PENGARUH TINGKAT PEMBIAYAAN
MURA>BAHAH
DAN
NON PERFORMING FINANCING
TERHADAP
RETURN ON
ASSET
PADA UJKS – KSU JABAL RAHMAH
SKRIPSI
Oleh : KASMIATI NIM : G94214173UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan Non
Performing Financing Terhadap Return on Asset pada UJKS–KSU Jabal Rahmah” ini merupakan hasil penelitian kuantitatif dengan jenis peneliatan asosiatif.Penelitian ini untuk menjawab masalah apakah tingkat pembiayaan mura>bahah dan NPF berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap ROA, dan variabel manakah yang lebih mempengaruhi ROA. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan dokumentasi, bibliographic research, dan wawancara dengan
informan penelitian yaitu manajer dan kasie operasional UJKS–KSU Jabal
Rahmah. Data dalam penelitian ini dihimpun melalui non probability sampling
dengan penentuan sampel laporan keuangan yaitu sampel jenuh berjumlah 33 periode bulanan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pembiayaan mura>bahah dan
NPF berpengaruh terhadap ROA yang dibuktikan dengan hasil uji determinasi dengan hasil R-Square sebesar 0,662. Sedangkan hasil uji regresi linier berganda
diperoleh persamaan Y=2,046X1+ 0,271X2 – 6,980 + e.Uji simultan menunjukkan
semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat dengan
hasil nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05 dan nilai Fhitung (29,367)>Ftabel (3,316).
Uji Parsial menunjukkan tingkat pembiayaan mura>bahah berpengaruh signifikan
terhadap ROA dengan nilai signifikansi 0,000<0,05 dan thitung (4,986)>ttabel
(2,042). NPF juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA dengan nilai
signifikansi 0,016<0,05 dan thitung (2,554)>ttabel (2,042). Berdasarkan hasil
tersebut maka variabel tingkat pembiayaan mura>bahah memiliki pengaruh yang
lebih dominan terhadap ROA
Berdasarkan uji SPSS menunjukkan bahwa tingkat pembiayaan mura>bahah
dan non performing financing yang naik maka return on asset akan naik.
Kenaikan NPF yang memiliki pengaruh positif terhadap ROA disinyalir karena UJKS-KSU Jabal Rahmah tidak hanya mendapatkan pendapatan dari hasil penyaluran pembiayaan mura>bahah saja tetapi dari pendapatan administrasi dan pelunasan dini. Penulis dapat memberikan saran bahwa pihak UJKS-KSU Jabal Rahmah lebih berhati–hati dalam melakukan analisis penyaluran pembiayaan mura>bahah terhadap anggota,calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya sehingga kenaikan non performing financing dapat ditekan.
Kata Kunci : Tingkat Pembiayaan Mura>bahah, Non Performing Financing (NPF), Return on Asset (ROA).
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 28
C. Kerangka Konseptual ... 33
D. Hipotesis ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
D. Variabel Penelitian ... 39
E. Definisi Operasional ... 40
F. Data dan Sumber Data ... 41
2. Sumber Data ... 41
G. Teknik Pengumpulan Data ... 42
H. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 48
B. Analisis Data ... 61
BAB PEMBAHASAN A. Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mura>bahah Terhadap Return on Asset UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 68
B. Pengaruh Non Performing Financing Terhadap Return on Asset UJKS – KSU Jabal Rahmah ... 70
C. Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan Non Performing Financing Terhadap Return on Asset UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 74
BAB PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Pertumbuhan Koperasi di Kabupaten Sidoarjo ... 2
4.1 Pertumbuhan Aset UJKS–KSU Jabal Rahmah Periode Januari
2015 – September 2017 ... 54
4.2 Pertumbuhan Laba Rugi UJKS–KSU Jabal Rahmah Periode Januari
2015 – September 2017 ... 55
4.3 Pertumbuhan Pembiayaan Mura>bahah UJKS–KSU Jabal Rahmah
Periode Januari 2015 – September 2017 ... 56
4.4 Pertumbuhan Pembiayaan Bermasalah UJKS – KSU Jabal
Rahmah Periode Januari 2015 – September 2017 ... 57
4.5 Tingkat Pembiayaan Mura>bahah UJKS – KSU Jabal Rahmah
Periode Januari 2015 – September 2017 ... 58
4.6 Non Performing Financing UJKS – KSU Jabal Rahmah Periode
Januari 2015 – September 2017 ... 59
4.7 Return on Asset UJKS – KSU Jabal Rahmah Periode Januari
2015-September 2017 ... 60
4.8 Hasil Uji Normalitas Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan Non
Performing Financing Terhadap ROA pada UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 62
4.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Tingkat Pembiayaan
Mura>bahah dan NPF Terhadap ROA pada UJKS – KSU Jabal Rahmah ... 63
4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Variabel Tingkat Pembiayaan
Mura>bahah dan NPF Terhadap ROA pada UJKS – KSU Jabal Rahmah ... 65
4.11 Hasil Uji F Variabel Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan NPF
Terhadap ROA pada UJKS – KSU Jabal Rahmah ... 66
4.12 Hasil Uji T-Statistik Variabel Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Proses Berpikir ... 34
2.2 Pengaruh Tingkat PembiayaanMuraba>hahdanNon Performing
FinancingTerhadapReturn on Asset ... 35
4.1 Struktur Organisasi UJKS – KSU Jabal Rahmah ... 50
4.2 Produk Pelayanan Keuangan UJKS-KSU Jabal Rahmah ... 51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan suatu badan usaha yang berbadan hukum dan
berlandaskan asas kekeluargaan dan juga asas demokrasi ekonomi serta terdiri
dari beberapa orang didalamnya. Berdasarkan Undang – Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa “Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang – seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.1
Koperasi syariah di Indonesia mulai marak diperbincangkan ketika
menyikapi pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil Bina Insan Kamil di Jakarta
pada tahun 1992. BMT tersebut memberikan warna baru bagi perekonomian
Indonesia dengan prinsip syariah. Berangkat dari pengelolaan BMT yang
memfokuskan anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dan
penyaluran dana, maka bentuk yang sesuai adalah koperasi syariah. Kemudian
pada tanggal 10 September 2004 dikeluarkanlah Keputusan Menteri Koperasi
dan UKM Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX 2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
1
2 Keputusan menteri ini sebagai landasan koperasi syariah menjadi Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) atau Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). Sistem
tersebut membantu Koperasi Serba Usaha (KSU) untuk memiliki Unit Jasa
Keuangan Syariah. Perkembangan Koperasi di Indonesia dapat dikatakan
meningkat. Pada tahun 2016 tercatat koperasi yang ada di Indonesia sebanyak
212.135 unit angka ini naik 1,26% dari tahun sebelumnya yaitu 209.488 unit ,
dan pada tahun 2014 jumlah koperasi di Indonesia sebanyak 203.701 unit hal
tersebut menunjukkan kenaikan 2,84% pada tahun 2015. Kenaikan jumlah
koperasi di Indonesia juga selaras dengan pertumbuhan koperasi di Kabupaten
Sidoarjo. Berikut adalah data pertumbuhan koperasi di Kabupaten Sidoarjo :
Tabel 1.1
Pertumbuhan Koperasi di Kabupaten Sidoarjo
Tahun Jumlah ( Unit ) Pertumbuhan
2012 1.286 -
2013 1.316 2,28 %
2014 1.316 0,00 %
2015 1.321 0,38 %
2016 1.337 1,20 %
Sumber : BPS Kabupaten Sidoarjo, 2017 (data diolah)
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa jumlah koperasi di Kabupaten
Sidoarjo mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 jumlah
koperasi di Sidoarjo mencapai 1.316 unit, angka ini menunjukkan kenaikan
2,28% dari tahun sebelumnya yaitu 1.286 unit. Pada tahun 2015 jumlah koperasi
mengalami pertumbuhan walaupun tidak terlalu besar yaitu sebesar 0,38% dari
3 1,20% dari tahun 2015 dengan jumlah koperasi dari 1.321 unit menjadi 1.337
unit.
Koperasi syariah memiliki perbedaan dengan jenis koperasi lainnya.
dilihat dari akad yang digunakan jenis koperasi ini sangat menjunjung nilai –
nilai Islami, seperti akad mudha>rabah, musya>rakah, mura>bahah, ija>rah dan akad
yang lainya. Koperasi syariah merupakan lembaga keuangan dimana dalam
operasionalnya memiliki prinsip syariah untuk memberdayakan ekonomi lemah,
tidak menerapkan sistem bunga, meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta turut membangun
perekonomian yang berkeadilan sesuai prinsip syariah.
Pada umunya koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan solusi
mengatasi permasalahan kepada anggota dalam hal bantuan pembiayaan atau
pinjaman. Dari dana yang telah dihimpun, koperasi memberikan pembiayaan
kepada anggotanya dengan persyaratan, waktu, cara pengambilan, dan besar
nominal berdasarkan kesepakatan bersama.
Strategi pengelolaan koperasi syariah adalah memberikan pembiayaan
untuk permodalan dan pembiayaan untuk pembelian barang produksi guna
meningkatkan produktivitas usaha mikro, dan barang – barang konsumtif bagi
masyarakat yang membutuhkan. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN – MUI) ada akad jual beli yang dapat digunakan oleh
Lembaga Keuangan Syariah yaitu Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV2000
tentang mura>bahah. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa lembaga keuangan
4 tersebut sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al – Qur’an surat Al – Baqarah
ayat 275, yang berbunyi :
اٰوَ بِّرلٱ َمَّرَحَو َعْيَ بْلٱ ُهَّللٱ َّلَحَأَو
..
…
“…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….”2
( QS.Al – Baqarah ayat 275 )
Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 pasal 1 ayat 11 menyebutkan bahwa :
Pembiayaan mura>bahah merupakan tagihan atas suatu transaksi jual beli
barang dengan meyertakan harga perolehan dan keuntungan yang telah disepakati antara penjual (koperasi) dan pembeli (anggota, calon anggota, koperasi lain dan anggotanya), atas transaksi tersebut menimbulkan adanya kewajiban anggota untuk melunasi kewajibannya beserta imbalan berupa margin sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan di awal sesuai
akad.3
Salah satu produk pembiayaan koperasi syariah adalah pembiayaan
mura>bahah, ketika koperasi syariah mengeluarkan produk pembiayaan mura>bahah maka lembaga tersebut menginginkan adanya laba. Besar kecilnya pembiayaan mura>bahah akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh karena itu, kegiatan operasional harus dilaksanakan seefektif dan seefisien
mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang terus menerus
diperoleh badan usaha memberikan gambaran terjaminnya kelangsungan hidup
badan usaha tersebut.
2 Kementerian Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Pustaka Agung Harapan,
2006),58
3 Menteri Koperasi dan Usaha Mikro dan Menengah RI “Keputusan Menteri Koperasi dan UKM
5 Pendapatan yang meningkat dapat mengakibatkan meningkatnya laba
bersih, kemudian dengan laba bersih tersebut koperasi syariah akan mampu
menghadapi persaingan sekaligus melakukan ekspansi pasar dan kontinuitas
usaha koperasi syariah akan lebih terjamin , serta meratakan tingkat pendapatan
yang diperoleh setiap produk.
Di sisi lain penyaluran dana pembiayaan kepada masyarakat oleh pihak
lembaga keuangan tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar, pembiayaan yang
disalurkan dapat berpotensi terjadinya pembiayaan bermasalah. Pembiyaan
bermasalah merupakan pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor kesengajaan maupun diluar kendali anggota. Tingkat risiko
pembiayaan bermasalah dapat diukur dengan indikator NPF ( Non Performing
Financing). Non Performing Financing merupakan rasio keuangan yang menggambarkan tingkat pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaaan
yang disalurkan. Adapun yang tergolong pembiayaan bermasalah yaitu
pembiayaan kurang lancar,diragukan, dan macet. Adanya potensi pembiayaan
bermasalah ini juga akan berdampak pada tingkat pengembalian dana
pembiayaan yang berakibat pada perolehan laba.
Sekertaris Dinas Koperasi dan Unit Usaha Kecil Menengah Sidoarjo, M
Tjarda mengatakan 35% dari jumlah koperasi di Sidoarjo yaitu 500 koperasi
tutup diawal tahun 2017 dengan salah satu faktor yang menyebabkan adalah
6
anggota macet.4 Melihat masalah tersebut, menjadi hal menarik untuk dikaji
apakah tingkat penyaluran pembiayaan dan tingkat risiko pembiayaan dapat
mempengaruhi kinerja keuangan sebuah perusahaan.
Suatu lembaga keuangan akan dinilai baik kinerja usahanya apabila
dinilai dari rasio keuangannya, rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam
artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara
faktor satu dengan yang lain dari suatu laporan keuangan, salah satu rasio
terpenting adalah rasio profitabilitas. Rasio – rasio yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas tercantum dalam Peraturan Deputi Bidang Pengawasan
Menteri Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah RI No.06/PER/DEP.6/IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Salah
satu rasio untuk mengukur profitabilitas adalah menggunakan rasio keuangan
Return on Asset (ROA) dimana rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen koperasi dalam memperoleh laba secara keseluruhan berdasarkan
pemanfaatan aset.
Pemanfaatan aset dapat dilihat dari aset produktif yang dimiliki. Salah
satu komponen aset produktif yang dimiliki koperasi syariah adalah
pembiayaan. UJKS-KSU Jabal Rahmah merupakan salah satu lembaga
keuangan mikro syariah non bank yang menawarkan produk pembiayaan,
dimana pembiayaan yang dominan pada UJKS-KSU Jabal Rahmah adalah
pembiayaan mura>bahah. 4
Syaikhul Hadi,”Sebanyak 500 Koperasi di Sidoarjo Bangkrut”, www.metrotvnews.com, diakses pada 25 Oktober 2017
7 Adanya hubungan antara tingkat pembiayaan terhadap profitabilitas juga
telah didukung dengan penelitian terdahulu. Dalam penelitiannya pada tahun
2016 menyatakan bahwa penyaluran pembiayaan (musya>rakah) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan pada tahun 2017 dalam
risetnya Yunita Agza mengungkapkan bahwa pembiayaan mura>bahah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA).5 Penelitian
yang dilakukan oleh Linda Widyaningrum pada tahun 2015 mengungkapkan
bahwa Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return on Asset (ROA).6 Namun hasil berbeda diungkapkan Endang Fitriana
dalam risetnya mengungkapkan bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA.7
Berdasarkan ulasan sebelumnya, penulis ingin meneliti lebih jauh
mengenai pembiayaan mura>bahah dan Non Performing Financing (NPF) terhadap tingkat keuntungan Koperasi Syariah di Sidoarjo. Adapun indikator yang
digunakan untuk menilai tingkat rasio profitabilitas dalam penelitian ini adalah
Return on Asset (ROA). Oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan Non Performing Financing Terhadap Return on Asset Pada UJKS-KSU Jabal Rahmah”.
5 Yunita Agza dan Darwanto,”Pengaruh Pembiayaan Mura>bahah, Musya>rakah, dan Biaya
Transaksi TerhadapProfitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”,Iqtishadia,Vol.10,No.1 (2017),239
6 Linda Widyaningrum,”Pengaruh CAR,NPF dan OER Terhadap ROA pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia Periode Januari 2009 hingga Mei 2014”,JESTT,Vol.2No.12 (Desember,2015),982
7 Endang Fitriana,”Pengaruh NPF,CAR,dan EVA Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat pembiayaan mura>bahah dan non
performing financing secara parsial terhadap return on asset pada UJKS-KSU Jabal Rahmah ?
2. Apakah terdapat pengaruh antara tingkat pembiayaan mura>bahah dan non
performing financing secara simultan terhadap return on asset pada UJKS-KSU Jabal Rahmah ?
3. Variabel apakah yang lebih dominan berpengaruh antara tingkat pembiayaan
mura>bahah dan non performing financing terhadap return on asset pada UJKS-KSU Jabal Rahmah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka terdapat
beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pembiayaan mura>bahah dan non
performing financing secara parsial terhadap return on asset pada UJKS-KSU Jabal Rahmah.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pembiayaan mura>bahah dan non
performing financing secara simultan terhadap return on asset pada UJKS-KSU Jabal Rahmah.
9
3. Untuk mengetahui variabel yang lebih dominan berpengaruh antara tingkat
pembiayaan mura>bahah dan non performing financing terhadap return on
asset pada UJKS-KSU Jabal Rahmah.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi
teoritis maupun praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
rasio return on asset. Selain itu, penelitian ini juga untuk memberikan
sumbangan pemikiran dan bahan kajian tentang analisis rasio keuangan.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat bagi manajemen perusahaan UJKS-KSU Jabal Rahmah sebagai
acuan dalam peramalan keuntungan yang dihasilkan melalui pembiayaan
mura>bahah dan tingkat risiko pembiayaan, atau kinerja keuangan di tahun yang akan datang, serta penyempurnaan dari peningkatan kinerja manajemen
UJKS-KSU Jabal Rahmah.
Penelitian ini diharapkan juga memberi manfaat bagi investor yang
berkepentingan dalam menginvestasikan dananya atau pihak ketiga, sehingga
dapat menentukan atau memilih UJKS-KSU Jabal Rahmah sebagai tempat
penyimpanan dana yang akan mengurangi risiko kerugian serta mendapatkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Koperasi Syariah
a. Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi syariah merupakan lembaga keuangan Islam non bank yang
terdiri dari dua jenis yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan
Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 merumuskan “Koperasi Jasa
Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi yang
kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah)”.8 Sedangkan “Unit Jasa
Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS adalah unit koperasi yang
bergerak dibidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola
bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang
bersangkutan”.9 Pada saat ini kedua lembaga tersebut telah berkembang
dan dikenal dengan sebutan KSPPS dan USPPS.
Koperasi syariah dalam menjalankan produk simpan pinjam
(pembiayaan) menggunakan prinsip syariah. Pada pembentukan koperasi
8 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “ Kepmen
Koperasi dan UKM RI No.91/Kep./M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah”,2.
9 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, “ Kepmen
11 syariah didasarkan pada kesepakatan para anggota beserta adanya
simpanan pokokkpara anggota yang menjadi modal usaha koperasi
syariah. Oleh karena itu selama menjadi anggota koperasi syariah, hak
milik anggota terhadap modal usaha koperasi akan tetap diakui.
Pada operasionalnya koperasi syariah menjunjung tinggi nilai-nilai
Islami. Hal tersebut dapat dilihat dari transaksi – transaksi koperasi
syariah, yaitu tidak akan ditetapkan melaluissistembbunga (riba), namun
berdasarkan prinsip bagi hasil sebagaimana diatur dalam ekonomi syariah.
Pada umumnyakkoperasissyariah bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat yangmmemiliki ekonomiilemah, meningkatkanpkesejahteraan
masyarakat pada umumnyakdankkesejahteraannanggota padakkhususnya.
Oleh karena itu, hadirnya koperasi syariah diharapkan mampu
memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan anggotanya dalam hal
bantuan pembiayaan atau pinjaman untuk meningkatkan produktivitas
kegiatan usahanya.
b. Operasional Koperasi Syariah
Secara umum, prinsip operasional koperasi syariah meliputi
prinsip titipan, bagi hasil, jual beli, dan imbalan (ujrah). Keempat prinsip tersebut diterapkan oleh koperasi syariah dalam penghimpunan dana
12
1) Penghimpunan Dana ( Funding )
Koperasi syariah dalam penghimpunan dana yang ditujukan untuk
memperoleh dana, secara umum mengimplementasikan dua prinsip
yaitu titipan (wadi’ah) dan prinsip bagi hasil (mudha>rabah)
a) Prinsip titipan ( wadi’ah )
Prinsip titipan merupakan fasilitas yang diberikan kopersai
syariah untuk memberikan kesempatan bagi anggota maupun
nasabah untuk menyimpan dananya dalam bentuk akad wadi’ah.
Akad wadi’ah yang dimaksud adalah wadi’ah yad dhamanah.
Wadi’ah yad dhamanah adalah akad penitipan dana dimana pihak penerima titipan dapat memanfaatkan dana tersebut dengan atau
tanpa ijin pemilik dana dan harus bertanggung jawab atas dana
tersebut. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam
penggunaan dana tersebut menjadi hak penerima titipan.10 Prinsip
titipan ini dalam koperasi syariah diterapkan dalam produk
tabungan wadi’ah.
b) Prinsip bagi hasil
Prinsip bagi hasil dalam produk penghimpunan dana
koperasi syariah dengan menggunakan akad mudha>rabah dimana
pihak anggota sebagai pemilik dana dan koperasi sebagai
pengelola dana. Prinsip mudha>rabah ini dalam koperasi syariah
13 biasanya diterapkan tabungan mudha>rabah dan simpanan berjangka (deposito).
2) Penyaluran Dana ( Landing )
Jenis kegiatan yang dilakukan koperasi syariah untuk produk
penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Peraturan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 14/Per/M.KUKM/IX/2015 dapat dilakukan melalui prinsip
bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip imbalan (ujrah), dan prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh.
a) Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil merupakan suatu tata cara pembagian
bagi hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana. Bentuk
produk berdasarkan bagi hasil adalah mudha>rabah dan musya>rakah.
Pembiayaan mudha>rabah merupakan bentuk kerjasama
antara dua belah pihak, pihak pertama bertindak sebagai pemilik
dana yang menyediakan seluruh modal, dan pihak kedua sebagai
pengelola modal. Keuntungan yang didapatkan dari pembiayaan
mudha>rabah biasanya berbentuk presentase (nisbah) dan dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.11 Terdapat
dua jenis mudha>rabah yaitu mudha>rabah mutlaqah dan
mudha>rabah muqayyadah. Mudha>rabah mutlaqah merupakan akad mudha>rabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
11 Ismail Nawawi, Fikiq Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia,
14
pengelola dana dalam pengelolaannya. Pembiayaan mudha>rabah
muqayyadah merupakan kebalikan dari pembiayaan mudha>rabah mutlaqah yaitu akad mudha>rabah yang memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara atau objek
pengelolaannya.
Pembiayaan musya>rakah merupakan bentuk kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.12
b) Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli ini merupakan suatu tata cara jual beli
dimana dalam pelaksanaannya pihak koperasi sebagai agen untuk
membeli barang dari pemasok yang kemudian dijual kembali
kepada anggota, atau pihak koperasi dapat mewakilkan anggota
untuk membeli barang atas nama koperasi kemudian koperasi
menjual kembali kepada anggota. Prinsip jual beli ini diterapkan
dalam produk pembiayaan mura>bahah, pembiayaan istishna’ , dan
pembiayaan salam.
Pembiayaan mura>bahah merupakan transaksi jual beli
dimana lembaga keuangan bertindak sebagai penjual dan anggota
sebagai pembeli, dalam jual beli ini pihak koperasi harus
15 memberikan informasi harga perolehan dan keuntungan yang
diinginkan kepada nasabah atau anggota.
Pembiayaan istishna’ merupakan akad kontrak jual beli
barang antara dua pihak berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan
barang pesanan akan diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya dengan harga dan tata cara
pembayaran yang disetujui terlebih dahulu.13
Pembiayaan salam adalah transaksi tertentu yang
ditangguhkan penyerahannya pada waktu tertentu dengan
pembayaran dilakukan di muka secara tunai.
c) Prinsip Imbalan (Ujrah)
Prinsip imbalan (ujrah), dapat di implementasikan dalam
produk lembaga keuangan syariah yang meliputi ija>rah, ija>rah
muntahiya bittamlik, kafa>lah bil ujrah dan rahn.
Ijarah merupakannsuatukkesepakatan pemindahanhak atas
baranggatauujasa melalui pembayarannupahhatauusewa tanpa
diikuti oleh pemindahannkepemilikannatasbbaranggataumjasa
tersebut.14
Ija>rah Muntahiya Bittamlik (IMBT) adalah akad pemindahan manfaat atas suatu objek agar mendapat imbalan
13
Ismail,Perbankan Syariah…,46.
16 dengan opsi pemindahan kepemilikan pada saat tertentu sesuai
kesepakatan.15
Kafa>lah merupakan akad pemberian jaminan yang diberikan oleh pemberi jaminan (kafil ) kepada penerima jaminan (makful) dan pemberi penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu kewajiban yang menjadi hak penerima
jaminan.16
Sedangkan Rahn adalah akad peminjaman dana dengan
menjadikan sesuatu harta sebagai jaminan, dimana barang jaminan
tersebut dapat dijadikan sebagai pembayar utang ketika yang
berutang berhalangan ( tidak mampu membayar ) utangnya kepada
pemberi pinjaman.17
d) Prinsip Pinjam Meminjam
Prinsip pinjam meminjam dalam lembaga koperasi syariah
di implementasikan berdasarkan akad qardh. Qardh adalah suatu
akad antara dua pihak, dimana pihak pertama memberikan harta
kepada pihak kedua dengan ketentuan harta tersebut harus
dikembalikan dalam kondisi yang sama seperti saat diterima
dalam jangka waktu yang telah disepakati.18
15 Mohammad Iqbal Mahardika, I Ketut Gunarta, dan Aang Kunaifi,”Penilaian Proyek dengan
Menggunakan Pembiayaan Syariah (Ija>rah Muntahiyah Bittamlik)”,Jurnal Teknik ITS, Vol.5,No.2,(2016),880.
16 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2014),378. 17 Edi Susilo,”Shariah Compliance Akad Rahn Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi BMT
Mitra Muamalah Jepara”,Iqtishadia, Vol.4, No.1, (Juni,2017),132.
17
2. Pembiayaan Mura>bahah
a. Pengertian Pembiayaan Mura>bahah
Fungsi utama koperasi adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkannya. Penyaluran dana yang dilakukan koperasi adalah
memberikan pembiayaan kepada anggota yang membutuhkan, baik untuk
modal usaha maupun konsumsi.
Pembiayaanmadalah pemberianefasilitasapenyediaanddana untuk
memenuhikkebutuhanopihak–pihak yangddefisituunit.19 Pembiayaan yang
dimaksud adalah penyediaan dana antara pihak bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan dana tersebut dengan imbalan atau bagi
hasil setelah jangka waktu yang disepakati. 20 Hal serupa juga
diungkapkan oleh VeithzalrRivalddanaArviyannArifin dalam bukunya
Islamic Banking bahwa pembiayaanaadalahhpenyediaanmdana
atauutagihan yang dapatddipersamakanudengannya antara pihak bank
atau lembaga keuangan berdasarkan kesepakatanppinjammmeminjam
sehinggammenimbulkankkewajiban bagi pihakupeminjam untuk melunasi
pinjamannyaddengankimbalan atau bagihhasilssetelahjangkawwaktu yang
disepakati.21
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa pembiayaan
dalam koperasi syariah merupakan pendanaan dimana didasari oleh
kesepakatan atau persetujuan antara koperasi dan pihak lain untuk
19 M.Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,2001),160. 20 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004),102 21 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 70.
18 memenuhi kebutuhan pihak yang memerlukan dana dan mewajibkan
pengembalian atas dana tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati.
Sedangkanmmura>bahahaadalah akadijualbbeli atas barang tertentu,
dimanappenjualmmenyebutkanhharga pembelianbbaranggkepadaipembeli
kemudianmmenjualbkepada pihak mpembelimdenganmmensyaratkan
keuntungannyangddiharapkan sesuaijjumlahmtertentu. 22 Mura>bahah
merupakan transaksi jual beli barang antara pihak penjual dengan pihak
pembeli dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang
disepakati para pihak.23
Menurut Wangsawidjaja, akad mura>bahah merupakan transaksi
jual beli, dimana pihak penjual memberikan informasi terlebih dahulu
harga perolehan kepada pembeli dan ditambah margin yang disepakati
kedua belah pihak.24Sedangkan Fauzan Zahrul dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa mura>bahah adalah menjual suatu barang dengan
harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar
pada waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan. 25 Akad
mura>bahah pada umumnya digunakan dalam transaksi jual beli barang
22 Ismail, Perbankan Syariah…,138.
23 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta:Salemba Empat,2013),174. 24 A.Wangsawidjaja.Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta:Gramedia,2012),200.
25 Fauzan Zahrul,Muhammad Arfan,dan Darwanis,”Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan
Mura>bahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah (Studi Pada Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh)”Jurnal Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,Vol.2,No.1 (November,2012),78.
19 investasi atau barang yang digunakan untuk pribadi, seperti kendaraan,
rumah, mesin produksi dan lain–lain.
Berdasarkan pengertian mura>bahah yang diungkapkan sebelumnya,
penulis mengambil kesimpulan bahwa mura>bahah merupakan akad jual
beli yang menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan
permintaan pembeli, dan objek tersebut dijual kembali kepada pembeli
kedua dengan harga jual yang merupakan akumulasi biaya beli di tambah
keuntungan yang diinginkan. Oleh karena itu praktik mura>bahah dalam
koperasi syariah mewajibkan pihak koperasi untuk memberikan informasi
tentang harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada
anggota.
Dari pemaparan mengenai pengertian pembiayaan dan mura>bahah
diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembiayaan mura>bahah
adalah penyaluran dana yang dilakukan lembaga keuangan berdasarkan
prinsip jual beli dimana pihak lembaga keuangan harus memberikan
informasi mengenai harga perolehan dan keuntungan yang diinginkan
kepada anggota, dengan proses pembayaran secara tunai maupun
angsuran.
b. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mura>bahah
Rukun dari akad mura>bahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) dan musytari (pembeli). Penjual
20 membiayai pembelian barang yang diperlukan oleh nasabah pemohon
pembiayaan dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya
di dalam teknis aplikasinya bank atau lembaga keuangan membeli
barang yang dilakukan nasabah atas nama bank atau lembaga
keuangan. Sedangkan pembeli dalam pembiayaan mura>bahah adalah
nasabah yang melakukan pembiayaan ke bank atau lembaga keuangan
syariah.
2) Objek akad yaitu barang dagangan yang akan dijual kepada pembeli
dan harga. Harga dalam pembiayaan mura>bahah dianalogikan dengan
plafond pembiayaan.
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul. Dalam perbankan maupun lembaga
keuangan syariah, dimana operasionalnya mengacu pada hukum Islam,
maka akad yang dilakukan juga berlandaskan prinsip syariah. Akad
biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang diinginkan nasabah,
kesediaan pihak bank atau lembaga keuangan syariah dalam
pengadaan barang, dan juga pihak bank atau lembaga keungan syariah
harus memberitahukan harga pokok pembelian dan jumlah
keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah, kemudian penentuan
lama angsuran apabila terdapat kesepakatan mura>bahah.
Pembiayaan mura>bahah memiliki syarat – syarat yang menjadi
21 atau lembaga keuangan syariah. Suatu jual beli mura>bahah akan dianggap
sah jika mengetahui beberapa syarat berikut :26
a) Mengetahui harga pokok, disyaratkan harga beli harus diketahui oleh
pembeli kedua (nasabah), dalam hal ini penjual kedua harus
menerangkan harga beli kepada pihak pembeli kedua.
b) Adanya kejelasan keuntungan (margin) yang diinginkan penjual kedua,
keuntungan tersebut harus dijelaskan kepada pembeli kedua baik
dalam bentuk nominal ataupun prosentase dari harga beli.
c) Objek transaksi dan alat pembayaran tidak boleh berupa barang ribawi.
d) Akad jual beli pertama harus sah adanya, artinya transaksi yang
dilakukan penjual pertama dan pembeli pertama harus sah.
e) Mura>bahah merupakan jual beli yang disandarkan pada sebuah
kepercayaan, karena pembeli percaya atas informasi yang diberikan
penjual tentang harga beli yang diinginkan. Oleh karena itu, penjual
tidak boleh berkhianat.
c. Jenis – Jenis Mura>bahah
Dalam konsep di perbankan syariah maupun lembaga keuangan
syariah, mura>bahah dibedakan menjadi dua, yaitu:27
1) Mura>bahah tanpa pesanan
Mura>bahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli mura>bahah yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan
26
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik…,92 – 93.
27 Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka
22 (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang
yang dilakukan oleh bank atau lembaga keuangan dilakukan tidak
terkait dengan pembiayaan mura>bahah yang dilakukan nasabah.
Pembiayaan mura>bahah tanpa pesanan bank atau lembaga
keuangan syariah menyediakan barang atau persediaan barang yang
akan diperjual belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah
yang membeli atau tidak.28
2) Mura>bahah berdasarkan pesanan
Berbeda dengan mura>bahah tanpa pesanan, mura>bahah
berdasarkan pesanan adalah jual beli mura>bahah yang dilakukan
setelah adanya pesanan dari nasabah atau anggota yang mengajukan
pembiayaan mura>bahah. 29 Jadi dalam pembiayaan mura>bahah
berdasarkan pesanan bank atau lembaga keuangan syariah melakukan
pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah ada
nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk dibelikan barang atau
aset sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah.
d. Penerapan Mura>bahah
Mura>bahah merupakan akad yang populer diterapkan dalam perbankan maupun lembaga keuangan syariah. Mura>bahah dalam lembaga keuangan syariah didefinisikan sebakai akad pembiayaan dengan
mengambil bentuk transaksi jual beli barang antara lembaga keuangan
dan nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Lembaga keuangan
28 Wiroso, Jual Beli Mura>bahah (Yogyakarta: UII Press 2005),39 29 Wiroso, Jual Beli…,41
23 syariah akan membiayai kebutuhan nasabah melalui pembelian aset
kepada pemasok kemudian menjual kembali aset tersebut kepada nasabah
dengan menambah keuntungan.
Lembagakkeuanganssyariahuumumnyammengadopsiumura>bahah
untukmmemberikanppembiayaannjangka pendekkkepadamnasabahhuntuk
pembelianmbarang.Kemudianndalamppraktiknya di perbankan atau
lembagakkeuanganssyariah, sebagianbbesarppembiayaan mura>bahah yang
dilakukannadalahddengan menggunakanmsistemmmura>bahah kepada
pemesanmpembelian. Maksudnya adalah pihak bank atau lembaga
keuangan semata – mata mengadakan barang atau aset untuk hanya
memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya.30
Terdapat juga pengembangan dari aplikasi pembiayaan mura>bahah dalam bank syariah atau lembaga keuangan, yaitu dalam hal pengadaan
barang. Bank atau lembaga keuangan menggunakan media akad waka>lah
untuk memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang atas
nama bank kepada pemasok atau pabrik.
Apabila pihak bank atau lembaga keuangan mewakilkan nasabah
untuk membeli barang dari pihak ke tiga, maka kedua belah pihak harus
menandatangani kesepakatan agency, dimana pihak bank atau lembaga
keuangan syariah memberi otoritas kepada nasabah atau anggota untuk
menjadi agennya untuk membeli komoditas dari pihak ketiga atas nama
24 bank, dengan kata lain nasabah menjadi wakil dari bank atau lembaga
keuangan untuk membeli barang.
Selanjutnya nasabah atau anggota memberikan informasi kepada
pihak bank atau lembaga keuangan bahwa ia telah membeli barang,
kemudian pihak bank atau lembaga keuangan menawarkan barang
tersebut kepada nasabah dan terbentuklah kontrak pembiayaan jual beli.
Sehingga barang pun beralih kepemilikian menjadi milik nasabah atau
anggota dengan segala risikonya.
3. Non Performing Financing ( NPF )
a. Pengertian Non Performing Financing ( NPF )
Non Performing Financing ( NPF ) merupakan rasio keuangan yang menggambarkan besarnya tingkat pembiayaan bermasalah terhadap
total pembiayaan. NPF adalahrrasioyyangddigunakan untukmmengukur
kemampuannbankddalam mengukur risikokkegagalanppengembalian
pinjamanoolehddebitur (pihakiyangomenerimappembiayaan).31 Pembiayaan
bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau faktor eksternal
diluar kemampuan debitur yang dapat diukur dengan kolektibilitasnya.32
Apabila semakin rendah NPF maka lembaga keuangan akan semakin
31
Muhammad Yusuf Wibisono dan Salamah Wahyuni,”Pengaruh CAR,NPF,FDR Terhadap ROA yang Dimediasi oleh NOM”,Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.17, No.1, ( 2017 ),47.
32 Ryan Adi Pratama,”Pengaruh Pembiayaan Bermasalah,Efisiensi Operasional dan Ukuran Bank
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”,(Artikel Ilmiah--Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya, 2016), 8.
25 mengalami keuntungan, sebaliknya tingkat NPF yang tinggi akan
mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian pembiayaan
macet.
Berdasarkan ulasan diatas penulis menyimpulkan bahwa
pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak
sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada lembaga
keuangan syariah seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian
pembayaran. Pembiayaan bermasalah dapat dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet.
b. Perhitungan Non Performing Financing ( NPF )
Tingkat Non Performing Financing akan mempengaruhi
profitabilitas, NPF yang semakin tinggi maka profitabilitas akan semakin
rendah, dan sebaliknya jika NPF semakin rendah maka profitabilitas akan
semakin tinggi. Tingkat risiko pembiayaan bermasalah dapat dirumuskan
sebagai berikut :33
NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan x 100%
4. Return on Asset (ROA)
a. Pengertian Return on Asset
Return on Asset sebagai rentabilitas ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
26
tingkat aset tertentu.34 Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini sering
dilihat, karena dapat menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. ROA mampummengukurkkemampuan
perusahaanmmenghasilkankkeuntungan padammasamlampau untuk
kemudianmmemproyeksikanndimasa yangaakanddatang. Analisis ROA
dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya – biaya untuk mendanai aset tersebut.35
Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dan
menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh
perusahaan. Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan
dan semakin baik posisi keuangan perusahaan dari segi penggunaan
aset.36 Artinya, semakin kecil ROA mengidentifikasikan kurangnya
kemampuan manajemen dalam mengelola aset untuk meningkatkan
pendapatan atau menekan biaya.37
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ROA adalah
mengukur perbandingan laba antara laba bersih yang dihasilkan
34
Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,2016), 81
35
Sunariyati Muji Lestari, ”Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan di BEI”,Vol.3,No.3,(2014),7.
36
Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Ekoisia,2009) ,222. 37
Bambang Riyanto Bustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2013),346.
27 dari kegiatan pemanfaatan aset yang dimiliki perusahaan dan
dinyatakan dengan prosentase.
b. Perhitungan Return on Asset (ROA)
Secara sistematis ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus :38
ROA = Laba Bersih
Total Aset
x 100%
Perhitungan Return on Asset (ROA) terdiri dari dua komponen, yaitu laba dan aset.
1) Laba Bersih
Laba bersih merupakan salah satu indikator keberhasilan usaha.
Besar kecilnya laba yang diperoleh, akan memberikan gambaran
mengenai kinerja yang dicapai atas keberhasilan usaha.
2) Aset
Aset merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
digunakan untuk memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha yang
dijalankan.
Contohnya . Pada periode Desember 2016 UJKS – KSU Jabal
Rahmah menghasilkan laba bersih sebesar Rp115.563.000, dan pada
periode tersebut aset yang dimiliki UJKS KSU Jabal Rahmah adalah
Rp1.940.376.123, maka perhitungan ROA adalah:
ROA = 115.563.000
1.940.376.123 x 100% = 0,05956 x100% =5,96%
38
28
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Return on Asset
Faktor – faktor yang mempengaruhi rasio Return on Asset antara
lain rasio perputaran kas, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran
persediaan.39
1) Perputaran Kas
Rasiopperputarankkas adalahkrasioyyangmberfungsi untuk
mengukurttingkatkkecukupan modal okerjapperusahaany yang
dibutuhkan untukmmembayarrtagihan danmmembiayaippenjualan.
Artinya, untuk mengukur ketersediaan kas dalam membayar tagihan
dan beban yang berkaitan dengan penjualan dapat menggunakan rasio
ini.
2) Perputaran Piutang
Rasiooiniddigunakannuntuk mengukursseberapaalamappenagihan
piutanggselamaasatupperiode atau berapakkaliddanayyangdditanam
dalamppiutangginibberputarddalammsatupperiode.
3) Perputaran Persediaan
Rasiooiniddigunakan untukmmengukurbberapaakaliddana yang
ditanamddalamppersediaanndapatbberputarddalamssatupperiode.
B. Penelitian Dahulu yang Relevan
Penelitian ini mengacu pada penelitian–penelitian sebelumnya yang
dilakukan disejumlah tempat. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan dan
39Muchlisin Riadi,”Return on Asset (ROA)”dalam http://kajian pustaka.com, diakses pada 12 Oktober 2017
29 pembanding dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian dalam bentuk
skripsi,tesis dan jurnal yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah :
1. AndriansyahkKuncorooAwib, dalammskripsibberjudul “PengaruhpPembiayaan
Mura>bahah,Musya>rakah,dan Mudha>rabah TerhadappReturn on Asset (ROA)
StudikKasuspPadaaBankkUmummSyariah di IndonesiapPeriodee2011–2015”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan
mura>bahah, musya>rakah, dan mudha>rabah terhadap return on asset. Populasi dalam penelitian tersebut adalah seluruh laporan keuangan PT.Bank
Muamalat Indonesia dan PT.Bank Syariah Mandiri periode 2011 – 2015.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah laporan keuangan PT.Bank
Muamalat Indonesia dan PT.Bank Syariah Mandiri triwulan I tahun 2011
sampai dengan triwulan IV tahun 2015. Penelitian tersebut dilakukan pada
tahun 2016 dimana pembiayaan mura>bahah, musya>rakah dan mudha>rabah
sebagai variabel independen dan return on asset sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembiayaan mura>bahah
berpengaruh terhadap return on asset. Sedangkan pembiayaan musya>rakah
dan mudha>rabah tidak berpengaruh terhadap return on asset.40 Penelitian ini
mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis saat
ini yaitu sama – sama menggunakan pembiayaan mura>bahah sebagai variabel
independen dan return on asset sebagai variabel dependen. Sedangkan
perbedaannya terletak pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu pada penelitian
40 Andriansyah Kuncoro Awib,”Pengaruh Pembiayaan Mura>bahah, Musya>rakah, dan Mudha>rabah
Terhadap Return on Asset (ROA): Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011 – 2015” (Skripsi—IAIN Surakarta, Surakarta,2016),12.
30 yang akan penulis teliti tidak hanya bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh tetapi juga seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan.
Perbedaan yang lain adalah terletak pada jumlah variabel dependen jika
penelitian tersebut menggunakan variabel pembiayaan mura>bahah,
musya>rakah dan mudha>rabah maka peneliti akan lebih fokus pada variabel mura>bahah serta objek yang diteliti pun juga berbeda.
2. Munawwara, dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Musya>rakah
Terhadap Return on Asset (ROA) Pada BMT Fastabiqul Khaerat Makasar”.
Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan
musya>rakah terhadap Return on asset pada BMT Fastabiqul Khaerat Makasar. Populasi penelitian tersebut adalah laporan keuangan BMT Fatabiqul Khaerat
periode 2013 – 2015 dengan menggunakan sampel jenuh. Hasil dari penelitian
tersebut adalah secara parsial pembiayaan musya>rakah berpengaruh negatif
terhadap return on asset hal tersebut terbukti dari hasil Uji t yaitu thitung < t tabel
( -13,818 < 2,0322 ) dengan nilai sig = 0,000 < 0,05.41 Penelitian tersebut
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang saat ini dilakukan yaitu return
on asset sebagai variabel independen. Perbedaan dengan penelitian yang
peneliti teliti adalah peneliti menggunakan variabel pembiayaan mura>bahah
sebagai variabel independen sedangkan penelitian tersebut menggunakan
pembiayaan musya>rakah, selain itu juga terdapat perbedaan objek penelitian.
3. Dewi Wulan Sari dan Muhammad Yusak Anshori, dalam jurnal yang berjudul
“Pengaruh Pembiayaan Mura>bahah, Istishna’, Mudha>rabah, dan Musya>rakah
41 Munawwara, “Pengaruh Pembiayaan Musya>rakah Terhadap Return on Asset (ROA) Pada BMT
31 Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah di Indonesia Periode Maret
2015 – Agustus 2016)”. Penelitian tersebut mengambil sampel dari laporan
keuangan bulanan bank umum syariah ( Bank Syariah Bukopin, BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri, dan Bank Muamalat Indonesia) pada bulan Maret
2015 – 2016. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah pembiayaan mura>bahah, mudha>rabah, istishna’, dan musya>rakah.
Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas dengan
indikator Return on Equity (ROE). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pembiayaan mura>bahah memiliki pengaruh yang signifikan namun
negatif, pembiayaan mudha>rabah berpengaruh signifikan dan positif.
Sedangkan dua variabel lainnya yaitu istishna’ dan musya>rakah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE.42 Keterkaitan penelitian
tersebut dengan penelitian yang saat ini dilakukan adalah sama – sama
menggunakan variabel pembiayaan mura>bahah sebagai variabel independen.
Sedangkan variabel dependen sama – sama menggunakan variabel
profitabilitas, namun penelitian tersebut profitabilitas dilihat menggunakan
rasio Return on Equity ( ROE ) berbeda dengan penelitian saat ini yang
menggunakan indikator Return on Asset ( ROA). Perbedaan lain yang muncul adalah jumlah variabel independen, dan objek yang diteliti.
4. Wahyu Dwi Yulihapsari,et.al, dalam jurnal yang berjudul “Analisis Pengaruh
Non Performing Financing (NPF),Capital Adequacy Ratio (CAR),Financing
42 Dewi Wulan Sari dan Mohammad Yusak Anshori,”Pengaruh Pembiayaan
Mura>bahah,Istishna’,Mudha>rabah dan Musya>rakah Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Bank Syariah di Indonesia Periode Maret 2015 – Agustus 2016)”, Vol.1, No.1, (Juli,2017),7.
32 To Deposit Ratio (FDR), dan BOPO Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada PT.Bank Victoria Syariah Periode 2011-2016)”. Hasil dari penelitian ini
adalah secara parsial NPF berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
ROA, CAR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA, FDR berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap ROa, dan BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.43 Keterkaitan penelitian tersebut dengan penetian
yang dilakukan penulis adalah sama – sama meneliti rasio NPF sebagai
variabel independen dan sama – sama menggunakan ROA sebagai indikator
untuk mengukur rasio profitabilitas sebagai variabel dependen. Sedangkan
perbedaan dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian tersebut adalah
terkait jumlah variabel independen yang di pakai, tempat penelitian,dan
sampel yang digunakan jika dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan
sampel laporan keuangan tahunan, maka penulis menggunakan sampel
laporan keuangan periode bulanan.
5. Aji Prasetyo, dalam tesis yang berjudul “Pengaruh Tingkat Risiko
Pembiayaan Mudha>rabah dan Musya>rakah Terhadap Profitabilitas (Studi
Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Surabaya)”. Penelitian tersebut
menggunakan tingkat risiko pembiayaan mudha>rabah dan musya>rakah
sebagai variabel independen, dan profitabilitas dengan indikator ROE sebagai
variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat risiko
pembiayaan mudha>rabah berpengaruh positif terhadap profitabilitas ( ROE )
43Wahyu Dwi Yulihapsari,et.al, Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF),Capital Adequacy Ratio (CAR),Financing To Deposit Ratio (FDR), dan BOPO Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada PT.Bank Victoria Syariah Periode 2011-2016), Multiplier, Vol.1.No2,(Mei,2017),110.
33 hal tersebut ditunjukkan dengan signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu
0,938 dan nilai koefisien 0,074. Sedangkan risiko pembiyaan musya>rakah
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROE) hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,228 dan koefisien
-0,348.44 Keterkaitan penelitian tersebut dengan penelitian yang saat ini
dilakukan adalah sama – sama membahas mengenai pengaruh tingkat risiko
pembiayaan terhadap profitabilitas. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitiaan yang saat ini dilakukan adalah penelitian saat ini menggunakan
tingkat risiko pembiayaan mura>bahah sebagai variabel independen dan ROA
sebagai variabel dependen.
C. Kerangka Konseptual
Pembiayaan mura>bahah merupakan salah satu komponen penyusun aset
pada lembaga keuangan syariah yang akan menghasilkan pendapatan berupa
margin. Adanya margin tersebut akan mempengaruhi besarnya laba yang
diperoleh lembaga keuangan syariah, dan pada akhirnya mampu mempengaruhi
peningkatan profitabilitas yang tercermin oleh return on asset (ROA).45
Disisi lain lembaga keuangan syariah tentu tidak dapat menghindari
risiko pembiayaan dalam menyalurkan dananya. Hal tersebut terjadi ketika
lembaga keuangan syariah tidak dapat memperoleh kembali sebagian atau
44 Aji Prasetyo,”Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Mudha>rabah dan Musya>rakah Terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Surabaya)”,(Tesis—Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia,Surabaya,2015),76 – 77.
45 Yunita Agza dan Darwanto,”Pengaruh Pembiayaan Mura>bahah, Musya>rakah, dan Biaya
Transaksi Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”,Iqtishadia, Vol.10,No.01 (2017),239.
34 seluruh pembiayaan yang diberikan. Risiko pembiayaan dapat mempengaruhi
profitabilitas lembaga keuangan syariah. Hal tersebut terjadi ketika tingkat
pembiayaan bermasalah (NPF) menjadi tinggi. TingkattNPFyyangttinggi
berakibat pada meningkatnyajjumlahkkebutuhanbbiayappenyisihan penghapusan
pembiayaanyyangbberpengaruh terhadap kemampuanllembagakkeuangan untuk
menghasilkanllaba. Semakin NPF tingggi mengakibatkan semakin tinggi risiko
pembiayaan bermasalah yang berpotensi menurunkan keuntungan yang peroleh46
Berdasarkan ulasan sebelumnya maka disusun sebuah kerangka berpikir
yang merupakan kombinasi dari teori dan hasil penelitian terdahulu terkait
masalah penelitian ini sebagaimana berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Proses Berpikir
46 Wahyu Dwi Yulihapsari et al,”Analisis Pengaruh Non Performing Financing …,106.
Studi Teoritis 1.Koperasi Syariah 2.Pembiayaan Mura>bahah 3.NPF 4.ROA Data 1.Laporan Keuangan
2.Hasil wawancara kepada informan
Analisa Data
1.Analisa Statistik
Skripsi
Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan Non Performing
Financing Terhadap ROA pada UJKS-KSU Jabal Rahmah UJKS – KSU
Jabal Rahmah
Studi Empiris
1.Pembiayaan mura>bahah berpengaruh
terhadap Return on Asset.
2.Tingkat risiko pembiayaan (NPF)
35 Berdasarkan kerangka proses berpikir yang disajikan pada gambar 2.1
diatas maka dapat disusun kerangka penyusunan hipotesis sebagai dugaan
sementara atas masalah yang diteliti. Berikut adalah gambar kerangka konseptual
penyusunan hipotesis dalam penelitian ini :
Keterangan :
: Hubungan variabel independen dan dependen secara parsial
: Hubungan variabel independen dan dependen secara simultan
Gambar 2.2 Pengaruh Tingkat Pembiayaan Mura>bahah dan Non Performing Financing Terhadap Return on Asset
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pembiayaan
mura>bahah (X1) dan Non Performing Financing (X2) terhadap Return on Asset
(Y) pada KSU Jabal Rahmah UJKS. Tingkat Pembiayaan Mura>bahah (X1) Non Performing Financing (X2) Return on Asset (Y)
36
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji
kebenarannya.47 Berdasarkan latar belakang hingga kerangka konseptual yang
telah dipaparkan, penulis mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Hipotesis secara parsial antara variabel X1 dan X2 terhadap Y
Ho = Tingkat pembiayaan mura>bahah (X1) dan non performing
financing (X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap return on asset.
Ha = Tingkat pembiayaan mura>bahah (X1) dan non performing
financing (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return
on asset.
2. Hipotesis secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y
Ho = Tingkat pembiayaan mura>bahah (X1) dan non performing financing
(X2) secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return
on asset.
Ha = Tingkat pembiayaan mura>bahah (X1) dan non performing financing
(X2) secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap return on asset.
47
Syofian Siregar.Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Bumi Aksara,2013),21.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang,rumusan masalah, kajian pustaka, dan
penelitian terdahulu, maka penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
termasuk dalam jenis penelitian asosiatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu
metode penelitian yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah dimana data yang
diperoleh berupa angka – angka atau pernyataan – pernyataan yang dinilai, dan
dianalisis dengan analisis statistik.48
Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian asosiatif karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih, dan bentuk hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat yaitu
pembiayaan mura>bahah, dan Non Performing Financing (NPF) yang
mempengaruhi Return on Asset (ROA).
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kantor UJKS – KSU Jabal Rahmah yang
beralamat dijalan Melati No.12 Pulosari, Waru, Sidoarjo. Waktu penelitian ini
berlangsung selama 2 bulan yaitu mulai 27 November 2017 – 26 Januari 2018.
Waktu Penelitian dilakukan pada jam operasional perusahaan yaitu pukul 08.00 –
16.00 WIB dalam setiap hari kerja.
48
Puguh Suharsono, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi dan Praktis
38
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.49 Populasi
dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan UJKS-KSU Jabal Rahmah
selama tiga tahun terakhir, periode Januari 2015 – September 2017 bulanan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang akan diteliti.50 Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini
adalah non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi
sampel. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah semua anggota
populasi sehingga metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah
sampel jenuh.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa sampel dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan UJKS-KSU Jabal Rahmah selama tiga tahun
terakhir yang terhitung mulai Januari 2015 – September 2017 yaitu
sebanyak 33 periode bulanan.
49
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,2011),80. 50 Muhammad, Meodologi Penelitian Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada,
39
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.51 Penelitian ini menggunakan dua
variabel yaitu :
1. Variabel Independen
Variabel independen atau yang dikenal sebagai variabel bebas yaitu
variabel yang menjadi sebab atau variabel yang mempengaruhi variabel
terikat.52 Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tingkat pembiayaan mura>bahah (X1) dan non performing financing (X2),
dimana variabel tersebut yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab dari
variabel terikat.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga dengan variabel terikat, yakni variabel
yang menjadi akibat atau dipengaruhi.53 Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah return on asset (Y), dimana variabel tersebut
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya tingkat
pembiayaan mura>bahah dan non performing financing.
51
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung:Alfabeta,2011),2. 52
Sugiyono, Statistika untuk …,254.
53
40
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran dari masing – masing variabel
terhadap indikator – indikator yang membentuknya.54 Definisi operasional
variabel yaitu suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara
memberikan arti atau menspesifikasikan ataupun memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Adapun definisi operasional yang diberikan peneliti dalam variabel
penelitian ini adalah :
1. Tingkat Pembiayaan Mura>bahah (X1)
Pembiayaan mura>bahah adalah tagihan atas suatu transaksi jual beli
barang dengan meyertakan harga perolehan dan keuntungan yang telah
disepakati antara penjual dan pembeli, atas transaksi tersebut menimbulkan
adanya kewajiban untuk melunasi kewajibannya beserta imbalan berupa
margin sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan sesuai diawal akad.
2. Non Performing Financing (X2)
NPF merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat risiko
pembiayaan bermasalah dengan cara membandingkan jumlah pembiayaan
bermasalah dengan tingkat pembiayaan yang disalurkan (dalam bentuk %)
3. Return on Asset (Y)
Return on Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) berdasarkan
pemanfaatan aset (dalam bentuk persentase).
54
41
F. Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Sesuai dengan pemaparan sebelumnya, maka data yang akan dihimpun
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikemukakan oleh pihak yang
terlibat dalam proses penyusunan laporan keuangan UJKS-KSU Jabal
Rahmah UJKS. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
yang dilakukan penulis kepada informan mengenai pengaruh tingkat
pembiayaan mura>bahah yang disalurkan dan risiko pembiayaan
bermasalah terhadap profitabilitas return on asset.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data
kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data menenai laporan keuangan
UJKS- KSU Jabal Rahmah yang berkaitan dengan tingkat pembiayaan
mura>bahah yang disalurkan, jumlah pembiayaan bermasalah, laba rugi,
neraca, dan profil UJKS-KSU Jabal Rahmah yang terdiri dari sejarah,
visi, dan misi.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan