TEORI DAN PENDEKATAN KONSELING
MODERN DAN POST MODERN
Sebuah Pengantar
UNDAR PRESS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Keberartian Konseling
Memurut Gibson (1981) Sejarah perkembangan konseling pada manusia terjadi ketika nabi Adam mendapat konsekuensi akibat makan buah terlarang di Taman Firdaus.
Menurut Habsy (2016) konseling sudah ada sejak Ki Lurah Semar memberikan Konseling pada arjuna yang sedang mengalami konflik batin. Bentuk konseling primitif pada masa lalu diparktikkan oleh kepala suku, tabib, dukun, peramal yang dianggap mampu untuk menenangkan hati, atau memberikan prediksi pada masa depan.
Disiplin Ilmu Konseling adalah
ilmu pengetahuanyang menggunakan metode ilmiah dalam melahirkan berbagai teori dan praksis konseling. Subjek kajian utamanya adalah hakekat, aktivitas, dan komuinikasi antar pribadi manusia yang berdimensi nilai filosofis, psikologis, sosiologis, anthropologis, dan budaya yang religious.
B a k h r u d i n A l l H a b s y - T e o r i - T e o r i K o n s e l i n g M o d e r n d a n P o s t M o d e r n|2
Falsafah saya tentang konseling secara ekslusif adalah upaya penyelesaian masalah yang mengarah pada upaya pengembangan yang secara psikologis.
Dalam Pelaksanaan Konseling, para konseli belajar membuat keputusan dan merumuskan cara baru dalam berbuat, berperasaan, dan berfikir, berkaitan dengan tujuan yang ditentukannya sendiri (dan bukan tujuan yang ditentukan oleh konselor).
Konselor mempunyai paradigma para konseli dengan cukup berbeda karena para konseli merupakan pribadi yang unik dan memiliki kompetensi-kompetensi dari pada memandang mereka secara pasif dan melabeli mereka dengan cara patologis.
Menurut Feltham dan Dryden (1993) konseling adalah sebuah profesi untuk penanganan masalah konseli yang berada dalam tekanan atau dalam kebingungan, yang berhasrat berdiskusi dan memecahkan semua itu dalam sebuah hubungan yang lebih terkontrol dan lebih pribadi dibandingkan pertemanan, dan mungkin lebih simpatik/tidak memberikan cap tertentu dibandingkan dengan hubungan pertolongan dalam praktik medis tradisional atausettingpsikiatrik.
Konseling adalah sebuah profesi yang terfokus pada relasi dan interaksi antara individu dan lingkungan dengan tujuan untuk membina perkembangan diri, dan mengurangi pengaruh hambatan-hambatan lingkungan yang mengganggu keberhasilan hidup dan kehidupan individu. Konseling berkaitan dengan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, karir, dan masalah patologis.
Hubungan konseling bersifat antar pribadi, dapat melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan tersebut dirancang untuk membantu konseli memperoleh pemahaman dan memperjelas pandangan tentang diri dan kehidupannya, serta belajar mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sendiri. Proses konseling dilakukan dengan cara memilih atau memanfaatkan informasi yang valid dan bermakna dan melalui pemecahan masalah-masalah emosional atau masalah interpersonal.
B. Teori dalam Konseling
Konseling merupakan suatu kegiatan ilmiah sehingga dalam praktiknya ia harus didasarkan pada landasan teori yang jelas. Ada beberapa aspek-aspek filsafiah yang perlu dijadikan landasan pengembangan Konseling sebagai ilmu pengatahuan dan pengembangan praksis Bimbingan dan Konseling. Aspek-aspek itu sekurang-kurangnya mencakup: (1) Hakekat Manusia, (2) Hakekat Komunikasi, (3) Hakekat Kelompok (4) Hakekat Keluarga, (5) Hakekat Karir, (6) Hakekat Perkembangan, (7) Hakekat Cinta, dan (8) Sistem Nilai dan Etika.
B a k h r u d i n A l l H a b s y - T e o r i - T e o r i K o n s e l i n g M o d e r n d a n P o s t M o d e r n|4
Teori mengandung kebenaran-kebenaran yang sifatnya tidak mutlak tetapi relatif. Suatu teori selalu memiliki kelemahan dan tingkat kelemahan itu tergantung pada seberapa jauh prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan dalam mengembangkan teori.
Berdasar asumsi bahwa struktur teori ilmiah berada dalam konteks fondasi yang bersifat probabilistik maka teori ilmiah akan selalu mengalami perubahanseiring dengan perkembangan waktu. Sejarah ilmu membuktikan bahwa terjadinya perubahan teori menunjukkan masa penerimaan terhadap kebenaran suatu teori yang bersifat temporer. Dalam dunia ilmu, teori selalu mengalami perkembangan searah dengan perkembangan waktu di mana ditemukannya teori baru yang lebih dapat diterima oleh suatu komunitas ilmiah tertentu (Hanurawan, 2012).
Para teoris berusaha untuk memahami kehidupan dengan cara mengkonstruksikan suatu kerangka kerja (framework) yang memungkinkan mereka untuk dapat membuat penjelasan yang logis (nalar atau masuk akal) tentang peristiwa-peristiwa. Teori merupakan suatu sistem yang terkomposisikan dari data empirik yang diperoleh melalui pengamatan-pengamatan dan/atau percobaan-percobaan serta interpretasinya (Wolman, 1973).
Meskipun suatu teori mengandung kebenaran-kebenaran itu sifatnya tidak mutlak tetapi relatif. Suatu teori selalu memiliki kelemahan dan tingkat kelemahan itu tergantung pada seberapa jauh prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan dalam mengembangkan teori. Jadi, suatu teori selalu terbuka untuk dievaluasi, dikritisi dan diverifikasi. Apa yang
teori selalu berada berubah menjadi salah pada waktu berikutnya.
Jadi, suatu teori selalu berada dalam suatu proses
being formulated, tidak statis. Penelitian merupakan kegiatan paling ilmiah untuk memverifikasi teori yang sudah ada. Melalui pengamatan baru terhadap peristiwa-peristiwa dapat muncul inferensi dan hipotesis baru dan ini tentu saja akan mempengaruhi struktur teori. Suatu teori yang murni hanyalah memberikan suatu formulasi tentang suatu posisi atau interpretasi, subyek untuk beberapa bentuk verifikasi, pengujian kembali, dan formulasi ulang (Williamson, 1965). Menurut Corey tanpa teori konselor tidak akan
pernah mampu membawa konseli mencapai perubahan. Teori konseling merupakan suatu upaya untuk menjelaskan proses melalui seperangkat kegiatan konseling. Meskipun teori sangat diperlukan dalam setiap praktik konseling, kita tidak perlu melihat suatu teori sebagai suatu struktur yang kaku yang mempreskripsikan tentang langkah-langkah khusus yang harus kita lakukan dalam proses konseling, tetapi kita melihat teori sebagai seperangkat aturan umum yang dapat kita gunakan untuk menetapkan apa yang perlu kita lakukan.
Menurut Corey (2010, 313), semua teori konseling dan psokoterapi merepresentasikan kedudukan yang berbeda-beda bagi pemahaman tingkah laku manusia, sehingga tidak diperkenankan terpaku pada suatu doktrin tunggal, dan tidak mengikuti suatu model disertai sikap seakan-akan yang lain salah, tidak layak, tidak menarik, dan sebagainya. Peta konsep pembahasan konseling dalam buku ini divisualisasikan dalam gambar 1.1 sebagai berikut:
B a k h r u d i n A l l H a b s y - T e o r i - T e o r i K o n s e l i n g M o d e r n d a n P o s t M o d e r n|6
Gambar 1.1
Peta Konsep Bahasan Pendekatan Konseling
C. Kemaslahatan Teori
Menurut Burk dan Stefflre (1979) teori secara umum mengandung dua elemen, yaitu realitas dan keyakinan. Realitas adalah data atau perilaku yang kita amati dan mendorong kita untuk menjelaskan. Sedangkan keyakinan adalah cara kita untuk mencoba memaknai data dengan menghubungkan apa yang kita amati tersebut dengan penjelasan yang dapat memperkaya hal tersebut, sehingga dapat diterima secara meyakinkan.
Konseling merupakan pekerjaan professional, karena itu dalam dalam melaksanakan profesinya tidak boleh mengandung kesalahan konseptual (serius dan mendalam) sehingga sulit untuk diperbaiki dan dapat berakibat fatal. Teori konseling dapat memberikan jalan bagi terhindarnya pelaksanaan profesi konseling tersebut dari kesalahan konseptual. Dalam merespon pernyataan klien seorang konselor harus melakukannya berdasar atas dugaan tentang makna yang dikemukakan klien, apakah makna pernyataan tersebut dalam kehidupan klien, apakah sesuai dengan tujuan konseling, apa fungsi konselor, apakah teknik-teknik yang dapat berhasil untuk mengerakkan ke arah tujuannya.
Menurut Burk dan Stefflre, (1979) Secara umum teori yang baik memiliki 4 atribut formal, yaitu : (1) jelas, dapat dengan mudah
Pepper (Burk dan Stefflre, 1979) menyebutkan bahwa teori adalah kaidah-kaidah atau konvensi manusia untuk menyimpan keteraturan data. Hal ini diperlukan karena ingatan manusia dapat salah, sehinga teori tidak hanya sekedar baik sekali (convenient) tetapi memang diperlukan.
Melalui teori seseorang dapat memperoleh penjelasan terhadap sesuatu permasalahan yang terjadi. Karena itu teori disamping harus berisi data yang lengkap juga harus berisi struktur keterkaitannya, sehingga dapat diperoleh informasi yang jelas tentang hubungan antara fakta atau kejadian yang satu dengan yang lain.
B a k h r u d i n A l l H a b s y - T e o r i - T e o r i K o n s e l i n g M o d e r n d a n P o s t M o d e r n|8
dipahami oleh pembacanya, serta tidak bertentangan (2) komprehensif, memiliki skope dan account untuk banyak tingkah laku, dapat menjelaskan apa yang terjadi pada banyak orang dalam banyak situasi, atau mampu menjelaskan fenomena secara menyeluruh, (3) eksplisit, memiliki ketepatan, karena setiap penjelaan didukung dengan data-data yang dapat diuji, (4) parsimonious, sederhana, tidak menjelaskan fenomena secara berlebihan dan jelas, mampu merangsang peneliti untuk mengembangkan teorinya.
D. Paradigma, Visi dan Misi Konseling di Sekolah
1. Paradigma
Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan konseli.
2. Visi
Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar konseling berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
3. Misi
Misi pelayanan konseling meliputi:
a. Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan.