• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALYSIS DELIVERY ROUTE CITY COURIER DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALYSIS DELIVERY ROUTE CITY COURIER DI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALYSIS DELIVERY ROUTE (CITY COURIER) DI WILAYAH BANDUNG SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) DI PT. DAKOTA

LOGISTIK DAN EKSPRESS

I Wayan Kemara Giri

Program Studi DIII Jurusan Logistik Bisnis Politeknik Pos Indonesia

Jl. Sari Asih 54 Bandung Kode Pos 40151

Telp:022(2009570),Fax:022 (2009568)

Email : wakari2010@yahoo.com

ABSTRAK

Secara umum operasi layanan PT Dakota Bandung yang berbasis pada sistem distribusi yaitu menyalurkan barang dan berita dari satu tempat ke tempat lain. Sistem pelayanan tersebut terdiri atas empat proses utama yaitu pengumpulan (collecting), pemrosesan (processing), pengiriman (transporting), dan pengantaran (delivery). Proses collecting, Transporting, processing dan delivery umumnya dilakukan oleh PT. Dakota Logistik dan Express sendiri. Transporting dan delivery merupakan proses kerja yang membutuhkan biaya operasional cukup besar untuk itu diperlukan penentuan rute yang tepat agar dapat menekan biaya operasional tersebut.

Metode Travelling Salesman Problem (TSP) yang merupakan model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menghasilkan rute optimal yang penting bagi perusahaan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk dapat mengatur kebutuhan bahan bakar sesuai jarak tempuh dengan baik, dapat memberikan solusi rute yang optimum dan lebih pendek, dan dapat meningkatkan kualitas pengiriman (delivery) secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat tempat/tujuan.

Dengan metode TSP pada penelitian didapat jarak yang lebih pendek 33,7 KM dengan biaya bahan bakar sebesar Rp. 25.275,00. Dimana hasil penelitian ini dapat menghemat dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dan jarak yang dihasilkan lebih pendek dari jarak yang dipakai oleh PT Dakota Logistik dan Express. Dari hasil penelitian ini perusahaan dapat menentukan berapa besar biaya bahan bakar yang dikeluarkan sesuai dengan jarak tempuh yang dilalui oleh pengantar.

Kata Kunci : Transporting, Customer Satisfaction, Outbound Logistics, Node, Delivery, Travelling Salerman Problem

I.PENDAHULUAN

Pada era globalisasi sekarang ini membuka banyak peluang dalam setiap bidang usaha terutama dalam bidang pendistribusian barang yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Saat ini jaringan jalan di kota besar di Indonesia menghadapi permasalahan transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dan pemilikan kendaraan termasuk juga tingginya tingkat urbanisasi, serta berbaurnya peranan fungsi jalan sebagai tempat berdagang misalnya, sehingga jaringan jalan tidak dapat berfungsi secara optimal.

Transportasi menjadi faktor utama dalam kegunaan waktu, itu dikarenakan transportasi juga menentukan bagaimana kecepatan dan bagaimana suatu produk bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Sistem layanan transportasi terdiri atas

time in transit (perjalanan waktu), consistency of service (kemantapan pelayanan), cost (biaya). Hambatan dalam transportasi pemindahkan produk-produk perusahaan untuk dipasarkan seringkali dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh

secara geografis. Oleh karena transportasi menciptakan kegunaan tempat dan memperbesar kegunaan waktu, dengan kedua kegunaan tersebut penting untuk mencapai pemasaran yang sangat sukses yang menyebabkan biaya yang tersedia dapat mempengaruhi keputusan bisnis.

Kegiatan transportasi memerlukan biaya operasional yang cukup besar untuk itu diperlukan penentuan rute yang tepat agar dapat menekan biaya operasi seminimal mungkin. Dimana secara teori bahwa transportasi menyerap biaya antara sepertiga sampai duapertiga biaya logistik.

(2)

2

para pengantar, perusahaan sama sekali tidak menentukan rute mana yang harus dilalui. Dimana dalam hal ini dapat mengkibatkan jarak yang ditempuh dapat lebih jauh dan biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar dapat lebih besar. Metode ini sebenarnya memerlukan pemecahan yang sangat unik di karenakan banyaknya rute yang harus dipilih., perusahaan harus mengunjungi dan mengevaluasi semua rute yang ada dan memilih salah satu rute yang terpendek.

Usaha pengefisiensian dari metode transportasi tersebut menjadi masalah yang sering dihadapi dalam Travelling Salesman Problem (TSP). Hal itu disebabkan untuk pencapaiaan waktu terpendek dengan biaya yang minim petugas pengantar harus dapat menentukan rute terpendek dari suatu tempat dimana petugas memulai dan kembali ketempat tersebut dengan terlebih dahulu melakukan pengiriman ke semua lokasi tujuan yang hanya harus satu kali dikunjungi.

Opreation Research memberikan pendekatan dalam beberapa model transportasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah transportasi khususnya dalam penentuan rute terpendek

Travelling Salesman Problem, dengan metode

Branch and Bound. Dengan cara ini dapat memberikan solusi nyata dan efektif untuk persoalan yang rumit dan penentuan rute terpendek, termasuk juga penentuan rute antaran barang yang dilakukan oleh PT. Dakota Logistik dan Ekspres karena metode ini memiliki prosedur yang sederhana dan mempunyai formulasi masalah yang fleksibel dan mudah untuk diterapkan.

1.1 Identifikas Masalah

Pencapaian dalam mengendalikan biaya akan menjadi suatu dasar yang kuat untuk meningkatkan kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama. Mengingat pengiriman merupakan salah satu proses yang harus memperhatikan kondisi pasar, maka PT. Dakota Logistik dan Ekspres memperhitungkan dengan pasti bahwa penentuan rute transportasinya telah benar. Untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penentuan rute terpendek pengantaran barang untuk daerah Bandung Selatan, sehingga diperoleh jarak pengantaran minimal ?

2. Bagaimana menghitung kebutuhan bahan bakar dalam satu kali siklus pengantaran ?

1.2 Tujuan dan Pemecahan Masalah

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk menentukan jarak tempuh terpendek pengantaran oleh PT Dakota Logistik dan Express di wilayah Bandung Selatan. 2. Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar

sesuai jarak terpendek yang ditempuh

petugas pengantar untuk wilayah Bandung Selatan.

II. LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Umum Transportasi

Transportasi berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti Transportare dimana kata Trans

berarti sebelah lain dan portare mengangkat atau membawa. Jadi secara umum transportasi mempunyai arti mengangkat atau membawa ketempat lain atau dari satu tempat ke tempat lainnya. Maka dari itu tranportasi dapat didefinisikan sebagai usaha membawa atau mengangkut barang maupun penumpang dari suatu tempat ketempat lainnya.

Suatu usaha tranportasi selalu membutuhkan perbaikan dan pengembangan teknologi sesuai dengan kemajuan peradaban dan teknologi sehingga akan tercapai tingkat efisiensi yang lebih baik, yang berarti bahwa transportasi membutuhkan rute terpendek yang akan mengurangi biaya transportasi tersebut. Dimana yang termasuk biaya transportasi adalah biaya pergerakan (genset), upah/gaji, tenaga kerja crew/awak kapal dan pesawat serta biaya terminal (stasiun, Pelabuhan Laut dan Terminal Bis).

2.2. Antaran (Delivery)

Jasa transportasi adalah industri jasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Intangible.

Jasa transportasi memberikan manfaat lokasi, yang hanya dapat dirasakan, tetapi tidak dapat dipegang atau dilihat seperti halnya material.

b. Perishable.

Sekali jasa transportasi dipakai oleh pelanggan maka akan selesai. Pelanggan hanya membawa pulang kerumah berupa

“pengalaman” atau “kesan” disamping itu “tempat duduk” dari kapal api atau

pesawat terbang hari ini tidak terjual hari ini, dapat disimpan untuk dijual esok harinya.

c. Immediate

Jasa trasportasi bila dibutuhkan oleh konsumen tidak dapat di tangguhkan terlalu lama.

d. Complex.

Kegiatan transportasi melibatkan banyak orang, sarana, dan prasarana.

e. Amorphous.

Kualitas dari pelayanan jasa tranportasi tidak dapat ditetapkan sesuai dengan

“harapan pengguna jasa”. Penilaian

(3)

3

2.3. Penentuan Rute

Penentuan rute dapat digunakan untuk transportasi berdasarkan, jarak, waktu, dan sebagainya. Dalam penentuan rute juga terdapat ada beberapa antara lain kapasitas muat, jarak tempuh, waktu tempuh dan sebagainya. Permasalahan dalam penentuan rute di bedakan menjadi dua yaitu :

a. Penelusuran Busur (Edge-Covering). Yaitu dalam suatu jaringan tertentu yang semuanya busur harus dilalui paling sedikit satu kali.

Gambar 1 Penelusuran Busur

Keterangan :

Angka diartikan bucak/node dan garis merupakan busur. Pada gambar menunjukan bahwa pada setiap bucak yang ada hanya dilalui paling sedikit satu kali. Seperti dari 1 ke3 hanya dilalui satu kali.

b. Penelusuran Node (Node-Covering). Travelling Salesman Problem dan Vehicle Routing Problem merupakan dasar pemikiran dari penelusuran node. Hal ini berarti dalam suatu jaringan tertentu dimana semua node-node yang ada harus disinggahi minimal satu kali.

Gambar 2 Penelusuran Node/Bucak Keterangan :

Angka merupakan node, pada gambar

node yang ada hanya disinggahi satukali. Dari dua penelusuran ini terdapat perbedaan yaitu pada penelusuran busur semua busur akan terlintas, sedangkan bucak merupakan titik potong antara busur, misalnya jalur 1, 3, dan 6 titik potong busur terdapat pada bucak 3. Sedangkan pada penelusuran bucak,

semua bucak akan terkunjungi dan busur merupakan prasarana gerakan dari suatu bucak ke bucak lainnya.

Menurut Ballou penelusuran bucak itu di bagi menjadi dua dalam penentuan rute :

1).Penelusuran bucak dengan rute awal dan akhir kunjungan bebeda.

Penelusuran rute jenis ini diawali dari suatu bucak awal (bucak 1) lalu melalui beberapa bucak yang terdapat dalam suatu sistem jaringan yang berbeda (bucak 2) serta akan diperoleh jarak yang minimal. Masalah ini merupakan masalah rute terpendek.

2).Penelusuran bucak dengan rute awal dan akhir kunjungan sama.

Penelusuran jenis ini diawali dan diakhiri pada suatu bucak yang sama setelah terlebih dahulu melintasi semua bucak yang ada dalam suatu sistem jaringan sehingga diperoleh jarak yang minimal. Masalah ini merupakan masalah penentuan rute. Penelusuran ini juga di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

(a).Pentuan rute tunggal

Yaitu mengunjungi semua bucak dengan hanya membentuk satu buah rute dengan menggunakan sebuah sarana gerak dari satu bucak ke bucak lain.

(b).Penentuan rute jamak

Yaitu mengunjungi semua bucak dengan membuat m buah rute dimana nilai m≥2 dengan mengunakan sebuah sarana gerak per setiap rute yang dibentuk. Penentuan rute jamak ini mempunyai permasalahan dimana dalam melayani suatu daerah tertentu tidak digunakan satu kendaraan tetapi dengan mengunakan beberapa kendaraan. Untuk hal tersebut maka dapat kita gunakan kombinasi antara alogaritma rute tunggal (penelusuran bucak atau busur) dengan beberapa metode penentuan daerah geografis, yaitu dengan membagi-bagi daerah menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Terdapat dua pendekatan yang dapat kita lakukan, yaitu :

- Pendekatan Cluster First, Route Second”

(4)

4

kemudian merancang rute tunggal yang optimal terhadap suatu daerah bagian.

- Pendekatan “Route First, Cluster Second”

Untuk pendekatan ini terlebih dahulu menentukan perancangan rute yang optimal untuk seluruh daerah, kemudian membaginya ke dalam beberapa sub rute, dimana untuk setiap sub rute akan dilayani oleh satu atau lebih kendaraan pelayanan.

2.4.Penentuan rute angkutan

Dalam penentuan rute barang masalah yang timbul adalah merancang rute yang optimal sehingga diperoleh ongkos, waktu dan jarak yang minimal dengan memperhatikan kondisi kendala dari arus lalu lintas dan kapasitas dari kendaraan.

Secara umum tujuan dari penentuan rute ini adalah merancang rute yang tepat selama x periode dan dapat mencapai jarak yang ditempuh minimal dengan ongkos transportasi yang minimal pula. Pemasalahan ini dapat dibagi dalam tiga kelompok :

a. Penentuan Harian

Merupakan perancangan rute angkutan barang satu hari perjalanan, sehingga pada perjalanan hari berikutnya harus dirancang kembali sesuai kondisi yang terjadi saat itu.

b. Penentuan Rute Periodik

Merupakan perancangan rute angkutan barang pada satu periode tertentu, dimana tidak semua konsumen dilayani pada setiap harinya, sehingga selain merancang rute lain juga harus ditentukan pula terlebih dahulu konsumen yang akan dilayani.

c. Penentuan Rute Tetap

Merupakan rancangan penentuan angkutan barang yang terus berlaku pada satu periode tertentu tanpa mengalami perubahan.

2.5. Pengertian distribusi

Menurut Philip Kotler pada dasarnya

distribusi dapat diartikan sebagai “ suatu sistem

panyaluran barang atau jasa melalui jalur dimana suatu kepemilikan atas barang atau jasa mengalir dari producers sampai dengan konsumen, kompleksitas jalur sangat tergantung dari banyaknya intermediaries yang terlibat”.

Terbangunnya kopetensi inti dari setiap daerah atau wilayah. Aliran barang tersebut memerlukan saluran pemasaran maupun saluran distribusi, agar proses pendistribusian dapat berlangsung secara terarah dan lancar.

Didalam saluran distribusi, elemen-elemen yang membangun mata rantai distribusi relatif dipengaruhi oleh klasifikasi maupun karakteristik produk yang didistribusikan. Proses penentuan

klasifikasi maupun karakteristik produk yang akan didistribusikan relatif berpengaruh terhadap elemen-elemen saluran distribusi maupun proses distribusi produk.

Proses penentuan klasifikasi dan karakteristik produk akan terkait secara langsung dengan proses penentuan kebutuhan, keinginan dan prilaku para pelaku pasar, baik pasar produsen maupun pasar konsumen. Proses penentuan kebutuhan, keinginan dan perilaku pelaku pasar pada dasarnya adalah proses awal aktifitas logistic customer service.

2.6. Travelling Salesman Problem (TSP)

Travelling Salesman Problem merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh seorang “Salesman” dalam mencari alternatife rute terpendek untuk mengunjungi tempat-tempat yang ditentukan, dimana mereka hanya mulai dan kembali dalam tempat yang sama serta hanya mengunjungi tempat-tempat tersebut satu kali.

2.7. Model-model dari Travelling Salesman Problem

a. Model Depot Tunggal

Merupakan suatu masalah yang berhubungan dengan kunjungn seorang salesman satu kali ke setiap lokasi dalam suatu wilayah kerjanya sebelum dia kembali ke lokasi asal, sehingga akan didapat lintasan kerja yang minimal.

b. Model Depot Jamak (m-TSP)

Merupakan suatu masalah dari bentuk pelayanan yang terdiri atas beberapa fasilitas pelayanan untuk melayani fasilitas-fasilitas yang telah ditentukan guna menentukan jumlah fasilitas yang harus ditempatkan dan biasanya telah ditetapkan terlebih dahulu. Penetapan jumlah fasilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara dan perhitungan

2.8. Metode-metode Pemecahan Traveling Salesman Problem

a. Teknik Eksak (Meteode Optimasi)

Teknik ini memiliki jaminan menemukan solusi optimal tetapi memerlukan banyak langkah-langkah pengerjaan dalam melakukan perhitungan untuk ukuran yang besar.

b. Teknik Pendekatan (Metode Heuristik)

(5)

5

III. ANALISIS TRAVELLING SALESMAN

PROBLEM

3.1 Rute Pengiriman Wilayah Bandung Selatan

Dari data pengiriman barang dan dokumen yang dilakukan oleh PT Dakota Logistik dan Express, penulis dapat mengetahui tujuan-tujuan mana saja yang sering dikunjungi dari awal keberangkatan sampai kembali lagi ke awal tempat keberangkatan ialah :

1. PT. Dakota Logistik dan Ekspress ( Jl. Srimahi Baru).

2. Leuwi Anyar. 3. Jl. Peta 4. Kopo Permai 5. Taman Kopo. 6. Soreang. 7. Ketapang.

Dari keterangan diatas tersebut akan terlihat tahapan pengiriman barang atau dokumen sehingga akan membentuk suatu rute pengiriman yang dilalui oleh PT Dakota Logistik dan Express. Dibawah ini adalah gambaran tentang rute tetap yang dilalui oleh curreir PT Dakota Logistik dan Express dalam pengiriman barang atau dokumen.

3.2. Biaya Bahan Bakar

Biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh PT Dakota Logistik dan Express sebesar Rp. 30.000/hari. Dimana pengantaran menggunakan mobil truck box yang berkapasitas 1 KM sama dengan 0.16 liter solar, dan untuk jarak 6 KM sama dengan 1 liter solar. Dibawah ini menunjukkan jumlah bahan bakar yang dikeluarkan oleh PT Dakota Logistik dan Express dalam satu kali pengiriman dan harga solar per liter sebesar Rp.4.500,00

Tabel 1 Jumlah Biaya BBM Berdasarkan rute

Dari table di atas dapat diketahui bahwa jumlah jarak yang ditempuh yang terjauh untuk pengantaran barang atau dokumen adalah 41.93 km dan menghabiskan bahan bakar sebanyak 6.57 liter

solar, dengan biaya operasional sebesar Rp 29.565,00

3.3. Pengolahan Data

Dari pengumpulan data diatas akhirnya penulis dapat melakukan pengolahan terhadap data-data tersebut dan diharapkan hasil dari pengolahan data ini dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penentuan rute terpendek ini adalah Travelling Salesman Problem. Sedangkan dalam penelusuran rute yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelusuran bucak / node dengan rute awal dan akhir kunjungan sama. Dengan demikian menyatakan bahwa penelusuran rute menekankan tercapainya lokasi-lokasi tujuan yang ada pada suatu wilayah harus dapat disinggahi minimal satu kali setelah itu kembali lagi ke rute awal. Pada pengolahan data ini penulis menggunakan software WinQSB dengan metode Branch and Bound untuk dapat memudahkan dalam perhitungan dan penentuan rute berdasarkan jarak terpendek.

3.4. Penentuan Rute

Dalam penentuan rute dengan menggunakan model traveling salesman problem, tujuan dari pengantaran disebut sebagai node. Dari data di atas dapat deiketahui node yang akan dikunjungi adalah :

Node 1 PT. Dakota Logistik dan Ekspress (Jl. Srimahi Baru)

Node 2 Jl. Leuwi Anyar Node 3 Jl. Peta

Node 4 Kopo Permai Node 5 Taman Kopo Node 6 Soreang Node 7 Ketapang

Setelah melakukan penelitian terhadap rute dan jarak yang ditempuh pada node-node tersebut penulis dapat mengetahui adanya jalan serta jarak alternatife yang dapat dilalui. Jarak alternatif tersebut dapat dilihat pada table sebagai berikut :

(6)

6

Dari jarak alternatif yang telah dijelaskan di atas maka, terlihat tahapan pengantaran barang atau dokumen. Sehingga alamat tersebut akan membentuk suatu rute alternatif yang dilalui oleh PT Dakota Logistik dan Express.

Dari rute alternatif diatas terdapat 5 rute alternatif yang memiliki jarak tempuh lebih pendek dari jarak tempuh yang dipakai oleh PT Dakota Logistik dan Express yaitu, rute alternatiF I, II, III, IV, VI, VII, VIII, dan IX. Dari 8 rute altrernatif tersebut rute alternatif I mempunyai jarak tempuh terpendek dengan jarak 33.47 KM. Gambaran tentang rute alternatif ke I sebagai berikut :

Gambar 3 Rute Alternatif I

Gambar ini menjelaskan rute yang akan dilewati pada pengiriman barang atau dokumen oleh PT Dakota Logistik dan Express adalah . Jl. Srimahi Baru, Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar dan kembali lagi ke Jl. Srimahi Baru. Dengan jarak antar node

sebagai berikuit :

Table 3 Jumlah Jarak Antar Node Alternatif

4.2.2. Perhitungan Biaya Bahan Bakar.

Biaya BBM untuk pengiriman barang atau dokumen untuk wilayah Bandung Selatan dengan menggunakan rute alternatif Ke I :

Tabel 4 Jumlah Biaya BBM Alternatif

Pada penelitian ini keadaan jalan diasumsikan berjalan dalam keadaan normal maka, penulis tidak perlu melakukan perhitungan biaya yang berhubungan dengan kemacetan jalan.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis dan Pembahasan Rute Terpendek

Metode yang digunakan dalam penentuan rute terpendek ini menggunakan metode Travelling Salesman Problem (TSP). dimana dengan metode ini dapat menyelesaikan variasi masalah jaringan. Didalam penentuan rutenya PT Dakota Logistik dan Express tidak memberikan suatu patokan khusus rute ke node mana yang harus terlebih dahulu dikunjungi karena didalam perusahaan ini keputusan untuk pengiriman barang diserahkan sepenuhnya ke currier Service.

Dari hasil pengolahan data di dapat beberapa rute alternative yang dapat menghasilkan jumlah jarak yang lebih pendek dari pada rute tetap yang digunakan oleh PT. Dakota Logistik dan Express. Dibawah ini beberapa rute alternatif yang didapat dari penelitian oleh penulis.

Tabel 5 Alternatif Rute Pengiriman

(7)

7

dikeluarkan oleh PT. Dakota Logistik dan Express. Salah satu keakurat penentuan rute terpendek ini yaitu dengan pengukuran jarak antar node dengan melakukan penelusuran secara langsung ke jalan, dimana terdapat banyak jalan-jalan alternatif yang dapat digunakan.

Penelusuran rute dalam penenlitian ini yaitu dengan menggunakan penelusuran bucak/node

dengan rute awal dan akhir kunjungan yang sama. Dimana dalam penelusuran rute ini menekankan tercapainya lokasi tujuan-tujuan yang ada pada suatu wilayah harus dapat disinggahi minimal satu kali dan setelah itu kembali lagi ke rute awal. Dalam penentuan rute alternative untuk pengantaran PT. Dakota Logistik dan Express khususnya wilayah Bandung Selatan harus mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti kondisi jalan, lebar jalan, tingkat kepadatan arus lalulintas dan lain-lainnya. Dengan alternatife rute yang di teliti oleh penulis PT Dakota Logistik dan Express dapat memilih beberapa rute alternatif yang ada dimana pada rute alternatif I, II, III, IV, VI, VII, VIII, dan IX memiliki jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan dengan rute yang digunakan oleh perusahaan. Tetapi hanya rute alternatif pertama yang mempunyai jarak terdekat yang melewati rute Jl. Srimehi Baru, Jl, Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar dan kembali lagi ke Jl, Srimahi Baru.

4.2. Analisis dan Pembahasan Biaya Bahan Bakar

Metode Travelling Salesman Problem dalam menentukan rute terpendek yang digunakan dapat juga mempengaruhi penggunaan bahan bakar apabila dalam perhitungannya menggunakan satuan jarak seperti meter dan kilometer. Dari pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis perusahaan PT Dakota Logistik dan Express ini memberikan biaya BBM dalam sehari sebasar Rp.30.000, 00 dimana dengan biaya sebesar ini dengan jarak tempuh dari rute yang dilewati oleh

currier yaitu Jl. Srimahi Baru, Leuwi Anyar, Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang dan Ketapang, dalam sehari sepanjang 41,93 KM biaya tersebut terlalu besar dikeluarkan untuk bahan bakar. Dengan total jarak yang ditempuh sebesar 41,93 KM ini hanya memerlukan bahan bakar solar sebanyak 6.57 Ltr dengan biaya Rp. 31.448,00

Sedangkan dengan menggunakan alternatif rute yang dihitung oleh penulis perusahaan dapat menghemat pengeluaran.

Tabel 6 Biaya BBM Alternatif

Untuk penghitungan bahan bakar ini menggunakan mobil truck box yang mempunyai kapsitas 1 : 6, yaitu untuk 6 KM jarak menghabiskan 1 Ltr solar sedangkan untuk 1 KM jarak tempuh menghabiskan 0.16 Ltr solar. Dengan perusahaan PT Dakota Logistik dan Express menggunakan rute alternatif I yang merupakan

final solution, dimana mempunyai jarak tempuh sepanjang 33.70 KM dengan rute Jl. Srimahi Baru, Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang, Ketapang Leuwi Anyar lalu kembali lagi ke Jl. Srimahi Baru. Rute tersebut menghabiskan bahan bakar sebanyak 5.62 Ltr solar yang berarti, bahwa biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 25.275,00.

Dari hasil perhitungan diatas dapat ditentukan bahwa sebaiknya PT Dakota Logistik dan Express memberikan biaya untuk bahan bakar sesuai dengan berapa jauh jarak yang ditempuh dalam pengiriman barang atau dokumen.

KESIMPULAN

1. Rute pengiriman barang yang selama ini dilalui oleh PT Dakota Logistik dan Express ke

customer tetap di wilayah Bandung Selatan dalam satu kali pengiriman setiap harinya adalah : Srimahi Baru – Leuwi Anyar – Jl. Peta

– Kopo Permai – Taman Kopo – Soreang – Katapang. Dengan total jarak 41,93 km dan menghabiskan biaya bahan bakar Rp 31.448,00,-.

2. Rute pengiriman barang yang didapatkan dengan menggunakan metode Travelling Salesman problem (TSP) dalam satu kali pengiriman setiap harinya adalah : Srimahi Baru – Peta - Kopo Permai - Taman Kopo – Soreang – Ketapang - Leuwi Anyar. Dengan total jarak 33,70 km, dan menghabiskan biaya bahan bakar Rp 25.275.00

3. Dari perhitungan pada bab sebelumnya metode

(8)

8

bergerak di bidang jasa pengiriman dan pengantaran barang. Penggunaan metode ini dapat menentukan jarak yang paling pendek, dan dapat menekan biaya bahan bakar.

SARAN

1. Apabila memungkinkan, sebaiknya selain berdasarkan rutinitas pekerjaan dalam penentuan rute pengiriman barang ke customer

tetap di wilayah Bandung Selatan, Perusahaan juga dapat mempertimbangkan metode-metode yang dapat memberikan nilai tambah dari hasil pengiriman tersebut. Metode tersebut dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh perusahaan. Salah satu cara dalam pemilihan rute, metode Travelling Salesman Problem (TSP) dapat dijadikan model pemecahan masalah.

2. Dikarenakan PT Dakota Logistik dan Express bergerak di bidang jasa pengiriman dengan tujuan ketepatan waktu penerimaan barang ke tangan konsuman dan berhubungan dengan masa olah, maka lebih baik dalam pengiriman barang menerapkan perhitungan metode

Travelling Salesman Problem (TSP)

berdasarkan jarak terpendek dan biaya yang minimum, yaitu melalui : Srimahi Baru, Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar. Dengan total jarak 33,70 km, dan menghabiskan biaya Rp 25.275,00 sehingga dengan rute tersebut dapat meningkatkan kepercayaan para customer.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, T.T. & Dimyati, A. 2002. Operation Research Model-model Pengambilan Keputusan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Gani, Anang. Z. 1987. The Application Of The Interaction Theory For Solving The Travelling Salesman Problem. Presented At Dorsa/Tims Joint Metting San Lewis, Mo. Hiller & Lieberman. 1986. Introduction To

Operational Research. Fourth Edition. Holden-Day,Inc. Oakland : California. Louriere, J.L. 1990. Problem Solving and Artifical

Intelligence. Prentice Hall.

Gambar

Tabel 2  Jarak Alternatif
Gambar 3 Rute Alternatif I
Tabel 6 Biaya BBM Alternatif

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai getah minyak pada sample gasohol dengan kadar etanol 88,75 % akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya volume etanol yang

metode belajar baca tulis penderita disleksia. akan mengajak anak untuk

Tetapi manusia, jika menghilangkan sifat kemanusiaannya dengan meng- hindari kehidupan social, menutup diri, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain maka akan menjadi “Robot“

Kondisi stress kerja terkait dengan suhu dapat dibedakan berdasarkan gangguan tubuh akibat suhu tempat kerja, gangguan suhu pada tubuh manusia terjadi pada kondisi

Sebab pada prinsipnya belajar mandiri ini begitu terikat dengan schedule , dengan pengaturan waktu yang harus dipatuhi dalam upaya menguasai materi kuliah pada taraf tertentu

Sedangkan hasil penelitian Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Petis Ikan di Pasar Klampis Bangkalan Madura yang telah dilakukan di dapatkan hasil

Iklan-iklan yang memanfaatkan figur wanita sebagai daya tarik, diklasifikasikan. dalam dua kategori menurut tipe pendekatan keterlibatan wanita di

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, data primer seperti klaim kerusakan yang diperoleh dengan wawancara langsung pada pihak perusahaan yang