• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I

ACARA I

PENGENALAN PENGINDERAAN JAUH, CITRA, DAN ALAT INTERPRETASI

Oleh:

Gilang Rama Hendrawan NIM. A0B016027

Asisten: Ulfi Mungiza NIM. A0B015025

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah merupakan hal yang wajar sampai pada akhir abad ke-20 ini, masyarakat pengguna informasi meningkat secara tajam. Pengguna informasi ini, memerlukan data dan atau informasi secara berkala dan data/informasi yang terbaru, secara tidak langsung, baik dalam dunia pendidikan maupun dunia bisnis. Perkembangan ilmu/teknologi Penginderaan Jauh yang demikian pesat mesti diimbangi juga oleh penyediaan sumber informasi/pustaka bagi pemerhati, peneliti (instansi pemerintah / swasta), dan pemakai Penginderaan Jauh, sehingga trend serta manfaat optimal dari ilmu/teknologi ini bisa diapresiasikan secara tepat dan berkesinambungan.

(3)

termal. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klasifikasi tutupan lahan di Kabupaten Sumedang menggunakan citra Landsat 8 OLI. Hasil klasifikasi diperoleh merupakan peta tutupan lahan Kabupaten Sumedang terbaru yang dapat digunakan untuk berbagai kajian terutama dalam investigasi calon lokasi perluasan sawah baru.

B. Tujuan

1. Memperkaya pengetahuan tentang penginderaan jauh 2. Mengetahui macam-macam citra penginderaan jauh 3. Mengetahui alat-alat interpretasi citra

C. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pengindraan jauh acara 1 ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menjelaskan pengertian teknik penginderaan jauh 2. Dapat mengetahui macam-macam citra penginderaan jauh 3. Mengenal dan memahami alat-alat interpretasi citra

II. TINJAUAN PUSTAKA

(4)

tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

Menurut (Sabins,1978) Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.

Alat yang dimaksud tidak berhubungan langsung dengan objek, yaitu alat yang pada waktu perekaman objek tidak ada di permukaan bumi, tetapi berada di angkasa maupun luar angkasa. Oleh karena itu, dalam proses perekaman menggunakan wahana atau media pembantu seperti satelit, pesawat udara, dan balon udara. Data hasil penginderaan jauh sering dinamakan citra.

Usia pengetahuan mengenai penginderaan jauh sebenarnya masih relatif muda. Namun, pemakaian penginderaan jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan jauh itu antara lain untuk men dapatkan data atau informasi yang tepat, singkat, dan akurat dari seluruh pelosok Indonesia. Data dari citra sangat penting untuk pembangunan, seperti mendeteksi dan menginventarisasi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, sebaran permukiman, dan landuse.

Perkembangan teknologi fotografi saat ini telah mampu menghasilkan citra dengan kualitas tinggi dengan cara penggunaan yang jauh lebih mudah dari era yang sebelumnya. Dari teknologi dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi, salah satunya untuk penginderaan jarak jauh yang dikembangkan dari interpretasi foto udara. Teknologi penginderaan jarak jauh mampu memberikan informasi mengenai kondisi suatu area atau vegetasi dengan cepat, tepat, akurat, dan objektif (Suwardhi, 2013).

(5)

pembuatan peta, baik sumber data maupun sebagai kerangka letak, dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran 3 dimensinsional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut steoroskop, karakteristik obyek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra, citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara teresial, merupakan satu- satunya cara untuk pemetaan daerah bencana, citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek (Sutanto,1986)

Everett dan Simonett memberikan batasan bahwa penginderaan jauh adalah suatu ilmu karena di dalamnya terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari permukaan bumi. Ilmu ini harus dapat dipadukan dengan beberapa ilmu lain, seperti geologi, geo morfologi, geodesi, meteorologi, tanah, dan perkotaan. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji( Lillesand dan Kiefer 1994).

III. METODE PRAKTIKUM

(6)

Tempat yang digunakan dalam praktikum acara 1 adalah Laboratorium Pedologi, Survey dan Pemetaan tanah, Gedung B Fakulitas Pertanian Universitas Jenderal

Soedirman.

Waktu pelaksanaan praktikum yaitu hari B. Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan adalah citra penginderaan jauh dan plastic transparan atau kertas kalkir. Alat yang digunakan adalah stereoskopis, kaca pembesar dan spidol OHP.

C. Prosedur Kerja

1. Mencari fungsi dari masing-masing alat interpretasi yang dijelaskan asisten dan membuat tabel.

2. Mencatat macam-macam citra penginderaan jauh dan mencari perbedaannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

N

(7)

1. Stereoskopis Untuk mempermudah interpretasi citra yang bertampalan

a. Binocular Membesarkan atau memperdetail objek yang di interpretasikan

b. Lensa Prisma

Berfungsi untuk membelah penglihatan objek interpretasi bagian sebelah kiri & kanan

c. Lensa Cembung Untuk memperbesar bayangan objek yang akan di interpretasikan

d. Cermin Perak/sayap Untuk menangkap objek yang akan di interpretasikan

e. Kaki penyangga Untuk menyangga stereoskop

f. Leveling screw Mengatur ketinggian dan penyangga setereoskop

2. Loop Untuk Perbesaran pada objek

3. Mistar Mengukur jarak dan posisi terbang pesawat

(8)

5. Spidol OHP Untuk menggambar hasil pengkajian interpretasi pada kertas kalkir

6. Isolasi Untuk merekatkan objek agar tidak bergeser

B. Pembahasan

(9)

komponen penginderaan jauh, pengertian penginderaan jauh, manfaat penginderaan jauh. Komponen pengindraan jauh, pengertian pengindraan jauh, komponen komponen penginderaan jauh, penginderaan jauh adalah. Penginderaan jauh biasa disingkat dengan "inderaja" dan dalam bahasa Inggris biasa disebut "remote sensing". Menurut American Society of Photogrammetry, penginderaan jauh merupakan pengukuran/perolehan informasi berupa data dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam dan tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji. Pengambilan data dari jarak jauh biasanya dengan menggunakan sensor buatan. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dapat dibedakan menjadi :

1. Foto udara pankromatik hitam putih.

Menggunakan sinar tampak mata, karena film ini peka terhadap panjang gelombang 0,36mμ hingga 0,72mμ yang hampir sama dengan kepekaan mata. Foto udara ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :

 Kesan rona obyek serupa dengan kepekaan mata manusia.

 Resolusi spatialnya halus, sehingga sangat mungkin mengenali obyek yang berukuran kecil.

 Stabilitas dimensional tingi.

 Telah lama dikembangkan, sehingga orang sudah tebiasa mengggunakannya.

2. Foto udara infra merah (0,7 mμ – 12 mμ).

Foto udara ini dibagi menjadi dua, yaitu foto infra merah hitam putih yang peka terhadap saluran infra merah, saluran ultaviolet, da spektrum tampak. Foto ini baik sekali untu mendeteksi air permukaan dan membedakan batas antara air dan daratan, ini disebabkan karena air menyerap sebagian besar infra merah sehingga air akan tampak gelap.

Dan yang kedua adalah foto udara infra merah berwarna, dirancang untuk merekam saluran hijau, merah dan saluran infra merah. Foto ini disebut foto berwarna semu, karena dibuat berwarna namun tidak sesuai dengan aslinya. Foto infra merah berwarna sangat baik untuk pemetaan penggunaan lahan, karena memberikan warna yang berbeda pada setiap obyek, misal : tumbuhan tampak merah dan bangunan tampak biru kelabu.

(10)

Menggunakan spektrum ultraviolet. Foto udara ini banyak digunakan untuk memperoleh jaringan dan data terkait dengan bidang geologi.

4. Foto udara orthokromatik.

Foto ini meliputi saluran-saluran hijau. Foto ini baik untuk studi pantai dan survey vegetasi, karena filmnya peka terhadap obyek.

5. Foto pankromatik berwarna.

Film ini tediri dari tiga lapisan emulsi yang masing-masing emulsi peka terhadap panjang gelombang. Lapisan paling atas peka warana biru, lapisan tengah peka terhadap hijau dan lapisan bawah peka terhadap hiaju. Keunggulan dari foto udara ini adalah informasi yabng disadapa dari foto berwarna lebih banyak daripada pankromati hitam-putih, karena mirip obyek aslinya. Dapat digunakn untuk pengenalan lahan dan penutup lahan, kondisi tanaman, jenis pohon dan jenis tanah bagi keperluan pertanian dan kehutanan.

Citra non foto Merupakan gambar atau citra tentang permukaan bumi yang dihasilkan oleh sensor bukan sinar, tetapi oleh sensor elektronik dengan menggunakan tenaga elektrik. Dalam pengindraan jauh non-fotografi terdapat tiga sistem yang sudah dikenal dan berkembang luas, yaitu :

a. Citra non-foto berdasarkan spektrum elektromagnetik.

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan citra non-foto dapat dibedakan menjadi dua:

1). Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengankeunggulan, diantaranya pengumpulan data dapat dilakukan pada siang dan malam hari, serta dapat merekam ujud tak tampak oleh mata sehingga menjadi gambaran yang cukup jelas.

2). Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dapat dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Pengindraan jauh yang menggunakan tenaga elektromagnetik pada gelombang mikro dapat dibedakan menjadi dua sistem, yaitu: sistem pasif (menggunakan gelombang mikroalamiah/gelombang mikro), dan sistem aktif (dibangkitkan pada sensor/disebut sistem radar). Keunggulan citra ini antara lain dapat beroperasi pada siang dan malam hari dan dapat menembus awan bahkan hujan.

(11)

Berdasarkan sensor yang digunakan citra non-foto dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1). Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.

2). Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak.foto ini menggunakan lebih dari satu spektrumelektromagnetik yang penginderaannya dilakuakan pada saat tempat dan ketinggian yang sama.foto moltispektral pada umumnya terdiri dari empat buah foto yang menggambarkan satu daerah dengan menggunakan saluran biru,hijau,merah,dan infra merah dekat.dari foto multispektral hitam putih dapat di bentuk berbagai foto berwarna sehingga lebih memudahkan pengenalan benda yang terdapat pada foto.Keunggulan foto multispektral terletak pada kemampuannya untuk mempertajam perbedaan rona antara ua obyek atau lebih.

c. Sistem Wahana.

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non-foto dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sbb:

1). Citra dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara.

2). Cita satelit, yaitu citra yang dibuat dari antaiksa atau angkasa luar. Sistem ini menggunakan tenaga elektromagnetik pada spektrum tampak, inframerah termal dan gelombang mikro

Alat yang digunakan dalam Penginderaan jauh Untuk memperoleh data atau fenomena diperlukan alat penginderaan jauh yaitu :

 Stereoskopis Untuk mempermudah interpretasi citra yang bertampalan, bagian-bagian yang ada pada stereoskopis yaitu :

o Binocular Membesarkan atau memperdetail objek yang di interpretasikan

o Lensa Prisma Berfungsi untuk membelah penglihatan objek interpretasi bagian sebelah kiri & kanan

o Lensa Cembung untuk memperbesar bayangan objek yang akan di interpretasikan

o Cermin Perak/sayap untuk menangkap objek yang akan di interpretasikan

o Kaki penyangga untuk menyangga stereoskop

o Leveling screw Mengatur ketinggian dan penyangga setereoskop

 Loop Untuk Perbesaran pada objek

 Mistar Mengukur jarak dan posisi terbang pesawat

 Kertas Kalkir untuk media penerapan hasil interpretasi yang di terapkan

 Spidol OHP untuk menggambar hasil pengkajian interpretasi pada kertas kalkir

(12)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

Kesimpulan dari praktikum acara 1 adalah Menurut (Lindgren,1985) Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Alat yang digunakan dalam Penginderaan jauh Untuk memperoleh data atau fenomena diperlukan alat penginderaan jauh yaitu Stereoskopis, Loop, Mistar, Kertas Kalkir, Spidol OHP, Isolasi.

B. Saran

Dalam praktikum acara 1 seharusnya praktikan lebih memahami fungsi dari alat yang digunakan dalam interpretasi sehingga nantinya pada saat melakukan praktikum praktikan tidak bingung.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Lindgren,D.T.,1985, Land Use Planning and Remote Sensing, Martinus Nijhoof Publisher,Doldrecht.

Sabins,F.F.Jr.,1978,Remote Sensing, Principles and Interpretation, W.H. Freeman and Co., San Fransisco.

Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(15)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I

ACARA 2

(16)

Oleh:

Gilang Rama Hendrawan NIM. A0B016027

Asisten: Cikita Hemaputri

NIM. A0B015017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

2017

VI. PENDAHULUAN

(17)

Interpretasi (penafsiran citra) merupakan kajian sistematik terhadap data-data analog citra / foto analog / lembar citra untuk mengungkap arti penting kenampakan obyek yang terekam pada data analog tersebut berdasarkan bentuk, warna, posisi, sebaran, bayangan, obyek tersebut. Interpretasi visual merupakan studi sistematis untuk tujuan tertentu mengenai pengenalan karakteristik , jenis dan sebaran obyek yang terekam pada lembar citra. Dengan kata lain studi yang dimaksud adalah untuk mendapatkan arti penting kenampakan obyek yang tergambar pada lembar citra sesuai tujuannya.

Dalam interpretasi secara visual cara perolehan datanya yakni dengan melakukan rekaman pemotretan obyek muka bumi dengan menggunakan kamera dan media yang digunakan film, sehingga hasil perekaman atau pemotretan yang diperoleh berupa foto udara. Kemudian dari hasil perekaman dalam bentuk foto udara ini dilakukan analisis dengan cara interpretasi foto udara secara visual. Setelah semua obyek terinterpretasi dengan baik, kemudian dilakukan cek lapangan untuk memberikan kebenaran dari obyek yang diinterpretasi tersebut.

Pengenalan obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Tanpa dikenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Unsur interpretasi citra terdiri atas rona warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola , situs, aosiasi serta kesimpulan akan dibahas dalam acara 2 ini.

E. Tujuan

(18)

2. Mengidentifikasikan 6 macam obyek yang terekam pada foto udara berdasarkan unsur interpretasinya.

3. Membuat simpulan sederhana obyek yang dilakukan. F. Manfaat

1. Dapat mengetahui karakteristik visual tampilan obyek air, tanah/ bangunan, dan vegetasi yang terekam pada citra penginderaan jauh;

2.

(19)

Menurut (Roscoe,1960) menyatakan bahwa interpretasi citra meliputi serangkaian pekerjaan yang berupa interpretasi awal, pembuatan peta kerja, pekerjaan medan, tinjauan kembali atas masalah dan metode interpretasi akhir, kesimpulan dan uji medan serta penyajian hasil.

Unsur Interpretasi Citra menurut (Sutanto,1992) :

1. Rona

Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra

2. Warna

Warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup

3. Bentuk

Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung

4. Ukuran

(20)

lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan ukurannya

5. Tekstur

Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan perbedaan tekstur berbagai bend

6. Pola

Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

7. Bayangan

Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan melihat banyangannya.

8. Situs

(21)

yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.

9. Asosiasi

Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.

Di dalam pengenalan objek yang tergambar pada foto udara, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Tahap deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat objek yang bukan air. Identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Sehubungan dengan contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, objek yang tergambar pada foto udara tersebut disimpulkan sebagai perahu dayung. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut, misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut berupa perahu dayung yang berisi tiga orang (Lintz Jr dan Simonett, 1976 dalam Sutanto)

(22)

tahap identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis (Lintz Jr dan Simonett, 1976 dalam Sutanto).

Menurut (Umali,1983) interpretasi citra landsat dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu analisis citra, tahap interpretasi citra, dan tahap interpretasi disipliner terinci.

Menurut (Lo, 1976) pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses perumusan identitas obyek dan elemen yang dideteksi pada citra dan proses untuk menemukan arti pentingnya obyek dan elemen tersebut. Karakteristik foto seperti ukuran, bentuk , bayangan dan sebagainya digunakan untuk identifikasi obyek, sedang proses yang lebih rumit yaitu analisis dan deduksi digunakan untuk menemukan hubungan yang berarti dalam proses yang kedua. Hasilnya berupa sebuah klasifikasi dalam upaya menyajikan sejenis keteraturan dan kaitan antara informasi kualitatif yang diperoleh. Klasifikasi ini menujuke arah teorisasi. Teorisasi ialah penyusunan teori berdasarkan penelitian yang bersangkutan atau penggunaan teori yang ada sebagai dasar analisis dan penarikan kesimpulan didalam penelitian itu. Dengan demikian maka interpretasi citra pada dasarnya berupa proses klasifikasi yang bertujuan untuk memasukkan gambaran pada citra ke dalam kelompok yang tepat sehingga diperoleh pola kelompok dan hubungan imbaldayanya.

(23)

D. Waktu Dan Tempat E. Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan adalah lembar foto udara pankromatik hitam putih, foto udara pankromatik berwarna, foto udara inframerah, dan plastik transparan, atau kertas kalkir. Alat yang digunakan adalah spidol OHP ukuran F, kaca pembesar, stereoskop cermin, spirtus, kapas, penggaris, dan ATK.

F. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan foto udara pankromatik hitam putih skala besar dan skala kecil, foto udara pankromatik berwarna dan foto udara pankromatik inframerah.

2. Menutup setiap lembar foto udara dengan plastik transparan/kertas kalkir dan dilekatkan dengan selotipe pada ke-4 sisinya.

3. Membuat garis tepi dengan spidol warna hitam, dan mencatat informasi tepinya diluar batas tepi serta mencatat nama, NIM, nama asisiten, dan tanggal praktikum.

4. Melakukan deteksi 6 macam obyek yang terekam pada tiap-tiap lembar foto udara. 5. Memberi tanda berupa angka pada plastik transparan 6 macam obyek yang di deteksi

tersebut menggunakan spidol OHP ukuran F.

6. Melakukan identifikasi pada masing-masing obyek terdeteksi dan catat pada buku tulis yang disediakan dengan menggunakan tabel interpretasi guna membantu identifikasi. 7. Melakukan interpretasi visual pada semua lembar foto udara yang teersedia dan membuat

simpulan sederhana dari interpretasi yang dilakukan.

8. Menentukan dua titik obyek yang teridentifikasi dan hubungkan kedua titik tersebut dengan spidol OHP ukuran F.

9. Menghitung luas daerah liputam foto udara dan panjang jarak kedua titik tersebut pada keadaan sebenarnya berdasarakan skala foto udaranya.

IX. HASIL DAN PEMBAHASAN

(24)

Tabel hasil interpretasi visual pada foto udara pankromatik hitam putih skala 1:10.000 RUN 4A No.7

N

O RONA/WARNA BENTUK UKURAN TEKSTUR POLA SITUS ASOSIASI SIMPULAN

1. CokelatCerah Persegi Besar Halus Teratur Jalan Padi Sawah

2. CokelatCerah Persegi Kecil Halus Teratur Pemukiman - Lapangan

3. Abu-abuCerah Menggerombol Besar Kasar Tidak teratur Sawah Rumah Pemukiman

4. CokelatCerah Lurus Kecil Halus Teratur Lapangan Mobil Jalan

5. CokelatCerah BergarisLurus Kecil Kasar Beraturan Pemukiman Jembatan Sungai

6. HitamGelap Menggerombol Besar Kasar Tidak Teratur Sungai Pohon Hutan Perhitungan

Jarak Terjauh = 2 6 = 20,7 cm Skala 1:10.000

Jarak Sebenarnya = Jarak Pada peta x skala

= 20,7 cm x 10.000 = 207.000 cm

= 2,07 Km

Luas wilayah

Pada Gambar = Sisi x Sisi (Panjang x Lebar)

= 22,22 cm x 22,22 cm

= 493,7 cm2

Luas Sebenarnya = (Sisi x Skala) x (Sisi x Skala)

= (22,55 x 10.000) x (22,55 x 10.000)

= 225.000 x 225.000

= 50850250.000 cm2 = 508,5025 ha

(25)

Objek yang ada dalam citra menampilkan interpretasi yang berbeda-beda. Interpretasi citra tersebut mengikuti karakteristik objek pada foto udara. Unsur yang dapat membedakan antara lain, rona warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, tinggi, bayangan, situs dan asosiasi. Unsur tersebut yang menjadi dasar penginterpretasian citra foto udara. Unsur Interpretasi Citra menurut (Sutanto,1992) :

1. Rona

Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra 2. Warna

warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup

3. Bentuk

Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung

4. Ukuran

Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan ukurannya

5. Tekstur

(26)

kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan perbedaan tekstur berbagai bend

6. Pola

Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

7. Bayangan

Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan melihat banyangannya.

8. Situs

Menurut Estes (1975), Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.

9. Asosiasi

(27)

gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.

Dari setiap obyek dapat diambil kesimpulan bahwa hutan dicirikan dengan teksturnya yang kasar, warna yang gelap, dan vegetasi yang terlihat homogen, bentuk dan pola tidak teratur, ukurannya relatif luas. Sungai dicirikan dari pola yang menunjukan lekukan tidak teratur, permukaannya pun lebih rendah daripada permukaan tanah yang ada disekelilingnya, warna lebih gelap karena banyak menyerap cahaya, bentuk dan ukuran relatif panjang. Sawah dicirikan dengan tekstur yang halus, warna agak gelap hingga ke terang, bentuk berupa kotak-kotak. Pembukaan lahan berupa perkebunan dicirikan dengan warnanya yang terang, kasar, dan terdapat pembatas yang diprediksi jalan khusus untuk berjalan kaki. Jalan dicirikan dengan warna yang terang, bentuknya memanjang, serta tekstur yang halus. Permukiman dicirikan dengan warna terang , bentuknya kotak-kotak, ukuran relatif luas, polanya teratur. Sekolah dicirikan berwarna terang, bentuknya kotak, tekstur halus, ukurannya relatif sempit. Pantai dicirikan dengan warna terang (biru), bentuknya memanjang, ukuran relatif luas, tekstur halus , pola teratur. Industri dicirikan dengan warna yang cerah , bentuknya bulat, ukuran relatif luas, tekstur kasar, pola teratur. Lahan kosong dicirikan berwarna terang , bentuk dan pola tidak beraturan, ukuran relatif sempit , tekstur halus.

X. PENUTUP

(28)

Dari setiap obyek dapat diambil kesimpulan bahwa hutan dicirikan dengan teksturnya yang kasar, warna yang gelap, dan vegetasi yang terlihat homogen, bentuk dan pola tidak teratur, ukurannya relatif luas. Sungai dicirikan dari pola yang menunjukan lekukan tidak teratur, permukaannya pun lebih rendah daripada permukaan tanah yang ada disekelilingnya, warna lebih gelap karena banyak menyerap cahaya, bentuk dan ukuran relatif panjang. Sawah dicirikan dengan tekstur yang halus, warna agak gelap hingga ke terang, bentuk berupa kotak-kotak. Pembukaan lahan berupa perkebunan dicirikan dengan warnanya yang terang, kasar, dan terdapat pembatas yang diprediksi jalan khusus untuk berjalan kaki. Jalan dicirikan dengan warna yang terang, bentuknya memanjang, serta tekstur yang halus. Permukiman dicirikan dengan warna terang , bentuknya kotak-kotak, ukuran relatif luas, polanya teratur. Sekolah dicirikan berwarna terang, bentuknya kotak, tekstur halus, ukurannya relatif sempit. Pantai dicirikan dengan warna terang (biru), bentuknya memanjang, ukuran relatif luas, tekstur halus , pola teratur. Industri dicirikan dengan warna yang cerah , bentuknya bulat, ukuran relatif luas, tekstur kasar, pola teratur. Lahan kosong dicirikan berwarna terang , bentuk dan pola tidak beraturan, ukuran relatif sempit , tekstur halus.

(29)

Adapun saran yang ingin saya sampaikan pada acara 2 ini adalah praktikan harus benar-benar mengikuti setiap langkah atau metode kerja pada saat praktikum sehingga hasil praktikum menjadi bagus.

(30)

Estes J.E et al.1983. Fundamentals Of Image Analysis: Analysis Of Visible and Thermal Infared Data, In : Manual Of Remote Sensing, vol.1 , Second Edition, R.N. Colwell : ed. –in-chief , American Society Of Photogrammetry , Falls Church, Virginia.

Estes J.E. and D.S.Simonett , 1975, Fundamentals of Image Interpretation. In : Manual of Remote Sensing , Vol.1 , First edition, R.G. Revees: ed.-in-chief, American Society of Photogrammetry, Falls Church, Virginia.

Lintz,J.Jr. and D.S.Simonett ,1976, Remote Sensing of Environtment, Addison – Wesley Publishing Company , London.

Lo, C.P.1976.Geographical Application of Remote Sensing, David and Charles, London.

Roscoe, J.E.1960.Photo Interpretation in Geography, In : Manual of Photograpic Interpretation, American Society of Photogrammetry , Fall Church, Virginia.

Umali, R.M. 1983.Satelite Remote Sensing for Natural System Management , In : Natural System For Development: What Planners Need to Know, R.A. Carpenter : ed. McMillan Publishing Company,New York.

Sutanto., 1992. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(31)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I

ACARA 3

(32)

Oleh:

Gilang Rama Hendrawan NIM. A0B016027

Asisten: Agus Dianto Ryandi

NIM. A0B015029

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

2017

I. PENDAHULUAN

(33)

Penginderaan jauh merupakan salah satu teknik interpretasi citra yang memiliki pengertian pengambilan atau pengukuran data / informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena, obyek atau benda dengan menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan bahan studi. Terdapat empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh yaitu target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Citra yang didapatkan nantinya akan diinterpretasi untuk menyajikan informasi mengenai target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan automatic dengan bantuan komputer dan perangkat lunak pengolah citra.

Penginderaan jauh banyak digunakan karena beberapa alasan yaitu (1). Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan : (a) wujud dan letak obyek yang mirip wujud dan letaknya di permukan bumi, (b) relatif lengkap, (c) meliputi daerah luas, (d) permanen; (2). Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop; (3). Karakteristik obyek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya; (4). Citra dapat dibuat ssecara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial; (5). Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana; (6). Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.

(34)

bidang militer. Oleh karena itu, ilmu mengenai penginderaan jauh, teknik interpretasi dan kegunaannya ini sangat penting untuk dipelajari.

B.TUJUAN

1. Mendeteksi 6 macam obyek yang terekam pada citra satelit (Landsat, alos,ikonos, dan SPOT)

2. Mengidentifikasi 6 macam obyek yang terekam pada citra satelit berdasarkan unsur interpretasinya.

3. Membuat simpulan sederhana interpretasi obyek yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

(35)

1. Deteksi, merupakan pengamatan obyek pada citra yang bersifat global dengan melihat ciri khas obyek berdasarkan unsur rona atau warna.

2. Identifikasi, merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi menggunakan keterangan yang cukup.

3. Analisis, merupakan tahap pengumpulan keterangan lebih lanjut.

Terdapat dua metode untuk menginterpretasi citra, yaitu sebagai berikut :

1. Interpretasi secara manual, yaitu pengenalan karakteristik obyek secara spasial berdasarkan pada unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh.

2. Interpretasi secara digital, yaitu interpretai yang menggunakan bantuan hardware dan software komputer mulai dari koreksi citra, penajaman citra dan klasifikasi citra.

Unsur interpretasi citra memiliki sembilan komponen, yaitu :

I. Rona dan warna

Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Sedangkan warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum yang lebih sempit dari spektrum tampak. Rona dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan cara relatif menggunakan mata biasa yang dapat dibedakan atas lima tingkat yaitu putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu-hitam, dan hitam, serta dengan cara kuantitatif menggunakan alat yang ronanya dapat dibedakan lebih pasti dan dengan tingkat pembedaan yang lebih banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi rona yaitu karakteristik obyek, bahan yang digunakan, pemrosesan emulsi, cuaca dan letak obyek.

(36)

serta dengan cara analitik yang merupakan pengukuran densiti pada tiap gelombang bagi tiap lapis zat warna. Salah satu faktor yang mempengaruhi warna adalah panjang gelombang sinar yang membentuk warna atau disebut hue, dan fakor lainnya adalah saturasi dan intensitas.

II. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Terdapat dua istilah dalam bentuk yaitu shape yang merupakan bentuk luar atau bentuk umum dan form yang merupakan struktur yang bentuknya lebih rinci.

3) Ukuran

kuran adalah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. 4) Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.

5) Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

6) Bayangan

Bayangan bersifat menyembuyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap.

7) Situs

Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lainnya. 8) Asosiasi

Asosiasi merupakan keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain. Karena adanya keterkaitan itulah maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

9) Kovergensi bukti

Konvergensi bukti yaitu bukti-bukti yang mengarah pada satu titik simpul. Teknik interpretasi citra diantaranya adalah seperti dibawah ini :

a) Data acuan

(37)

berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto tersetrial, maupun foto udara selain udara selain citra yang digunakan. Penggunaan data acuan akan meningkatkan ketelitian dan akurasi citra.

b) Kunci interpretasi citra

Kunci interpretasi cira umumnya berupa poogan citra yang telah diinterpetasi set diyakinkan kbenarannya. Serta dibei keterangan meliputi jenis obyek yang digambarkan, unsur interpetasi , dan kterangan tentang ciitra menyyangkut jenis skala, waktu prekamana, dan lokasi citra.

c) Penanganan data

Data dapat berupa kertas cetakan maupun transparansi. Dalam menangani data tersebut perlu berhati-hati agar tidak menimbulkan goresan pada citra.

d) Pengamatan stereoskopik

Pengamatan stereoskopik pada citra yang bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensi bagi jenis citra tertentu.

e) Metode pengkajian

Terdapat dua metode pengkajian secara umum yaitu fishing expedition dimana dilakukan pengamatan terhadap seluruh obyek yang tergambar pada citra. Serta logical search dimana penafsir citra secara selektif hanya mengambil data yang relevan terhadap tujuan interpretasinya.

f) Konsep multi

Terdapat enam cara perolehan dan analisis data yaitu mutispektral, multitingkat, multitemporal, multiarah, multipolarisasi dan multidisiplin.

III. METODE PRAKTIKUM

(38)

Bahan yang digunakan adalah lembar citra satelit (Landsat, alos,ikonos, dan SPOT) dan plastic transparan atau kertas kalkir. Alat yang digunakan adalah spidol OHP ukuran F, Kaca pembesar, stereoskop cermin, spirtus, kapas, penggaris, dan ATK.

C. Prosedur Kerja 1. Menyiapkan lembar citra satelit yang tersedia.

2. Menutup setiap lembar citra satelit dengan plastik transparan/kertas kalkir dan lekatkanlah dengan selotipe pada ke – 4 sisinya.

3. Membuat garis tepi dengan spidol warna hitam, dan mencatat informasi tepinya diluar batas tepi serta mencatat nama, NIM, nama asisten, dan tanggal praktikum.

4. Melakukan deteksi 6 macam obyek yang terekam pada tiap-tiap lembar citra satelit. 5. Menggunakan spidol OHP ukuran F, memberi tanda berupa angka pada plastik

transparan/kertas kalkir tersebut, dan deteksi 6 macam objek pada citra satelit.

6. Melakukan identifikasi pada masing-masing obyek yang terdeteksi dan mencatat pada buku tulis yang disediakan dengan menggunakan tabel konvergensi bukti.

7. Melakukan interpretasi visual pada semua lembar citra satelit yang tersedia dan membuat simpulan sederhana dari interpretasi yang dilakukan.

8. Menentukan dua titik obyek yang teridentifikasi dan menghubungkan kedua titik tersebut dengan spidol OHP ukuran F

(39)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel Hasil Interpretasi Visual Citra non foto N

O

RONA/

WARNA BENTUK UKURAN TEKSTUR POLA SITUS ASOSIASI SIMPULAN

1. Putihcerah L Kecil Halus Beraturan Pemukiman Parkiran Gedung 2. HijauGelap Menggerombol Besar Kasar TidakBeraturan Sungai Pepohonan Hutan 3. CokelatCerah MemanjaNg Kecil Halus Beraturan Pemukiman Kendaraan Jalan 4. Cokelat

Cerah

Menggero

mbol Besar Kasar

Tidak

(40)

cerah empat campur Kosong 6. Hitam

Gelap

Memanjan

g Kecil Halus Beraturan Pemukiman Jembatan Sungai

Perhitungan:

 Jarak Terjauh

Pada Gambar = 2 - 5 = 21,1 cm Skala = 1 : 50.000 Jarak Sebenarnya = Jarak pada gambar x skala

= 21,1 cm x 50.000 = 1.055.000 cm = 10,55 km

 Luas wilayah

Pada Gambar = Sisi x sisi

= 20,5 cm x 20,3 cm = 416,15 cm2

Luas Sebenarnya = (Sisi x skala) x (sisixskala)

= (20,5 cm x 50.000) x (20,5 cm x 50.000) = 1.025.000 cm x 1.015.000 cm

= 10.250 m x 10.150 m

(41)
(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

(43)
(44)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I

ACARA 4

(45)

Oleh:

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap jenis tutupan lahan tertentu untuk menghasilkan sesuatu, mengubah atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif jika data yang dihasilkan dari kedua istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah

(46)

Tutupan lahan adalah kondisi kenampakan biofisik permukaan bumi yang diamati. Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap jenis tutupan lahan tertentu untuk menghasilkan sesuatu, mengubah atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif jika data yang dihasilkan dari kedua istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah

B. TUJUAN

1. Mendigitasi secara manual obyek tutupan yang terekam pada foto udara

2. Mengidentifikasi spasial objek yang didigitasi berdasarkan koordinat dan skala foto udara yang digunakan.

(47)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya (Rizki Oktaviani).

Townshend dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan).

(48)

Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. (Lillesand dan Kiefer, 1997).

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk menidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975). Interpretasi citra dan fotogametri berhubungan sangat erat, meskipun keduanya tidaklah sama. Bedanya fotogametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra berurusan dengan manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang bersangkutan (Glossary of the Mapping Sciences, 1994).

Proses di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra sekaligus berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Sehingga penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1986).

Rangkaian kegiatan yang diperlukan di dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis....(Lintz Jr. dan Simonett,1976). Deteksi berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu obyek pada citra. Ia merupakan tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang didapat pada tahap deteksi bersfat global. Keterangan yang didapat pada tahap interpretasi selanjutnya, yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis (Lintz dan Simonett, 1976).

(49)

Menurut Sutanto (1986), karakteristik penting dari obyek pada citra yang digunakan sebagai interpretasi citra terdiri dari delapan unsur. Kedelapan unsur tersebut ialah warna (color)/rona (tone), bentuk (shape), ukuran (size), bayangan (shadow), tekstur (texture), pola (pattern), situs (site), dan asosiasi (association). Di antara kedelapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal yang paling dominan, dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam memulai interpretasi. Sebenarnya, seluruh unsur interpretasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenjang dalam piramida unsur-unsur interpretasi. Jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur elementer yang dengan mudah dapat langsung dikenali pada citra, yaitu warna/rona, bentuk, dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terdapat unsur-unsur yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang konfigurasi obyek dalam ruang, yaitu ukuran, tekstur dan pola. Sementara pada jenjang paling atas merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi faktor kunci dalam interpretasi, namun sekaligus paling sulit dideskripsikan, yaitu situs dan asosiasi.

Latihan di laboratorium dan lapangan sekaligus, sangat diperlukan untuk dapat membangun pemahaman tentang unsur-unsur interpretasi secara utuh dan lengkap. Observasi lapangan dengan panduan foto akan dapat membantu calon-calon penafsir untuk dapat memahami arti setiap unsur interpretasi dan kenyataan kenampakannya di lapangan. Melalui latihan lapangan secara langsung, akan dapat diketahui unsur-unsur interpretasi apa saja yang paling berperan dalam membentuk kunci interpretasi. Kunci intepretasi adalah karakteristik atau kombinasi karakteristik (dalam hal ini diwakili oleh unsur-unsur interpretasi) yang memungkinkan suatu obyek pada citra dapat dikenali (Sabins, 1997).

Foto pankromatik adalah citra foto dari udara yang dibuat dengan menggunakan seluruh spectrum tampak mata mulai dari warna merah hingga ungu. Foto udara ini sering disebut foto udara konvensional. Ciri foto pankromatik adalah pada warna objek sama dengan kesamaan mata manusia, sehingga baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebarab air tanah, dan air permukaan.

(50)

III. METODE PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT

Tempat yang digunakan dalam praktikum acara 1 adalah Laboratorium Pedologi, Survey dan Pemetaan tanah, Gedung B Fakulitas Pertanian Universitas Jenderal

Soedirman.

Waktu pelaksanaan praktikum yaitu hari

B. BAHAN DAN ALAT

Bahan dan alat yang digunakan adalah lembar foto udara dan citra satelit, plastik transparan atau kertas kalkir, alat yang digunakan adalah selotip, spidol OHP permanen ukuran F, spirtus, dan kapas

C. PROSEDUR KERJA 1. Menyiapkan lembar foto udara yang akan digunakan. 2. Menutupi lembar foto udara dengan kertas kalkir. 3. Membuat garis tepi dengan spidol hitam.

4. Melakukan pengamatan dengan seksama dengan objek yang ada dengan spidol biru untuk air, hitam tutupan lahan, serta merah untuk jalan.

5. Membuat label atau nama pada setiap objek menggunakan spidol OHP. 6. Membuat duplikat dari deliniasi pada plastik transparan.

7. Melakukan pengukuran poligon area efektifnya berdasarkan skala foto udara yang ada, lalu mengukur luas area efektifnya, dan menghitung luas satuan yang terbentuk, berdasarkan presentase bobot satuan lahan perluas area efektifnya.

8. Melakukan penghitungan luas pada masing-masing potongan tersebut.

9. Memotong lembar kalkir pada batar area efektifnya dana menimbangnnya, memotong setiap poligon sataun lahanya dan menimbangnya.

(51)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 1. Luas Area Hasil Deliniasi Pada Foto Udara Daerah Banyumas Skala 1 : 10.000 RUN 5 NO. 13

NO KODE POLIGON BOBOT

(gram) PERSEN BOBOT LUAS

1. L x 22,55) cm x 10.000Luas Liputan (22,55 4,2841

4,2841

4,2841 x 100% = 100%

508,503 ha

2. A Luas Area Efektif 3,9149

(52)

Perhitungan Luas Poligon Daerah Banyumas Skala 1 : 10.000 RUN 5 NO. 13

Persen bobot x Luas (A) = 21,10% x 464,670 ha = 98,045 ha

4. Luas Area Sawah (S)

Persen bobot x Luas (A) = 50,49% x 464,670 ha = 234,612 ha

8. Luas Area Lahan Kosong (LK)

Persen bobot x Luas (A) = 26,04% x 464,670 ha = 121,000 ha

Tabel 2. Panjang Garis Hasil Deliniasi Pada Foto Udara

Daerah Banyumas Skala 1 : 10.000 RUN 5 NO. 13

NO OBJEK GARIS PANJANG (Km)

1. Jalan 9,22

2. Sungai 9,47

Perhitungan Panjang Garis Daerah Banyumas Skala 1 : 10.000 RUN 5 NO. 13  Jalan

Pada Peta / Foto Udara = 92,22 cm

(53)

Panjang Jarak Sebenarnya = 92,22 cm x 10.000 = 922.200

= 9,22 km  Sungai

Pada Peta / Foto Udara = 94,75 cm

Skala = 1 : 10.000

Panjang Jarak Sebenarnya = 94,75 cm x 10.000 = 947.500 cm = 9,47 km

Tabel 3. Data Poligon Hasil Deliniasi Pada Foto Udara Daerah Banyumas Skala 1 : 10.000 RUN 5 NO. 13

N O

TUTUPAN LAHAN KODE JUMLAH

1. Pemukiman P 8

2. Sawah S 5

3. Perkebunan Perk 2

4. Instansi Inst 1

5. Lapangan L 1

(54)

B. PEMBAHASAN

Praktikum pengindraan jauh acara 4 foto udara yang digunakan adalah citra foto udara pankromatik hitam putih daerah sebagian banyumas. Pada praktikum kali ini terlebih dahulu mencari jenis objek apa saja yang terdapat pada foto udara tersebut selanjutnya mendeliniasi batas-batas daerah yaitu untuk batas tempat dberi warna hitam, untuk jalan warna merah dan untuk tubuh air berwarna biru. Setelah itu objek-objek yang telah ditemukan tersebut dibagi kedalam bentuk peta penutup dan penggunaan lahan.

Dalam foto udara sebagian banyumas terdapat 6 objek yang mudah untuk dikenali, hal tersebut dapat dikenali dengan ditemukannya beberapa kunci interpretasi yang memudahkan untuk mengetahui suatu objek. Penggunaan lahan tersebut antara lain Pemukiman, Sawah, Perkebunan, Instansi, Lapangan Lahan Kosong. Masing-masing penggunaan lahan tersebut memiliki kunci interpretasi yang berbeda-beda untuk memudahkan dalam membedakan berbagai objek tersebut.

Penggunaan lahan tersebut diberi singkatan untuk legenda peta tentatif penutup lahan yang dibuat, untuk Pemukiman disingkat menjadi P, Sawah disingkat menjadi S, Perkebunan disingkat menjadi Perk, Instansi disingkat menjadi Inst, Lapangan disingkat menjadi L, Lahan Kosong disingkat menjadi LK.

(55)

yang sangat mudah dikenali ketika menginterpretasi sebuah objek. Pada kolom daftar interpretasi objek yang sudah ditemukan diidentifikasi kunci interpretasi apa saja yang menandai setiap objek yang ada. Deliniasi adalah proses pengubahan data grafis analog pada suatu lembar kertas/plastik melalui perunutan batas obyek menggunakan pensil, rapidograph atau spidol dalam bentuk titik, garis dan poligon. Digitasi adalah proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk titik, garis dan poligon.

Berdasarkan perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang memberikan informasi mengenai objek objek yang tampak di permukaan bumi . Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat vital, manusia membutuhkan lahan sebagai tempat kegiatan hidup demi kelangsungan hidupnya. Lahan dapat dimanfaatkan manusia sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang mencari nafkah melalui berbagai disamping sebagai tempat permukiman. Lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan pada umumnya ada pemiliknya, baik perorangan atau lembaga. Pengertian Lahan dapat diartikan bahwa lahan merupakan bagian dari ruang. Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh faktor- faktor yang saling mempengaruhi, antara lain : pertumbuhan penduduk pemekaran atau perkembangan daerah (terutama daerah perkotaan ke daerah pedesaan), dan kebijaksanaan pembangunan pusat daerah (Hauser, et,al., 1985).

(56)

mencapai daerah keseluruhan karena pada saat penimbangan alat yang digunakan berupa timbangan analitic kurang berfungsi dengan baik yang menjadikan hasilnya terlalu jauh.untuk area efektifnya terdiri dari (pemukiman,lapangan,sawah,perumahan,kebun,dan juga instansi).

Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannyadengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin, misalnya melihat penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik alami yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini (present or current land use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi bersifat dinamis, maka perhatian sering ditujukan pada perubahan penggunaan lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

(57)

diharapkan untuk dapat menduga kegiatan manusia dan penggunaan lahan. Namun, ada aktivitas manusia yang tidak dihubungkan secara langsungdengan tife penutup lahan seperti aktivitas rekreasi. Masalah-masalah lain termasuk penggunaan ganda yang dapat menjadi secara multan atau terjadi secara alternatif, penyusunan penggunaan vertika, dan ukuran areal minimum dari pemetaan. Selanjutnya, pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan membuat beberapa keputusan bijak harus dibuat dan peta hasil tidak dapat dihindari mengandung beberapa informasi yang digeneralisasikan menurut skala dan tujuan aplikasinya. (Sutanto, 1996).

Dari hasil praktikum tersebut sitidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang di peroleh pada tahun 1994 dengan citra satelit dengan skal 1;10.000 dan juag run 5 nomor 11 dapat dikatakan daerah trsebut masihlah sangat kurang dalam penggunaan lahan dikarenkan masih terdapatnya areal pwersawahn dan juga kebun yang relative luas.perubahan dengan data yang diperoleh saat ini di karenakan kemajuan suatu wilayah dan semakin berkurangnya areal persawahan.

Sementara informasi penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia dalam suatu lahan atau penggunaan lahan atau fungsi lahan, sehingga tidak selalu dapat ditaksir secara langsung dari citra penginderaan jauh, namun secara tidak langsung dapat dikenali dari asosiasi penutup lahannya (Purwadhi, 1999). Contohnya kegiatan rekreasi tidak dapat secara langsung dikenali dari citra satelit penginderaan jauh. Kegiatan berburu merupakan rekreasi yang dapat dilakukan di hutan, di daerah penggembalaan, di daerah pertanian, baik lahan basah maupun lahan kering.

(58)
(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia, Dalam foto udara sebagian banyumas terdapat 6 objek yang mudah untuk dikenali, hal tersebut dapat dikenali dengan ditemukannya beberapa kunci interpretasi yang memudahkan untuk mengetahui suatu objek. Penggunaan lahan tersebut antara lain Pemukiman, Sawah, Perkebunan, Instansi, Lapangan

B. Saran

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Lillsand, T.M. and R.W. Kiefer,1994.Remote Sensing and Image Interpretation.Third Edtion.John Wiley and sons ,New York.

Lindgren,D.T.,1985, Land Use Planning and Remote Sensing, Martinus Nijhoof Publisher,Doldrecht.

Sabins,F.F.Jr.,1978,Remote Sensing, Principles and Interpretation, W.H. Freeman and Co., San Fransisco.

(61)
(62)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I

ACARA 5

MEMBUAT MOSAIK FOTO UDARA

Oleh:

Gilang Rama Hendrawan NIM. A0B016027

(63)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

2017

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem penginderaan jauh sekarang ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan alat dan teknologi yang ada, sehingga

semakin banyak kalangan yang memanfaatkan data dari penginderaan jauh.Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung

terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji. Salah satu data penginderaan jauh yang sering digunakan adalah data yang berasal dari foto udara.

Untuk mengetahui gambaran obyek secara keseluruhan dapat dilakukan dengan cara mengamati foto udara dan menggabung (mosaik) foto udara secara berurutan Mosaik merupakan serangkaian foto daerah tertentuyang disusun menjadi satu lembar foto. Tujuannya untuk menggambarkan daerah yang dikaji atau daerah penelitian secara utuh.

(64)

Dalam pelaksanaannya,menggabungkan setiap citra sehingga diperoleh data citra yang bagus atau kontinyu, data citra tidak ada yang tumpang tindih atau (overlapping). Mosaik citra merupakan proses menggabungkan/menempelkan dua atau lebih citra yang tumpang tindih (overlapping) sehingga menghasilkan citra yang representatif dan kontinyu (Fariz H, 2014).

Mozaik sendiri harus memiliki syarat sebagai berikut : harus sudah ada sistem koordinat, sudah melalui proses koreksi geometri, biasanya pada skala 1:10.000 – 1:25.000 bahkan 1:50.000, bahan untuk mozaik jelas, letaknya harus dalam satu folder.

B. TUJUAN

1. Menyusun mosaik hasil interpretasi tutupan lahan pada beberapa foto udara tunggal yang saling bertampalan.

2. Menganalisis tutupan lahan pada suatu wilayah yang terekam pada beberapa foto tunggal.

(65)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Mozaik foto udara adalah susunan foto udara yang telah disambung satu dan lain sedemikian rupa sehingga membentuk gabaran yang mencakup suatu daerah tertentu (Tim penyusun,2005).

Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan dan menampilkan daerah yang lebih luas (Wolf, 1983). Penggabungan dilakukan dengan memotong dan menyambungkan bagian-bagian foto yang overlap atau sidelap.

Overlap merupakan besar nilai pertampalanan antara foto/ citra yang satu dengan yang lain. Besar nilai overlap dapat diketahui dengan membagi daerah pertampalan dengan panjang keseluruhan foto/ citra dikali 100%. Sidelap merupakan besar nilai pertampalan pada dua atau lebih foto/ citra yang berbeda jalur tebangnya. Besar nilai sidelap dapat diketahui dengan membagi daerah sampingan pertampalan dengan panjang sampingan foto/ citra dikali 100%.

(66)

belum diseragamkan skalanya. Mosaik semi terkontrol adalah mosaik yang disusun dengan menggunakan foto udara yang mempunyai beberapa titik kontrol, tetapi foto tersebut tidak terektifikasi dan mempunyai skala yang tidak seragam.

Dari 3 jenis mosaik tersebut, mosaik terkontrol dan semi terkontrol memiliki kesamaan, yaitu memerlukan ketersediaan titik kontrol. Keharusan untuk tersedianya titik kontrol tersebut mempunyai konsekuensi waktu pemrosesan yang lama, yaitu saat identifikasi titik kontrol pada setiap foto, dan biaya yang relatif mahal untuk penyediaan/pengadaan titik kontrol setiap foto. Pembuatan mosaik tidak terkontrol secara konvensional, meskipun tidak memerlukan titik kontrol, tetap membutuhkan operator untuk mengidentifikasi titik/obyek yang sama antar foto (tie points, TP) yang saling bertampalan. Cara ini sangat tergantung kecermatan operator dan membutuhkan waktu yang lama untuk TP, lebih-lebih jika terdiri dari ratusan foto.

Kelebihan mozaik dibanding peta garis :

1. Memperhatikan letak planimetrik relatif dari objek-objek yang takterhingga banyaknya 2. Objek-objek mudah dikenali dari citra fotografiknya

3. Dapat dibuat dengan cepat dan mudah

4. Mudah dimengerti dan ditafsirkan oleh orang tanpa latar belakang fotogrametri atau kerekayasaan

Kelemahan mozaik dibanding peta garis : 1. Tidak menyajikan posisi planimetrik secara benar 2. Terdapat pergeseran sitra dan variasi skala

3. Penyusutan dan pengembangan film, dan distorsi lensa kamera kecil

(67)

dibedakan menjadi tiga yaitu mosaik terkontrol, mosaik setengah terkontrol dan mosaik tak terkontrol (Sutanto,1986 ).

III. METODE PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT

B. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan adalah lembar foto udara lembar kertas kalkir ukuran 1 m x 1 m, selotipe. Alat yang digunakan adalah spidol OHP, spirtus, kapas, penggaris, buku tulis, dan alat tulis tambahan.

C. PROSEDUR KERJA

1. Menyiapkan lembar plastik ukuran 22 cm x 28 cm yang merupakan hasil deliniasi beberapa lembar foto udara dan menyusun atau menggabungkan berdasarkan hasil deliniasi yang saling bertampalan.

2. Menyiapkan lembar kertas kalkir ukuran 1 m x 1 m dan membuat kotak dengan uukuran 70 x 90 cm menggunakan spidol OHP, dan membagi kembali.

3. Kemudian memindahkan hasil deliniasi yang sudah dikerjakan pada lembar kertas kalkir besar menggunakan spidol warna.

4. Melakukan perbaikan hasil deliniasi individu yang tidak tersambung dengan hasil deliniasi sebelumnya dengan cara interpretasi ulang.

(68)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 1. Susunan nomor foto udara yang digunakan dalam mozaik

RUN 5

(69)

10. Tegalan 2

11. Makam 1

Jumlah Poligon 122

DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, Wahyu, dan Sukartono. 2002. Teknik Perbaikan Data Digital (Koreksi dan Penajaman) Citra Satelit. Bogor: Buletin Teknik Pertanian Vol. 7 Nomor 1 tahun 2002. Tim penyusun.2005.Modul Praktikum Interpretasi Citra untuk Penggunaan Lahan Dan

Vegetasi.Yogyakarta: Fakultas Geografi.Universitas Gajah Mada.)

Wolf,P.R.1983.Elements of Photogrammetry. Madison : University of Wisconsin.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(70)
(71)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH I

ACARA 6

MEMBUAT PETA TUTUPAN LAHAN HASIL INTERPRETASI FOTO UDARA

Oleh:

Gilang Rama Hendrawan NIM. A0B016027

Asisten: Cikita Hemaputri

NIM. A0B015017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(72)

2017

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peta adalah gambaran permukaan bumi secara konvensional pada suatu bidang datar yang diperkecil melalui sistem proyeksi tertentu dengan skala tertentu yang dilengkapi simbol-simbol sebagai penjelas. Suatu peta menyajikan berbagai informasi kebumian yang penting, mulai dari bentuk daratan, fisiografi, topografi, ketinggian lokasi, kelerengan permukaan bumi,alur sungai, permukiman, kawasan industri, jalan, pasar dan sebagainya dalam suatu hubungan keruangan antar berbagai perwujudan.

Peta merupakan alat yang sangat penting dalam geografi karena mempunyai beberapa fungsi,.Menunjukkan posisi atau lokasi suatu wilayah di permukaan bumi.Menggambarkan bentuk dan persebaran berbagai gejala di permukaan bumi.Menggambarkan kondisi fisik dan kondisi sosial suatu wilayah.Peta dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai gejala yang terdapat di permukaan bumi. Oleh karena itu, untuk mempelajari peta dengan baik seseorang hendaknya memiliki berbagai macam pengetahuan meskipun hanya bersifat umum.

(73)

B.Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum acara 6 tentang membuat peta tutupan lahan hasil interpretasi foto udara adalah:

1. Membuat peta hasil interpretasi tutupan lahan dari foto udara 2. Menyusun legenda peta secara benar dan informatif.

C.Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum pengindraan jauh acara 6 tentang membuat peta tutupan lahan hasil interpretasi foto udara adalah sebagai berikut:

1. Dapat menginterpretasi peta tutupan lahan yang di buat dengan peta dari foto udara 2. Dapat membuat legenda dan keterangan lainya yang ada di peta

(74)

Penggunaan penginderaan jauh meningkat karena : letak obyek yang tergambar pada citra mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk pembuatan peta, baik sumber data maupun sebagai kerangka letak, dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran 3 dimensinsional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut steoroskop, karakteristik obyek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra, citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara teresial, merupakan satu- satunya cara untuk pemetaan daerah bencana, citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek (Sutanto,1986)

Menurut Malingreau (1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahamiPenginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat obyek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan obyek atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis obyek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (American Society of Photogrammetry, 1968).

Gambar

Tabel hasil interpretasi visual pada foto udara pankromatik hitam putih skala 1:10.000 RUN 4A No.7
Tabel Hasil Interpretasi Visual Citra non foto
Tabel 1. Luas Area Hasil Deliniasi Pada Foto Udara Daerah Banyumas Skala 1 : 10.000  RUN 5 NO
Tabel 2. Panjang Garis Hasil Deliniasi Pada Foto Udara
+4

Referensi

Dokumen terkait

teknik interpretasi citra penginderaan jauh, dan pengambilan sampel menggunakan stratified sampling, serta metode analisis menggunakan aplikasi sistem

Penafsiran pajak bumi tersebut dapat dilakukan dengan interpretasi citra penginderaan jauh dengan menggunakan parameter-parameter yang mempengaruhi nilai harga

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik penginderaan jauh dengan cara interpretasi manual citra IKONOS Multispektral resolusi 4m yang ditunjang dengan peta garis

Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu Sumber Belajar 3.1 Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan kajian tata guna lahan dan

• Pertimbangan resolusi ini menjadi penting ketika penginderaan jauh dibutuhkan dalam rangka pemantauan dan atau deteksi obyek permukaan bumi yang terkait dengan variasi musim

Hasil yang diperoleh dari sistem penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dengan metode matching yang dibantu dari hasil penginderaan jauh menggunakan Citra

Jarak obyek dari kamera mempengaruhi ukuran citra hasil pelacakan semakin jauh dari kamera semakin kecil citra hasil pelacakan Proses pengenalannya sangat tergantung pada

Menurut Sutanto (1992) kelebihan yang dimiliki oleh citra penginderaan jauh satelit, antara lain adalah : Citra menggambarkan obyek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan