• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gabungan Mutu Pelayanan Kebidanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gabungan Mutu Pelayanan Kebidanan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Program Menjaga Mutu

Agar pelaksanaan program menjaga mutu dapat mencapai hasil yang optimal maka diperlukan rencana kerja secara tertulis, yang terdiri dari :

1) Maksud, filosofi dan tujuan program

Penjelasan secara tertulis tentang maksud dan tujuan yang akan dicapai program dalam upaya menjaga mutu, serta rumusan filosofi yang menjelaskan pentingnya pengembangan program tersebut bagi profesi keperawatan baik sebagai individu maupun kelompok dalam kaitannya dengan penerapan standar dan penilaian pelayanan serta asuhan keperawatan.

2) Ruang lingkup program, adalah merupakan penjelasan tentang lingkup kegiatan baik wilayah kerja maupun jenis layanan yang akan dilaksanakan.

3) Kewenangan dan tanggung jawab; penjelasan tentang kewenangan dan tanggung jawab dari panitia menjaga mutu.

4) Organisasi program; penjelasan tentang susunan anggota panitia pelaksana dan tatakerjanya. 5) Metoda pelaporan dan mekanisme umpan balik; penjelasan tentang metoda dan prosedur pelaporan dengan format yang, dirancang sesuai kebutuhan, serta hasil studi hendaknya dikomunikasikan kepada pihak yang terkait untuk tindakan perbaikan.

6) Biaya; pelaksanaan program diperlukan biaya, oleh karena itu perlu adanya perencanaan biaya baik jumlah maupun sumbernya.

7) Kerahasiaan; semua data/informasi yang dikumpulkan dan dihasilkan, serta notulen rapat harus dijaga kerahasiaannya oleh panitia menjaga mutu, demikian juga individu yang terlibat dalam kegiatan program tersebut sebaiknya tidak mencantumkan nama tetapi memakai kode tertentu.

Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu: a. Judul rencana kerja (topic)

b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement) c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target)

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)

(2)

f. Biaya yang diperlukan (budget)

g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)

Perencanaan Mutu Pelayanan kebidanan 1. Man ( Sumber Daya Manusia )

Seorang bidan amat sangat melekat hubungannya dan bisa di sebut pemeran utama dalam melakukan pelayanan di BPM dimana tempat Ia bekerja , seorang bidan harus memberikan pelayanan yang baik untuk klien . Sebab bidan adalah sebagai pelaksana pencapaian tujuan seorang bidan dalam perencanannya di ukur dengan bagaimana cara bidan melaksanakan

tugasnya dengan baik dan tidak merugikan orang lain (klien). Sebab di zaman sekarang teknologi pun sudah sangat canggih , alat-alat kebidanan sudah seperti teknologi telemedicine .

2. Money ( Uang )

Uang sangat berperan penting dalam hal pelayanan karena untuk membeli alat-alat praktek bidan itu tidak sedikit agar dapat tercapainya pelayanan yang baik untuk mengurangi AKI dan AKB

3. Material ( Bahan Dan Alat )

(3)

4. Machine ( Mesin )

Sebelum bidan membuka praktek untuk melayani setiap klien yang datang Ia pun harus membuat perencanaan terlebih dahulu pelayanan apa saja yang bisa dia lakukan dan sesuai dengan wewenang seorang bidan seperti memeriksa djj bayi dengan alat yang lebih canggih yaitu Doppler itu pun salah satu alat berbasis telemedicine karena sudah canggih untuk bidan gunakan sebagai alat pemeriksaan DJJ (detak jantung janin) .

5. Methode ( Metode)

Seorang bidan harus memiliki metode cerdas dalam melakukan pelayanannya agar dapat membantu seorang klien , seorang bidan harus update dalam hal profesinya dengan

memanfaatkan internet sebagai salah satu penuntunnya .

6. Market ( Pasar)

(4)

melakukan pelayanan seorang bidan agar klien tidak kapok saat di periksa di BPM bidan tersebut , sebisa mungkin bidan harus memberikan kenyamanan kepada pasien dan bidan tidak boleh memilih-milih pasien yang datang .

Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.

Perencanaan Dalam Pelayanan Kebidanan Adalah suatu proses mempersiapkan secara sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu .

Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui si-a-bi-di-ba · Si ( siapa yg akan membuatnya )

· A ( apa yg hrs direncanakan ) · Bi ( bila dilaksanakan ) · Di ( dimana tpt pelaksanaan ) · Ba ( bagai mana hasilnya )

Pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaiaan terhadap sumber, tatacara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. (Dr. Suparyanto, 2009).

2.3. Unsur Pokok Perencanaan Dalan Manajemen Pelayanan Kebidanan

Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:

1. Input

Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan

kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan , bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

(5)

pelayanan sehingga ini akan membuat kualitasnya berkurang atau meningkat. (Donabedian, 1980).

2. Proses

Beberapa pengertian tentang proses :

 Proses adalah Interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/ masyarakat) (Depkes RI, 2001).”

 Proses adalah Suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien”. (Donabedian, 1980).

 Proses adalah Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien”.

 Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan mengubah input menjadi output.

Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien /

masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien.

Penilaian terhadap proses adalah evaluasi terhadap dokter dan profesi kesehatan dalam me-manage pasien. Kriteria umum yang digunakan adalah derajat dimana pengelolaan pasien, konform dengan standar-standar dan harapan-harapan masing-masing proses.

Sebagai contoh adalah tindakan yang dilakukan saat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut adalah tindakn medis dan tindakan non medis

3. Output

Output Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan. Penampilan dapat di bedakan atas dua macam :

a. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan. b. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.

Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

(6)

DAFTAR PUSAKA DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar. 1993. Standar dalam Program Menjaga Mutu. Jakarta: MKMI. Azrul Azwar. 1993. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan. Jakarta: MKMI. Departemen Kesehatan RI. 1992. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes. Dep. Kes. RI. 1982. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes

Dep. Kes. RI. 1992. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan. Jakarta: Depkes.

Samsi Jacobalis. 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: PT Citra Windu Satria.

PERTANYAAN

1. Sebutkan 4 unsur rencana perencanaan mutu pelayanan kebidanan ? 2. Sebutkan 3 jenis perencanaan mutu pelayanan kebidanan ?

(7)

4. Sebutkan unsur pokok dalam perencanaan manajemen pelayanan kebidanan ?

5. Apa yang harus diketahui untuk membuat perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan ?

6. Kenapa uang sangat penting dalam perencanaan mutu pelayanan kebidanan ?

7. Input (struktur) adalah sumber daya yang diperlukan untuk melakukan perencanaan pelayanan kebidanan, sebutkan 5 yang termasuk input ?

8. Perencanaan mutu pelayanan kebidanan terdiri dari Market/pemasaran, jelaskan maksud dari Market/pemasaran ?

9. Jelaskan hubungan antara struktur dan kualitas perencanaan pelayanan kebidanan? 10. Sasaran market (pemasaran) dalam pelayanan ditunjukan untuk ?

Pelaksanaan Dalam Mutu Pelayanan kebidanan

1. Pengertian

1. Manajemen

(8)

Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.

Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu.

Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.

Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

2. Manajer

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. [2]

3. Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pertolongan yang dilakukan seseorang yang berprofesi sebagai bidan secara sistematis untuk membantu menyelesaikan persoalan kesehatan seorang pasien dengan tepat. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997) [3]

2.2 Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak. [5]

Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi:

a) Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.

(9)

c) Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

A. Standar Pelayanan Kebidanan

Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar) 2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar) 3. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar) 4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

24 STANDAR ASUHAN KEBIDANAN 1. STANDAR PELAYANAN UMUM

STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT

Tujuan:

1. Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

2. Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.

3. Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.

4. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai dengan kebutuhan

STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tujuan:

(10)

2. Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian

pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.

3. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik. 4. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.

5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelayanan kebidanan.

6. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu dan bayi.

7. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.

8. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan setempat.

9. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.

10. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas. 11. Pemerataan ibu hamil.

12. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

13. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari hasil kerjanya.

14. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan. 15. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan

paraf

1. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

(11)

1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur

2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil

3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu 4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan

memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur

5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk

menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat

STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL

Tujuaanya :

1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan 2. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi

anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal

3. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas

4. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan

5. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan komplikasi kehamilan

6. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

7. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan

8. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan kehamilan (kartu ibu )

9. Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

(12)

Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin

1. Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu

1. Hasilnya :

Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik

Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan

Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan

1. Persyaratannya :

a. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar b. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik c. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat d. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan

e. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan f. Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal

STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN 1. Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

1. Pernyataan standar :

Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan 1. Bidan mampu :

(13)

e. Obat anti malaria (di daerah endemis malaria ) f. Obat cacing

g. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu h. Proses yang harus dilakukan bidan :

Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

1. Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan

1. Pernyataan standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

1. Hasilnya:

Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi

1. Persyaratannya :

Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah

1. Bidan mampu :

Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN

(14)

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik

1. Prasyarat:

a. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan

b. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit

c. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih

d. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia

e. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril

f. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin

g. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf

h. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan

1. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN

STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU 1. Tujuan :

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

1. Pernyataan standar:

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung

1. Hasilnya :

a. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia diperlukan

b. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

(15)

STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN 1. Tujuan :

Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

1. Pernyataan standar :

Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

1. Persyaratan:

a. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah

b. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman

c. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan steril d. Perlengkapan alat yang cukup

STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

1. Tujuan :

Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk

mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

1. Pernyataan standar :

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

STANDAR 12 : PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN MELALUI EPISIOTOMY

1. Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

(16)

Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum

1. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS

STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

1. Tujuan :

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi

1. Pernyataan standar:

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia

STANDAR 14: PENANGANAN PADA 2 JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN 1. Tujuan :

Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, memulai pemberian IMD

1. Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan

STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA NIFAS 1. Tujuan :

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif

(17)

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB

1. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

STANDAR 16: PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN PADA TRIMESTER III

1. Tujuan :

Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3 kehamilan 1. Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya

STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWATAN DAN EKLAMSI 1. Tujuan :

Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi

1. Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

STANDAR 18: PENANGANAN KEGAWATDARURATANAN PADA PARTUS LAMA 1. Tujuan : mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan

(18)

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya

STANDAR 19: PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN VACUM EKSTRATOR 1. Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan

vakum ekstraktor 2. Pernyataan standar :

Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya

STANDAR 20: PENANGAN RETENSIO PLASENTA

1. Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total / parsial

2. Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan

STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER

1. Tujuan : mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri

2. Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk

(19)

STANDAR 22: PENANGANAN PERDARAHANPOST PARTUM SEKUNDER

1. Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu

2. Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya

STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

1. Tujuan : mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat 2. Pernyataan standar:

Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya

STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM

1. Tujuan : mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum

2. Pernyataan standar:

(20)

BAB III KESIMPULAN

1. Manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

2. Manajemen kebidanan adalah proses pertolongan yang dilakukan seseorang yang berprofesi sebagai bidan secara sistematis untuk membantu menyelesaikan persoalan kesehatan seorang pasien dengan tepat.

a. Ada delapan standar pelayanan kebidanan: b. Standar I (Falsafah dan Tujuan)

c. Standar II (Administrasi dan Pengelolaan) d. Standar III (Staf dan Pimpinan)

e. Standar IV (Fasilitas dan Peralatan) f. Standar V (Kebajaksanaan dan Prosdur)

g. Standar VI (Pengembangan Staf dan Program Pendidikan) h. Standar VII (Standar Asuhan)

i. VIII (Evaluasi dan Pengendalian Mutu)

3. Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).

(21)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/4994224/pengertian-manajemen http://www.ilmumanajemen.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=125:pmanjer&catid=59:berita&Itemid=53 http://brilianaputrimawaddah.blogspot.com/2010/10/manajemen-kebidanan.html

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komusitas. Jakrata: EGC

(22)

Pertanyaan

1. Jelaskan secara singkat pengertian manajemen kebidanan! 2. Jelaskan secara singkat pengertian dari pelayanan kebidanan! 3. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kebidanan primer? 4. Pelayanan yang merupakan pengalihan tanggung jawab disebut? 5. Jelaskan pengertian manajemen secara umum?

6. Sebutkan 3 jenis pelayanan kebidanan!

7. Sebutkan 3 tujuan palpasi abdominal dalam standar pelayanan kebidanan 5! 8. Jelaskan tujuan dari standar pelayanan kebidanan persiapan kehidupan sehat! 9. Sebutkan ruang lingkup standar pelayanan kebidanan!

(23)

PERBAIKAN

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggan dan harapannya

Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.

2. Perbaikan kinerja

Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.

3. Proses perbaikan

Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidak puasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan. 4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus

Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan mencakup : 1. Penataan organisasi

(24)

2. Regulasi peraturan perundangan

Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah ada dan diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di atas. 3. Pemantapan jejaring

Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.

4. Standarisasi

Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar tenaga baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode, pencatatan dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus distandarisasi. 5. Pengembangan sumber daya manusia

Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, yang kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik perubahan secara lokal maupun global.

6. Quality Assurance

Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan diikuti oleh perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan untuk mencapai peningkatan mutu pelayanan. Data dan informasi yang diperoleh dianalysis dengan cermat ( root cause analysis ) dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan tindakan perbaikan yang tepat dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Semuanya ini dilakukan dengan pendekatan “tailor’s model“ dan Plan- Do- Control-Action (PDCA).

7. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(25)

8. Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi

Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai dengan standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.

9. Peningkatan kontrol sosial

Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu pelayanan.

SISTEM DAN MEKANISME PENINGKATAN MUTU PELAYANAN TERUS-MENERUS Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut:

1. Visi manajemen dan komitmen

Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan. 2. Tanggung jawab

Agar setiap orang beranggung jawab, maka perlu standar yang kuat. 3. Pengukuran umpan balik

Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi yang cukup.

4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan

Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.

5. Komunikasi

Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas. Jika tidak ada informasi, maka petugas atau staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.

6. Pengembangan staf dan pelatihan

Pengembangan staf dan pelatihan berhubengan dengan pengembangan sumber daya yang dapt mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan.

7. Keterlibatan tim kesehatan

(26)

8. Penghargaan dan pengakuan

Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf

Staf yang terlibat adalah yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab. 10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan

Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.

MEKANISME PENINGKATAN MUTU PELAYANAN MENURUT TRILOGI JURAN

1. Quality Planning

a. Menentukan pelanggaran

b. Menentukan kebutuhan pelanggaran

c. Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan

d. Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran produk

e. Mentransfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan. 2. Quality Control

a. Mengevaluasi kinerja produk saat ini

b. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk c. Melaksanakan/memperbaiki perbedaan

3. Quality Improvement

a. Mengembangkan invrastruktur

b. Mengidentivikasi proyek peningkatan mutu c. Memebentuk tim mutu

(27)

PERTANYAAN

1. Jelaska secara singkat apa yang dimaksud dengan siklus PDCA ? 2. Siklus PDCA dipopulerkan oleh ?

3. Jelaskan secara singkat perbedaan PDCA dan PDSA ? 4. Sebutkan kepanjangan dari TQM?

5. Sebutkan 5 pilar utama dalam mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus? 6. Sebutkan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan?

7. Sebutkan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ?

8. Salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan adalah dengan menerapkan standarisasi. Sebutkan standar apasaja yang diperlukan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan ? 9. Outcome dari upaya peningkatan mutu layanan kesehatan yaitu ?

(28)

WAWANCARA

1. Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu dengan individu lain (komunikan).

Wawancara dilakukan melalui

1. Wawancara terhadap petugas kesehatan 2. Wawancara terhadap pasien

TUJUAN WAWANCARA

1. Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju

Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.

2. Menciptakan hubungan personal yang baik

Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.

3. Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu

Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban panjang ataupun berupa uraian.

4. Memberi nasihat

Didalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada klien/keluarga/masyarakat.

Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai berikut:

1. Komunikator 2. Masalah

3. Saluran ( sarana atau alat )

(29)

5. Tempat

Instrumen penilaian mutu dengan wawancara dapat berupa kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik. metode yang digunakan adalah

1. Audit pengawasan yang dilakukan terhadap masukan proses lingkungan dan keluaran apa yang dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan

2. Riview penilaian terhadap pelayanan yang diberikan penggunakaan sumberdaya pelaporan kejadian atau laporan kecelakaan yang terdapat pada catatan

3. Survey dapat dilakukan melalui kuisioner atau interview, contoh survey yaitu tentang kepuasan pasien.

Penilaian mutu dengan wawancara dengan spesifik digunakan pada :

1. Saat tim penjaga mutu melakukan paligasi terhadap pengumpulan data yang bertujuan untuk mengatasi masalah mutu

2. Menilai alasan yang digunakan untuk melakukan tindakan

3. Menilai kemampuan terhadap perkembangan kasus pada mutu pelayanan kesehatan

TEKNIK WAWANCARA

1. Inisiatif

Diberikan inisiatif kepada klien dengan cara:

a. Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan masalahnya.

b. Mengemukakan pendapatnya.

c. Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.

(30)

Kita hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada masalahnya. Umpamakanlah sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah setelah kita melihat lingkaran tersebut.

3. Pertanyaan terbuka

4. Penggunaan aktivitas verbal

Dengan penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta dengan diselingi beberapa pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.

5. Wawancara spontan

Dengan suasanan kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara santai atau rileks dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang sederhana.

6. Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara

Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu klien bicara.

Di dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:

1. Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah). Dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah.

2. Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.

(31)

a. Mata (penglihatan)

b. Telinga

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA

Pada waktu kita wawancara, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

1. Faktor penunjang

Dilihat dari klien

Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan bersedia dibantu.

Dilihat dari pewawancara

Berhasil tidaknya ditentukan oleh si pewawancara, maka yang dibutuhkan adalah:

Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat menggali seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan dan mengambil inti pembicaraan dan cepat tanggap terhadap reaksi klien baik verbal maupun nonverbal.

Sikap pewawancara. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga, diharapkan pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling percaya. Sikap pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah hati tetapi tegas.

(32)

Sistem sosial. Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan atau adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai, menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, mengenal kebiasaan dan daerah klien.

2. Faktor penghambat

Faktor-faktor yang menghambat jalannya wawancara adalah:

a. Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga tidak dapat menangkap pembicaraan.

b. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap klien/keluarga/masyarakat.

c. Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh klien.

Menurut Amiruddin (2007) dalam melakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :

a. Struktur

Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen,

keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.

Struktur = input

Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :

o Jumlah, besarnya input o Mutu struktur atau mutu input

o Besarnya anggaran atau biaya

(33)

b. Proses

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga

kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien

Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan

penanganan kasus.

Baik tidaknya proses dapat diukur dari :

o Relevan tidaknya proses itu bagi klien o Fleksibilitas dan efektifitas

o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya

o Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

c. Outcomes

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional

terhadap klien

Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun

negatif.

Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur

tertentu.

Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

Kelebihan wawancara

1. Flexibility : pewawancara dapat mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi saat itu.

(34)

4. Time of interview : pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relative pasti.

Kelemahan Wawancara

1. Proses wawancara membutuhkan biaya dan waktu

(35)

Pertanyaan :

1. Apa yang dimaksud dengan Wawancara ?

2. Sebutkan komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara ? 3. Sebutkan metode yang digunakan dalam instrument penilaian mutu ? 4. Sebutkan 3 faktor dalam proses wawancara ?

5. Sebutkan kelebihan dalam wawancara ? 6. Sebutkan 3 pendekatan penilaian mutu ? 7. Sebutkan tujuan dalam wawancara ?

8. Wawancara dengan spesifik pada penilain mutu digunakan pada ? 9. Sebutkan Kelemahan dalam wawancara ?

(36)

PENDOKUMENTASIAN

PELAYANAN KEBIDANAN

A. PENGERTIAN

Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

Umumnya catatan pasien berisi informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan, respon pasien terhadap asuhan keperawatan atau kebidanan yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk interfensi lanjutan.

B. TUJUAN DOKUMENTASI 1. Sebagai sarana komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk : a) Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim

kesehatan.

b) Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien

c) Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya. 2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan/ kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

(37)

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis. 4. Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.

5. Sebagai sumber data penelitian

Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis.

6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan/ kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulaitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan.

7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan

Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan/kebidanan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan kebidanan.

C. PRINSIP – PRINSIP PENCATATAN / DOKKUMENTASI a) Isi pencatatan

1. Mengandung nilai administratif 2. Mengandung nilai hukum 3. Mengandung nilai keuangan 4. Mengandung nilai riset 5. Mengandung nilai edukasi b) Teknik pencatatan

1. Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan perawata/bidan 2. Mudah dibaca, sebaiknya menbggunakan tinta warna biru / hitam

(38)

4. Ringkas, singkatan yang biasanya digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai. 5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.

6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus” . validitas pemcatatan akan rusak jika ada penghapusan.

7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan

8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.

D. POLA PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN

Sistem pendokumentasian keenidanan dengan pengumpulan data rekam medik a) Rekam Medik

Rekam medis disini diartikan sebagai keterangan baik tertulis maupun terekam tentang identitas anamnesa, penetuan fisik laboratoruim, diagnosa segala kebidanan dan rindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan darurat kalau diartikan secara sederhana rekam medis seakan hanya merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih luas tidak hanya catatan biasa, akan tetapi sudah merupakan segala informasi yang menyangkut tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya,yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit.

Tujuan dan kegunaan rekam medis terdapat 2 pengertian :

1. Tujuan Rekam Medis

Adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit, tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah salit akan berhasil sebagaimana diharapkan.

2. Kegunaan rekam medis

(39)

 Aspek hukum

Kegiatan dalam pengolahan data ini adalah :  Coding

Membuat kode atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang ada, berdasarkan pengelompokan penyakit yang di tuangkan dalam bentuk kode.

 Indexing

Pembuatan indexs diantaranya indexs rawat jalan, inap, bedah penyakit, semua ini dipersiapkan untuk membuat laporan statistik rumah sakit.

4. Penyimpanan rekam medic Terdapat dua cara penyimpanan :

 Sentralisasi

Penyimpanan rekam medik seorang pasien dalam satu kesatuan catatan medik.  Desentralisasi

Penyimpanan dengan cara pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan pasien dirawat.

E. POLA PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN SOAP

1. Pengertian

SOAP  Catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.

2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP a) S = Subjective Data = Data Subjektif

(40)

Menggambarka pendokumentasian dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dala fokus untuk mendukung Assesment.

c) A = Assesment = Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S dan O

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dari interpretasi data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi.

d) P = Perencanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan asuhan secara menyeluruh dalam melaksanakannya secara efisien serta mengevaluasi efektivitas asuhan yang diberikan.

SOAPIER

1. Pengertian

SOAPIER  format yang lebih tepat yang digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.

2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAPIER S : Subjective  Pernyataan atau keluhan pasien

O : Objective  Data yang di observasi

A : Assesment  Kesimpulan berdasarkan data Objektif dan Subjektif P : Planning  Apa yang dilakukan terhadap masalah

I : Implementation  Bagaimana dilakukan

(41)

PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan SOAP (jelaskan secara singkat)? 2. Sebutkan isi SOAP ?

3. Apa tujuan dari dokumentasi (sebutkan 3) ? 4. Pengertian dokumentasi ?

5. Jelaskan secara singkat tujuan rekam medis?

6. Prinsip pencatatan ada 2 point yaitu isi pencatatan dan teknik pencatatan, sebutkan 3 dari teknik pencatatan ?

7. Penyajian dokumentasi terdapat rekam medis, sebutkan cara penyimpanan rekam medis ? 8. Kegunaan rekam medis dapat ditinjau dari beberapa aspek ( sebutkan 3) ?

9. Apa perbedaan SOAP dengan SOAPIER ?

Referensi

Dokumen terkait

However, for Apple, one big benefit of making original content could be getting its previously rumored video streaming service off the ground?. In 2015, it was claimed that Apple

Kecepatan melarut dari bahan obat dalam bentuk padat me-. rupakan syarat yang lebih penting dibanding

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Melihat angka kejadian keterlambatan pubertas pada anak thalassemia, kadar serum ferritin dan hubungannya dengan terapi kelasi besi yang didapat di RSAB Harapan Kita

Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural Rumah Sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui

Berdasar hubungan antara kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dengan nilai kelerengan yang telah diketahui, kita dapat mengetahui bahwa kedalaman di area dermaga Maloy

Performing Financing Terhadap Return on Asset pada UJKS–KSU Jabal Rahmah” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif dengan jenis peneliatan asosiatif.Penelitian ini untuk