TINJAUAN PUSTAKA
Kopi
Botani tanaman
Kopi termasuk keluarga besar (suku) Rubiaceae, keluarga Coffea. Di Indonesia dari keluarga ini dikenal ada beberapa varietas. Namun dari
bermacam-macam varietas yang diperkebunkan itu tidak nampak adanya perbedaan yang
besar. Bijinya berkeping dua (dikotil). Kalau tanaman dibiarkan saja, dapat
tumbuh sampai 10 meter tingginya (AAK, 2009).
Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
Jenis-jenis kopi
Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi tetapi yang sering
dibudidayakan hanya kopi robusta, arabika dan liberika. Penggolongan kopi
bukan merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari
beberapa spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 1999) 1. Kopi robusta
Kopi robusta digolongkan lebih rendah mutu cita rasanya dibandingkan
dengan citarasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi kopi robusta di seluruh
dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa lugas tidak boleh
mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi robusta memiliki
kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat (Siswoputranto, 1992).
Kadar kafein yang terdapat dalam kopi Robusta sedikit lebih tinggi
dibanding kopi Arabika. Sebaliknya jenis Arabika lebih banyak mengandung zat
gula dan minyak atsiri. Di negara-negara konsumen ramuan minuman kopi ini
biasanya dihidangkan dalam bentuk blending kopi Robusta dan Arabika. Selain meningkatkan cita rasa hasil blending juga menekan harga pokoknya, karena harga kopi arabika tercatat jauh lebih tinggi dibanding robusta (Spillane, 1990).
2. Kopi liberika
Kopi liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun
1965. Meskipun sudah cukup lama penyebarannya tetapi hingga saat ini
jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah yang kurang bagus dan
rendemennya rendah (Najiyati dan Danarti, 1999).
Jenis Liberika antara lain : kopi abeokutae, kopi klainei, kopi dewevrei,
kopi excelsa dan kopi dybrowskii. Diantara jenis-jenis tersebut pernah dicoba di
Indonesia tetapi hanya satu jenis saja yang menunjukkan hasil yang diharapkan
3. Kopi arabika
Kopi arabika adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya,
tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua dan berombak-ombak
(Botanical, 2010).
Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan arabika adalah abesinia, pasumah,
marago dan congensis (Najiyati dan Danarti, 1999).
Awalnya, jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu
liberika dan terakhir robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam di daerah
yang berketinggian 1.000-2.100 mdpl. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi,
cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Karena itu, perkebunan
kopi arabika hanya terdapat dibeberapa daerah tertentu (di daerah yang memiliki
ketinggian diatas 1000 mdpl). Beberapa daerah penanaman jenis kopi arabika
yang terkenal di Indonesia adalah Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Tapanuli
Utara, Dairi, Tobasa, Humbang Hasundutan, Mandailing, dan Karo), Provinsi
Aceh, Provinsi Lampung, Sulawesi, Jawa dan Bali (Panggabean, 2011).
Perkembangan kopi di Indonesia
Kopi Indonesia saat ini ditilik dari hasilnya, menempati peringkat keempat
terbesar di dunia. Kopi memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peranan
penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia diberkati dengan letak
geografisnya yang cocok bagi tanaman kopi. Pada awalnya kopi di Indonesia
berada dibawah pemerintah Belanda. Pada awalnya pemerintah Belanda menanam
kopi di sekitar daerah Batavia (Jakarta), Sukabumi dan Bogor. Kopi juga ditanam
di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera dan Sulawesi. Pada
memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu kopi juga ditanam di Timor
dan Flores. Jenis kopi yang ditanam disana adalah kopi Arabika. Kopi ini tidak
terserang hama (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Kopi sebagai penghasil devisa
Kopi diperdagangkan sejak dasawarsa terakhir, bukan saja dalam bentuk
traditional green coffee (biji kopi mentah) yang ditampung oleh para pengolah roasters, namun juga dalam bentuk olahan setengah jadi dan bahan jadi siap pakai,
di antaranya dalam bentuk: kopi bubuk (powdered coffee), kopi celup (Spillane, 1990).
Nama kopi sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi. Aromanya
yang harum, rasanya yang khas nikmat, serta khasiatnya yang dapat memberikan
rangsangan penyegaran badan membuat kopi cukup akrab di lidah dan digemari.
Penggemarnya bukan saja bangsa Indonesia, tetapi juga berbagai bangsa seantero
dunia. Sudah beberapa abad lamanya kopi menjadi bahan perdagangan, dan
karena inilah perkebunan kopi mendapat kepercayaan dan tugas berat dari
pemerintah untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagai
penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi tetapi negaranya tidak
menghasilkan kopi, sehingga negara tersebut harus membeli dari negara lain.
(Najiyati dan Danarti, 1999).
Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil
devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah
komoditas kopi. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan nasional yang
dapat berupa pembukaan kesempatan kerja serta sebagai sumber pendapatan
petani. Pengelolaan komoditas kopi telah membuka peluang bagi lima juta petani
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Lebih dari 90% produksi kopi Indonesia merupakan produksi kopi rakyat
dan sisanya adalah produksi kopi perkebunan besar milik negara dan swasta.
Sejak tahun 1984, Indonesia termasuk sebagai negara produsen dan pengekspor
kopi dunia ketiga setelah Brazil dan Kolumbia (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Umumnya tanaman kopi rakyat sudah berumur sudah tua sehingga tidak
produktif lagi. Teknologi yang digunakan pun sangat sederhana. Tidak heran bila
mutunya sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka langkah yang perlu
ditempuh oleh petani adalah:
1. Mengembangkan varietas kopi arabika unggul pada lahan yang sesuai
2. Mengganti tanaman tua dengan tanaman muda varietas unggul yang
dianjurkan
3. Menerapkan teknik budidaya yang benar
4. Menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan yang benar, baik cara
pemetikan, pengolahan, pengeringan maupun sortasi.
(Najiyati dan Danarti, 2008).
Pengolahan hasil
Di dalam dunia perdagangan, kopi hanya dapat diperdagangkan dalam
bentuk biji-bijian kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya.
hanya ada dua cara yaitu pengolahan kering (Oost Indische Bereiding) dan pengolahan basah (West Indische Bereiding) (AAK, 2009).
Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam cara proses
pengolahan :
1. Proses kering, amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus.
Setelah dipetik, kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10
sampai 15 hari. Baru setelah itu kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi
Arabika dari Brazil melalui proses kering, dan kualitasnya tetap bagus
karena kopi yang dipetik biasanya yang telah betul-betul matang
(berwarna merah).
2. Proses basah, diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji
kopi yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan
oleh perkebunan besar dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik
yang cakap sehingga mereka tidak tergantung pada cahaya matahari untuk
mengeringkan kopi tersebut (Tapanuli Coffea, 2006).
Kualitas kopi yang baik hanya dapat diperoleh dari buah yang telah
masak dan melalui pengolahan yang tepat. Buah kopi yang baru dipanen harus
segera diolah, hal ini dikarenakan buah kopi mudah rusak dan menyebabkan cita
rasa pada seduhan kopi (Panggabean, 2011).
Penyangraian
Proses penyangraian merupakan tahapan pembentukan aroma dan cita rasa
khas kopi dengan perlakuan panas. Proses sangrai diawali dengan penguapan air
yang ada di dalam biji kopi dengan memanfaatkan panas yang tersedia dari
dekomposisi senyawa hidrokarbon antara lain karbohidrat, hemiselulosa, dan
selulosa yang ada dalam kopi. Reaksi ini biasanya terjadi setelah suhu sangrai
diatas 1800
1. Suhu 190
C (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Kisaran suhu sangrai yang umum adalah sebagai berikut:
0
-1950
2. Suhu 200
C untuk tingkat sangrai ringan (warna cokelat muda)
0
-2050
3. Suhu 205
C untuk tingkat sangrai medium (warna cokelat agak
gelap)
0
Waktu penyangraian bervariasi mulai dari 7 sampai 20 menit bergantung
pada kadar air biji kopi. Salah satu tolak ukur proses penyangraian adalah derajat
sangrai yang dilihat dari perubahan warna biji kopi yang sedang disangrai
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Menurut Najiyati dan Danarti (1999), penyangraian adalah proses
pemanasan kopi beras yang bertujuan untuk mendapatkan kopi sangrai yang
berwarna coklat kayu manis kehitaman. Pada proses penyangraian kopi juga akan
mengalami perubahan-perubahan warna yaitu berturut-turut dari hijau atau coklat
muda menjadi coklat kayu manis, kemudian menjadi hitam dengan permukaan
berminyak. Bila kopi sudah berwarna kehitaman dan mudah pecah (retak) maka
penyangraian segera dihentikan, kopi segera diangkat dan didinginkan.
C untuk tingkat sangrai gelap (warna cokelat tua cenderung
agak hitam).
Penyangraian bisa dilakukan secara terbuka dan tertutup. Penyangraian
secara tertutup akan menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan mempunyai rasa
Tetapi aromanya akan lebih tajam karena senyawa kimia yang mempunyai aroma
khas kopi tidak banyak menguap. Selain itu kopi akan terhindar dari pencemaran
bau yang berasal dari luar seperti bau bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran
yang tidak sempurna. Sedangkan penyangraian secara tradisional yang umumnya
oleh petani dilakukan secara terbuka dengan menggunakan wajan terbuat dari
tanah (kuali). Bila alat ini tidak ada bisa pula dilakukan dalam wajan yang terbuat
dari besi/ baja (Najiyati dan Danarti, 1999).
Bagian terpenting dari alat penyangrai adalah silinder, pemanas, dan alat
penggerak atau pemutar silinder. Cara menggunakannya, pertama silinder
dipanasi hingga suhu tertentu dan diputar dengan kecepatan tertentu tergantung
dari tipe alatnya. Setelah silinder dipanaskan pada suhu dan putaran tertentu,
kemudian kopi dimasukkan ke dalam silinder. Sementara itu pemanasan dan
pemutaran silinder tetap berlangsung, bila kopi sudah mencapai tahap roasting point (kopi masak sangrai) pemanasan segera dihentikan dan kopi didinginkan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tahap roasting point tergantung pada jumlah kopi yang disangrai (Najiyati dan Danarti, 1999).
Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman yang menghasilkan sejenis minuman. Minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk bubuk.
Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling atau ditumbuk hingga
menyerupai serbuk halus (Arpah, 1993).
Sebelum kopi dipergunakan sebagai bahan minuman, terlebih dahulu
dilakukan proses roasting. "Flavor" kopi yang dihasilkan selama proses roasting
penyangraian, penggilingan, penyimpanan dan metode penyeduhannya. Cita rasa
kopi akan ditentukan akhirnya oleh cara pengolahan di pabrik-pabrik.
Penyang-raian biji kopi akan mengubah secara kimiawi kandungan-kandungan dalam biji
kopi, disertai susut bobotnya, bertambah besarnya ukuran biji kopi dan perubahan
warna bijinya. Kopi biji setelah disangrai akan mengalami perubahan kimia yang
merupakan unsur cita rasa yang lezat (Hatta, 2012).
Kriteria mutu kopi sangrai
Kode HS : 090121000
Nama komoditi : Kopi sangrai
Kode Standar Mutu : SNI.01-2983-1992
TAHUN : 1992
Tabel 1. Kriteria mutu kopi No
test Kriteria Satuan Persyaratan
1 Keadaan ( bau, rasa) - Normal
10 Kandungan tembaga
(Cu) Mg/kg Maksimal 30
11 Cemaran mikroba
( kapang, bakteri) Kol/gr Maks 50<300
12 Laju penyangraian %/jam 12-18
13 Kebisingan maksimal dB 90
14 Kontaminasi asap
Elemen Mesin Motor listrik
Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan,
mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah
dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada
sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator atau ke suatu mesin yang akan digerakkan ( Daryanto, 2002 ).
Bahan penghantar adalah bahan yang menghantarkan listrik dengan
mudah. Bahan ini mempunyai daya pengantar listrik (electrical conductivity) yang besar dan tahanan listrik (electrical resistance) kecil. Bahan penghantar listrik berfungsi untuk menghantarkan listrik (Sumanto, 1994).
Motor listrik mempunyai keuntungan yaitu dapat dihidupkan dengan
hanya memutar saklar, motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah
(Soenarto dan Shoichi, 1987).
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi
Prinsip kerja motor listrik
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap.
- Dapat dihidupkan dengan hanya memutar sakelar
- Suara dan getaran tidak menjadi gangguan
- Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak
perlu mengukur polusi lingkungannya atau membuat ventilasi
- Motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah. Di lain pihak,
motor AC yang menggunakan sumber daya umum tidak mudah mengubah
putarannya
Di lain pihak, motor listrik juga memiliki kekurangan sebagai berikut :
- Motor listrik membutuhkan sumber daya, kabelnya harus dapat
dihubungkan langsung dengan stop kontak, dengan demikian tempat
penggunaannya sangat terbatas panjang kabel.
- Kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan
menjadi besar.
- Secara umum biaya listrik lebih tinggi dari harga bahan bakar minyak.
- Untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor
pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat
(Soenarta dan Furuhama, 2002).
V- belt
V-belt merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran yang ditempatkan pada pulley. V-belt adalah belt yang berpenampang trapesium, terbuat dari tenunan dan serat-serat yang dibenamkan pada karet kemudian dibungkus dengan
anyaman dan karet; digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu
ke poros yang lainnya melalui pulley yang berputar dengan kecepatan sama atau
Penggerak berbentuk sabuk bekerja atas dasar gesekan tenaga yang
disalurkan dari mesin penggerak dengan cara persinggungan sabuk yang
menghubungkan antar pulley penggerak dengan pulley yang akan digerakkan. Sebaliknya sabuk mempunyai sifat lekat tetapi tidak lengket pada pulley dan salah satu pulley itu harus dapat diatur (Pratomo dan Irwanto, 1983).
Adapun kelebihan dari V- belt adalah sebagai berikut : a. V-belt lebih kompak
b. Slipnya relatif kecil c. Operasi lebih tenang
d. Mampu meredam kejutan saat start
e. Putaran poros dapat dalam 2 arah & posisi kedua poros dapat sembarang.
Sedangkan kelemahan dari V- belt yaitu :
a. Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang
b. Umur lebih pendek
(Darmono, et al., 2012).
Pulley
Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi
langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan
daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau
rantai yang dibelitkan di sekeliling puli atau sprocket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan n1 dengan diameter dp dan
puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka perbandingan putaran
p
Roda transmisi beralur untuk sabuk V dibuat dari besi tuang, baja tuang,
atau baja cetak. Keterangan umum yang diperlukan dalam pemesanan roda
transmisi beralur harus mencakup ukuran sabuk, jumlah alur, diameter alur roda,
tipe konstruksinya dan ukuran serta tipe nap (Smith dan Wilkes , 1990).
Menurut Daryanto (1994), Ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu :
- Pulley datar
Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk yang bervariasi.
- Pulley mahkota
Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacam-macam
menurut kegunaannya
- Tipe Lain
Pulley ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada sabuk penggeraknya.
Pemasangan pulley antara lain dapat dilakukan dengan cara:
- Vertikal, pemasangan pulley dilakukan tegak dimana letak pasangan pulley
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran
pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
Reducer speed
Reducer speed digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan reducer speed putarannya dapat cukup tinggi.
i = 2 1 N N
... (2)
dimana:
i = perbandingan reduksi
N1 = input putaran (rpm)
N2 = output putaran (rpm)