• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Pemberian Suplemen Herbal untuk Peningkatan Pendapatan Usaha Pembibitan Sapi Pejantan PO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Ekonomi Pemberian Suplemen Herbal untuk Peningkatan Pendapatan Usaha Pembibitan Sapi Pejantan PO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Ekonomi Pemberian Suplemen Herbal untuk Peningkatan

Pendapatan Usaha Pembibitan Sapi Pejantan PO

(Economic Analysis of Herbal Supplementation for Income

Increased Livestock Breeding of PO Bulls)

Fitrayady HP, Firdaus F, Affandhy L

Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No 2, Grati, Pasuruan Jawa Timur hilmipanca@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the analysis of economic efficiency with the addition of Moringa leaf supplementation to increase business income for PO cow for breeding. The research material uses 8 PO bulls with an average age of 3-5 years. The study consisted of two treatments, namely treatment A by adding 100 gr of Moringa leaves and treatment B by adding 50 gr of Moringa leaves. The parameters measured were body weight (BW), daily body weight gain, dry matter consumption (DM), feed eficiency, semen volume, and semen concentration. While for the economic parameters measured are gross income, net, B/C ratio and R/C ratio. The results of this study obtained the highest R/C ratio found in treatment B or Moringa leaf addition of 50 gr which is 1.13 and the highest B/C raito value was also in treatment B which was 1.74, and the level of income per day was Rp. 256,000. It was concluded that the administration of 50 gr/head/day of Moringa leaves could increase the income of PO bulls cattle breeding business.

Key words: PO bulls, economic analysis, kelor leave

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis efisiensi ekonomi dengan penambahan suplementasi daun kelor untuk meningkatkan pendapatan usaha pembibitan sapi pejantan PO. Materi penelitian menggunakan sapi penjantan PO sebanyak 8 ekor dengan rataan usia 3-5 tahun. Penelitian terdiri atas dua perlakuan yaitu perlakuan A dengan menambahkan 100 gr daun Kelor dan perlakuan B dengan menambahkan 50 gr daun Kelor. Variabel yang diukur adalah bobot badan (BB), pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi bahan kering (BK), efisiensi pakan, volume semen, dan konsentrasi semen. Sedangkan untuk parameter ekonomi yang diukur adalah pendapatan bruto, netto, B/C rasio dan R/C rasio. Hasil penelitian ini diperoleh nilai R/C rasio tertinggi terdapat pada perlakuan B atau penambahan daun Kelor sebesar 50 gr yaitu 1,13 dan nilai B/C rasio tertinggi juga pada perlakuan B yaitu 1,74, serta tingkat pendapatan per hari sebesar Rp. 256.000. Disimpulkan pemberian 50 gr/ekor/hari daun Kelor dapat meningkatkan pendapatan usaha pembibitan sapi PO pejantan.

Kata kunci: Pejantan sapi PO, analisis ekonomi, daun kelor PENDAHULUAN

Usaha pembibitan sapi potong tidak dapat terlepas dari kualitas pejantan khususnya kualitas semen. Hal ini berlaku pada semua jenis sapi potong baik Bos taurus maupun Bos indicus. Sapi Peranakan Ongole (PO) yang merupakan persilangan antara sapi lokal degan sapi Brahman memliki keunggulan dalam ketahanan baik lingkungan ekstrim

(2)

maupun kualitas pakan marjinal (Monintja et al. 2015). Akan tetapi masih banyak permasalahan yang terjadi dengan pemberian dan kualitas pakan yang rendah, salah satu resikonya adalah penurunan libido. Libido sangat berpengaruh dalam proses menghasilkan semen pada perkawinan untuk menghasilkan keturuan/pedet.

Maka daripada itu untuk menanggulangi hal tersebut, kualitas semen harus ditingkatkan dengan cara penambahan suplementasi herbal. Suplementasi herbal yang memiliki fungsi untuk menstimulasi peningkatan kualitas dan volume semen adalah Daun Kelor (Moringa oleifera sp.). Senyawa aktif pada Daun Kelor memiliki potensi sebagai antioksidan khususnya flavonoid (Kumala et al. 2016). Selain juga dapat menghasilkan konsentrasi rata-rata semen 1324,25 juta/ml (Affandhy et al. 2019), untuk menghasilkan straw semen beku.

Pada usaha pembibitan sapi potong dengan penambahan bahan suplementasi tersebut diharapkan dapat meningkatan volume dan kulaitas semen sehingga dapat meningkatkan peresentase kebuntingan baik melalui kawin alam maupun dalam memproduksi straw semen beku. Akan tetapi dengan penambahan suplementasi daun Kelor dapat menambah biaya produksi, sehingga perlu penelitian untuk melihat efisiensi ekonomi dalam penambahan suplementasi daun kelor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi antara lain bibit ternak, tenaga kerja (Hartono 2011), selain faktor tersebut terdapat juga faktor lainnya yaitu pengalaman peternak, biaya kawin dan penggunaan teknologi IB selain dari produksi semen (Hastuti et al. 2008). Pada usaha pembibitan sapi potong dengan skala usaha 40 ekor dapat menghasilkan R/C rasio yang optimal (Khoiri et al. 2016). Keuntungan bersih peternak sapi potong skala 4-6 ekor/petani sekitar Rp.1.048.066/tahun/petani dengan nilai B/C ratio 0,17 (Rusdiana et al. 2016). Ditambahkan pula dengan skala usaha 7-10 ekor dapat memberikan keuntungan yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis efisiensi ekonomi dengan penambahan suplementasi daun kelor untuk meningkatkan pendapatan usaha pembibitan sapi pejantan PO.

MATERI DAN METODE

Penelitian telah dilaksanakan di Kandang Percobaan Loka Peneltian Sapi Potong selama 3 bulan, sekitar bulan Agustus hingga Oktober 2018. Materi penelitian menggunakan sapi penjantan PO sebanyak 8 ekor dengan rataan usia 3-5 tahun. Pakan yang diberikan hijauan segar berupa Rumput Gajah, daun Gamal, konsentrat 1 (PK 16%) dan konsentrat 2 (PK 7,23%). Jumlah keseluruahan nutrien pakan yang diberikan yaitu PK 12 % dan BK 3%. Perlakuan dilakukan dengan memberikan tambahan suplementasi herbal berupa serbuk daun Kelor dan mineral Zn serta vitamin A dan E. Berikut merupakan komposisi bahan perlakuan penelitian.

Tabel 1. Komposisi pemberian pelakuan suplementasi herbal

Pemberian Perlakuan A B Daun kelor 100 gr 50 gr Vitamin A 0,064 mg/kg BB 0,064 mg/kg BB Vitamin E 1,62 mg/kg BB 1,62 mg/kg BB Mineral Zn 0,9 mg/kg BB 0,9 mg/kg BB

Pemberian vitamin dan mineral disesuaikan dengan kebutuhan NRC 2000 per ekor per hari, air minum dan jerami diberikan secara ad libitum

(3)

Parameter yang diukur adalah bobot badan (BB), pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi bahan kering (BK), efisiensi pakan, volume semen yang diambil setiap seminggu sekali, dan konsentrasi semen. Sedangkan untuk parameter ekonomi yang diukur adalah pendapatan bruto, netto, B/C rasio dan R/C rasio. Hasil analisa dibahas secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi pakan pejantan sapi PO

Penelitian ini konsumsi pakan pejantan sapi PO terdiri atas hijauan dan konsentrat dengan rata-rata pemberian Rumput Gajah sebanyak 15 kg dan daun Gamal 1,5 kg dan konsentrat (I) 6 kg serta konsentrat (II) 2 kg dalam bentuk asfed. Pada Tabel 2. tercantum jumlah konsumsi berdampak dalam peningkatan BB dan PBBH. Dihitung pula nilai konsumsi BK dan nilai efisiensi pakan.

Tabel 2. Rata-rata konsumsi BK, efisiensi pakan dan BB serta PBBH sapi pejantan PO

Parameter A (100 gr kelor + vit +mineral) B (50 gr kelor + vit + mineral) P Value BB (kg) 570,68±109,05 575,95±132,99 0,892 PBBH (kg)* 0,48±0,31 0,5±0,24 0,818 Konsumsi BK (kg)* 12,03±0,35 11,96±0,37 0,638 Efisiensi pakan 0,040±0,028 0,041±0,02 0,795

Sumber: Firdaus et al. (2019)

Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata bobot badan sapi penjantan PO yang tertinggi dari hasil penelitian adalah 575,95±132,99 kg yaitu dengan penambahan 50 gr daun Kelor. Begitu pun dengan pertambahan bobot badan harian dengan penambahan 50 gr daun Kelor dapat meningkatkan PBBH 0,5±0,24 kg. Akan tetapi nilai efisiensi pakan nya masih diatas perlakuan A (100 gr daun Kelor) yaitu 0,041±0,02. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Yulianti (2007) bahwa semakin kecil nilai efisiensi pakan maka efisiensi pakan semakin tinggi. Nilai konsumsi BK tetinggi terdapat pada perlakuan A yaitu 12,03±0,35 kg. Hal ini tidak sesuai dengan hasil peneltian Syam et al. (2018) yang menyatakan bahwa dengan pemberian 250 gr daun Kelor dapat menghabiskan konsumsi BK sebesar 12,89 kg.

Produksi semen dan straw semen beku

Asumsi produksi semen dan straw semen beku menunjukan perlakuan B lebih banyak mengasilkan straw semen beku dibanding dengan perlakuan A yaitu 5,03±2,19 ml dan 33 buah straw semen beku (Tabel 3.).

(4)

Tabel 3. Perhitungan produksi semen dan straw semen beku Parameter A (100 gr kelor + vit +mineral) B (50 gr kelor + vit + mineral) Volume semen (ml)* 3,58±1,97a 5,03±2,19b

Produksi straw semen beku (buah)** 26 33

Konsentrasi (juta/ml)* 1.527±485 1.402±495

Sumber: *Affandhy et al. (2019); ** Vol semen (ml) x Konsentasi (jt/ml)/konsentrasi sperma pada 1 ml, Dosis= vol total/0,25

Tingginya produksi straw semen beku pada perlakuan B diakibatkan karena volume semen yang dihasilkan tinggi, walaupun nilai konsentrasi rendah dibanding perlakuan A yaitu 1402±495 juta/ml, akan tetapi itu masih dalam batas normal. Konsentrasi spermatozoa untuk diproses menjadi semen beku minimal diatas 500-1000 juta/ml (Affandhy 2003).

Analsis ekonomi pemberian bahan herbal (daun kelor) untuk peningkatan libido pejantan PO

Efisiensi nilai ekonomi dalam penambahan bahan herbal sangat berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan peternak sapi potong. Berikut analisis ekonomi penambahan bahan herbal (daun kelor) Tabel 4.

Tabel 4. Analisis ekonomi pengguanaan bahan herbal

Parameter A (100 gr kelor + vit +mineral) /Rupiah B (50 gr kelor + vit + mineral)/Rupiah

Biaya tetap (Calon pejantan) 30.000.000,00 30.000.000,00

Biaya tidak tetap

1. Pakan 40.050,00 40.050,00

2. Obat/suplemen 3.783,00 2.033,00

3. Produksi semen beku/hari@RP.6300 145.600,00 184.800,00

Total biaya pengeluaran 189.433,00 226.883,00

Pendapatan

1. Penjualan sapi (PBBH/BB) 24.000,00 25.000,00

2. Penjualan straw semen beku 182.000,00 231.000,00

Total pendapatan 206.000,00 256.000,00

Analisis ekonomi

Keuntungan 16.567,00 29.117,00

B/C rasio 0,80 1,74

R/C rasio 1,09 1,13

(5)

Dari data diatas diperoleh total biaya pengeluaran yang lebih rendah atau efisisen terdapat pada perlakuan A yaitu Rp. 189.433 per hari. Hal ini terjadi dikarenakan jumlah straw yang dihasilkan lebih rendah sehingga biaya produksi bisa ditekan. Sedangkan untuk total pendapatan tertinggi dalam sehari pada perlakuan B yaitu Rp. 256.000. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah pengalaman peternak, biaya kawin dan penggunaan teknologi IB selain dari produksi semen (Hastuti et al. 2008). Analisis ekonomi yamg berpengaruh terhadap usaha sapi potong adalah nilai B/C dan R/C rasio. Pada hasil penelitian ini diperoleh nilai R/C rasio tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 1,13. Hal ini dapat menjelaskan bahwa nilai pengembalian modal usaha yang lebih cepat pada perlakuan B sehingga usaha tersebut dapat dinilai menguntungkan. Walaupun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai R/C rasio pada perlakuan A. Nilai R/C rasio merupakan perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Pada usaha pembibitan sapi potong dengan skala usaha 40 ekor dapat menghasilkan R/C rasio yang optimal (Khoiri et al. 2016).

Sedangkan nilai B/C ratio merupakan perbandingan tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Nilai B/C rasio pada hasil peneltian ini menunjukan perlakuan A tidak menguntunkan karena berada pada nilai <1 yaitu 0,80, sedangkan pada perlakuan B nilai >1 yaitu 1,74. Hal ini menunjukan bahwa dengan penambahan 50 gr daun Kelor memilki kelayakan untuk melaksanakan usaha pembibitan sapi potong. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rusdiana et al. (2016) yang menyatakan bahwa keuntungan bersih peternak sapi potong skala 4-6 ekor/petani sekitar Rp.1.048.066/tahun/petani, nilai B/C rasio 0.17. Usaha sapi potong yang memiliki nilai ekonomi yang optimal terdapat pada skola usaha 7-10 ekor.

KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa nilai ekonomi yang efisien dengan penambahan bahan herbal (daun kelor) untuk meningkatkan pendapatan terdapat pada perlakuan B yaitu dengan menambahkan 50 gr daun Kelor. Nilai B/C rasio maupun R/C rasio yang diperoleh sebesar 1,74 dan 1,13 dengan asumsi pendapatan per hari sebesar Rp. 256.000.

DAFTAR PUSTAKA

Affandhy L. 2003. Pengaruh penambahaan choresterol dan kuning telur di dalam bahan pengencer tris-sitrat dan air kelapa muda terhadap kualitas semen cair sapi potong. Dalam: Mathius IW, Setiadi B, Sinurat AP, Ashari, Darmono, Wiyono A, Purwadaria T, Murdiati TB, penyunting. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 77- 84.

Affandhy L, Luthfi M, Ratnawati D, Fredi F. 2019. Pengaruh pemberian serbuk daun kelor (Moringa oleifera) terhadap produksi semen kualitas spermatozoa sapi potong. In Press. Firdaus F, Luthfi M, Affandhy L. Pengaruh suplementasi Moringa oleifera terhadap performa

produksi sapi Peranakan Ongole. In Press.

Hartono B 2011. Analisis ekonomi rumah tangga peternak sapi potong di Kecamatan Domsol, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. J Ternak Tropika. 12:60-70.

Hastuti D, Nurtini S, Widiati R. 2008. Kajian sosial ekonomi pelaksanaan inseminasi buatan sapi potong di Kabupaten Kebumen. Media Agro. 4:1-12.

(6)

Kumala N, Masfufahtun, Devi DRE. 2016. Potensi esktrak daun kelor (Moringa oleifera) sebagai hepatoprotektor pada tikus putih (Ratus novergicus) yang dinduksi parasetamol dosis toksis. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 5:58-66.

Khoiri A, Badriyah N, Aspriyati DW. 2016. Analisis kelayakan finansial usaha pembibitan sapi potong di Desa Pucuk, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan. Jurnal Ternak. 7:1-6.

Monintja MY, Oley FS, Sondakh BF, Oroh FNS. 2015. Analisis keuntungan peternak sapi Peranakan Ongole (PO) yang menggunakan inseminasi buatan (IB) di Kecamatan Tompaso Barat. Jurnal Zootek. 35:201-209.

Rusdiana S, Adind U, Hutasoit R. 2016. Analisis ekonomi usaha ternak sapi potong berbasis agroekosistem di Indonesia. Agroekonomika. 5:137-149.

Syam J, Nur M, Tolleng AL, Aisyah ST. 2018. Konsumsi pakan sapi bali yang diberikan pakan daun kelor (Moringa oleifera). Prosiding Seminar Nasional Megabiodiversitas Indonesia. Makassar (Indonesia): Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. hlm. 8-14.

Yulianti A, Hidayat U, Tawaf TR. 2007. Production performance of Australian commercial cross (ACC) steer that given ration based on rice straw result of aerobic microbe bioprocess. International Seminar Biotechnology. Bandung.

Gambar

Tabel 1. Komposisi pemberian pelakuan suplementasi herbal
Tabel 2. Rata-rata konsumsi BK, efisiensi pakan dan BB serta PBBH sapi pejantan PO
Tabel 3. Perhitungan produksi semen dan straw semen beku  Parameter  A  (100 gr kelor + vit  +mineral)  B  (50 gr kelor + vit + mineral)  Volume semen (ml)*  3,58±1,97 a  5,03±2,19 b

Referensi

Dokumen terkait

Diantara usaha dana yang bisa dilakukan oleh pengurus masjid antara lain (Affandi, 2013); a) Mengupayakan adanya donatur tetap dari jamaah setempat atau dermawan lain

Peningkatan keterampilan peserta menunjukkan bahwa pmeningkatnya keterampilano perawatan kulit wajah (facial) hiperpigmentasi secara manual melalui pelatihanklo dengan

Cara mendapatkannya adalah dengan menggulingkannya ke kiri satu kali, sehingga dasarkubus yang tadinya tidak terlihat memunculkan tanda baru (dalam hal ini dua segi empat hitam)

Bertitik tumpu kepada pokok rumusan masalah yang menjadi isu utama penelitian ini, sebagaimana terurai pada paragraf pendahuluan, maka pokok kesimpulan penelitian bahwa

Kampung Seni dan Wisata Manglayang ini merupakan salah satu kawasan wisata di Bandung yang memilki perkembangan yang cukup baik, namun perkembangan ini belum ditunjang

Glomerulonefritis dapat terjadi secara epidemik atau sporadik, paling sering pada anak usia sekolah yang lebih muda, antara 5 ± 8 tahun.. Berikut ini adalah suatu

menunjukkan bahwa metode aplikasi pyraclostrobin dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata jumlah daun dan luas daun yang terbentuk pada

Dari penjelasan pembahasan dan berdasarkan data-data yang telah diperoleh maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam Penggunaan dana ADK khusus untuk kegiatan Belanja Aparatur