baca Al-Qur’an dengan baik, tau hukum ibadah serta praktik-praktik ibadah lainnya.
Mardiana: Jadi punya banyak keluarga disini, dan menemukan ustad ustadzah yang baik pula, walaupun ada yang galak.
Diza: Yang tadinya nggak bisa baca kitab gundul jadi bisa, yang tadinya saya tidak bisa pidato bahasa Inggris, Indonesia, dan Arab, sekarang jadi bisa. Kharisma: Jadi nambah banyak ilmu agama, nambah temen, dan nambah pengalaman saya dalam mengurusi organisasi.
5. Selama pesantren pernahkah anda sedih saat sedang beribadah atau karena rindu orangtua atau karena kesalahan-kesalahan anda?
Taufik: Pernah sedih saat solat tahajud karena ingat dosa dosa yang telah diperbuat, sedih pula ketika ingat orang tua
Ibnu: Nangis ketika solat tahajud karena inget orang tua dan ingat dosa Faul Ilmi: Pernah
Mardiana: Pernah
Diza: Pernah tapi yang namanya nuntut ilmu jadi harus tegar. Kharisma: Pernah tapi yang namanya nuntut ilmu jadi harus tegar.
6. Bagaimana harapan anda setelah keluar dari pesantren nanti?
Taufik : Bisa menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, dan bisa melupakan masa lalau yang kelam saat SD.
Ibnu : Bisa membahagiakan orang tua dan menjadi orang baik dimata dunia Faul Ilmi: saya harap saya bisa meneruskan menjadi guru ataupun ustadzah Mardiana: saya ingin menjadi pengusaha sukses dengan mendapatkan keberkahan disini.
Diza: saya harap saya bisa membaca kitab gundul dengan lancar
BAB IV
HASIL OBSERVASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dengan menggunakan metode kualitatif ini dapat disimpulkan bahwa, beberapa para santri menempuh pendidikannya tidak semata-mata karena kemauan sendiri, tetapi ada juga karena kemauan orangtua. Walaupun semua itu bukan sepenuhnya kemauan santri tersebut, akan tetapi setelah mereka menjalani kegiatan belajar di pesantren, ternyata tidak ada kata penyesalan yang terlontar dari pendapat para santri yang kami wawancarai. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menyesal karena kenapa tidak dari dulu mereka menuntut ilmu di pesantren. Dengan begitu banyak sekali manfaat yang didapatkan. Diantaranya adalah, mereka lebih mendalami pemahaman tentang agama/ibadah, ibadah mereka lebih disiplin disana karena terus di gembleng oleh para ustad dan ustadzah, mereka mempunyai keluarga baru dari berbagai macam daerah, mereka bisa belajar hidup mandiri, dan merka pun
mempunyai aqidah yang mantap di pesantren.
Kegiatan yang diadakan di pesantren pun beragam, dari pagi mereka sekolah, salat wajib berjamaah, mengaji kitab gundul dan mendengarkan ceramah, salat tahajud, dll. Bahkan disana juga tidak kalah dengan sekolah-sekolah umum. Di Asshiddiqiyah juga terdapat OSIS yang disebut OSPA (Organisasi Santri Pesantren Asshiddiqiyah). Kegiatan OSPA pun beragam, mulai dari volley, basket, futsal, english club, dance, speech, dll. Kehidupan mereka disana sangat mandiri dan tertata dengan baik.
B. Saran