PENYUSUNAN DOKUMEN REKOMENDASI TEKNIS
KELAYAKAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN
LABORATORIUM BALAI BESAR PENGUJIAN
PERANGKAT TELEKOMUNIKASI (BBPPT)
1.
PENDAHULUAN
2.
LANDASAN HUKUM
3.
ASPEK, KRITERIA DAN INDIKATOR
4.
KELAYAKAN KANDIDAT LOKASI TAPOS 1
5.
KELAYAKAN KANDIDAT LOKASI TAPOS 2
6.
KELAYAKAN KANDIDAT LOKASI CILODONG
7.
KELAYAKAN KANDIDAT LOKASI KARANGGAN
8.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. BBPPT sebagai lembaga laboratorium pengujian perangkat telekomunikasi milik pemerintah Indonesia dengan status UPT dibawah Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika yang menjalan fungsi pengujian perangkat telekomunikasi yang beredar di Indonesia agar berfungsi baik sehingga tidak ada kerugian di masyarakat;
2. BBPPT merupakan unit Pemerintah yang menerima biaya/tarif Sertifikasi dan Permohonan Pengujian
Alat/Perangkat Telekomunikasi dengan Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Departemen Komunikasi dan Informatika (PP RI No. 7 Tahun 2009);
3. BBPPT merupakan unit penting negara dalam mengembangkan kualitas perangkat telekomunikasi dan industrinya;
4. BBPPT merupakan unit negara yang telah mendapat pengakuan secara nasional dan internasional dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang dibuktikan dengan Penerapan Sistem Manajemen Mutu yang
mengacu pada ISO-17025:2005 dan telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) LP-112-IDN sejak tahun 2001;
5. BBPPT dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada Spesifikasi Teknis Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Technical Specification Regulation), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Acuan Internasional seperti ISO, ETSI, RR, ITU, IEC sehingga mampu melindungi dan menjaga kualitas
alat/perangkat telekomunikasi serta menjamin bahwa alat/perangkat telekomunikasi yang digunakan atau beredar di Indonesia benar-benar sesuai dengan persyaratan teknis;
6. Didalam perkembangannya BBPPT merasakan adanya gangguan kondisi dan lingkungan pada areal BBPPT di Jalan Bintara Bekasi sehingga diperlukan upaya lain (pemindahan) agar tugas BBPPT berjalan sesuai dengan ketentuan Nasional dan Internasional; dan
7. Selain itu Gedung BBPPT sekarang mengalami degradasi aspek keandalan bangunan gedung
(publik/negara) sesuai dengan (i) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan (ii) Permen 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
PENDAHULUAN
1.
Kondisi Akomodasi dan Lingkungan
1.
Tingginya mobilitas dan aktivitas kendaraan pada jalan utama BBPPT di
Bintara yang mengakibatkan
debu
kendaraan masuk ke areal BBPPT;
2.
Tingkat
bunyi
dan
getaran
aktifitas di sekitar Kantor Balai BBPPT yang
semakin tinggi dan mulai menganggu aktifitas uji kalibrasi;
3.
Tingginya aktifitas permukiman
di sekitar Kantor Balai BBPPT;
4.
Kebutuhan pengembangan Laboratorium dan Kantor Balai BBPPT yang lebih
memperhatikan aspek
keselataman
,
kenyamanan
,
kesehatan
dan
kemudahan
.
2.
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
1.
Keandalan bangunan gedung BBPPT yang sudah tidak memenuhi persyaratan,
meliputi;
2.
Menurunnya keandalan bangunan gedung pada aspek keselamatan;
3.
Menurunnya keandalan bangunan gedung pada aspek kesehatan;
4.
Menurunnya keandalan bangunan gedung pada aspek kenyamanan;
PENDAHULUAN
1. Jalan Bintara Raya Bekasi.
2. Administrasi Wilayah Kota
Bekasi.
3. Waktu Tempuh Jakarta – Bekasi
(Bintara) +- 2 s/d 3 Jam
tergantung tingkat kemacetan.
4. Berada pada kawasan padat
permukiman.
5. Aksesibilitas tinggi, yakni Jalan Tol Lingkar Luar langsung terkoneksi dengan Jalan Kota Bekasi (Jln. Bintara Raya).
6. Tingkat kemudahan mencapai
lokasi tinggi.
7. Sarana kendaraan umum untuk
mencapai lokasi tersedia dengan baik.
8. Jenis kendaraan angkut yang
dapat melintasi di Jalan Bintara Raya adalah Truk Engkel
Tunggal, JBI sebesar 12 Ton (JBI Kelas II dan III)
9. Sumber energi listrik dari PT. PLN area Pelayanan Bekasi.
10. Sumber Air berasal dari PDAM
Tirta Patriot Bekasi
PENDAHULUAN
Dampak dari tingginya aktifitas
permukiman di sekitar kawasan BBPPT, adalah tingginya
gangguan seperti kebisingan dan getaran, suhu, kelembaban sehingga kegiatan hasil
pengujian dan/atau kalibrasi terganggu.
Dan berdasarkan acuan dan
pedoman dari SNI/IEC
KEBIJAKAN TERKAIT
1. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015;
3. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010;
4. Peraturan Presiden RI. No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden RI No. 4 Tahun 2015;
5. Peraturan Menteri Kominfo No. 04/PER/M.KOMINFO/04/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika;
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 134/PMK.06/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
TERKAIT BANGUNAN GEDUNG
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.
7. Permen 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
8. Permen 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung
9. Permen 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
TERKAIT KOMPETENSI LABORATORIUM
1. SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi
TERKAIT PENGADAAN TANAH
1. Undang-Undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum
2. Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
3. Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
4. Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
5. Peraturan Presiden No 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagu Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
6. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 TAHUN 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan T Anah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Pera Turan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan RI No 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
8. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 13/PML.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
1. ASPEK ADMINISTRASI, yang dinilai:
1. Membayar PBB.
2. Lahan seluas +- 2 ha dengan kepemilikan minimum tidak banyak SHM untuk meminimumkan kegagalan pengadaan lahan.
3. Ada SHM yang diterbitkan oleh BPN/ATR.
2. ASPEK LINGKUNGAN, yang dinilai:
1. Tidak ada konflik pemanfaatan lahan yang didukung dengan Rencana Tata Ruang Kota/Kabupaten setempat.
2. Tidak terdapat gangguan pencemaran lingkungan. Seperti limbah industri, limbah rumah tangga dan lainnya.
6. Adanya jaminan keamanan lingkungan.
7. Tersedianya fasilitas umum
8. Memiliki keuntungan lokasi berupa kemudahan akses.
9. Posisi persil/petak lahan yang bersimetris dengan akses jalan.
10. Bebas dari bencana banjir.
11. Tingkat kepadatan lalu lintas yang tidak mengganggu aktifitas laboratorium.
12. Ketersediaan prasarana transportasi umum.
13. Lokasi terkoneksi dengan jaringan jalur transportasi yang baik dan mudah (sistem jaringan jalan tidak terputus)
14. Sistem jaringan jalan lokal memadai untuk lalu lintas kendaraan tonase sedang.
3. ASPEK TEKNIS, yang dinilai:
1. Kapasitas daya listrik di kawasan.
2. Kondisi tanah lebih tinggi dari jalan raya/akses.
3. Sistem drainase.
4. Rencana pengembangan jalan/Tidak berada pada rencana pelebaran jalan.
5. Tidak dilalui jalur SUTET, yang mengakibatkan gangguan elektromagnetis.
6. Ketersediaan sumber air (permukaan dan atau PDAM)
7. Ketersediaan jaringan telekomunikasi dan atau jaringan serat optik 3 operator.
8. Ketersediaan energi listrik
3. Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten/Kota
4. Ketersediaan sarana dan prasarana.
SKALA SKOR
1. 1 s/d 3, dimana
2. Skor 1 dapat mengindikasikan nilai rendah
3. Skor 2 dapat mengindikasikan nilai sedang
4. Skor 3 dapat mengindikasikan nilai tinggi
1.
ASPEK ADMINISTRASI
1.
Hasil suvei dengan bantuan GPSMap 62 32 Channel, lokasi kandidat berada di
Desa Tapos, Kecamatan Tapos, Kelurahan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat.
2.
Sertifikat hak milik, oleh Ibu Ivon dan 1 Kerabat dekat dengan total sertifikat 9
SHM.
3.
Total luas SHM 22,723 Ha
4.
Kepemilikan bersama
5.
Bukti Bayar PBB tidak ada, PBB harus bayar tanggal jatuh tempo sebesar Rp.
14,162,670,-
6.
Harga NJOP sebesar Rp. 537,000,-
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
2. ASPEK LINGKUNGAN
1. Berdasarkan rencana tata ruang kota depok, masuk dalam penetapan kawasan Perumahan Kepadatan Rendah yang artinya perlu penyesuaian dalam ijin kegiatan di lokasi. Advise Planning diperlukan.
2. Kegiatan yang serupa dengan Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi di lokasi ini adalah Balai Besar Penilitian Benih Ikan, Kementerian Pertanian. Sedangkan kegiatan industri lainnya berupa air minum SanQua, Vit, Pergudangan kendaraan roda dua Honda. 3. Permukiman yang berada disekitar kawasan merupakan permukiman kepadatan rendah.
Perkembangannya sangat terbatas. Hal ini didasari atas penetapan kawasan Tapos sebagai kawasan resapan air. Adanya kegiatan/kawasan golf terdekat merupakan bentuk kegiatan perlindungan sebagai kawasan terbuka bagi resapan air.
4. Tingkat polusi udara berdasarkan pengamatan sangat rendah, karena jauh dari Tol Jagorawi, kemudian kegiatan permukiman sekitar masih rendah dan aktifitas kegiatan jasa lainnya tidak berkembang.
5. Jaminan keamanan terdekat berupa pos polisi Tapos.
2. ASPEK LINGKUNGAN
6. Fasiltias umum tersedia seperti Jaringan Jalan Kota terkoneksi langsung dengan Jalan Tol Jagorawi. Fasilitas Angkutan Umum tersedia dengan intensitas baik (tiap 15-20 menit). Tersedia Pos Tunggu (Mangkal) Taksi Blue Bird dan Taksi Express.
7. Gangguan pencemaran di sungai tidak terdapat, demikian juga halnya dengan gangguan dari kegiatan disekitar. Lahan kandidat saat ini digunakan untuk kegiatan pertanian pangan obat dan makanan.
8. Kegiatan disekitar lahan kandidat berupa pertanian sawah, pertanian pangan, TPU, Permukiman Kopasus, Industri Gudang, dan Balai Besar Benih Ikan-KEMENTAN.
9. Pada lahan kandidat tidak terdapat bangunan baik itu semi permanen maupun permanen. Hanya pepohonan dan rerumputan.
10. Akses ke lahan sangat mudah, baik dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Karawang dengan memanfaat Jaringan Jalan Toll Jagorawi.
11. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Tapos yang direncanakan akan dilebarkan menjadi 20 m. Lebar jalan saat ini 6 meter.
2. ASPEK LINGKUNGAN
12. Posisi lahan terhadap jalan simetris sepanjang +- 30 meter hingga ke tepi sungai tapos. Dalam perencanaan bangunan gedung nantinya diharapkan menyesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok agar pemanfaatan tepi sungai Tapos sebagai Sempadan Sungai tidak merubah fungsi kawasan (Sempadan) namun dilakukan penanganan berupa Lahan Parkir Tamu Balai, Taman dan Kebun Obat yang prinsipnya digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
13. Kawasan bebas dari banjir. Titik tertinggi dari muka jalan mencapai 5-7 meter. Tinggi muka lahan terhadap kawasan persawahan dibawahnya mencapai 10-20 m.
14. Ketersediaan transportasi umum ada melayani dari Depok dan ke Cibinong melintasi Jalan Raya Tapos. Tingkat kepadatan lalu lintas rendah – sedang.
15. Jaringan jalan raya tapos memadai untuk angkutan tonase sedang, namun tidak untuk tonase besar (kontainer).
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
…lanjutan
Definisi Perumahan dan Permukiman menurut UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
• Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
…lanjutan
EXIT PINTU TOL CIMANGGIS PERUMAHAN KOPASUS
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
…lanjutan
KANDIDAT TAPOS 1
1. Desa Tapos
Kecamatan Tapos
2. Kegiatan sekitar
kawasan berupa
perkebunan,
persawahan,
pergudangan motor,
Balai Benih Ikan
Kementan RI, Industri
air minum VIT,
Perbankan dll
Industri Air Minum/Low LabourKELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
…lanjutan
TPU di seberang jalan Jalan Raya Tapos
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
…lanjutan
Transportasi Umum melintas di Jl. Tapos Raya
Kendaraan yang melintas di Jl. Tapos Raya Kondisi vegetasi di lokasi
Jalan Raya Tapos, koneksi ke Tol Cimanggis
Pergudangan Honda
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 1
…lanjutan
3. ASPEK TEKNIS
1. Permukiman yang berada disekitar kawasan merupakan permukiman kepadatan rendah. Perkembangannya sangat terbatas. Hal ini didasari atas penetapan kawasan Tapos sebagai kawasan resapan air. Adanya kegiatan/kawasan golf terdekat merupakan bentuk kegiatan perlindungan sebagai kawasan terbuka bagi resapan air.
2. Tingkat polusi udara berdasarkan pengamatan sangat rendah, karena jauh dari Tol Jagorawi, kemudian kegiatan permukiman sekitar masih rendah dan aktifitas kegiatan jasa lainnya tidak berkembang.
3. Jaminan keamanan terdekat berupa pos polisi Tapos.
4. Fasiltias umum tersedia seperti Jaringa Jalan Kota terkoneksi langsung dengan Jalan Tol Jagorawi. Fasilitas Angkutan Umum tersedia dengan intensitas baik (tiap 15-20 menit). Tersedia Pos Tunggu (Mangkal) Taksi Blue Bird dan Taksi Express.
5. Gangguan pencemaran di sungai tidak terdapat, demikian juga halnya dengan gangguan dari kegiatan disekitar. Lahan kandidat saat ini digunakan untuk kegiatan pertanian pangan obat dan makanan.
6. Kegiatan disekitar lahan kandidat berupa pertanian sawah, pertanian pangan, TPU, Permukiman Kopasus, Industri Gudang, dan Balai Besar Benih Ikan.
7. Pada lahan kandidat tidak terdapat bangunan baik itu semi permanen maupun permanen. Hanya hutan pepohonan dan rerumputan.
3. ASPEK TEKNIS
8. Akses ke lahan sangat mudah, baik dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Karawang dengan memanfaat Jaringan Jalan Toll Jagorawi.
9. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Tapos yang direncanakan akan dilebarkan menjadi 20 m. Lebar jalan saat ini 6 meter. 10. Posisi lahan terhadap jalan simetris sepanjang +- 30 meter hingga ke tepi sungai tapos.
Dalam perencanaan bangunan gedung nantinya diharapkan menyesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok agar pemanfaatan tepi sungai Tapos sebagai Sempadan Sungai tidak merubah fungsi kawasan (Sempadan) namun dilakukan penanganan berupa Lahan Parkir Tamu Balai, Taman dan Kebun Obat yang prinsipnya digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
11. Kawasan bebas dari banjir. Titik tertinggi dari muka jalan mencapai 5-7 meter. Tinggi muka lahan terhadap kawasan persawahan dibawahnya mencapai 10-20 m.
12. Ketersediaan transportasi umum ada melayani dari Depok dan ke Cibinong melintasi Jalan Raya Tapos. Tingkat kepadatan lalu lintas rendah – sedang.
13. Jaringan jalan raya tapos memadai untuk angkutan tonase sedang, namun tidak untuk tonase besar (kontainer).
3.
ASPEK TEKNIS
14.
Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan
Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan
Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan
dengan mantab.
15.
Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan
elektromagnetis.
16.
Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentari. Namun
jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.
17.
Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi
melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-40 meter.
Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
18.
Sistem drainase primer tersedia melalui jaringan sungai Tapos, apabila BBPPT
memilih lokasi ini, sebaiknya menyiapkan jaringan di dalam lingkungan dan
konektifitas ke jaringan perkotaan dan primer terdekat.
1.
ASPEK ADMINISTRASI
1.
Berada di desa Desa Cimpaeun Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat.
2.
SHM oleh Sugiono Djauhari, Ir.
3.
Kepemilikan diketahui dimiliki oleh 1 orang.
4.
PBB terhutang (yang harus dibayarkan) Rp.25,511,850,-
5.
Nilai NJOP Per m2 adalah Rp. 1,862,000,-
2. ASPEK LINGKUNGAN
1. Konflik pemanfaatan ruang pada tidak ada, karena lahan berupa kosong, dan ditanami tumbuhan pertanian pangan.
2. Berdasarkan arahan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, ditetapkan sebagai lahan pertanian. Namun berdasarkan diskusi dengan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok dimungkinkan untuk pengembangan permukiman/perumahan sesuai dengan perkembangan disekitarnya.
3. Gangguan pencemaran tidak ada, hanya terdapat pada drainase lingkungan perkotaan yang tepat berada di depan lahan Jln. Raya Tapos yang tidak mengalir dan menyebabkan bau tidak sedap.
4. Kandidat ini berada di kawasan permukiman yang akan berpotensi padat dan terus berkembang.
5. Tidak ada bangunan liar didalam lahan kandidat.
6. Tingkat polusi udara rendah-sedang, intensitas kendaraan yang melintasi sedang-rendah. 7. Jaminan keamanan lingkungan berupa Pos Polisi dan keswadayaan masyarakat.
8. Fasilitas umum tersedia dengan baik
2. ASPEK LINGKUNGAN
9. Akses ke lokasi cukup baik, dari Exit Toll Cimanggis ditempuh sekitar 7-10 menit.
10. Posisi lahan sangat simetris dengan Jalan Raya Tapos yang terpisahkan dengan drainase perkotaan selebar 3 meter.
11. Lokasi bebas dari banjir
12. Tingkat kepadatan lalu lintas rendah-sedang.
13. Transportasi umum tersedia dengan intensitas rendah-sedang (tiap 15-20 menit)
14. Jalur transportasi terkoneksi dengan baik ke Jaringan Jalan Tol Jagorawi dan dari Jln. Raya Tapos ke Jln Raya Bogor. Lokasi dapat diakses dengan mudah dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang dan lainnya.
15. Sistem jaringan jalan lokal yakni Jl. Raya Tapos dapat dilalui oleh kendaraan tonase sedang.
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 2
…lanjutanPermukiman Permukiman Permukiman
Permukiman Permukiman
Permukiman
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 2
…lanjutanSPBU
PermukimanKELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 2
…lanjutanKondisi di dalam lahan
Kondisi di dalam lahan
Tepi Jalan Raya Tapos
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 2
…lanjutanBerdasarkan hasil cek GPS dan konsultasi dengan Dinas Tarukim Kota Depok lokasi kandidat berada pada rencana pemanfaatan untuk Pertanian. Oleh karenanya pada proses perencanaan desain dan
KELAYAKAN KANDIDAT TAPOS 2
…lanjutanPerumahan
3.
ASPEK TEKNIS
1. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.
2. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.
3. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentarri. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.
4. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-20 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
5. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Tapos yang direncanakan akan dilebarkan menjadi 20 m. Lebar jalan saat ini 6 meter. 6. Sistem drainase primer tersedia melalui jaringan sungai Tapos, apabila BBPPT memilih
lokasi ini, sebaiknya menyiapkan jaringan didalam lingkungan dan konektifitas ke jaringan perkotaan dan primer terdekat.
7. Dalam upaya mengantisipasi pencemaran debu dan potensi getaran dari jalan utama l. Raya Tapos. BBPPT dapat dapat dilakukan dengan penanam Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.
1.
ASPEK ADMINISTRASI
1.
Berada di desa Desa Cilangkap Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat.
2.
SHM oleh Hendri Prastowo, Ir
3.
Kepemilikan diketahui dimiliki oleh 1 orang.
4.
PBB terhutang (yang harus dibayarkan) Rp.75,230,350,-
5.
Harga permeter yang diterbitkan oleh instansi berjenjang belum ada.
6.
Nilai NJOP Per m2 adalah Rp. 614,000,- atau total Rp. 30,092,140,000
KELAYAKAN KANDIDAT CILODONG
…lanjutanBerdasarkan hasil cek GPS dan konsultasi dengan Dinas Tarukim Kota Depok lokasi kandidat berada pada rencana pemanfaatan untuk Industri.
Oleh karenanya pada proses perencanaan desain dan
KELAYAKAN KANDIDAT CILODONG
…lanjutanINDUSTRI
PERUMAHAN
PERUMAHAN PERUMAHAN
PERUMAHAN
PERUMAHAN
PERUMAHAN
PERUMAHAN
KELAYAKAN KANDIDAT CILODONG
…lanjutan1.
Berada di Desa
Cilangkap, Kecamatan
Tapos, Kota Depok,
Provinsi Jawa Barat.
2.
Luas 49,010 Ha.
3.
Nama WP : Hendri
Prastowo, ST
4.
Kegiatan di kawasan
sekitar adalah Industri
Ringan (Non Limbah)
–
Berat (Limbah) dan
Permukiman Padat.
KELAYAKAN KANDIDAT CILODONG
…lanjutanIndustri Permukiman
Industri
Permukiman Permukiman Permukiman
Industri Permukiman
KELAYAKAN KANDIDAT CILODONG
…lanjutanKondisi lahan berupa lahan kosong Kondisi lahan berupa lahan kosong
1.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Konflik pemanfaatan ruang pada tidak ada, karena lahan berupa kosong, dan digunakan untuk fasilitas sosial (lapangan bola).
2. Berdasarkan arahan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, ditetapkan sebagai lahan industri.
3. Gangguan pencemaran ada, hanya terdapat pada drainase lingkungan perkotaan yang tepat berada di depan lahan Jln. Bogor yang tidak mengalir dan menyebabkan bau tidak sedap. Selain itu terdapat bangunan di sepanjang drainase tersebut yang tidak legal dan menganggu pandangan dan estetika jalan dan kota. Kumuh, Kotor dan Berbau.
4. Kandidat ini berada di sekitar kawasan permukiman yang akan berpotensi padat dan terus berkembang, dimana terdapat beberapa lahan kosong yang arahan pengembangannya adalah hunian/permukiman
5. Tidak ada bangunan liar didalam lahan kandidat.
6. Tingkat polusi udara sedang-tinggi, intensitas kendaraan yang melintasi tinggi. Truk Kontainer, Tonase sedang hingga angkutan umum. Sangat bising.
7. Jaminan keamanan lingkungan berupa Pos Polisi dan keswadayaan masyarakat. 8. Fasilitas umum tersedia dengan baik.
1.
ASPEK LINGKUNGAN
9.
Akses ke lokasi cukup baik, dari Toll Cijago ditempuh sekitar 30-40
menit.
10.
Posisi lahan sangat simetris dengan Jalan Raya Bogor yang terpisahkan
dengan drainase perkotaan selebar 4 meter.
11.
Lokasi bebas dari banjir
12.
Tingkat kepadatan lalu lintas sedang-tinggi.
13.
Transportasi umum tersedia dengan intensitas rendah-sedang (tiap
7-15 menit)
14.
Jalur transportasi terkoneksi dengan baik ke Jaringan Jalan Tol Cijago
dan dari Jln. Raya Bogor. Lokasi dapat diakses dengan mudah dari
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang dan lainnya.
15.
Sistem jaringan jalan lokal yakni Jl. Raya Bogor dapat dilalui oleh
kendaraan tonase besar dan sedang.
1.
ASPEK TEKNIS
1. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.
2. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.
3. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentarri. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.
4. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-20 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
5. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Bogor. Lebar jalan saat ini 20 meter.
6. Sistem drainase perkotaan tersedia melalui jaringan drainase Raya Bogor, apabila BBPPT memilih lokasi ini, sebaiknya menyiapkan jaringan didalam lingkungan dan konektifitas ke jaringan perkotaan dan primer terdekat.
7. Dalam upaya mengantisipasi pencemaran debu dan potensi getaran dari jalan utama Jl. Raya Bogor. BBPPT dapat dapat dilakukan dengan penanam Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.
1.
ASPEK ADMINISTRASI
1.
Terletak di Desa Karanggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
2.
Total luasan seluruh lokasi kandidat 4 berdasarkan sertifikat kepemilikan lahan
sekitar 19.038 Meter2.
3.
Letak geografis-koordinat di x : 708119; y : 9285032.
4.
Kepemilikan lahan diketahui dimiliki sebanyak 8 orang
5.
Berdasarkan informasi Dispenda-PBB setempat nilai NJOP/ m2 sebesar Rp.
243,000. Jika kebutuhan pengembangan BBPP seluas 19.038 Meter2, maka total
nilai NJOP di lokasi kandidat 4 mencapai Rp. 4.626.234.000,-.
6.
Berdasarkan informasi dari Dispenda-PBB setempat harus bayar senilai Rp.
213.038,- (SHM995).
1.
ASPEK ADMINISTRASI
1.
Terletak di Desa Karanggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
2.
Total luasan seluruh lokasi kandidat 4 berdasarkan sertifikat kepemilikan lahan
sekitar 19.038 Meter2.
3.
Letak geografis-koordinat di x : 708119; y : 9285032.
4.
Kepemilikan lahan diketahui dimiliki sebanyak 8 orang
5.
Berdasarkan informasi Dispenda-PBB setempat nilai NJOP/ m2 sebesar Rp.
243,000. Jika kebutuhan pengembangan BBPP seluas 19.038 Meter2, maka total
nilai NJOP di lokasi kandidat 4 mencapai Rp. 4.626.234.000,-.
6.
Berdasarkan informasi dari Dispenda-PBB setempat harus bayar senilai Rp.
213.038,- (SHM995).
2.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Di lokasi Kandidat 4 (Desa Karanggan) tidak adanya konflik dalam pemanfaatan ruang/ lahan, karena peruntukan lahan sekarang berupa lahan kosong yang ditanami tumbuhan pertanian pangan.
2. Tingkat kebisingan sedang-tinggi karena berada di tepi Toll Jagorawi dengan intensitas lintasan kendaraan yang tinggi tiap menit dan jam.
3. Tingkat getaran rendah-sedang yang disebabkan oleh pergerakan truk di Jalan Raya Kranggan (Akses Utama).
4. Berdasarkan arahan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Pasal 46, menyatakan bahwa kecamatan Gunung Sindur termasuk kedalam kawasan permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1) diarahkan untuk permukiman/ hunian padat, dan pengembangan bangunan vertikal (rumah susun), kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, serta industri non-polutan yang berorientasi pasar.
5. Gangguan pencemaran tidak ada, hanya terdapat pada drainase lingkungan perkotaan yang tepat berada di depan lahan yang tidak mengalir, hal ini dikarenakan jaringan drainase yang terputus.
6. Kandidat ini terdapat bangunan warung dan klaim kepemilikan lahan yang berada di
2.
ASPEK LINGKUNGAN
7.
Tingkat polusi udara tinggi, intensitas kendaraan yang melintasi cukup ramai,
hal ini terlihat dari kegiatan di sekitar lokasi banyaknya didirikan industri skala
sedang.
8.
Jaminan keamanan lingkungan berupa : Jarak ke Polsek Citeureup (2,73 km)
dan jarak ke PolRes Kota/ Kab 10,3 Km.
9.
Fasilitas umum tersedia dengan baik.
10.
Akses ke lokasi sangat baik, dari Exit Toll Cimanggis ditempuh kurang dari 5
menit. 0,9 km dari pintu tol Karanggan.
11.
Lokasi bebas dari banjir
12.
Tingkat kepadatan lalu lintas sedang.
13.
Transportasi umum tersedia dengan intensitas sedang - tinggi (tiap 5 - 10
menit).
14.
Jalur transportasi terkoneksi dengan baik ke Jaringan Jalan Tol Jagorawi, karena
lokasi tidak jauh dari keluar pintu tol Karanggan.
KELAYAKAN KANDIDAT BOGOR 1
Lokasi
KELAYAKAN KANDIDAT BOGOR 1
Calon Lokasi 4
1. Desa Kranggan Kecamatan Gunung Putri
2. Luas Lahan : Koordinat X: Koordinat Y:
3. Peruntukan Ruang : Permukiman Perkotaan Kepadatan Tinggi (Pp1). KDB 60%
BG Industri BG Industri
BG Permukiman BG Permukiman
Tol Jagorawi
Vegetasi Peredam Kebisingan/
KELAYAKAN KANDIDAT BOGOR 1
Bangunan Toyota Assembling Permukiman setempat/Kos
Vegetasi Peredam Kebisingan Tol Jagorawi
KELAYAKAN KANDIDAT BOGOR 1
Diskusi dengan penjaga tanah
Gerbang masuk lokasi Persil tanah diklaim oleh penduduk setempat
3.
ASPEK TEKNIS
1. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.
2. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.
3. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentarri. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.
4. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-20 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Hasil wawancara ketika musim kemarau, lokasi kandidat ini tidak mengalami kemarau yang berkepanjangan.
5. Getaran di lokasi kandidat 4 cukup di rasakan, hal ini karena lokasi yang berdekatan dengan jalan tol.
6. Dalam upaya mengantisipasi pencemaran debu dan potensi getaran dilakukan dengan penanam Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.
KESIMPULAN TREEPLAN SKOR
K1Ind1 1 K1Ind1 1 K1Ind1 1 K1Ind1 1
K1 K1Ind2 3 K1 K1Ind2 3 K1 K1Ind2 3 K1 K1Ind2 1
7 K1Ind3 3 7 K1Ind3 3 7 K1Ind3 3 5 K1Ind3 3
K2Ind1 2 K2Ind1 2 K2Ind1 2 K2Ind1 2
K2Ind2 3 K2Ind2 1 K2Ind2 1 K2Ind2 3
K2Ind3 3 K2Ind3 2 K2Ind3 1 K2Ind3 1
K2Ind4 3 K2Ind4 1 K2Ind4 3 K2Ind4 1
K2Ind5 3 K2Ind5 3 K2Ind5 3 K2Ind5 1
K2Ind6 3 K2Ind6 2 K2Ind6 3 K2Ind6 3
K2Ind7 3 K2Ind7 3 K2Ind7 3 K2Ind7 3
K2 K2Ind8 3 K2 K2Ind8 3 K2 K2Ind8 2 K2 K2Ind8 3
40 K2Ind9 2 33 K2Ind9 2 33 K2Ind9 2 33 K2Ind9 2
K2Ind10 3 K2Ind10 3 K2Ind10 3 K2Ind10 3
K2Ind11 3 K2Ind11 2 K2Ind11 1 K2Ind11 2
K2Ind12 3 K2Ind12 3 K2Ind12 3 K2Ind12 3
K2Ind13 3 K2Ind13 3 K2Ind13 3 K2Ind13 3
Skor Kelayakan K2Ind14 3 Skor Kelayakan K2Ind14 3 Skor Kelayakan K2Ind14 3 Skor Kelayakan K2Ind14 3
Depok 1 Depok 2 Depok 3 Bogor 1
68 K3Ind1 3 62 K3Ind1 3 62 K3Ind1 3 59 K3Ind1 3
K3Ind2 2 K3Ind2 2 K3Ind2 2 K3Ind2 2
K3Ind3 3 K3Ind3 3 K3Ind3 3 K3Ind3 3
K3Ind4 1 K3Ind4 2 K3Ind4 2 K3Ind4 1
K3Ind5 3 K3Ind5 3 K3Ind5 3 K3Ind5 3
K3 K3Ind6 1 K3 K3Ind6 1 K3 K3Ind6 1 K3 K3Ind6 1
21 K3Ind7 2 22 K3Ind7 2 22 K3Ind7 2 21 K3Ind7 2
K3Ind8 3 K3Ind8 3 K3Ind8 3 K3Ind8 3
KESIMPULAN
1. Kelayakan lokasi TAPOS 1
• Total Skor mencapai 68, dimana Total Skor untuk Aspek Lingkungan mencapai 40 dan Aspek Teknis mencapai 21. Dibandingkan dengan kandidat lainnya lahan ini layak, karena aspek kondisi lingkungan sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi mensyarakat tidak adanya gangguan berupa getaran, debu, suara, elektromagnetis dan pencemaran lingkungan.
2. Kelayakan lokasi TAPOS 2
• Total Skor mencapai 62, dimana Total Skor untuk Aspek Lingkungan mencapai 33 dan Aspek Teknis mencapai 22. Walaupun pada lokasi saat ini belum ada gangguan berupa getaran, debu dan suara namun dipastikan pada 5-10 tahun mendatang potensi gangguan akan semakin kuat. Dibandingkan dengan kandidat lainnya lahan ini layak dengan syarat, karena aspek kondisi lingkungan sesuai arahan pada SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi menuntut tidak adanya gangguan berupa getaran, debu, suara, elektromagnetis dan pencemaran lingkungan.
3. Kelayakan lokasi Cilodong
• Total Skor mencapai 62, dimana Total Skor untuk Aspek Lingkungan mencapai 33 dan Aspek Teknis mencapai 22. Tingginya aktifitas permukiman disekitar kawasan dan kawasan industri berat dan sedang di Jl. Raya Bogor menyebabkan tingginya tingkat kebisingan kawasan, demikian juga halnya dengan debu. Dibandingkan dengan kandidat lainnya lahan ini layak dengan syarat, karena aspek kondisi lingkungan sesuai arahan pada SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi menuntut tidak adanya gangguan berupa getaran, debu, suara, elektromagnetis dan pencemaran lingkungan.
4. Kelayakan Lokasi Bogor 1/Karanggan
ACUAN HUKUM PENGADAAN TANAH BBPPT
1. Undang-Undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum
2. Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
3. Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
4. Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
5. Peraturan Presiden No 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagu Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
6. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 TAHUN 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
7. Peraturan Kepala Badan Pertanahan RI No 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
ACUAN HUKUM PELAKSANAAN DESAIN DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG BBPPT
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung. 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 ttg Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2008 ttg Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
TERIMA KASIH
LAMPIRAN
No Aspek Indikator Parameter Skala Skor
1
9 Bukti Pembayaran PBB 3 Tahun terakhir dari Dispenda setempat 10 Harga tanah per meter persegi yang diterbitkan oleh instansi
secara berjenjang (Kelurahan/Desa, Kecamatan dan BPN)
Harga tanah dan luas tanah dengan tiga sumber:
11 (i) Harga yang ditawarkan 12 (ii) Harga NJOP
LAMPIRAN
No Aspek Indikator Parameter Skala
Skor
1
Lingkungan
Tidak ada konflik pemanfaatan lahan
Tidak sesuai rencana tata ruang 1
Perlu penyesuaian RTR 2
Sesuai RTR 3
2 Tidak terdapat gangguan pencemaran lingkungan
Tinggi 1
Rendah 2
Tidak ada 3
3 Tingkat polusi udara
Tinggi 1
Sedang 2
Rendah 3
4
Tidak berada dalam lingkungan padat penduduk Tinggi 1
Sedang 2
Rendah 3
5 Terhindar dari kewajiban pembebasan lahan liar (bangunan liar)
Tinggi 1
Sedang 2
Rendah 3
6 Adanya jaminan keamanan lingkungan
Belum terdapat Kantor Pelayanan Polisi Setempat 1
Ada, jauh dari pelayanan 2
Ada 3
7 Tersedianya fasilitas umum
Belum ada 1
LAMPIRAN
No Aspek Indikator Parameter Skala Skor
8
Lingkungan
Memiliki keuntungan lokasi (location advantage) akses yang mudah di jangkau
Rendah 1
Sedang 2
Tinggi 3
9 Posisi Strategis Lahan secara simetris berhadapan dengan akses jalan
Tidak simetris 1
11 Tingkat kepadatan lalu lintas
Tinggi/Padat 1
12 Wilayah terkoneksi dengan jaringan jalur transportasi yang baik dan mudah
Rendah 1
Sedang 2
Tinggi 3
13 Sistem jaringan jalan lokal yang memadai untuk lalu lintas kendaraan tonase sedang
Tidak
memadai 1
LAMPIRAN
No Aspek Indikator Parameter Skala Skor
1
2 Kondisi wilayah/tanah simetris
Tidak simetris 1
Cukup simetris 2
Simetris 3
3 Kondisi tanah lebih tinggi dari jalan raya
Sama tinggi (0) 1
Agak tinggi (cm) 2
Sangat tinggi (cm) 3
4 Sistem drainase yang baik
Tidak ada sistem jaringan drainase 1
Ada sistem jaringan, namun perlu dikoneksikan 2
Ada sistem jaringan drainase wilayah terkoneksi 3
5 Tidak berada pada rencana pelebaran jalan
Tidak (tidak masuk rencana pelebaran jalan) 3
Ya (masuk rencana pelebaran jalan) 1
6 Tidak dilalui jalur SUTET (gangguan radiasi/elektromagnetik)
Ya (berada/dekat pada jalur SUTET) 1
Tidak (tidak berada pada jalur SUTET) 3
7 Ketersediaan Sumber Air Tanah dan PDAM
Air Tanah 1
PDAM 2
Air Tanah dan PDAM 3
8 Ketersediaan jaringan telekomunikasi dan serat optik 3 operator
1 Operator 1
2 Operator 2
3 Operator 3
9 Ketersediaan energi listrik
Jaringan PLN 1
Jaringan PLN dan Pengembangan Energi Surya (Kecukupan Sinar Panas Matahari) 2