• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analiysis of Coastal Ecosystem A Marine Ecotourism at Kokoya Island, Morotai Island District

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analiysis of Coastal Ecosystem A Marine Ecotourism at Kokoya Island, Morotai Island District"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 63 Analisis Ekosistem Pantai Sebagai Ekowisata Bahari di Pulau Kokoya

Kabupaten Pulau Morotai

Analiysis of Coastal Ecosystem A Marine Ecotourism at Kokoya Island Morotai Island District

Kismanto Koroy1, Nurafni 1*, Fijai Pina1 1

Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pasifik Morotai

*Korespondensi:nurafni1710@gmail.com

ABSTRAK

Ekosistem pantai adalah ekosistem mempunyai kekayaan habitat yang beragam di daratan maupun lautan, serta berinteraksi antara satu habitat dengan habitat lain. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi parameter ekologi ekosistem pantai sebagai ekowisata bahari dan menentukan kelas kesesuaian pantai Pulau Kokoya sebagai kawasan ekowisata bahari ketegori wisata pantai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2019. Pengumpulan data menggunakan data primer dengan metode survei dan pengukuran langsung di lapangan. Analisis ini menggunakan analisis kesesuaian ekosistem pantai di Pulau Kokoya dengan menggunakan matriks kesesuaian area untuk kategori rekreasi wisata pantai. Hasil penelitian menunjukkan pada 7 stasiun di lokasi penelitian memiliki Indeks Kesesuaian termasuk dalam kategori Sangat Sesuai (S1) dan Sesuai (S2). IKW dari setiap stasiun dapat disajikan; Stasiun 1 IKW. 92,31% (S1), Stasiun 2 IKW. 89,74% (S1), Stasiun 3 IKW. 89,74% (S1), Stasiun 4 IKW. 97,44% (S1), Stasiun 5 IKW. 78,21% (S2), Stasiun 6 IKW. 90,38% (S1), dan Stasiun 7 IKW. 97,44% (S1).

Kata kunci: Ekosistem; Pantai; Pulau Kokoya; Morotai

ABSTRACT

Coastal ecosystems are dynamic ecosystems that have a rich diversity of habitats on land and in the ocean, as well interacting between one habitat with another. The purpose of this study is to identify the ecological parameters of the coastal ecosystem a marine ecotourism area and determine the suitability class of the Kokoya Island coast as a marine ecotourism area for the coastal tourism category. This research was conducted in January to February 2019. Data collection using primary data with survey methods and direct measurements in the field. The analysis is used to analyze the suitability of the beach ecosystem class on Kokoya Island by using the area suitability matrix for the recreation category of beach tourism. The results showed that at 7 stations in the study location had a Travel Conformance Index in the category of Very Appropriate (S1) and Appropriate (S2). The IKW of each station can be presented; Station 1 IKW. 92.31% (S1), Station 2 IKW. 89.74% (S1), Station 3 IKW. 89.74% (S1), Station 4 IKW. 97.44% (S1), Station 5 IKW. 78.21% (S2), Station 6 IKW. 90.38% (S1), and Station 7 IKW. 97.44% (S1).

(2)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 64 PENDAHULUAN

Ekosistem pantai merupakan ekosistem yang unik karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat (teresterial) dan ekosistem laut (oseanik). Pengaruh kedua ekosistem tersebut membentuk karakteristik baru dan berbeda dari kedua ekosistem yang saling mempengaruhinya. Ekosistem-ekosistem di kawasan pesisir merupakan ekosistem alamiah yang sangat produktif, unik dan memiliki nilai ekonomis tinggi serta menunjang perekonomian Indonesia. Keindahan pada wilayah pesisir juga dapat digunakan sebagai pengembangan ekowisata bahari.

Ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengandalkan daya tarik alami lingkungan pesisir dan lautan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan wisata bahari secara langsung berupa kegiatan diving, snorkeling, pantai, dan lain sebagainya. Kegiatan wisata bahari pada dasarnya dilakukan berdasarkan keunikan alam, karakteristik ekosistem sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Salah satu kawasan yang dikembangkan sebagai destinasi wisata adalah Pulau Morotai.

Pulau Morotai memiliki ±33 pulau-pulau kecil salah satunya pulau Kokoya yang terletak di Kecamatan Morotai Selatan (Koroy, 2017). Pulau Kokoya memiliki panorama pantai pasir putih yang dapat menimbulkan daya tarik pariwisata. Salah satu konsep alternatif pengembangan wisata bahari saat ini adalah ekowisata (wisata alam) yang mengandalkan keaslian alam yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologis dan sosial budaya (PSL.LPPM Universitas Khairun 2010) Pulau Kokoya telah dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata bahari oleh Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai dalam iven Sail Morotai.

Dalam pengelolaannya pemanfaatan ekowisata bahari belum berjalan maksimal dan hanya bersifat momentum, padahal secara ekologis pulau Kokoya merupakan salah satu tempat yang sangat potensial untuk pengembangan ekowisata bahari. Sepanjang pesisir pantai pulau Kokoya memiliki potensi ekosistem pantai yang menarik untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari. Namun hingga saat ini kajian tentang analisis kesesuaian ekowisata bahari kategori wisata pantai di pulau Kokoya belum pernah

(3)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 65

dilakukan. Tujuan penelitian Mengidentifikasi parameter ekologi ekosistem pantai, sebagai kawasan ekowisata bahari di Pulau Kokoya dan Menentukan kelas kesesuaian pantai Pulau Kokoya sebagai kawasan ekowisata bahari ketegori wisata pantai.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Kokoya, Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2019. Pulau Kokoya merupakan bagian dari Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai yang memiliki panjang pantai ± 1.015 m, Baksir (2010). Letak geografis pulau Kokoya berada pada posisi020 01’14.9’’ LU - 1280 13’ 30.4’’ BT. Pada bagian timur Pulau Kokoya memiliki hamparan pasir putih yang sangat halus dan memanjang, dimana pasir putih memiliki daya tarik tersendiri untuk pengembangan ekowisata pantai.

(4)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 66

Penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling untuk penentuan stasiun.

Metode penentuan stasiun pengamatan menggunakan teknik purpossive sampling karena

purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Safirna, et all, 2014). Adapun titik Koordinat pada lokasi penelitian di pantai pulau Kokoya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel

No Titik Sampling Titik Koordinat

1 Stasiun I N. 020 01’08.3’’- E.128013’2804’’

2 Stasiun II N.02001’11.4’’-E.128013’30.10’’

3 Stasiun III N.02001’12.14’’- E.128013’27.74’’

4 Stasiun IV N.02001’11.4’’-E.128013’30.1’’

5 Stasiun V N. 02001’08.29’’- E. 128013’16.8’’

6 Stasiun VI N. 02000’50.9’’- E. 128013’19.5’’

7 Stasiun VII N. 02001’07.5’’- E. 128013’27.8’’

Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Meter Roll, Penggaris,

GPS (Global Position System), Handphone, Bola, Tali, Kayu, kamera, Handrefraktometer,

pH Meter, alat snorkelling, dan alat tulis.

Prosedur Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode survei dan pengukuran

langsung di lapangan. Pengumpulan data dilakukan di daerah pantai dengan cara purposive

sampling yaitu berdasarkan keterwakilan wilayah dari pengamatan secara langsung di lapangan. Lokasi penelitian dibagi atas 7 stasiun untuk wisata rekreasi pantai. Pengambilan data pada ke 7 stasiun dilakukan dengan tahap penentuan titik koordinat menggunakan

Global Positioning System (GPS) untuk melihat posisi lokasi stasiun, selanjutnya dilakukan pengukuran kesepuluh parameter kesesuaian wisata pantai di masing-masing stasiun dan pencatatan hasilnya untuk selanjutnya di analisis (Wahyu, 2017).

(5)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 67

Proses pengambilan data di lakukan pada waktu surut terendah air laut, dimana pengambilan data dengan menggunakan alat dan bahan yang sebagaimana telah dicantumkan dalam Tabel 1.

Pengukuran Lebar Pantai

Pengukuran lebar pantai dilakukan menggunakan meteran roll dari jarak antara vegetasi terakhir yang ada di pantai dengan batas surut terendah. Pengukuran lebar pantai dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar wilayah pantai yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan wisata pantai.

Tipe pantai

Penentuan tipe pantai dilakukan berdasarkan pengamatan visual di lapangan, dengan cara mengidentikasi secara kasat mata di lokasi penelitian.

Kemiringan Pantai

Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan water pass dengan

cara diletakan di pantai dan mengukur kemiringan pantai ketika water pass di letakan secara horizontal dan di ukur menggunakan mistar penggaris.

Kecepatan Arus

Menggunakan pemberat yang diikat dengan bola plastik menggunakan tali rafia sepanjang 3 m. Pemberat dijatuhkan bersamaan dengan bola kedalam laut dan hitung waktu bola menjauh hingga tali rafia mengencang dengan stopwatch. Hitung kecepatan arusnya menggunakan rumus.

V = S/T Keterangan :

V= Kecepatan Arus

S= Panjang lintasan Arus (m) T= Waktu tempuh bola (detik)

(6)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 68 Material Dasar Perairan

Untuk mengetahui material dasar perairan dilakukan pengamatan secara visual di lapangan dengan cara mengambil material dasar perairan di lokasi penelitian. Pengamatan Material Dasar Perairan/ Substrat kemudian di ambil sampel substrat dan di identifikasi secara langsung (Yulisa et al., 2016)

Kecerahan Perairan

Pengukuran kecerahan dilakukan dengan alat secchi disk yang diikat menggunakan tali kemudian diturunkan perlahan-lahan ke dalam perairan di lokasi pengamatan sampai pada batas visual secchi disk tersebut tidak dapat terlihat lalu mengukur panjang tali dan mencatat posisi pengambilan data. Pendapat Effendi (2003) bahwa nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh padatan tersuspensi dan kekeruhan, keadaan cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.

Pengamatan Biota Berbahaya

Pengamatan biota berbahaya dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya biota berbahaya yang akan mengganggu pengunjung wisata. Pengamatan biota berbahaya dengan menggunakan snorkeling di sekitar lokasi penelitian.

Penutupan Lahan Pantai

Dahuri (2003), merupakan salah satu ekosistem yang ada di pesisir, ekosisitem ini biasanya ditumbuhi ooleh tumbuhan pionir. Penentuan penutupan lahan dilakukan dengan mengamati daerah sekitar pantai, kemudian menggolongkan apakah lahan terbuka dengan pohon kelapa, savana, semak belukar, atau pemukiman.

Kedalaman Perairan

Pengukuran kedalaman menggunakan alat tongkat ukur atau tiang skala berukuran 5 meter, nilai yang ditunjukkan pada tongkat ukur merupakan nilai kedalaman stasiun

(7)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 69

penelitian dan penentuan kedalaman lokasi pengambilan data berjarak 50 meter dari garis pantai yang dianggap aman untuk kegiatan wisata karena tidak ada batasan jarak seseorang melakukan kegiatan berenang di pantai.

Ketersediaan Air Tawar

Ketersediaan air merupakan hal penting dalam suatu kehidupan. Tidak hanya untuk sektor rumah tangga, melainkan juga untuk sektor wisata. Pengamatan ketersediaan air tawar dilakukan dengan cara mengukur jarak antara stasiun pengambilan sampel dengan lokasi dimana sumber air tawar tersedia (Masita et al., 2013). Kegiatan ekowisata, ketersediaan air bersih berupa air tawar sangat diperlukan untuk menunjang fasilitas pengelolaan maupun pelayanan ekowisata. Hal ini juga merupakan menjadi kriteria penilaian terhadap kelayakan prioritas pengembangan ekowisata pantai (Handayawati, 2010).

Analisis Data

Analisis kesesuaian wisata pantai menggunakan matriks kesesuaian untuk mengidentifikasi parameter ekologi ekosistem pantai, yang di susun berdasarkan kepentingan setiap parameter yang dapat mendukung kegiatan ekowisata pantai (Yulianda, 2007). Sedangkan penentuan kelas kesesuaian ekowisata bahari menggunakan rumus Yulianda (2007) untuk mancari nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) adapun rumus IKW sebagai berikut.

IK W = ∑ [ Ni/Nmaks] x 100 % IKW = Indeks Kesesuaian Wisata

Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)

(8)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 70 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Fisik Lingkungan

Pengamatan parameter lingkungan di Pulau Kokoya memilki hamparan pasir putih yang begitu halus dan berbagai macam tumbu-tumbuhan yang hidup dalam lingkungan tersebut antara lain lamun, dan berbagai makhluk hidup yang menguburkan dirinya didalam substrat. Adapun kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai di Pulau Kokoya dari kelompok invertebrata dan makrofauna bentik. Pulau Kokoya juga digunakan sebagai tempat rekreasi pantai dengan jenis kegiatan wisata pantai meliputi kegiatan berjemur, piknik, snorkeling dan diving.

Analisis Kesesuaian Ekowisata Pantai Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan di pulau Kokoya dari hasil pengambilan data menunjukkan stasiun 1 sampai 7 rata-rata memiliki kedalaman perairan berkisar 1-2 meter. Kedalaman perairan yang tersebar di 7 stasiun secara keseluruhan terdapat pada bagian timur dan selatan pulau Kokoya, karena lokasi tersebut merupakan tempat kegiatan wisata seperti, snorkeling,

piknik, berjemur dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh

pengunjung/wisatawan.

Tipe Pantai

Pulau-Pulau kecil di kabupaten Pulau Morotai merupakan tipe pulau karang timbul yang hampir sebagian besar dikelilingi pasir putih, salah satunya pulau Kokoya yang juga memiliki khas pasir putih. Yulianda (2007), menyatakan bahwa untuk wisata pantai akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai yang berpasir atau dengan kata lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan dengan pantai yang berbatu atau pantai yang didominasi oleh substrat karang dapat mengganggu kenyamanan wisatawan. Namun di

(9)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 71

beberapa stasiun pengambilan data, tipe pantainya berbatu, dimana dalam matriks kesesuaian ekosistem pantai, pantai berbatu memiliki nilai atau skor sangatlah kecil dibandingkan dengan tipe pantai pasir putih yang memiliki nilai skor paling tinggi.

Lebar Pantai

Hasil pengukuran menunjukkan pulau Kokoya memiliki lebar pantai yang bervariasi yaitu 10 - 20 meter. Beberapa stasiun yang memiliki lebar pantai <10 meter di karenakan terdapat batu karang dan tebing yang mengakibatkan proses pembentukan pantai tidak terbentuk. Pada bagian selatan juga mengalami abrasi pantai dan di temukan beberapa pepohonan sudah tergerus disaat terjadi pasang tertinggi.

Material Dasar Perairan

Berdasarkan pengamatan visual substrat dasar perairan di ke tujuh stasiun pulau Kokoya memiliki substrat dasar perairan berupa pasir. Substrat dasar perairan sesuai dengan matriks kesesuaian dimana substrat dasar berpasir paling ideal untuk menunjang aktivitas tersebut. Kondisi pulau dengan hamparan datar pantai yang panjang, serta didominasi pasir yang mengililingi pulau menunjukan bahwa pulau Kokoya memiliki material dasar perairan adalah pasir. Namun demikian pada sisi utara, selatan, dan barat pulau Kokoya terdapat ekosistem padang lamun sehingga pada stasiun ini memilki material dasar perairan pasir berlumpur.

Kecepatan Arus

Kecepatan arus di perairan pulau Kokoya sangat di pengaruhi oleh peralihan pasang surut air laut. Hasil pengukuran langsung dilapangan, diperoleh kecepatan arus berkisar antara 0.74 - 0.8 m/s, sehingga kecepatan arus di pulau Kokoya termasuk relatif sedang. Irawan dan Sari (2013) menjelakan bahwa pola dan arah arus sangat tergantung konfigurasi pantai seperti di daerah muara yang terdapat aliran sungai akan berpengaruh pada arah dan kecepatan arus menjadi tidak beraturan setelah sampai di daerah pantai.

(10)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 72 Kemiringan Pantai

Pengukuran kemiringan pantai pada stasiun pengamatan rata rata memiliki kemiringan ± 3 - 5°. Dataran pantai pulau Kokoya yang panjang dapat meredam gelombang dan pengangkutan pasir ke bibir pantai, sehingga topografi pantai Pulau Kokoya tidak terlalu

miring/landai. Menurut Hasriyanti (2013) dalam Koroy (2017) menyatakan bahwa

kemiringan pantai yang sesuai untuk pengembangan wisata adalah pantai dengan kemiringan landai.

Kecerahan Perairan

Kualitas perairan pada tinkat kecerahan terolong masih sangat baik. Minimnya aktfitas di daratan yang dapat memberikan dampak langsung ke perairan serta tidak ditemukannya sungai pada gugusan pulau-pulau kecil. Hasil pengukuran pada setiap stasiun memilki tingkat kecerahan 100%. Pedoman penentuan tingkat kecerahan berdasarkan kisaran alami baku mutu perairan yang tercantum dalam KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004.

Penutupan Lahan Pantai

Menurut Dahuri (2003) pantai merupakan salah satu ekosistem yang ada di wilayah pesisir. Ekosistem ini biasanya di tumbuhi oleh tumbuhan pionir. Wilayah pantai pulau Kokoya mempunyai beberapa vegetasi hutan pantai seperti cemara, pohon kelapa, pisang, semak belukar, dan di bagian timur pulau Kokoya terdapat lahan terbuka dengan vegetasi bangunan rumah, toilet dan jembatan sebagai penunjang kegiatan wisata.

Pengamatan Biota Berbahaya

Hasil pengamatan di lapangan, ditemukan bulu babi dibeberapa stasiun penelitian. Namun demikian, bulu babi tergolong biota yang tidak terlalu berbahaya, karena bagi masyarakat dan wisatawan lokal juga memanfaatkan bulu babi untuk dikonsumsi.

Ketersedian Air Tawar

Ketersediaan air tawar di pulau Kokoya hanya terdapat 1 sumber air tawar, hasil

(11)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 73

stasiun 2 (150 m), stasiun 3 (200 m), stasiun 4 (80 m), stasiun 5 (100 m), stasiun 6 (200 m) dan stasiun 7 (50 m). Ketersedian Air Tawar antara lokasi area wisata sangat sesuai (S1) yaitu 0,5 km. Saat melakukan Kegiatan wisata, ketersediaan air bersih berupa air tawar sangat diperlukan untuk menunjang fasilitas pengelolaan maupun pelayanan wisata. Hal ini juga merupakan kriteria penilaian terhadap kelayakan prioritas pengembangan wisata pantai.

Indeks Kesesuaian Ekowisata Pantai

Analisis parameter kesesuaian ekowisata pantai berdasarkan kriteria penilaian dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2007) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik IKW Pantai Kokoya Keterangan :

S1 = Sangat Sesuai IKW Sangat sesuai, dengan nilai 80 – 100 % S2 = Cukup Sesuai, dengan nilai 60 - <80 %

S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - <60 % N = Tidak sesuai, dengan nilai <35 %

Hasil analisis kesesuaian ekowisata pantai dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan menunjukan tingkat kelayakan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) berada pada angka

(12)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 74

presentase berkisar antara 78.21 % - 97.44 % atau termasuk dalam kategori S1 (Sangat Sesuai) dan S2 (Cukup Sesuai).

KESIMPULAN

Hasil identifikasi parameter ekologi ekosistem pantai dari jumlah keseluruhan stasiun lokasi penelitian, termasuk dalam kategori masih sangat baik untuk dijadikan sebagai kawasan ekowisata bahari dan untuk kelas kesesuaian ekowisata pantai di Pulau Kokoya termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari sebagai wisata pantai dengan IKW masing-masing stasiun; stasiun 1 (92,31 %), stasiun 2 (89,74 %), stasiun 3 (89,74 %), stasiun 4 (97,44 %), stasiun 5 (78,21 %), stasiun 6 (90, 38 %), dan stasiun 7 ( 97, 44 %).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) KEMENRISTEK DIKTI melalui program Penelitian Dosen Pemula (PDP) tahun pendanaan 2019. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap mahasiswa Ilmu Kelautan yang telah membantu dalam pengambilan data di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal. 1999. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang Nusa Tenggara Timur. Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis. Baksir. A. 2010.Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Untuk Pemanfaatan Ekowisata

Berkelanjutan di Kecamatan Morotai Selatan Dan MorotaiSelatan Barat Kabupaten Pulau MorotaiProvinsi Maluku Utara.

Chasanah, I.,Pujiono, W, P.,Haeruddin. 2017. Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Jodo Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan

(13)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 75

Domo, A.M., Zulkarnaini, Yoswaty, D., (2017) Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai (Studi Pantai Indah Sergang Laut Di Pulau Singkep)

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 halaman.

Handayawati, H. 2010. Potensi Wisata Alam Pantai-Bahari. PM PSLP PPSUB.

Irawan A dan Sari I.L. 2013. Karakteristik Distribusi Horizontal Parameter Fisika-Kimia Perairan Permukaan di pesisir Bagian Timur Balikpapan. Bogor. (ID): Jurnal Ilmu

Perikanan Tropis. Vol. 18 No 2, April 2013 ISSN 1402-2006.

Kaulina, S. 2017. Kajian Pengembangan Wisata Pantai Dan WisataSelancar Berbasis Potensi Sumberdaya AlamDi Desa Sawarna, Banten.

KEPMEN LH. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.

Koroy, K. 2017. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekowisata Pantai Pulau Dodola

Kabupaten Pulau Morotai. Unipas Press, Vol 2 No.1

Masita H.K, Femy M.S, Sri N.H,. 2013. ( Jurnal) Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Pondo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara.

M, Nur. R., Nurafni, Koroy, K., Alwi, D., Sofiati, T. 2019. Pengelolaan Dan Pemanfaatan

Hasil Perairan. Cv. AA RIZKY. Serang-Banten.

Noerma, E., Johan, Y., Hartono, D. 2016. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung ekowisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas Kabupaten Kaur. Pasaribu, H.M., Patana, P., Usman, S. 2017. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Wisata

Pantai Binasi Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pramanda, D. 2017. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Di Wilayah Pesisir Lampung Selatan (Studi Kasus Di Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, Kalianda Dan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan)

Pramanda, D. 2019. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Di Wilayah Pesisir Lampung Selatan (Studi Kasus Di Kecamatan Bakauheni, Rajabasa, Kalianda, Dan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan)

Pujiono., W.P.H. 2017. Analisis kesesuaian wisata pantai jodo desa sidorejo kecamatan gringsing kabupaten batang/ jurnal pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan vol. 7 no. 3 (desember 2017)

(14)

©Musamus Fisheries and Marine Journal, Vol. 2 No. 1 Oktober 2019, Pages: 63-76 76

Rudiyanto. 2014. Analisis Restorasi Ekosistem Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Co-Management: Studi Kasus Di Kecamatan Ujung Pangkah Dan Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik.

Simbolon, G.R.R., Susetya, I.E., Fadhilah A. 2017. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung

Kawasan Wisata Pantairomantis (Romance Bay) Di Desa Sei Nagalawan

Kecamatan Perbaungan Provinsi Sumatera Utara

Syahputra, A.A., Djayus, Y., Suryanti, A. 2015. Analisis Kesesuaian Dan Daya Dukung Ekowisata Pantai, Selam Dan Snorkeling Di Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Yulianda, F. 2010. Konsep Ekowisata Perairan Suatu Pendekatan Ekologis. Departemen Manajemen Sumberdaya perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir

Berbasis Konservasi. Seminar Sains pada Departemen MSP, FPIK IPB. 21 Februari

2007; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen MSP IPB.

Yulisa E.N, Johan Y dan Hartono D. 2016. Analisis Kesesuain dan daya dukung Ekowisata Pantai Kategori rekreasi Pantai laguna Desa Merpas Kabupaten Kaur. Bengkulu. (ID): Jurnal Enggano. Vol. 1,No.1, April 2016: 97-111

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel
Gambar 2. Grafik IKW Pantai Kokoya  Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

Adapun infrastruktur sumber daya air yang telah dibangun di Sungai Cimanuk, berupa Bendung Rentang, dengan sistem irigasinya seluas 90.000 Ha, terletak di wilayah. Kabupaten

SD Negeri Baciro merupakan salah satu sekolah yang ditunjuk oleh pihak UNY untuk menjadi lokasi PPL pada tahun 2015. Tujuan dari progran PPL adalah untuk

Tepat sesuai waktu yang telah ditentukan 4 Lebih dari waktu yang telah ditentukan 3 Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai. waktu yang

Bahwa dalam rangka efektivitas pelaksanaan Keputusan Bersama Menteri Perhubungan, Menteri Kehutanan, dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor KM 3 Tahun 2003, Nomor

Sanggahan secara elektronik disampaikan kepada Kelompok Kerja 4 Kantor Layanan Pengadaan Barang/Jasa Provinsi Kalimantan Barat melalui aplikasi SPSE pada Website :

maka pokja ULP Pengadaan Barang RS Paru Dr.H.A Rotinsulu mengumumkan Hasil Pelaksanaan Pelelangan Pascakualifikasi PENGADAAN Oksigen/Gas Medis secara elektronik

Tujuan dari penulisan tesis ini adalah: menemukan bentuk-bentuk pasif dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam novel Cerita Dalam Keheningan, menganalisis bentuk –bentuk pasif

Namun dalam penelitian ini luas lahan tidak berpengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani buah naga di Desa kemuning Kecamatan Arjasa