• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EFEKTIVITAS DAUN PURING (Codiaeum variegatum) DAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trispasciata) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA AMBIEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EFEKTIVITAS DAUN PURING (Codiaeum variegatum) DAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trispasciata) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA AMBIEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EFEKTIVITAS DAUN PURING (

Codiaeum variegatum

) DAN

LIDAH MERTUA (

Sansevieria trispasciata

) DALAM MENYERAP

TIMBAL DI UDARA AMBIEN

Yusriani Sapta Dewi

Indri Hapsari

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia Email : yenisapta@yahoo.co.id

Abstrak

Pencemaran udara terpenting diakibatkan kegiatan transportasi dari kendaraan bermotor di darat. Salah satu polutan yang dikeluarkan dari proses pembakaran bahan bakar adalah timbal (Pb). Upaya alternatif untuk mengurangi dampak polutan timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor adalah secara biologis, di antaranya menggunakan tanaman puring (Codiaeum varriegatum) atau lidah mertua (Sansevieria trispasciata). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas tanaman puring (Codiaeum variegatum) dan lidah mertua (Sansevieria trispasciata) dalam menyerap timbal. Metode perlakuan dengan pemaparan tanaman selama 0 jam, 12 jam dan 24 jam di lokasi transportasi padat. Analisis data efektivitas menggunakan presentase statistik. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa daun puring (Codiaeum variegatum) dan daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) mampu menyerap timbal (Pb) dimana penyerapan timbal (Pb) oleh daun puring lebih baik dibandingkan penyerapan oleh daun lidah mertua.

Kata kunci : pencemaran udara, efektivitas tanaman, timbal

Abstract

The most important result of air pollution from motor vehicle transport activities on the ground. One of the pollutants emitted from fuel combustion process is lead (Pb). Alternative efforts to reduce the impact of pollutants emitted by the lead vehicle is biologically, including using puring plant (Codiaeum varriegatum) or lidah mertua (Sansevieria trispasciata). This study aims to determine the effectiveness of the puring plant (Codiaeum variegatum) and lidah mertua (Sansevieria trispasciata) in absorbing lead. Method of treatment with plant exposure for 0 hours, 12 hours and 24 hours of on-site solid transportation. Analysis of data using statistical percentage. The results obtained state that puring leaves (Codiaeum variegatum) and lidah mertua (Sansevieria trispasciata) can absorb lead (Pb) in which the absorption of lead (Pb) by puring leaves better than the absorption by the leaves of lidah mertua.

Keyword: ethics, information technologi ethics, Profesonalism IT

PENDAHULUAN

Manusia sebagai mahluk hidup tertinggi di dunia ini hidupnya sangat tergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Sebagai kebutuhan dasar, manusia memerlukan udara setiap saat. Perkembangan teknologi dan industri kian berkembang dengan pesat dan memberikan manfaat dan kemudahan bagi manusia. Seiring dengan perkembangan tersebut, diikuti oleh melonjaknya produksi kendaraan bermotor yang mengakibatkan pencemaran udara. Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat.

Pembangunan perumahan yang pesat di perkotaan belakangan ini memicu pertumbuhan lokasi-lokasi perumahan baru yang tersebar di pinggiran kota terutama pada kota-kota metropolitan. Hal ini lama-kelamaan akan menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius, karena para penghuni perumahan tetap harus bekerja di pusat kota, yang akhirnya mengakibattkan terjadinya kemacetan lalu lintas yang berujung pada pencemaran udara perkotaan. Akar dari permasalahan ini adalah masalah transportasi.

Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat. Kendaraan bermotor

(2)

merupakan sumber pencemaran udara yaitu dengan dihasilkannya gas CO, NOx, Hidrokarbon, SO2 dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan ke dalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter-parameter penting akibat aktivitas ini adalah CO, Partikulat, NOx, HC, Pb dan Sox

(Soedomo, 2001).

Sumber utama pencemaran udara di wilayah perkotaan, kurang lebih 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor (Damanik, 2004). Salah satu polutan yang dikeluarkan dari proses pembakaran bahan bakar adalah timbal (Pb). Timbal merupakan bahan aditif yang ditambahkan ke dalam bensin (Harahap, 2004). Dalam setiap liter premium yang diproduksi, terkandung timbal sebesar 0,45 gram sehingga jumlah timbal yang terlepas ke udara total sebesar 5.181.930,45 ton per tahun (Damanik,2004).

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak polutan timbal yang diemisikan oleh kendaraan bermotor adalah dengan membangun jalur-jalur hijau di sepanjang jalan raya.. Mekanisme jalur hijau dalam mengurangi dampak polutan timbal melalui dua proses yaitu : 1). Absorpsi (penyerapan), untuk tanaman yang stomata daunnya mempunyaidiameter lebih besar dari ukuran partikel. 2).Adsorpsi (penjerapan), lebih bersifat sebagai barrier fisik dengan penempelan pada bagian pohon.

Dari hasil penelitian Hidayati (1998) di Kawasan Industri Rungkut Surabaya, diketahui bahwa pohon pelindung di sepanjang ruas jalan daerah perkotaan terpapar oleh timbal dalam jumlah yang cukup tinggi. Tinggi rendahnya kadar timbal tergantung pada jenis tanaman yang berkaitan dengan morfologi daun. Peranan tumbuhan yang begitu penting dalam upaya mengurangi pencemaran udara terutama di daerah perkotaan, oleh karena itu perlu dipertimbangkan alternatif lain yang murah dan lebih sederhana namun tetap efektif dalam upaya mengurangi pencemaran udara.

Kendaraan bermotor penyebab polusi udara tertinggi di kawasan perkotaan. Dalam kurun 2001-2007 jumlah kendaraan bermotor menunjukkan kenaikan signifikan. Sayangnya kenaikan itu tidak diimbangi upaya penanggulangan polusi yang memadai. Menghadirkan tanaman di kawasan perkotaan merupakan salah satu pilihan untuk meredakan polusi. Namun langkah itu sering diabaikan dalam pembangunan kota. Bahkan pepohonan di tepi jalan seringkali ditebang. Lahannya digunakan

untuk membangun gedung-gedung perkantoran. Padahal beberapa jenis tanaman terbukti mampu menyerap polutan berbahaya seperti timbal (Pb).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparwoko dan Feris, pada tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa kehadiran beberapa jenis tanaman pada daerah-daerah padat lalu lintas ternyata ampuh menyerap polutan berbahaya seperti timbal (Pb). Dari empat jenis tanaman yang diteliti yaitu: puring, beringin, tanjung, dan ketapang, dapat diketahui bahwa puring (Codiaeum variegatum) merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur timbal (Pb). Puring (Codiaeum variegatum) dapat menyerap timbal 2,05 mgr/liter, pohon beringin dapat menyerap 1,025 mgr/liter, pohon tanjung bisa menyerap 0,505 mgr/liter, dan daun ketapang tidak bisa menyerap Pb. Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari buangan kendaraan bermotor, pemerintah dan masyarakat disarankan memperbanyak dua jenis tanaman tersebut (Suparwoko dan Feris, 2007).

Menurut penelitian Lembaga Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA, Lidah Mertua (Sansevieria trispasciata) mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan yang ada dan berbahaya di udara. Kemampuan menyerap zat polutan itu, karena Sansevieria memiliki bahan aktif Pregnane Glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut menjadi tidak berbahaya lagi bagi manusia. Sansevieria juga menjadi objek penelitian tanaman penyaring udara NASA untuk membersihkan udara di stasiun ruang angkasa. Sementara menurut Wolfereton Environmental Service, satu helai lidah mertua dalam satu jam bisa menyerap 0.938 mg polutan (www.wikipedia.co.id).

Berdasarkan latar belakang penjelasan di atas penulis merasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan tanaman penghijauan sebagai penyerap timbal, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi solusi dalam melaksanakan upaya mengurangi pencemaran udara.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas tanaman puring (Codiaeum variegatum) dan lidah mertua (Sansevieria trispasciata) dalam menyerap timbale.

(3)

LANDASAN TEORI

Pencemaran Udara

Sektor transportasi memberikan kontribusi sumber pencemar ke atmosfer yang sangat besar sehingga langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada menurunnya kesehatan masyarakat. Sumber emisi bergerak ini berasal dari kendaraan seperti mobil, truk, kreta api, kapal laut dan kapal terbang (Suharto, 2011). Menurut Fardiaz (1992), polusi udara yang berbentuk partikel mempunyai ukuran antara 0,0002-500 µm. Partikel dalam ukuran tersebut memiliki waktu tinggal beberapa detik sampai beberapa bulan di udara. Umur partikel dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan yang ditentukan pula oleh ukuran dan densitas serta aliran udara.

Emisi partikel di udara kota Jakarta sebesar 7.071 ton/tahun. Jumlah tersebut terdiri dari 44,1 % emisi partikel kendaraan bermotor, 33 % rumah tangga, 14,6 % industri dan 8,4 % pembakaran sampah. Dari kendaraan bermotor di Jakarta diemisikan timbal (Pb) ke udara bebas sebesar 108 ton/tahun (Djajadiningrat, 1990). Faktor utama penyebar polusi adalah angin. Skala angin baik dalam ukuran mikro sampai pada sirkulasi global mempunyai andil yang besar dalam penyebaran polusi udara. Turbulensi karena rintangan berupa bangunan-bangunan diperkotaan akan menjebak asap dan partikel lainnya pada bagian-bagian kota dan membuat konsentrasi pencemar tinggi pada wilayah tersebut.

Timbal (Pb)

Timbal dalam bentuk senyawa timbal khlorida, timbal khlorat dan timbal nitrat bersifat larut dalam air, sedang dalam bentuk senyawa timbal sulfide dan timbal oksida pada umumnya tidak larut dalam air. Dengan asam organic, timbal akan membentuk garam, misalnya timbal asam oksalat yang tidak larut dalam air, tetapi sebagai timbal asetat relative mudah larut dalam air (Australian Academic of Science, 1981). Secara fisik dan biologis, lingkungan setiap harinya terpapar timbal melalui udara, makanan, air, debu dan tanah termasuk berbagai sumber antara lain cat, pipa ait minum, aki, kemasan kaleng, peluru timbal, pestisida timbal arsenat [Pb3 (AsO4)2], dan

gas buang kendaraan bermotor bermesin bensin yang mengandung timbal (Baird, 1995).

Timbal dalam tubuh manusia akan terakumulasi ke dalam otak, dalam jangka panjang timbal di tubuh manusia akan menyebabkan anemia, terganggunya endokrin terutama kelenjar reproduksi (Ramade, 1987). Demikian pula

pada kandungan timbal tinggi akan menyebabkan terganggunya ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, sedang pada orang dewasa dapat menyebabkan darah tinggi.

Mekanisme Penyerapan Timbal Oleh

Tumbuhan

Menurut Ratcliffe (1981), variable yang mempengaruhi konsentrasi timbal pada tanaman adalah : 1).Lama terpapar tanaman. Lama atau tidaknya suatu tanaman terpapar dengan cemaran mempengaruhi konsentrasi kandungan timbal yang dapat diserap oleh tanaman. 2).Kontribusi timbal dalam tanah. Tanah yang digunakan untuk menanam tanaman juga mempunyai kontribusi dalam penyumbang timbal ke dalam tanaman, karena mungkin saja tanah yang digunakan untuk menanam juga mengandung timbal, dimana timbal yang ada dalam tanah akan diserap melalui akar dan masuk ke dalam tanaman. 3). Fisiologi dan morfologi tanaman. Fisiologi dan morfologi tanaman sangat beragam, hal ini mempengaruhi terhadap kemampuan tanaman dalam menyerap timbal, misal daun yang kasar cenderung memiliki kemampuan menahan timbal lebih lama sehingga kemungkinan terserap kedalam tanaman juga lebih tinggi. 4). Musim dan umur tanaman. Musim dan umur tanaman juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan tanaman dalam menyerap timbal, misal pada musim panas cuaca lebih banyak angin dan partikel debu lebih banyak, sehingga partikel yang menempel pada tanaman lebih banyak di banding pada musim hujan. 5). Faktor pemberian timbal dari udara, missal tingkat penutupan tanaman. Konsentrasi timbal dari udara itu sendiri tentu mempunyai pengaruh yang cukup signifikan, semakin tinggi konsentrasi timbal di udara semakin besar kemungkinan timbal terserap ke dalam tanaman dan begitu juga sebaliknya.

Smith (dalam Treshow 1985), menjelaskan bahwa mekanisme masuknya polutan ke dalam daun terjadi pada siang hari pada saat daun melepas uap air dan mengambil CO2 berikut

gas lainnya termasuk polutan yang ada di daun melalui stomata. Berdasarkan studi yang dilakukannya, ukuran stomata apabila terbuka untuk pertukaran CO2, O2 dan air mempunyai

panjang 10 µm dan lebar 2-7 µm. setelah bahan polutan tersebut masuk, kemudian menyebar masuk ruang interseluler dan diserap oleh permukaan “palisade” atau “spongy” parenkim dinding sel.

(4)

Tanaman Puring (Codiaeum variegatum)

Tanaman ini termasuk family Euphorbiaccae, yakni tumbuhan bergetah. (Silitonga, 2007). Varietasnya sangat banyak. Menurut perkiraan ada ribuan jenis puring di dunia ini, dan ini mudah teramati dari corak dan bentuk daunnya yang beragam. Tanaman ini berasal dari Negara tropis yang sepanjang tahun berlimpah akan cahaya matahari, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Thailand, Sri Lanka dan Kepulauan Pasifik Selatan (www.puring-cortongarden.blogspot.com).

Ciri khas tanaman ini adalah daunnya begitu kaya warna dan bentuk. Orang dapat menemukan warna daunnya berkisar dari merah, oranye dan kuning, sampai hijau dengan semua kombinasi bercak warna. Bentuk daunnya bervariasi dari lebar dan lonjong hingga sempit dan memanjang.

Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria

trispasciata)

Tanaman ini termasuk family Agavaceae. Sansevieria atau lidah mertua adalah tanaman hias yang cukup popular sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak dengan ujung meruncing.

Sansevieria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk roset 8 cm dan lebar 3-6 cm. Tumbuhan ini berdaun tebal dan memiliki kandungan air sukulen, sehingga tahan kekeringan. Namun dalam kondisi lembab atau basah, sansiviera bisa tumbuh subur. Warna daun sansevieria beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garus-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan dan ada juga yang zig-zag. Keistimewaan sansevieria adalah memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Ditinjau berdasarkan jenisnya sansevieria ada dua jenis yakni yang pertama yaitu sansevieria keturunan asli/spesies sedangkan yang kedua adalah jenis hasil persilangan yang bisa disebut dengan jenis sansevieria hybrid (www.wikipedia.com).

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Ciledug Raya No. 10 Cipulir-Kebayoran Lama.

Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya jalan tersebut merupakam jalan yang padat akan lalu lintas serta lokasinya mudah dijangkau dan memudahkan peneliti untuk memperoleh sampel dan data. Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan. Pengambilan contoh uji selama 24 jam., pengambilan sampel dilakukan 2 tahap yaitu 12 jam dan 24 jam.

Pengambilan Sampel dan Metode

Pengukuran

Alat yang digunakan untuk mengambil sampel timbal (Pb) di udara ambien menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS). Prosedur ini digunakan untuk penentuan timbal (Pb) dengan menggunakan Atomic Absorbsion Spektropotometri dengan metode destruksi basah.

Partikel di udara ditangkap dengan menggunakan alat HVAS atau media penyaring atau filter. Timbal yang terkandung dalam partikel tersusupensi tersebut didestruksi dengan menggunakan pelarut asam, kemudian diukur dengan menggunakan Atomic Absorbsion Spektropotometri (AAS).

Prosedur Pengukuran Timbal (Pb) pada contoh uji menggunakan daun puring (Codiaeum variegatum) dan daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) yang sebelumnya telah mendapatkan paparan cemaran timbal dari udara ambien. Contoh uji siap dianalisis dengan Atomic Absorbsion Spektropotometri (AAS).

Larutan contoh yang mengandung ion logam dilewatkan melalui nyala udara-asetilen bersuhu 200 0C sehingga terjadi penguapan dan sebagian tereduksi menjadi atom. Lampu katoda yang sangat kuat mengeluarkan energi pada panjang gelombang tertentu dan akan diserap oleh atom-atom logam berat yang sedang di analisis. Jumlah energi cahaya yang diserap atom logam berat pada panjang gelombang tertentu dan akan diserap oleh atom-atom logam berat yang sedang di analisis. Jumlah energy cahaya yang diserap atom logam berat pada panjang gelombang tertentu ini sebanding dengan jumlah zat yang diuapkan pada saat dilewatkan melalui nyala api udara-asetilen. Setiap unsur logam berat membutuhkan panjang gelombang yang sangat pasti (Tinsley, 1979). Untuk lebih jelasnya prinsip kerja spektrofotometrik dapat dilihat pada gambar di bawah ini

(5)

Gambar 1. Prinsip kerja spektrofotometrik

Analisis Data

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic prosentase

Efektifitas penyerapan timbal (Pb) = A x 100 % B A= kandungan timbal (Pb) dalam contoh uji B= kandungan timbal (Pb) dalam udara ambien

Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep

Keterangan :

a = kandungan timbal (Pb) dalam contoh uji sebelum terpapar b = kandungan timbal (Pb) dalam contoh uji setelah terpapar c = kandungan timbal (Pb) dalam contoh uji

d = kandungan timbal (Pb) dalam udara ambient

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Kandungan Timbal (Pb) Di Udara Ambien

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, maka diperoleh kandungan timbal (Pb) di udara ambien adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Kandungan Timbal (Pb) Di Udara Ambien Waktu Pengambilan Sampel Kandungan Pb (mg/Kg) Kandungan Pb (mg/Kg) per jam 12 jam 72,12 6,01 24 jam 79,30 3,30

Sumber :data primer

Kandungan Timbal (Pb) Di Daun Puring

(

Codiaeum variegatum

)

Tanaman puring (Codiaeum variegatum) dipaparkan dengan cara diletakkan di pinggir jalan raya secara pararel dengan harapan semua tanaman mendapatkan paparan yang sama. Daun puring (Codiaeum variegatum) dipetik secara random ( atas, bawah, kanan dan kiri) pada 0 jam pemaparan, 12 jam pemaparan dan 24 jam pemaparan. Daun tersebut kemudian dicuci menggunakan aquabidest untuk menghilangkan partikel-partikel yang menempel di daun dan kemudian dianalisis di laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, maka diperoleh kandungan timbal (Pb) di dalam daun puring (Codiaeum variegatum) adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Kandungan Timbal (Pb) Daun Puring (Codiaeum Variegatum) Daun purin g Pemapar an 0 jam

Pemaparan 12 jam Hasil Rerata per jam (mg/K g) (b-a ) / 12 jam

Pemaparan 24 jam Hasil Rerata per jam (mg/K g) (c-a ) / 24 jam Hasil Sebenarn ya (mg/Kg) ( a ) Hasil Pembaca an (mg/Kg) ( b ) Hasil sebenarn ya (mg/Kg) ( b-a ) Hasil Pembaca an (mg/Kg) ( c ) Hasil sebenarn ya (mg/Kg) ( c-a ) Pot 1 8,15 13,51 5,36 0,45 21,46 13,31 0,55 Pot 2 7,89 11,58 3,69 0,31 22,81 14,92 0,62 Pot 3 9,32 15,62 6,30 0,52 27,48 18,16 0,76

Sumber :data primer

Gambar 3. Penyerapan d.puring berdasar lamapemaparan

Kandungan Timbal (Pb) Di Daun Lidah

Mertua (

Sansevieria trispasciata

)

Tanaman lidah mertua (Sansevieria Trispasciata) dipaparkan dengan pencemaran dengan cara diletakkan di pinggir jalan raya secara pararel dengan harapan semua tanaman mendapatkan paparan yang sama. Daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) dipetik secara random ( atas, bawah, kanan dan kiri) pada 0 jam pemaparan, 12 jam pemaparan dan 24 jam pemaparan . Daun tersebut kemudian dicuci menggunakan aquabidest untuk menghilangkan partikel-partikel yang menempel di daun dan

0

0.2

0.4

0.6

0.8

Pot1 Pot 2 Pot 3

12… 24… mg/K g

d

a

b

c

Prosentase efektifitas serapan timbal

(Pb)

(6)

kemudian di analisis di laboratorium. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, maka diperoleh kandungan timbal (Pb) di dalam daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Kandungan Timbal (Pb) Di Daun Lidah Mertua (Sansevieria trispasciata) Daun lidah mertua (Sansevi eria Trispasci ata) Pemapa ran 0 jam Pemaparan 12 jam Hasil Rerat a per jam (mg/ Kg) (b-a ) / 12 jam Pemaparan 24 jam Hasil Rerat a per jam (mg/ Kg) (c-a ) / 24 jam Hasil Sebenar nya (mg/Kg ) ( a ) Hasil Pembac aan (mg/Kg ) ( b ) Hasil sebenar nya (mg/Kg ) ( b-a ) Hasil Pembac aan (mg/Kg ) ( c ) Hasil sebenar nya (mg/Kg ) ( c-a ) Pot 1 2,30 2,75 0,45 0,038 4,00 1,70 0,071 Pot 2 1,45 1,70 0,25 0,021 3,18 1,73 0,072 Pot 3 3,18 3,27 0,09 0,008 5,49 2,31 0,096

Sumber :data primer

Tabel 4.

Prosentase Efektivitas Penyerapan Timbal (Pb) Di Udara Ambien Oleh Daun Puring (Codiaeum

variegatum) Lama

Paparan

Prosentase Efektivitas Penyerapam Timbal (Pb)

Pot 1 Pot 2 Pot 3 12 jam 7,43 % 5,12 % 8,73 % 24 jam 16,78 % 18,81 % 22,89 % Sumber :data primer

Gambar 4. Penyerapan lidah mertua berdasar lamapemaparan

Tabel 5

Prosentase Efektivitas Penyerapan Timbal (Pb) Di Udara Ambien Oleh Daun Lidah Mertua

(Sansevieria trispasciata) Lama

Paparan

Prosentase Efektivitas Penyerapam Timbal (Pb)

Pot 1 Pot 2 Pot 3 12 jam 0,63 % 0,34 % 0,12 % 24 jam 2,14 % 2,18 % 2,91 % Sumber :data primer

Gambar 5. Perbandingan penyerapan Pb

pemaparan 12 jam pemaparan 12 jam Dari data di atas dapat diketahui prosentase efektivitas penyerap timbal (Pb) di udara ambien lebih besar daun puring (Codiaeum variegatum) dibandingkan daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata), hal ini disebabkan permukaan daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) yang licin dan lurus, dan jika terdapat debu partikel yang menempel akan lebih mudah tertiup angin sehingga waktu tinggal atau waktu menempel debu partikel di daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) lebih sebentar sehingga proses penyerapan timbal (Pb) ke dalam daun lebih sedikit.

Gambar 6. Perbandingan penyerapan Pb

pemaparan 24jam pemaparan 12 jam

KESIMPULAN

1. Daun puring (Codiaeum variegatum) daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) mampu menyerap timbal (Pb) di udara. 2. Prosentase efektifitas penyerapan timbal

(Pb) oleh daun puring (Codiaeum variegatum) lebih baik dari pada prosentase penyerapan timbal (Pb) daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata). 3. Kemampuan jenis daun dalam menyerap

timbal (Pb) di udara ambien sangat berbeda, dimana jenis daun puring (Codiaeum variegatum) memiliki

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

Pot1

Pot 2

Pot 3

12 jam

0

2

4

6

8

10

Pot 1

Pot 2

Pot 3

d.puring d.lidah…

0

5

10

15

20

25

Pot 1

Pot 2

Pot 3

d.puring d.lidah…

(7)

kemampuan yang lebih baik di bandingkan dengan daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata) dalam menyerap timbal (Pb).

SARAN

1. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk memilih tanaman agar dapat membantu mengurangi pencemaran udara dan tanah khususnya dalam menyerap timbal (Pb).

2. Pemilihan tanaman untuk penghijauan kota agar diutamakan tanaman yang mempunyai kemampuan untuk mengurangi pencemaran udara.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis tanaman yang berbeda, agar semakin banyak variasi tanaman yang dapat menyerap polutan berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 1981. Health and Enviromental Lead in Australia. Canberra Reprographic Printers, Fyshwick.

2. Anonim.2009. Tanaman Lidah Mertua .http://www.kompas.com. (Diakses tanggal 29 Mei 2012).

3. Anonim. 2011. Daun Puring Penyerap Timbal. http://www.puring_cortongarden. blogspot.com. (Diakses tanggal 29 Mei 2012)

4. Baird, C. 1995. Environmental Chemistry, W. H. Freeman and Company, New York. 5. Damanik, R. 2004. Advokasi pencemaran udara. http://www.walhi.or.id. (diakses tanggal 29 Mei 2012).

6. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Jakarta : Kanisius.

7. Harahap, H. 2004. Pengaruh pencemaran timbal dari kendaraan bermotor dan tanah terhadap tanaman dan mutu the. Disertasi. Bogor : Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

8. Kramer & Kozlowski. 1960. Physiology of Trees, Mc. Geaw-Hill, New York. 9. Ramade, F. 1987. Ecotoxicology. John

Willey & Sons. New York.

10. Ratcliffe, M. J. 1981. Lead in Man and the Environment. Ellis Horwood Limited, West Sussex, England; John Willey & Sons. New York.

11. Soedomo, M. 2001. Kumpulan Karya ilmiah pencemaran udara. ITB Bandung.

12. Suparwoko dan Feris. 2007. Tanaman Penyerap Timbal. UII. Jogyakarta. 13. Waggoner, P.E. & N. C. Turner. 1971.

Gambar

Gambar 1. Prinsip kerja spektrofotometrik
Gambar 4.   Penyerapan lidah mertua berdasar  lama pemaparan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, bahasa yang digunakan dalam filsafat adalah bahasa yang dalam pengertian tertentu sudah diketahui secara umum, dan oleh karena itu, filsafat tidak

Sangat memungkinkan untuk tidak menyerap semua tempurung kelapa yang dihasilkan oleh para petani karena mutunya yang tidak memenuhi kriteria bahan baku yang dibutuhkan. Hal

[r]

Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 5 • Waktu perkecambahan dipersingkat dari satu tahun menjadi 3 bulan.. • Perkecambahan tidak lagi

Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka

Simpulan dari penelitian ini yaiut (1) Penggunaan metode CRM dalam pembuatan sistem akan lebih mudah dalam pengenalan kebutuhan pengguna dan semua aktor yang

terse/t terdiri dari t/%/h sta!dar yait/