HUKUM
WARIS ADAT
OLEH:
SELAMAT IDUL FITRI 1429 H
TAQOBALLAHU MINA WAMINKUM SYIMANA
WASYIYANAKUM
MINAL AIDIN WALFAIZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
YA ALLAH SEMOGA SAUDARAKU INI, DIMAAFKAN
Kontrak pembelajaran
Kuliah aktif dengan diskusi dan analisis
Mahasiswa wajib memiliki diktat
Soal ujian open book
Sistem penilaian dengan PAP
Komposisi nilai 50% Ujian sisipan dan 50% Ujian
Utama
Apabila ada tugas 10% dan 40% Ujian
Tertib dan Disiplin
HUKUM WARIS POSITIF DI
INDONESIA
DASAR HUKUM (berlakunya hukum waris)
Berlaku atas dasar Pasal II AP UUD 1945 yang memberlakukan Hukum Waris BW, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat menurut Tatahukum Pem. Hindia Belanda berdasar atas Pasal 131 IS dan pasal 163 IS.
BERLAKUNYA HUKUM WARIS KEDEPAN
Berlakunya bersifat sementara dan sebagai suatu sistem memiliki hubunganm secara sistemik dengan sistem hukum keluarga dan perkawinan, oleh karena itu ada
konsekuensi yuridis dengan berlakunya UU no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama dan Perubahannya dengan UU No. 3 Tahun 2006.
HUKUM WARIS ADAT
KEADAAN MASYARAKAT DAN
PENGARUH POLITIK HUYKUM
TERHADAP HUKUM WARIS ADAT
Hukum dan Typologi Masyarakat
Hukum dan Masyarakat memiliki hubungan yang bersifat fungsional, apabila masyarakjat berubah maka hukumnyapun juga akan mengalami perubahan.
Pluralisme Hukum
Sebagai akibat berlakunya Pasal II AP UUD 1945, dengan sendirinya berlaku pula pluralisme hukum, khususnya Hukum Waris BW, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat, yang berlaku mengikuti pergolongan rakyat (aspek historis)
Pergolongan Rakyat dan Unifikasi Hukum
Perkembangannya politik pergolongan rakyat yang ditransfer dari Tatahukum Hindia Belanda tersebut, sedikit demi sedikit mengalami perubahan sejalan dengan perubahan politik hukum dengan diterbitkannya UU baru yang bersifat unifikasi hukum
ISTILAH-ISTILAH YANG RANCU
DLM PRAKTIK HUKUM
Hukum Waris Adat dan Hukum Adat Waris
Pewarisan dan Pembagian Warisan
Harta Warisan dan Harta Peninggalan
Harta Bawaan dan harta Asal
Hibah, Schenking dan Hibah menurut Hukum Adat
Lembaga Hidup Waris dan Lembaga Penggantian
PENGERTIAN DAN TUJUAN
PEWARISAN
PENGERTIAN PEWARISAN
Pewarisan adalah proses penerusan, pengoperan, peralihan harta kekayaan materiil dan immateriil dari satu generasi ke generasi berikutnya.
TUJUAN PEWARISAN
Menyelesaikan perikatan yang dibuat pewaris semasa hidupnya dan mempertahankan eksistensi masyarakat genealogis.
KONSEP HARTA WARISAN HARUS SUDAH BERSIH
Harta peninggalan pewaris setelah dibersihkan dari utang-utang pewaris semasa hidupnya (termasuk biaya perawatan, selamatan dan biaya kubur), selebihnya baru dapat dilakukan pembagian warisan (Konsep pasiva dan aktiva).
UNSUR-UNSUR PEWARISAN
UNSUR-UNSUR
Pewaris, Harta Warisan dan Ahli Waris.
SIFAT KUMULATIF
berkait dengan konsep peristiwa hukum waris, dan apabila salah satu saja
dari unsur-unsur pewarisan tidak ada maka tidak akan terjadi peristiwa
pewarisan.
SISTEMATIKA UNSUR-UNSUR
HARTA WARISAN
Konsep Harta
nilai ekonomis, sosial dan magis,
materiil dan immateriil, kepemilikan komunal dan
individual, dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Apa arti pentingnya kualifikasi harta materiil dan
immateriil, juga kepemilikan komunal dan individual
dalam pembagian warisan ?
Kapan dan dalam keadaan bagaimana suatu harta
peninggalan dapat dilakukan pembagian warisan ?
Struktur harta keluarga masy.
Parental/Bilateral (HAS, HAI dan HB
HPS,
Struktur harta pada masy.
patrilineal
Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya didasarkan atas
ketunggalan silsilah pancar laki-laki (kebapakan).
Anggota dan penerus silsilah adalah anak laki-laki
Anak perempuan akan pergi meningalkan marganya
Sistem perkawinannya dengan sistem asymetris connubium (dalian
anatolu di Batak
Pembayaran Jujur
Kehidupan masyarakatnya ditopang oleh harta pusaka (“HAS”)
Pada awalnya tidak ada harta pencarian atau harta bersama, baru
kemudian berkembang harta pencarian yang menjadi embrio harta
bersama (HB).
Harta tersebut kepemilikannya individual dan terlepas dari harta
Struktur harta pada masyarakat
Matrilineal
Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya didasarkan atas
ketungalan silsilah pancar perempuan (Buah Paruik
buah perut)
Clan chaniago dan piliang (minangkabau)
Perkawinannya dengan sistem semenda, artinya tidak menyebabkan
suami berpindah ikut kaum istrinya.
Anak-anak perempuan sebagai penerus silsilah kaum ibunya
Kehidupannya berada dalam sebuah rumah gadang (besar) dengan
sistem bilik), dan ditopang oleh harta kaum
(HAI)
Kemudian berkembang menjadi masayakat minang yang hidup di
minang dan di luar minang, dan yang diminang ada yang masih
terikat pada rumah gadang dan sudah ada yang hidup dalam
rumah-rumah tinggal.
Kemudian berkembang harta pencarian (“Suarang”)
menjadi dasar
Struktur harta pada masyarakat
Parental
Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya didasarkan atas
ketunggalan silsilah bapak dan ibu.
Seorang individu selalu memiliki 2 silsilah, dari bapaknya dan dari
ibunya.
Sistem perkawinannya menggunakan semenda.
Anak-anak selalu menjadi penerus silsilah bapak dan ibunya
Suami dan istri berkedudukan seimbang, sehingga masing-masing
memiliki kecakapan bertindak dan memiliki hak kepemilikan
Struktur harta terdiri dari HAS, HAI dan HB
Anak-anak selalu menjadi ahli waris terhadap harta peninggalan
KONSEP HARTA ASAL
Istilah Harta Asal
Istilah Harta Asal, menunjuk pada pengertian Asal-Usul, yang berarti harta
yang diperoleh dari warisan (Pengertian Pewarisan), dan di dalam Harta
keluarga menunjukkan kepemilikannya adalah individu si penerima warisan
(suami/iteri).
Makna
Sebagai konsekuensi dari pengertian lain
“ajang hidup”, maka harta asal
merupakan perwujudan dari melanjutkan eksistensi masyarakat genealogis.
Prinsip
KONSEP HARTA BERSAMA
Harta yang
diperoleh
suami dan/atau isteri
secara
bersama-sama
atau
sendiri-sendiri
selama perkawinan
, yang bukan berasal
dari warisan atau hadiah yang ditujukan
kepada salah satu dari suami-isteri.
Kepemilikannya bersama suami dan isteri,
DISKUSI KUALIFIKASI HARTA
BERSAMA
Indikator Harta Bersama
(penghasilan/pendapatan, pembelian, hasil harta asal,
perubahan bentuk harta).
Diskusi
Tanah sawah, pekarangan, kebun
Rambutan/buah-buahan hasil kebun warisan
Rumah dan bangunan
Gaji dan penghasilan lainnya.
Hasil lotere atau hadiah/undian
Mobil dan motor atau sepeda.
Televisi dan perkakas rumah tangga.
Emas batangan dan perhiasan emas yang DIBELI suami/isteri selama
perkawinan
Jam tangan pria dan jam tangan wanita yang DIBELI suami/isteri
PERKAWINAN LEBIH DARI
SEKALI
Suami atau isteri meninggal, kemudian janda atau
dudanya kawin lagi
Suami ganteng (type pejantan tangguh), punya
isteri lebih dari satu dan tinggal dalam satu rumah
Poligami murni
Suami kaya (type pejantan playboy), punya isteri
lebih dari satu, dan masing-masing isteri
dibuatkan rumah sendiri-sendiri
poligami
Kemungkinan pemisahan harta
bersama diantara isteri-isteri
Dalam kasus pertama,
Dalam kasus kedua
Dalam kasus ketiga
Adakah ada kemungkinan muncul harta bersama dengan
para isteri, dan adakah kemungkinan harta-harta tersebut
dipisahkan menjadi : contoh HB I, HB II, HB III, dst.
Atau apabila tidak bisa dipisahkan, maka dapat diartikan
menjadi harta bersama para isteri.
Ada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI (cari di diktat)
INDIKATOR HARTA BERSAMA DALAM
PERKAWINAN LEBIH DARI SEKALI
PEROLEHAN ISTERI
PEROLEHAN SUAMI
Penghasilan/pendapatan isteri
Waktu
Hasil pembelian isteri
Tempat
Hasil dari harta asal isteri
Atas nama
tugas-kelompok
1.
Sistimatika unsur-unsur pewarisan menurut hukum
waris adat
2.
Konsep harta dan kualifikasi harta materiil dan
imateriil, kepemilikan komunal dan individual dalam
pembagian warisan
3.
Struktur harta warisan pada
masyarakat patrilineal, matrilineal
dan parental
4.
Arti pentingnya
kriteria untuk menentukan suatu
harta termasuk dalam kualifikasi harta bersama
AHLI WARIS
SKEMA AHLI WARIS
Orang-orang yang berhak menerima harta warisan
peninggalan pewaris
Generasi berikut
keturunan anggota masyarakat genealogis
hub.
Wangsa & hub. Silsilah (patrilineal, matrilineal
dan parental dan tidak ada yang menghalangi utk
terima warisan)
Anak (kedudukannya kuat selaku ahliwaris,
konsep anak
biologis, sosiologis, yuridis; hak
KONSEP ANAK
KONSEP BIOLOGIS
DILIHAT DARI PROSES TERJADINYA:1). PERTEMUAN ANTARA SPERMA DAN TELUR (persetubuhan dan bayi tabung)
2). PENGEMBANGAN JARINGAN (kloning)
KONSEP SOSIOLOGIS
1). CIRCLE OF LIFE2). UU PERLINDUNGAN ANAK
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
KONSEP YURIDIS
DILIHAT DARI AKIBAT SUATU PROSES
DIDALAM LINGKUP HUKUM KELUARGA (Anggapan hukum, kepastian hukum dan perlindungan anak) anak sah, anak kandung dlm terminologi hukum
Konsep Anak UU No. 23/2002
Pasal 1
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
4. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat.
orang tua merupakan struktur sosial (konsep sosial)
Pasal 7
diskusi
Apakah seorang anak dalam status anak zinah,
atau anak luar kawin dapat menuntut ke
pengadilan untuk mengetahui siapa orang tua
kandungnya ( dengan test DNA)
Pasal 7 UU
No. 23 Th. 2002 ttg Perlindungan Anak
Contoh: Kasus Taufik Hidayat
Konsep Anak Dalam Hukum Waris
Hukum Waris Berhubungan Dengan Hukum Keluarga
Konsep Anak meliputi; anak sah (anak kandung), anak angkat dan
anak tiri.
Anak sah adalah anak yang lahir di dalam atau sebagai akibat
perkawinan sah
Anak kandung adalah anak yang beribu wanita yang melahirkannya
dan berayah pria suami ibunya
Anak angkat adalah anak orang lain atau kerabat yang melalui suatu
tindakan hukum (pengangkatan anak) ditempatkan/didudukkan
seperti anak kandung
Anak tiri adalah anak dari perkawinan terdahulu yang dibawa masuk
Status Anak (1)
Pandangan dari aspek yuridis
1). Anak Sah diukur dari konsep yuridis (bukan konsep biologis)
dan didasarkan atas anggapan hukum sebagai konsekuensi dari
asas monogami untuk kepastian hukum dan perlindungan anak
2). Perlindungan hukum bagi suami yang kemungkinan dirugikan
adalah melakukan penyangkalan di muka pengadilan, dan bila
terbukti maka anak tsb hanya memiliki hubungan hukum
dengan ibunya saja dan berstatus anak tidak sah (perkawinannya
menjadi putus)
Stattus Anak (2)
Terhadap anak luar kawin dapat diakui
Pengakuan harus dilakukan di muka pengadilan dan harus oleh laki-laki yang menghamilinya dan ada persetujuan dari ibu si anak
Terhadap anak haram/jadah tidak dapat diakui
Pengakuan anak haram/jadah merupakan tindakan yang bertentangan
dengan prinsip hukum (dari tindakan melangar hukum zina) dan hukum keluarga dengan asas monogaminya
DISKUSI KUALIFIKASI ANAK
PERISTIWA
STATUS ANAK
1. Seorang pria berhubungan dengan
seorang wanita sama-sama belum
menikah
Anak Sah, Anak Luar kawin, Anak
Zinah
2. Seorang pria menikah berhubungan
dengan seorang wanita belum menikah
Anak Sah, Anak Luar kawin, Anak
Zinah
3. Seorang pria bujangan berhubungan
dengan seorang wanita menikah
Anak Sah, Anak Luar kawin, Anak
Zinah
4. Seorang pria berhubungan dengan
seorang wanita sama-sama telah
menikah
DISKUSI KUALIFIKASI ANAK
Sandi Harun menikah siri dengan Djodi Setiawan
dan melahirkan anak bernama rimbi.
Djodi setiawan memproses Akte kelahiran Rimbi
dengan Djodi Setiawan dan Sandi harun sebagai
orang tuanya.
Sandi Harun menyatakan bahwa Rimbi adalah
Diskusi kasus
Anak sah adalah anak yang lahir di dalam
atau sebagai akibat perkawinan yang sah
Dalam perspektif Hukum Islam seorang
anak perempuan yang lahirnya dibawah 6
bulan dari umur perkawinan orang tuanya,
bapak/suami ibunya tersebut tidak boleh
menjadi wali nikahnya
ANAK ANGKAT
Anak orang lain atau kerabat dengan suatu tindakan
hukum ditempatkan dalam kedudukan seperti anak
kandung
Sebagai suatu lembaga yang tumbuh dalam masyarakat
Tugas kelompok diskusi
apa arti pentingnya kepastian hukum
status hukum anak dalam pembagian
warisan (kelompok ganjil)
Persyaratan dan hal-hal yang menghalangi
HAK MEWARIS ANAK ANGKAT
Putusan MARI
Kesimpulan
1.
Hukum Adat Periangan, seorang anak
kikut tidak mewaris harta pusaka
(asli/asal) orang tua angkatnya (Pts.
MA No. 82 K/Sip/1957 5 Maret 1958).
1.
Anak angkat berhak mewaris terbatas
pada harta gono-gini (harta bersama).
2.
Hukum Adat Jawa Tengah, seorang
anak angkat hanya mewaris harta
gono-gini orang tua angkatnya (Pts.
MA No. 37 K/Sip/1959 18 Maret
1959).
2.
Anak angkat tidak berhak mewaris
terhadap harta pusaka (asli/asal).
3.
Hukum Adat yang berlaku anak angkat
mewaris harta gono-gini orang tua
angkatnya dan menuutup ahli waris
asal Pts. MA No. 102 K/Sip/1972 23
Juli 1977).
3.
Anak angkat bisa menutup hak
ANAK TIRI (Anak Gawan)
Anak dari suami atau isteri yang dibawa masuk kedalam
perkawinan yang baru.
Anak tiri hanya memiliki hubungan hukum keperdataan
dengan orang tua kandungnya.
Anak tiri tidak mewaris dari orang tua tirinya, hanya
mewaris dari orang tua kandunhgnya saja.
Pts. MA RI No. 400 K/Sip/1975: Harta gomo-gini harus
jatuh pada anak kandung, bukan kepada anak tiri/gawan,
oleh karena itu hibah tanpa sepengetahuan yang
JANDA
Janda /Duda
Satu generasi dengan pewaris, oleh karena itu menurut hukum adat
tidak termasuk sebagai ahli waris dan hanya menerima separuh dari
harta bersama, dan kedepan tumbuh wacana sebagai ahli waris
melalui Yurisprudensi Mahkamah Agung RI.
Janda bukan Duda
Dari aspek sosiologis dan kulturil serta ekonomi, posisi secara
umum adalah lemah (sudah jatuh ketimpa tangga), terutama
apabila harta keluarga hanya ada harta asal suami saja.
Janda
Konsekuensi yuridis bagi
JANDA
Meneruskan kekuasaan orang tua apabila anak-anak
masih kecil.
Memegang hak kepengurusan (
beheer
) atas harta
peninggalan suaminya untuk kepentingan
anak-anaknya dan untuk hidup layak bagi dirinya.
Dapat menarik kembali harta peninggalan suaminya
almarhum yang berada dalam kekuasaan orang lain.
PERKEMBANGAN HAK MEWARIS JANDA
Melalui YurisprudensiMahkamah Agung RI sejak tahun
1960an dimunculkan wacana JANDA SEBAGAI AHLI
WARIS.
Konsep awal Janda hanya menerima separuh bagian dari
harta bersama, dan dalam Yurisprudensi dikualifikasi
sebagai menerima warisan.
Konsep Janda sebagai ahli waris didasarkan pada prinsip
KEADILAN.
Indikasi adanya perubahan cara pandang dari pandangan
komunalisitis bergerak ke individualistis.
Apabila perubahan cara pandang tersebut telah ada opinio
BEBERAPA PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA (1)
1.
Dalam hal tidak ada anak
, harta warisan
setengah bagian untuk janda dan yang
setengah bagian untuk keluarga suami
BEBERAPA PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA (2)
2.
Menurut hukum adat diseluruh Indonesia,
seorang janda perempuan merupakan ahli waris
dari barang-barang asal dari suaminya,
dalam
arti:sekurang-kurangnya barang asal tsb. Harus
tetap ditangan janda sepanjang untuk hidup
secara pantas sampai ia kawin lagi atau
meninggal.
Sedang dibeberapa daerah di
Indonesia dalam hal barang-barang warisan
amat banyak, Janda berhak atas bagian warisan
seperti seorang anak kandung
(Pts. No. 302
BEBERAPA PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA (3)
3.
Di Kabanjahe (Tapanuli > selatan), mengingat
pertumbuhan masyarakat dewasa ini menuju
kearah persamaan kedudukan antara pria
dengan wanita dan pengakuan janda sebagai
ahli waris
Janda berhak separoh dari harta
bersama dan sisanya dibagi antara janda dan
kedua anaknya
(Pts. No. 100 K/Sip/1967
ARGUMENTASI
JANDA SEBAGAI AHLI WARIS
1.
Pandangan keadilan yang didasarkan kedudukan pria dengan wanita sama.
2.
Nilai komunalistis bergeser kearah nilai individualistis.
3.
Hak mewaris Janda sama dengan hak mewaris anak.
4.
Bagian mewaris Janda sama dengan bagian mewaris anak.
5.
Janda tidak dapat menutp bagian mewaris ahli waris asal.
6.
Janda menerima warisan bersama anak-anaknya atas separo harta bersama
suaminya.
7.
Tidak ada kejelasan hak mewaris Janda atas harta asal suaminya.
8.
Pemberian hak mewaris Janda secara penuh akan menggeser nilai-nilai hukum
adat.
9.
Nilai baru hak mewaris Janda akan berpengaruh pada masyarakat Patrilineal
SISTIM PEWARISAN
SISTIM PEWARISAN SECARA KOLLEKTIF
Sistem pewarisan yang didasarkan pada prinsip komunalistis, sebagai bagian dari proses pewarisan (penerusan, pengoperan dan peralihan) kepada generasi berikut.
SISTIM PEWARISAN MAYORAT
Sistim pewarisan yang didasarkan pada prinsip kumonalistis yang terjadi pada suatu masyarakat, dan tidak terjadi pemecahan harta warisan tetapi terjadi secara mayorat (mayorat sulung atau mayorat bungsu).
SISTIM PEWARISAN INDIVIDUAL
Sistem pewarisan/pembagian
Semasa hidup pewaris (inisiatif ada pada pewaris, hak
ahli waris belum terbuka)
teknisnya: sebagian atau
seluruhnya, diikuti peralihan yuridis atau tidak diikuti
peralihan yuridis (penunjukan, digarap)
bentuknya:
hibah atau hibah wasiat.
Setelah pewaris meninggal (inisiatif ada pada para ahli
waris, sebab hak para ahli waris sudah terbuka)
teknisnya: pembagian warisan tanpa sengketa atau
dengan musyawarah dan pembagian warisan dengan
sengketa
sengketa diartikan sudah menjadi perkara di
Kepastian hukum
Apakah pembagian warisan semasa hidup pewaris, mengandung
kepastian hukum
artinya memiliki ketentuan yang mengikat
semua ahli waris ?
Antara pembagian warisan setelah pewaris meninggal, yang mana
yang menjamin kepastian hukum, dan yang mana yang lebih
mencerminkan keadilan ?
Ada berapa cara dalam menentukan pembagian warisan dengan
musyawarah para ahli waris ?
Bagaimana kepastian hukumnya dikemudian hari, ketika dipilih
pembagian warisan dengan ketentuan bagian yang tidak sama
HASIL PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI
PONTIANAK, BANJARMASIN, BANDAACEH, PADANG, DENPASAR,
JAWA TENGAH & MAHKAMAH AGUNG REP. INDONESIA
ASAS-ASAS YG SAMA/MIRIP ASAS-ASAS YANG BERBEDA
1. Keluarga bilateral 1.Hak & bagian ahli warisl
2. Jenis-jenis harta 2.Hak & bagian janda, anak, anak angkat
3. Sistim pewarisan individual 3.Penggantian tempat ahli waris
4. Saat terbukanya warisan 4.Hilangnya hak mewaris krn beda agama
5. Ab-intestato dan testamen 5.Harta yg tidak dapat dibagi waris
6. Pemisahan jenis harta sblm dibagi 6.Inbreng, hibah kpd ahli waris
diperhitungkan dlm pembagian warisan
7. Kedudukan anak selaku ahli waris 7.Kekuasaan masyarakat atas harta pusaka
8. Anak tiri tidak mewaris
PERBANDINGAN ASAS-ASAS HUKUM WARIS
MENURUT BW, HUKUM ADAT & HUKUM ISLAM (1)
PRINSIP-PRINSIP
KUH PERDATA
(BW)
HUKUM
ADAT
HUKUM
ISLAM
1. Konsep
PERBANDINGAN ASAS-ASAS HUKUM WARIS
MENURUT BW, HUKUM ADAT & HUKUM ISLAM (2)
5. Jenis harta keluarga
6. Keadaan harta warisan Ada yang tidak
terbagi dan ada yang dapat dibagi-bagi Harta materiil dan harta immateriil Harta peninggalan dan harta pemberian dari sipewaris
semasa hidupnya kepada ahli waris Aktiva
Harta
PERBANDINGAN ASAS-ASAS HUKUM WARIS
MENURUT BW, HUKUM ADAT & HUKUM ISLAM (3)
7. Ahli waris
PERBANDINGAN ASAS-ASAS HUKUM WARIS
MENURUT BW, HUKUM ADAT & HUKUM ISLAM (4)
9. Hal ahli waris
10. Bagian ahli waris
11. Hak menolak warisan
Hak dan bagian sama
Ditentukan secara matematis
Mengenal lembaga ini
Hak dan bagian sama dalam
Hak dan bagian tidak sama antara laki-laki dan perempuan
Ditentukan dengan menetapkan besar bagian yang akan diterima oleh ahli waris sesuai
penggolongannya
PERBANDINGAN ASAS-ASAS HUKUM WARIS
MENURUT BW, HUKUM ADAT & HUKUM ISLAM (5)
12. Perhitungan
kewajiban dari para ahli waris
Tidak dikenal anak angkat tetapi bila ada angkat dianggap sama dengan anak kandung
Harus melalui
pengakuan oleh ibu maupun ayanhnya
Terdapat asas harta warisan merupakan kesatuan bagi para ahli warisnya
Mengenal anak angkat hanya hak warisnya terbatas pada harta bersama
Memiliki hubungan hukum dengan ibunya dan ayahnya yang mengakuinya
Prinsipnya harta warisan adalah harta peninggalan
Tidak mengenal anak angkat bila ada diselesaikan dengan wasiat
PERBANDINGAN ASAS-ASAS HUKUM WARIS
MENURUT BW, HUKUM ADAT & HUKUM ISLAM (6)
15. Pencabutan hak mawaris
16. Hibah/sohenking
17. Wasiat/testamen
18. Pencabutan hak waris
Ab-intestato dan testamen
Terkena inbreng
Sebagai hak pewaris yang harus didahulukan
Pembunuhan dan perbuatan lain yang tidak patut
dilakukan oleh ahli waris terhadap pewaris (838 BW)
Semasa hidup
pewaris dan setelah meninggalnya
pewaris
Diperhitungkan dalam pewarisan