• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DENGAN CHAIN SAW STIHL 070 PADA AREAL.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DENGAN CHAIN SAW STIHL 070 PADA AREAL.pdf"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN DENGAN CHAIN SAW STIHL 070 PADA AREAL IPKTM DESA LAPODIDI KECAMATAN KONTUNAGA

KABUPATEN MUNA

Oleh : DONY DASELVA

901 02 017

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN WUNA R A H A

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Produktivitas Penebangan dengan Chain Saw Stihl 070

pada Areal IPKTM Desa Lapodidi Kecamatan Kontunaga

Kabupaten Muna.

Nama : DONY DASELVA

Nomor Pokok : 901 02 017

Jurusan : Kehutanan

Laporan ini Disusun sebagai salah satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi

pada

Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Sekolah Tinggi Pertanian Wuna

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. H. Syahrir, M.TP. Ahmad Shabir Sam M., S.Hut.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Sekolah Tinggi Pertanian Wuna,

(3)

RINGKASAN

Dony Daselva (901 02 017) ”Produktivitas Penebangan dengan Chain Saw Stihl 070 pada Areal IPKTM Desa Lapodidi Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna” dibimbing oleh H. Syahrir dan Ahmad Shabir Sam M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas penebangan

dengan menggunakan Chain Saw Stihl 070 serta faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas penebangan. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Juni – Juli 2005 di Desa Lapodidi kecamatan Kontunaga Kabupaten

Muna.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan

data dengan melakukan observasi langsung di lapangan. Parameter yang

diukur adalah waktu yang digunakan oleh setiap elemen kerja dari kombinasi

faktor-faktor diameter pohon, tinggi penebangan dan volume pohon.

Sedangkan elemen kerja yang digunakan adalah Waktu Persiapan, Waktu

Takik Rebah, Waktu Takik Balas, Waktu Hilang dan Waktu Total. Waktu yang

diamati adalah waktu aktual yang digunakan oleh pekerja di lapangan.

Dengan menggunakan analisis regresi maka didapatkan bahwa

waktu yang digunakan untuk membuat takik rebah dan takik balas

dipengaruhi oleh besarnya diameter pohon. Waktu persiapan untuk

menebang 20 pohon yaitu rata-rata 53,4 detik/pohon, sedangkan rata-rata

waktu hilang selama berlangsungnya kegiatan penebangan adalah 54,8

(4)

Nilai rata-rata produktivitas penebangan pohon pada Areal IPKTM

Desa Lapodidi Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna adalah 74,7356

(5)

KATA PENGATAR

Dengan Memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT., atas

berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Hasil Penelitian ini yang merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Sekolah

Tinggi Pertanian Wuna.

Dalam pelaksanaan Penelitian hingga penyusunan laporan ini,

penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai

pihak, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan

penelitian maupun dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak

terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, sehingga penulis sangat

mengharapkan saran beserta kritikan dari pembaca yang sifatnya

membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua terutama bagi diri pribadi penulis. Amin .

Raha, September 2006

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Eksploitasi Hutan ... 4

B. Penebangan ... 5

C. Produktivitas ... 11

III. METODE PRAKTEK A. Waktu dan Tempat ... 14

B. Alat dan Bahan ... 14

C. Metode Praktek ... 14

(7)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ... 38

a. Penebangan ... 38

1. Waktu Takik Rebah ... 38

2. Waktu Takik Balas ... 40

3. Waktu Persiapan ... 43

4. Waktu Hilang ... 43

5. Waktu Total... 43

b. Produktivitas Penebangan ... 45

B. Pembahasan ... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Luas Hutan Berdasarkan Fungsi Hutan ... 19

2. Luas Hutan Menurut Keadaan Wilayah Areal HPH PT Bintang Arut ... 20

3. Jenis Tanah pada Berbagai Jenis Penutupan Lahan di Areal HPH PT Bintang Arut ... 21

4. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata Per Bulan di Areal HPH PT Bintang Arut ... 23

5. Suhu Rata-rata Per Bulan di Sekitar Areal HPH PT Bintang Arut ... 24

6. Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Penutupan Lahan ... 25

7. Jumlah Penduduk Bermur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pengelompokkan Lapangan Pekerjaan Utama Tingkat Kecamatan

di Sekitar Areal HPH ... 27

8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut

Kecamatan/Desa/Kelurahan di Sekitar HPH PT Bintang Arut ... 28

9. Realisasi Penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan Indonesia Tahun

1999/200... 32

10. Jumlah Tenaga Kerja/Karyawan HPH PT Bintang Arut yang Telah

Mengikuti Diklat/Kursus Non Formal Berdasarkan Jenis Kegiatan ... 33

11. Jumlah Tenaga Kerja/Karyawan HPH PT Bintang Arut yang Telah

Mengikuti Diklat/Kursus Formal Berdasarkan Jenis Kegiatan ... 34

12. Komposisi dan Jumlah Peralatan yang Digunakan Per Tahun dan

selama Jangka Pengusahaan ... 36

13. Prakiraan Perhitungan Waktu Takik Rebah pada Berbagai Variasi

Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan ... 38

14. Prakiraan Perhitungan Waktu Takik Balas pada Berbagai Variasi

Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan ... 41

15. Waktu Total yang Digunakan dalam Kegiatan Penebangan pada

Setiap Elemen Kerja... 44

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Pembuatan Jalur Penyelamatan ... 7

2. Pembersihan Pangkal Pohon ... 7

3. Kesalahan Dalam Menentukan Arah Rebah Pohon ... 9

4. Pembuatan Takik Rebah Searah dengan Arah Rebah Pohon ... 10

5. Pembuatan Takik Balas ... 11

6. Struktur Organisasi HPH PT Bintang Arut ... 31

7. Grafik Hubungan Waktu Takik Rebah pada Berbagai Variasi Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan ... 40

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Rekapitulasi Data Penebangan dengan Chain Saw Stihl 070 pada HPH PT Bintang Arut ……….. ... 51

2. Analisis Hubungan Antara Waktu yang Digunakan Untuk Membuat Takik Rebah (WTR) terhadap Diameter Pohon (DP) dan Tinggi Penebangan ... 52

3. Analisis Hubungan Antara Waktu yang Digunakan Untuk Membuat Takik Balas (WTB) terhadap Diameter Pohon (DP) dan Tinggi Penebangan ... 53

4. Dokumentasi Kegiatan di Lokasi Penebangan Pada Areal HPH PT Bintang Arut ... 54

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar hutan di Indonesia merupakan Hutan Hujan Tropika

Basah (± 89 juta Ha) yang tersebar di seluruh kepulauan kita, terutama di

luar Pulau Jawa. Hutan alam ini merupakan sumber produksi kayu, namun

potensi kayu yang besar dari suatu hutan tidak akan berarti bila kayu tersebut

tidak dieksploitasi. Teknologi bagaimana kayu itu diproduksi, pada

hakekatnya adalah penerapan dari ilmu teknik (engineering) di bidang

penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu.

Pengelolaan hutan milik di Kabupaten Muna mulai dilakukan secara

nyata sejak Pemerintah Daerah Kabupaten Muna membuka kesempatan

bagi perorangan maupun badan usaha untuk mengadakan pemungutan kayu

pada suatu kawasan dalam wilayah Kabupaten Muna, sebagaimana yang

dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2002 tentang Retribusi

Izin Pemungutan Kayu pada Tanah Milik (IPKTM).

Pengusahaan hutan pada dasarnya merupakan kegiatan untuk

memperoleh kayu dan hasil hutan lainnya dalam jumlah maksimal dari suatu

kawasan hutan. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan perencanaan yang

(12)

daya hutan. Kegiatan-kegiatan yang perlu diperhatikan adalah seperti

penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu.

Eksploitasi hutan alam produksi untuk mencukupi kebutuhan

masyarakat akan kayu dan hasil-hasil hutan lainnya adalah persoalan yang

penting dalam bidang kehutanan. Untuk menentukan cara yang efisien dalam

pekerjaan eksploitasi hutan tidaklah mudah, karena pekerja harus bekerja

pada kondisi tertentu, sedang jalannya pekerjaan tergantung pula pada

keadaan hutan, diameter pohon dan juga peralatan yang dipergunakan

dalam penebangan (Departemen Kehutanan, 2002).

Dengan semakin canggihnya teknologi khususnya dalam bidang

eksploitasi hutan, penebangan dengan menggunakan kapak dianggap sudah

tidak efisien lagi karena membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.

Hal ini menyebabkan para pemegang IPKTM di Kabupaten Muna hanya

memusatkan pada penggunaan alat mekanis yaitu Chain Saw, yang

dianggap lebih efisien. Penebangan dengan menggunakan Chain Saw

diharapkan dapat meningkatkan produksi baik kuantitas maupun kualitasnya,

disamping juga dapat menjamin azas kelestarian sehingga dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang secara otomatis dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya.

Pada umumnya pemegang IPKTM di Kabupaten Muna menggunakan

Chain Saw dengan tipe Stihl 070 karena selain jenis ini efisien dalam

(13)

akan dieksploitasi atau ditebang berkisar rata-rata antara 28 cm sampai

dengan 80 cm.

B. Hipotesis

Diduga bahwa faktor diameter kayu dan tinggi penebangan pohon

mempengaruhi produktivitas penebangan pada areal IPKTM di Desa

Lapodidi Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna.

B. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui produktivitas penebangan dengan menggunakan Chain

Saw Stihl 070.

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

penebangan dengan menggunakan Chain Saw Stihl 070.

2. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi

mengenai besarnya volume kayu yang diproduksi dengan

(14)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para

Pemegang IPKTM di Kabupaten Muna dalam menyusun standar

pemberian upah dan tenaga kerja.

E. Konsep Operasional

1. Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah produksi yang

dihasilkan (output) dan jumlah waktu yang digunakan selama kegiatan

penebangan berlangsung (input).

2. Takik rebah adalah kowakan yang dibuat sedalam lebih kurang sepertiga

diameter pohon atau membentuk sudut 45o.

3. Takik balas adalah keratan dasar yang dibuat dari arah yang berlawanan

dengan takik rebah dengan ukuran antara 6/10 – 7/10 dari diameter

pohon.

4. Tinggi penebangan adalah jarak tebangan dari tanah ke tempat

pembuatan takik rebah dan takik balas.

5. Waktu persiapan adalah waktu yang dipergunakan sebelum melakukan

penebangan (menentukan arah rebah dan membersihkan tumbuhan

bawah).

6. Waktu hilang adalah waktu yang terbuang selama berlangsungnya

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Eksploitasi Hutan

Eksploitasi berasal dari kata latin ”Explicare” yang berarti membuka

lipatan, namun dipakai dalam pengertian mewujudkan atau mengerjakan.

Jadi eksploitasi hutan adalah melaksanakan pemungutan hasil hutan baik

kayu maupun non kayu termasuk semua tindakan yang berhubungan

dengan penebangan, pembagian batang, pengangkutan, penimbunan dan

penjualan hasilnya. Sehingga eksploitasi hutan adalah bagaimana

mengeluarkan kayu dari dalam hutan atau kebun masyarakat untuk siap

dikonsumsi atau diproses lebih lanjut (Juta, 1954).

Perencanaan eksploitasi hutan adalah seluruh proses pemikiran dan

penentuan secara matang dari hal-hal atau tindakan yang hendak diambil

untuk masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan (Dipodiningrat dan Fanani, 1980).

Menurut Wackerman (1949), ada enam tahap pokok dalam kegiatan

eksploitasi hutan, yaitu :

1. Pemilihan pohon yang akan di tebang.

2. Pemotongan, meliputi : penebangan, pemotongan cabang dan pembagian

batang.

(16)

4. Penyaradan.

5. Pemuatan.

6. Pengangkutan.

Sesuai dengan tahap-tahap eksploitasi tersebut, maka kegiatan

penebangan dan pembagian batang termasuk pada tahap kedua yaitu

pemotongan.

B. Penebangan

Penebangan adalah kegiatan pemungutan kayu dari pohon yang

berdiameter sama dengan atau lebih besar dari limit yang ditetapkan.

Maksud dari kegiatan penebangan adalah melaksanakan pemungutan

kayu dari blok dan petak kerja tahunan yang diizinkan atas pohon-pohon

yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter limit yang

telah ditetapkan secara optimal dan membatasi sedikit mungkin kerusakan

terhadap tegakan tinggal, sedangkan tujuan dari kegiatan penebangan

adalah untuk mendapatkan bahan pasokan industri pengolahan kayu

dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang memenuhi persyaratan.

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi dalam kegiatan penebangan

adalah keadaan pohon, keadaan lapangan, keadaan cuaca, keadaan alat

serta keterampilan dan pengalaman operator (Departemen Kehutanan,

(17)

Menebang pohon merupakan pekerjaan yang paling berbahaya dalam

operasi rimba, hal ini menuntut tenaga yang terampil dan pekerjaan yang

direncanakan secara cermat (Sanjoto, 1956). Sedangkan menurut Soenarso,

dkk. (1972) mengemukakan bahwa usaha untuk menaikkan produksi dan

kualitas kayu tidak lepas dari efisiensi kerja dalam bidang penebangan

seperti cara-cara penggunaan dan pemeliharaan peralatan adalah hal

penting dalam efisiensi waktu, tenaga dan biaya.

Junus, dkk. (1984) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam kegiatan penentuan arah rebah, cara menebang dan alat

penebangan yang digunakan. Ada beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan

dalam melaksanakan kegiatan penebangan. Urutan-urutan pekerjaan

penebangan tersebut adalah :

1. Membersihkan Rintangan

Jalur pengaman pada pelaksanaan penebangan hutan sangat

perlu dipersiapkan dalam usaha menghindari kecelakaan kerja. Bahaya

kecelakaan pada waktu penebangan pohon dalam rimbah tropis yang

lebat akan berkurang jika daerah disekeliling pangkal pohon yang akan

ditebang diadakan pembersihan serta di buat lorong-lorong pelarian.

Dua lorong harus dibersihkan sejauh 20 – 30 meter di luar

jangkauan tajuk pohon yang akan ditebang dengan arah yang berlawanan

(18)

Sebelum mulai menggergaji, operator memeriksa pangkal pohon

dan membuang kotoran kulit kayu dari tempat yang akan dibuat potongan,

dan juga tanaman yang menjalar pada pohon yang akan di tebang harus

dipotong sebelum menggergaji. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 1 dan 2.

2. Menentukan Arah Rebah

Menurut Juta (1954), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penentuan arah rebah pohon, yaitu :

a. Keadaan lapangan (lereng, datar dan berbukit).

Sedapat mungkin jangan merebahkan batang pada lapangan yang

tidak rata, yang menyebabkan terjadinya pecah-pecah pada batang

sehingga kualitasnya berkurang.

Contoh seperi terlihat pada Gambar 3.

Keterangan :

a. Arah rebah pohon

b. Tempat meletakkan perlengkapan

penebangan.

c. Daerah yang sudah dibersihkan

d. Jalan/jalur penyelamatan.

Gambar 1. Pembuatan Jalur Penyelamatan. c

a

b

(19)

Gambar 2. Pembersihan Pangkal Pohon

b. Keadaan pohon dan letaknya di dalam hutan

Tajuk pohon yang tumbuhnya sebagian besar condong ke satu arah

dan keadaan pohon yang miring, biasanya menetapkan arah rebah.

Selain dari itu harus pula diperhatikan tentang perlindungan dan

penghindaran dari luka-luka dan kerusakan pohon-pohon yang

ditebang dan sedapat mungkin harus memelihara permukaan yang

ada.

c. Arah penyaradan ke luar dan pengangkutan.

Apabila pohon yang ditebang direbahkan ke sembarang arah, maka

penyaradan menjadi lebih sukar sehingga banyak waktu yang hilang.

Batang pohon yang akan ditebang sedapat mungkin direbahkan ke

dalam arah jalan sarad dan jalan pengangkutan sehingga tidak perlu

(20)

3. Membuat Takik Rebah

Takik rebah adalah kowakan yang dibuat serendah mungkin pada

pangkal batang agar pada bagian tersebut menjadi lemah kehilangan

penunjang sehingga pohon mudah rebah ke arah yang ditentukan.

Penebangan dimulai dengan membuat takik rebah yang tingginya berkisar

antara 0,5 – 0,75 meter di atas tanah. Pada pohon yang berbanir atau

pada lereng yang letaknya sulit, tinggi takik rebah dapat mencapai satu

meter lebih. Penebangan pohon yang berbanir dilakukan secara banir

vertikal terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan datar. Biasanya

sebelum memotong, dibuat dengan pemotongan arah mendatar

Takik rebah terdiri atas alas takik rebah dan atap takik rebah,

dimana alas takik rebah dibuat dengan cara pemotongan arah mendatar,

sedang atap takik rebah dibuat memotong miring batang pohon hingga

(21)

Akibat pohon rebah menimpa tunggak

Akibat pohon rebah menimpa batu

Akibat pohon rebah ke selokan

Akibat pohon rebah menimpa batang

Gambar 3. Kesalahan dalam Menentukan Arah Rebah Pohon a)

b)

c)

(22)

Proses pembuatan takik rebah dengan mesin dilaksanakan

dengan terlebih dahulu membuat atap takik yang diteruskan dengan

membuat alasnya. Takik rebah untuk pohon-pohon yang berdiameter

besar, bagian tengah alas takik rebahnya perlu diperdalam dengan jalan

mengerat serat-serat hati pohon. Bila ternyata keping rantai tidak

mencukupi mata gergaji terpaksa diletakkan pada alas takik rebah,

sehingga permukaan kerataan serat hati akan lebih tinggi dari alas takik

rebah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembuatan Takik Rebah Searah dengan Arah Rebah.

4. Membuat Takik Balas

Takik balas adalah kerataan datar yang dibuat dari arah yang

berlawanan dengan arah takik rebah, dengan maksud agar kekuatan Keterangan :

a. Arah rebah

b. Atap takik rebah

(23)

serat-serat kayu pada bagian tersebut menjadi lemah, sehingga

mempermudah rebahnya pohon.

Proses pembuatan takik balas diatur dengan tinggi 1/10 diameter

pohon di atas alas takik rebah. Bila takik balas terlalu tinggi, maka ujung

takik akan pecah. Bila takik balas terlalu rendah, maka arah rebah pohon

akan berlawanan dengan arah yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dalamnya yaitu antara 6/10 – 7/10 diameter pohon, untuk lebih jelasnya

pembuatan takik balas dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pembuatan Takik Balas. Keterangan :

a. Takik rebah sedalam 3/10 diameter

pohon

b. Takik balas sedalam 6/10 sampai

7/10 diameter pohon

c. Tinggi takik balas (1/10 diameter)

dari alas takik rebah

d. Bagian kayu yang dipertahankan

(24)

C. Produktivitas

Lusier dalam Lukito (1990) mengemukakan bahwa hubungan antara

waktu kerja dan produktivitas dapat dinyatakan dengan menggunakan

analisis regresi. Dimana untuk mencari hubungan waktu sebagai

dependen faktor-faktor yang mempengaruhinya (independen faktor) yang

dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, …, Xp)

Dimana : Y = Waktu penebangan

X = Faktor-faktor yang mempengaruhinya

Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran dan masukan.

Produktivitas pada dasarnya hanya dapat dicapai bila faktor-faktor output

dan bahan baku digunakan secara efisien. Oleh sebab itu produktivitas

juga dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara jumlah output yang

dihasilkan dengan jumlah setiap input yang dipergunakan selama output

berlangsung (Departemen Kehutanan, 2002).

Prastowo (1982) dalam Mustaming (1990) mengemukakan bahwa

produktivitas kerja adalah perbandingan antar hasil kerja berupa

barang/jasa dengan sumber/tenaga kerja yang dipakai dalam proses

produksi tersebut. Sedangkan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi

(25)

keadaan cuaca, keadaan alat serta keterampilan dan pengalaman

operator.

Wignjosoebroto (1989) mengemukakan bahwa berbicara mengenai

produktivitas kerja, maka hal ini selalu dikaitkan dengan pengertian

efektifitas dan efisiensi kerja. Menilai pengertian produktivitas sering kali

diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran

(output) dan masukan (input). Rasio keluaran dan masukan ini dapat juga

dipakai untuk menghampiri usaha yang dilakukan manusia. Sebagai

ukuran efisiensi atau produktivitas kerja manusia, maka rasio tersebut

umumnya berbentuk keluaran yang dihasilkan dalam aktivitas kerja dibagi

dengan jam kerja (man hourse) yang dikontribusikan sebagai dimensi tolak

ukurnya.

Dalam usaha peningkatan produksi, kelestarian sumber daya alam

harus diperhatikan karena efisiensi dapat pula diartikan sebagai usaha

pemanfaatan sumber daya alam secara minimum untuk menghasilkan

output dalam jumlah maksimal (Sanjoto, 1956).

Wignjosoebroto (1989) mengemukakan bahwa faktor produksi dan

prestasi kerja pada buruh tergantung pada metode dan cara kerja yang

digunakan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Peningkatan

produktivitas harus dilakukan dengan meningkatkan hasil kerja bagi setiap

(26)

upah tenaga kerja dalam bentuk uang bukanlah merupakan faktor

satu-satunya yang menentukan produktivitas buruh dan tidak selamanya tenaga

meningkat dengan dinaikkannya upah buruh.

Dalam penebangan, produktivitas dapat ditentukan dengan

berdasarkan waktu kerja yang dipergunakan untuk merubuhkan pohon dan

membagi batang. Hasil kerja tertentu dan waktu kerja yang semakin

(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan, yakni

mulai tanggal 12 Juni 2005 sampai dengan 12 Juli 2005. Lokasi Penelitian

bertempat di lokasi IPKTM Desa Lapodidi Kecamatan Kontunaga

Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pohon

2. Chain Saw Type Stihl 070

3. Parang

4. Stop watch

5. Roll meter

6. Pita meter

(28)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan

data yang dilakukan dengan observasi langsung di lapangan. Parameter

yang diukur adalah waktu yang digunakan untuk setiap elemen kerja dari

kombinasi faktor-faktor berikut :

1. Diameter Pohon (DP) dalam cm

2. Tinggi Penebangan (TP) dalam cm

3. Volume Pohon (V) dalam m3

Elemen kerja yang digunakan adalah :

1. Waktu Perisiapan (WP) yaitu kegiatan menentukan arah rebah,

membersihkan tumbuhan bawah.

2. Waktu Takik Rebah (WTR) yaitu waktu yang digunakan dalam membuat

takik rebah

3. Waktu Takik Balas (WTB) yaitu waktu yang digunakan dalam membuat

takik balas

4. Waktu Hilang (WH) yaitu waktu yang terbuang selama kegiatan

penebangan

5. Waktu Total (WT) yaitu keseluruhan waktu yang digunakan dalam

kegiatan penebangan.

(29)

D. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan analisis

regresi linear sederhana untuk memperoleh persamaan regresi dari waktu

pembuatan takik rebah dan takik balas. Sedangkan untuk melihat sejauh

mana pengaruh diameter pohon dan tinggi penebangan terhadap waktu

pembuatan takik rebah dan takik balas dilakukan uji statistika yakni Uji-F

dan Uji-t.

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau

kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

Y = a + bX

Dimana :

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprekdisikan.

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Untuk mendapatkan nilai total waktu maka waktu yang digunakan

pada setiap elemen kerja dijumlahkan, sedangkan untuk mendapatkan

(30)

perbandingan antara volume yang dihasilkan dan total waktu yang

(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil a. Penebangan

1. Waktu Takik Rebah

Berdasarkan hasil analisis regresi data waktu pembuatan takik

rebah (WTR) terhadap diameter pohon (DP) dan tinggi penebangan

(TP) (Lampiran 2), diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

WTR = -2,000 + 1,025 DP + 0,191 TP ………..……….(1)

R2 = 0,987

Berdasarkan persamaan di atas prakiraan perhitungan waktu

takik rebah dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Prakiraan Perhitungan Waktu Takik Rebah pada Berbagai Variasi Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan.

(32)

Nilai koefisien determinasi pada persamaan di atas sebesar

0,987 menunjukan bahwa peubah bebas memberikan kontribusi

sebesar 98,7 % terhadap peubah tidak bebas lainnya yang tidak dapat

dijelaskan oleh persamaan.

Untuk melihat sejauh mana pengaruh Diameter Pohon dan

Tinggi Penebangan terhadap Waktu Takik Rebah dalam persamaan

regresi tersebut, terlebih dahulu diadakan pengujian sebagai berikut :

a. Statistik Uji – F

Pada taraf nyata α = 5 %, nilai F(2,17 ; 0,05) = 3,59 sedangkan

nilai F hitung = 643,480. Dengan nilai F hitung sebesar 643,480

menunjukkan bahwa Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan

berpengaruh nyata terhadap Waktu Takik Rebah atau

sekurang-kurangnya ada satu peubah bebas yang secara statistik

berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas, berarti model di

atas dapat digunakan dalam penggunaan waktu yang digunakan

dalam membuat Takik Rebah.

b. Statistik Uji – t

Untuk mengetahui pengubah bebas mana yang

berpengaruh nyata terhadap waktu Takik Rebah, maka dilakukan

uji – t dengan hipotesis sebagai berikut :

(33)

Ho ; B2 = 0 lawan H1 = B2 ≠ 0

Pada taraf nyata α = 5 % dengan derajat bebas 17

diperoleh F (17 ; 0,025) = 2,110 sedangkan untuk nilai t hitung untuk

Diameter Pohon = 16,350 dan untuk Tinggi Penebangan = 3,258.

Berdasarkan kedua nilai t hitung maka diketahui Diameter Pohon

dan Tinggi Penebangan berpengaruh nyata terhadap Waktu Takik

Rebah.

Dari tabel Prediksi Waktu Takik Rebah di atas dapat dibuat

grafik yang menunjang hubungan antara waktu yang digunakan

dalam membuat takik rebah, dengan Diameter Pohon dan Tinggi

penebangan dapat dilihat pada Gambar 7.

Diameter Pohon

(34)

2. Waktu Takik Balas

Berdasarkan hasil analisis regresi data waktu pembuatan takik balas (WTB) terhadap diameter pohon (DP) dan tinggi penebangan (TP) (Lampiran 3), diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

WTB = -5,906 + 0,653 DP + 0,132 TP ……….. (2)

R2 = 0,960

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

Berdasarkan persamaan di atas Prediksi Perhitungan Waktu Takik Balas dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Prakiraan Perhitungan Waktu Takik Balas Pada Berbagai Variasi Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan

TP

Nilai koefisien determinasi pada persamaan di atas sebesar

0,960 menunjukkan bahwa peubah bebas memberikan kontribusi

(35)

pengaruh peubah tidak bebas lainnya yang tidak dapat dijelaskan oleh

persamaan.

Untuk melihat sejauh mana pengaruh Diameter Pohon dan

Tinggi Penebangan terhadap Waktu Takik Balas dalam persamaan

regresi tersebut, terlebih dahulu diadakan pengujian sebagai berikut :

a. Statistik Uji – F

Pada taraf nyata α = 5 %, nilai F(2,17 ; 0,05) = 3,59 sedangkan

nilai F hitung = 203,623. Dengan nilai F hitung sebesar 203,623

menunjukkan bahwa Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan

berpengaruh nyata terhadap Waktu Takik Balas atau

sekurang-kurangnya ada satu peubah bebas yang secara statistik

berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas berarti model di

atas dapat digunakan dalam membuat Takik Balas.

b. Statistik Uji – t

Untuk mengetahui pengubah bebas mana yang

berpengaruh nyata terhadap waktu Takik Rebah, maka dilakukan

uji – t dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho ; B1 = 0 lawan H1 = B1 ≠ 0

(36)

Pada taraf nyata α = 5 % dengan derajat bebas 17 diperoleh

F (17 ; 0,025) = 2,110 sedangkan untuk nilai t hitung untuk Diameter

Pohon = 9,078 dan untuk Tinggi Penebangan tidak berpengaruh

nyata terhadap Waktu Takik Balas karena t hitung lebih kecil dari t

tabel sedangkan Diameter Pohon berpengaruh nyata terhadap

Waktu Takik Balas.

Dari tabel Prediksi Waktu Takik Rebah di atas dapat dibuat

grafik hubungan antara waktu yang digunakan dalam membuat

takik balas, dengan Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan dapat

dilihat pada Gambar 8.

Diameter Pohon

Gambar 8. Grafik Hubungan Waktu Takik Balas Pada Berbagai Variasi Diameter Pohon dan Tinggi Penebangan

3. Waktu Persiapan

(37)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, waktu

persiapan yang digunakan untuk menebang sebanyak 20 pohon

adalah 1086 detik, berarti rata-rata waktu persiapan yang digunakan

untuk menebang setiap pohon adalah 53,4 detik. Secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 15.

4. Waktu Hilang

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, waktu hilang

yang terjadi selama kegiatan penebangan untuk 20 pohon adalah

1096 detik. Jadi rata-rata waktu yang terbuang dalam penebangan

setiap pohon adalah 54,8 detik. Secara lebih rinci dapat dilihat pada

Tabel 15.

Waktu hilang tersebut berupa waktu yang terbuang karena

mengisi BBM sementara penebangan sedang berlangsung, Chain

Saw macet atau terjepit dan lain-lain. Dalam hal ini adalah waktu yang

terbuang sejak dimulainya kegiatan pembuatan takik sampai pada

(38)

5. Waktu Total

Untuk mendapatkan nilai waktu total yang digunakan dalam

penebangan, maka waktu yang digunakan pada setiap elemen kerja

dijumlahkan. Untuk jelasnya, secara rinci disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Waktu Total yang Digunakan dalam Kegiatan Penebangan pada Setiap Elemen Kerja

(39)

WH = Waktu Hilang WT = Waktu Total

Pada Tabel tersebut memberikan gambaran bahwa total waktu

yang digunakan dalam menebang, merupakan keseluruhan waktu

yang digunakan dalam melakukan kegiatan penebangan.

b. Produktivitas Penebangan

Untuk mendapatkan nilai produktivitas penebangan sebagai salah

satu tujuan dari penelitian ini, maka digunakan persamaan :

Pr = WT

V

……… (7)

Dimana : Pr = Produktivitas (M3/jam)

V = Volume (M3)

WT = Waktu Total (jam)

Berdasarkan persamaan di atas maka diperoleh nilai produktivitas

penebangan pada IPKTM di Desa Lapodidi Kecamatan Kontunaga dapat

(40)

Tabel 16. Hasil Perhitungan Produktivitas Penebangan

Dari hasil analisis yang dilakukan maka diketahui nilai rata-rata

produktivitas penebangan adalah sebesar 74,7356 M3/jam. Nilai tersebut

dipengaruhi oleh waktu total dan volume kayu yang diproduksi. Waktu total

merupakan keseluruhan dari waktu kerja yang dipengaruhi oleh diemeter

pohon dan tinggi penebangan. Penentuan tinggi penebangan sangat

tergantung pada keadaan lapangan. Pada pohon-pohon yang berbanir

atau pada lereng yang letaknya sulit, tinggi pembuatan takik rebahnya

(41)

memotong banir yang vertikal terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan

memotong secara horisontal. Biasanya sebelum menebang, dibuatkan

para-para (semacam panggung) untuk memudahkan penebangan.

Hasil analisis yang sama pada dua lokasi IPKTM yang terletak di Desa

Wakumoro Kecamatan Parigi dan Desa Kampobalano Kecamatan

Sawerigadi didapatkan nilai rata-rata produktivitas penebangan pada

kedua IPKTM tersebut adalah 75,205 M3/Jam (Tangkur, 2005) dan 80,094

M3/Jam (Kaliandang, 2004). Dengan demikian nilai rata-rata produktivitas

penebangan pada IPKTM Desa Lapodidi Kecamatan Kontunaga masih

relatif lebih rendah dibandingkan dengan IPKTM lain di sekitarnya. Salah

satu faktor yang menentukan tingkat produktivitas penebangan adalah

keterampilan Operator Chain Saw.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan

dari pihak pemegang izin juga merupakan salah satu faktor yang

menentukan dalam peningkatan produktivitas penebangan, sehingga

waktu kerja tidak digunakan seefektif dan seefisien mungkin oleh pekerja.

Hal ini disebabkan oleh sistem penggajian yang diterapkan adalah sistem

borongan. Jadi gaji yang diterima tergantung dari berapa besar volume

kayu yang dihasilkan. Sementara besarnya standar produksi per satuan

waktu tertentu yang ingin dicapai bersifat tidak mengikat sehingga

(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Rata-rata waktu persiapan yang digunakan untuk menebang setiap pohon

adalah 53,4 detik.

2. Rata-rata waktu hilang yang terjadi dalam melakukan penebangan setiap

pohon adalah 54,8 detik.

3. Diameter pohon dan tinggi penebangan berpengaruh nyata terhadap

waktu yang digunakan dalam membuat takik rebah.

4. Diameter pohon berpengaruh nyata terhadap waktu yang digunakan

dalam membuat takik balas, sedangkan tinggi penebangan berpengaruh

tidak nyata.

5. Rata-rata produktivitas penebangan pada IPKTM Desa Lapodidi

Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna adalah 74,7356 M3/jam.

B. Saran

Untuk meningkatkan produktivitas penebangan, maka pihak

pemegang IPKTM sebaiknya mempersiapkan tenaga kerja yang terampil

melalui pendidikan khusus serta perlu meningkatkan pengawasan terhadap

tenaga kerja yang sedang bekerja agar waktu dapat dipergunakan seefektif

Gambar

Gambar 1.  Pembuatan Jalur Penyelamatan.
Gambar  2.  Pembersihan Pangkal Pohon
Gambar 3.  Kesalahan dalam Menentukan Arah Rebah Pohon
Gambar 4.  Pembuatan Takik Rebah Searah dengan Arah Rebah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.6 Grafik Hubungan antara temperatur air dengan waktu pemanasan air hingga 100ºC untuk variasi diameter lubang secondary airflow 5 mm jumlah 17 lubang

Hubungan antara motivasi kerja perawat dengan kecenderungan mengalami burnout pada perawat di RSUD Serui-Papua. Ergonomi, Studi gerak dan waktu, teknik analisis untuk

Analisis hubungan antara kepemimpinan dan kepercayaan pengawas dengan produktivitas kerja karena kepercayaan pengawas terhadap pekerja untuk membolehkan membawa

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara manfaat penerapan pengelolaan sisa material terhadap efektivitas biaya, waktu dan mutu konstruksi.. Kata

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemenuhan kebutuhan fisiologis dengan produktivitas kerja pada karyawan

Analisis hubungan antara kepemimpinan dan kepercayaan pengawas dengan produktivitas kerja karena kepercayaan pengawas terhadap pekerja untuk membolehkan membawa

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara disiplin kerja

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara kekuatan otot gastrocnemius dengan tinggi lompatan pada