BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Komoditas Jagung mempunyai peran yang sangat strategis, baik dalam sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai penggerak roda ekonomi nasional. Selain perannya sebagai pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, Jagung juga berkontribusi terhadap ketersediaan protein karena Jagung menjadi bahan baku pakan baik ternak maupun perikanan. Jagung menjadi penarik pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir yang berkontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia berpotensi sangat besar dalam meningkatkan produksi Jagung, baik melalui peningkatan luas tanam maupun peningkatan produktivitas (Anonim 1, 2016)
Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian kebutuhan Jagung di Indonesia untuk pemenuhan konsumsi (dan industri) sebesar 15,75 juta ton. Kebutuhan Jagung untuk konsumsi langsung sebesar 1,56 kg per kapita per tahun (Anonim 1, 2016), dan berdasarkan data proyeksi jumlah penduduk Indonesia 2010-2035 BAPPENAS pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia sebesar 259.268.079 jiwa (asumsi pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun), sehingga total kebutuhan Jagung untuk konsumsi langsung adalah 404.458 ton per tahun.
Dalam meningkatkan produksi tanaman Jagung ditemukan berbagai kendala, antara lain: kondisi musim tanam yang tidak sesuai dengan perkiraan, ketersedian air serta hama dan patogen penyakit yang menyerang tanaman yang menyebabkan penurunan produksi Jagung per satuan luas lahan. Dengan kondisi musim yang tidak menentu dalam kaitannya dengan hama dan penyakit akan mengakibatkan pola serangan yang berbeda, sehingga menyulitkan petani dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanamannya.
Pranata mangsa digunakan untuk menentukan waktu tanam pada era nenek moyang, yang didasarkan dari ilmu Titen-Niteni atau mencermati setiap tanda-tanda kejadian alam yang berlangsung untuk menentukan mangsa. Petani dapat memahami Pranata mangsa berdasarkan kejadian atau situasi alam yang dialami, yang terkait dengan usahataninya. Permasalahan yang muncul, antara lain serangan hama dan patogen penyakit tanaman dapat diramalkan dari tanda-tanda yang muncul berdasarkan pranata mangsa (Purwadi, 2008)
Saat ini pranata mangsa dianggap sudah tidak sesuai dengan keadaannya yang dikarenakan adanya perubahan iklim global dan tidak ada lagi koreksi terhadap kalender pranata mangsa (untuk disesuaikan dengan keadaan sekarang agar tetap dapat digunakan untuk menentukan periode tanam). Generasi muda enggan mempelajari pranata mangsa karena dianggap ilmu kuno yang sudah tidak sesuai dengan perubahan iklim saat ini.
Di daerah kecamatan Tulung umumnya petani tidak menggunakan jerami sebagai mulsa. Jerami padi yang tidak dimanfaatkan dapat digunakan sebagai mulsa. Pada musim kemarau pemberian jerami berfungsi menghalangi hilangnya air karena penguapan atau untuk mematikan tumbuhan pengganggu (gulma). Setelah mulsa jerami menjadi kompos, selain meningkatkan kadar hara makro dan mikro, juga bertindak sebagai penyangga kehidupan mikroorganisme pada permukaan tanah dan menyebabkan struktur tanah lebih remah dan kandungan bahan organiknya relatif stabil.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan ramalan
pranata mangsa versus kebiasaan petani) terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman Jagung.
2. Mengetahui pengaruh dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan ramalan pranata mangsa versus kebiasaan petani) yang dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia, hanya pemberian jerami, hanya penanaman refugia, dan tanpa pemberian jerami dan tanpa penanaman refugia terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman Jagung.
3. Mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman jagung yang ditanam dengan berbagai kombinasi perlakuan, yaitu: dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan ramalan pranata mangsa versus kebiasaan petani), yang dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia, hanya pemberian jerami, hanya penanaman refugia, dan tanpa pemberian jerami dan tanpa penanaman refugia.
4. Mengetahui jenis musuh alami dari hama tanaman jagung yang ditanam dengan berbagai kombinasi perlakuan, yaitu: dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan ramalan pranata mangsa versus kebiasaan petani), yang dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia, hanya pemberian jerami, hanya penanaman refugia, dan tanpa pemberian jerami dan tanpa penanaman refugia.
1.3. Signifikansi Penelitian
Signifikansi penelitian ini ditinjau dari segi ilmiah dan praktis sebagai berikut:
1. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pertumbuhan dan hasil panen, hama dan patogen penyakit serta musuh alaminya pada tanaman jagung yang ditanam pada dua waktu tanam yang berbeda (berdasarkan ramalan pranata mangsa versus kebiasaan petani) dan dikombinasikan dengan pemberian jerami dan penanaman refugia. 2. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan waktu penanaman Jagung yang mampu menghasilkan panen yang optimal.
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pertumbuhan dan hasil tanaman Jagung yang dikaitkan dengan waktu tanam (ramalan pranata mangsa versus kebiasaan petani). Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda, maka penelitian ini diberikan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Penanaman jagung dilakukan dalam dua waktu tanam berbeda, yaitu berdasarkan ramalan pranata mangsa versus kebiasan petani. Penanaman jagung di desa Daleman, kecamatan Tulung, kabupaten Klaten dilakukan berdasarkan kebiasaan petani, dari bulan Agustus 2016 – November 2016. Penanaman jagung di desa Gedong Jetis, kecamatan Tulung, kabupaten Klaten dilakukan berdarkan ramalan pranata mangsa (yang dibuat oleh Pusat Studi SIMITRO UKSW) dari bulan Oktober 2016 – Februari 2017.
2. Benih Jagung yang digunakan untuk ditanam pada penilitian ini adalah varietas NK6326.
5. Pengamatan komponen pertumbuhan (meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, bobot basah brangkasan dan bobot kering brangkasan) dimulai sejak benih jagung berkecambah hingga masak fisiologis.
6. Pengamatan hasil tanaman (meliputi jumlah biji per tongkol, bobot biji per tongkol, bobot biji per petak berukuran 2,5 m x 2,5 m, bobot biji per hektar dan bobot 1000 butir biji.
1.5. Model Hipotetik
Untuk menjelaskan tujuan penelitian ini, maka dibuat model hipotetik sebagai berikut :
Keterangan :
X 1 : Penanaman Jagung pada dua waktu tanam yang berbeda
X 2 : Pemberian jerami dan penanaman refugia, hanya pemberian jerami, hanya penanaman refugia, dan tanpa pemberian jerami dan tanpa penanaman refugia.
Y 1 : Populasi hama, serangan patogen penyakit dan populsi musuh alami pada setiap stadia pertumbuhan tanaman Jagung.
Y 2 : Pertumbuhan dan hasil panen tanaman Jagung
X 2 Y 2