• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI ANAK JALANAN BAB I PENDAHULUAN - KONSEP DIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP DIRI ANAK JALANAN BAB I PENDAHULUAN - KONSEP DIRI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengemis dan anak jalanan, terutama di ibukota Jakarta.

Keberadaan anak jalanan juga memunculkan berbagai stigma negative dari masyarakat. Mungkin bila kita melihat anak jalanan atau pengamen, yang selalu ada di pikiran kita adalah anak yang kotor, kumuh, tidak berpendidikan dan nakal.

(2)

BAB II TEORI A. Pengertian Anak Jalanan

Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16).

B. Pengertian Konsep Diri

Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011 : ) konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan psikologis. Citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, sedangkan citra diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.

Song dan Hattie (dalam Nia, 2011 : ) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep diri non akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum dapat dibedakan menjadi konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan penampilan diri.

(3)

Menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmad (1985: 125) yang menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.

Menurut (Mulyana, 2000:7) menyatakan konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu.

Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, maka dasar teori yang digunakan untuk menyusun kisi-kisi konsep diri adalah gabungan dari teori Hurlock dan teori Song & Hattie yang menyatakan konsep diri adalah gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Dimensi konsep diri mencakup citra diri fisik, citra diri psikologis dan konsep diri sosial. Indikator citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, indikator citra diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan indikator konsep diri sosial adalah pandangan, penilaian siswa terhadap kemampuan bergaul dan kerjasama dengan orang lain.

C. Ciri- Ciri Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental terhadap diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Dimensi pertama adalah pengetahuan. Segala pengetahuan yang dimiliki oleh individu ini dapat tercermin dalam keluarga, sekolah serta teman sebaya. Salah satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:

 mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,

(4)

 mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,

 bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,

 menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,

 kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri,

sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,

 memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan

 tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada

dirinya.

C. Manfaat Mengetahui Konsep Diri

Dengan adanya konsep diri individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.

1. Teori perkembangan

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat).

(5)

diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception (persepsi diri sendiri).

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

 Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.

 Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan

membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.

 Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.

 Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri

(6)

 Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.

 Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.

 Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang

(7)

BAB III KASUS

Untuk mengetahui dinamika konsep diri pada anak jalanan kami melakukan penelitian melalui wawancara terhadap 3 anak jalanan.

1. Iis/Perempuan/15 tahun/orang tua sudah meninggal, memiliki 2 kakak 1 adik

a. Sudah berapa lama mengamen? 5 tahun

b. Alasan Mengamen? orang tua dan kakak juga mengamen, males sekolah, di rumah banyak aturan.

c. Sikap orang tua? Boleh asal inget pulang

d. Gambaran diri? Ga banyak tingkah, cuek, suka menyanyi

e. Bagaimana sikap kalian dengan profesi mengamen? Seneng karena dapet duwit, trus bisa ngumpul bareng temen.

f. Cita-cita pengen jadi apa? gimana cara mewujudkannya? sebenernya pengen jadi dokter tadinya ya sekolah tapi karena sekarang dah gak sekolah pengen bisa beli sesuatu jadi sambil nabung.

g. Bayangan kamu 20 tahun mendatang seperti apa? Bisa beli rumah.

h. Penilaian orang lain tentang kamu? Bagaimana kamu menyikapinya? Orang lain sih biasa aja. Walaupun kadang ada juga yang ga suka dengan cara berpakaian saya. Tapi saya cuek yang penting saya ga merugikan mereka.

i. Hubungan dengan teman bagaimana? Baik- baik saja. Tapi kalau ada yang nyolotin ya di lawan.

j. Siapa orang yang paling penting dan berpengaruh buat kamu? Sahabat.

2. Devi/Perempuan/15 tahun/ orang tua pernah menjadi pengamen a. Sudah berapa lama mengamen? 5 tahun

b. Alasan Mengamen? Dari orang tua

c. Sikap orang tua? Orang tua tahu dan biasa aja

d. Gambaran diri? Ga suka sama orang yang songong, setia kawan,slengekan

e. Bagaimana sikap kalian dengan profesi mengamen? Senang, dapet duwit

(8)

g. Bayangan kamu 20 tahun mendatang seperti apa? Membahagiakan orang tua

h. Penilaian orang lain tentang kamu? Bagaimana kamu menyikapinya? Biasa aja, saya cuek tapi kalau ada yang iseng ya di lawan, masak kalau kita diinjek-injek mau diem aja.

i. Hubungan dengan teman bagaimana? Baik- baik saja. Tapi kalau ada yang nyolotin ya di lawan.

j. Siapa orang yang paling penting dan berpengaruh buat kamu? Teman, soalnya kalau ada apa-apa ceritanya ma teman

3. Fani/Perempuan/15 tahun/anak tunggal dan hanya memiliki ibu dulu pengamen

a. Sudah berapa lama mengamen? 7 tahun

b. Alasan Mengamen? Diajak teman, tulang punggung c. Sikap orang tua? Sebenernya ga boleh

d. Gambaran diri? Pemalu, bisa main gitar

e. Bagaimana sikap kalian dengan profesi mengamen? Seneng bisa dapet duwit

f. Cita-cita pengen jadi apa?gimana cara mewujudkannya? Pengen jadi gitaris, latihan main gitar.

g. Bayangan kamu 20 tahun mendatang seperti apa? Bahagiain ibu

h. Penilaian orang lain tentang kamu? Bagaimana kamu menyikapinya? Biasa aja. i. Hubungan dengan teman bagaimana? Baik- baik saja. Kalau ada yang ngajak rebut ga

ditanggepin.

(9)

BAB IV PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara menggambarkan tentang beberapa dimensi konsep diri dari subyek Penelitian. Menurut Calhoun dan Acocella 1995, terdapat tiga dimensi pencitraan diri yakni pengetahuan tentang diri, harapan dan penilaian/evaluasi.

Dimensi pertama adalah pengetahuan. Segala pengetahuan yang dimiliki oleh individu ini dapat tercermin dalam keluarga, sekolah serta teman sebaya. Salah satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah. Menurut Burns (1993), merasa tidak disenangi adalah salah satu ciri dari individu yang memiliki konsep diri negative.

Keseharian mereka diisi dengan mengamen dan menjadi joki dari satu tempat ke tempat lain selama hampir seharian penuh. Senin hingga jumat mereka biasanya menjadi joki three in one. Sabtu Minggu mereka mengamen, maka dari sini subjek dikategorikan kedalam anak jalanan yang hidup dijalan (children of the street).

Dalam pergaulan teman sebayanya, ketiga subyek merasa baik-baik saja dan dapat diterima dalam komunitasnya dengan baik walaupun subyek berada di dalam komunitas pengamen jalanan yang seringkali diidentikkan dengan kegiatan yang negative tetapi subjek memiliki sesuatu yang dapat menimbulkan pencitraan yang positif bagi dirinya sendiri.

Ketiga subyek mengaku menikmati kegiatan mengamen dan tidak ada paksaan atau tekanan. Bagi mereka mengamen adalah suatu kegiatan yang menyenangkan karena mereka memang suka menyanyi, mereka dapat berinteraksi dengan teman sesama pengamen dan dari mengamen mereka juga bisa mendapatkan uang.

(10)

penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek cenderung memiliki konsep diri yang positif.

Berikutnya adalah dimensi harapan. Pengharapan ini bersifat diri ideal artinya apapun tujuan dan harapan subjek maka subjek akan berusaha untuk menciptakan suatu motivasi baik dari dalam ataupun luar diri subjek untuk mencapainya. Dalam kasus ini subjek Iis memiliki beberapa harapan seperti ingin memiliki sesuatu yang dapat ia banggakan ketika nanti dia pulang ke rumah dia juga optimis dengan mimpinya untuk bisa membeli rumah. Dalam dimensi ini subjek berusaha mewujudkan harapannya melalui tabungan yang ia buat untuk cita-citanya. Pencitraan diri yang sangat positif terlihat dari kegigihannya untuk menjalani hidup dan dia begitu menikmati menjadi anak jalanan.

Pada subjek Devi dia memiliki harapan untuk menjadi anak yang sholeh dan bisa membahagiakan orang tuanya. Menurut subyek saat ini dia belum memiliki motivasi untuk mengubah citra dirinya dari segi perilaku dan penampilan dari anak yang bandel. Dia ingin menjadi dirinya sendiri saat ini. Namun dia memiliki keyakinan suatu saat dia dapat merubah tingkah lakunya.

Sedangkan pada subjek Fanny dia memiliki sebuah cita-cita menjadi seorang gitaris dan bisa membahagiakan ibunya. Usahanya yang fanny lakukan saat ini adalah dengan berlatih bermain gitar dan menurutnya mengamen di jalanan adalah sarana bagi fani untuk melatih kemampuanya.

Dimensi yang ketiga adalah penilaian atau evaluasi. Evaluasi diri sendiri disebut sebagai harga diri yang akan menentukan sebagimana penerimaan lingkungan terhadap dirinya. Semakin jauh perbedaan penggambaran tentang diri dengan penerimaan lingkungan yang terjadi akan semakin rendah harga diri seseorang. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan komponen terpenting dalam hidup seorang individu.

(11)

tidak akan terganggu dengan adanya merea. Sehingga mereka tidak perlu merasa bersalah ataupun malu.

Gambaran tentang diri subjek dengan gambaran penerimaan yang baik mengakitbatkan subjek memiliki pandangan yang tinggi akan harga dirinya. Ini menunjukkan adanya pencitraan diri yang positif dalam diri subjek.

(12)

BAB V KESIMPULAN

Konsep diri belum ada ketika lahir, konsep diri berkembang dari proses belajar. Konsep diri dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu pengetahuan diri, harapan dan evaluasi.

Individu dengan konsep diri yang positif dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena senantiasa melimpahkan kasih dan sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel 3, dapat diketahui bahwa perlakuan hormon giberelin dan perlakuan pemberian air leri berpengaruh nyata, dimana pemberian

Wawancara yang dilakukan kepada 5 orang siswa yang berada dikawasan rawan bencana belum menentukan apa yang akan dilakukan pada saat erupsi terjadi.Tujuan

Nurhadi dalam sitiavana mengungkapkan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara

Simpulan berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung gathot (ketela terfermentasi) dalam ransum ayam broiler tidak memberikan pengaruh terhadap

Tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yang menggunakan model. pembelajaran kooperatif tipe jigsa w dengan model

Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu berkaitan dengan Afirmasi positif, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitan yang akan

MEDIA CENTER & SINGLE BOARD COMPUTER Dalam merancang sistem yang dibutuhkan untuk implementasi sistem informasi kuliner berbasis Single Board Computer ini,