• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI BAB II PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)... 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI BAB II PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)... 6"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

i

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

DAFTAR ISI

LAPORAN PELAKSANAAN TATA KELOLA (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Ruang Lingkup ... 3

1.3 Tujuan ... 4

BAB II PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) ... 6

2.1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung jawab Direksi ... 6

2.1.1. Jumlah, komposisi, kriteria dan Independensi Anggota Direksi ... 6

2.1.2. Tugas dan Tanggung jawab Direksi ... 7

2.2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung jawab Dewan Komisaris ... 8

2.2.1 Jumlah, komposisi, kriteria dan Independensi Dewan Komisaris ... 8

2.2.2 Tugas dan Tanggung jawab Dewan Komisaris ... 9

2.2.3 Rekomendasi Dewan Komisaris ... 10

2.3 Penanganan Benturan Kepentingan ... 10

2.4 Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern ... 10

2.4.1 Fungsi Kepatuhan ... 10

2.4.2 Fungsi Audit Internal ... 11

2.4.3 Fungsi Audit Eksternal ... 11

2.5 Penerapan Manajemen Risiko, termasuk sistem pengendalian Intern ... 11

2.6 Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposure) atau BMPK ... 11

2.7 Rencana Strategis Bank ... 12

2.7.1 Rencana Jangka Pendek ... 12

2.7.2 Rencana Jangka Menengah dan Rencana Jangka Panjang ... 13

2.8 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank ... 15

BAB III TRANSPARANSI DALAM PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE ... 16

3.1 Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris dan Direksi ... 16

3.2 Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisaris dan Direksi ... 16

(3)

ii

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

3.3 Paket atau kebijakan Remunerasi dan Fasilitas lain bagi Dewan

Komisaris dan Direks ... 16

3.4 Share Option ... 17

3.5 Rasio gaji Tertinggi dan Terendah ... 18

3.6 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris ... 18

3.7 Jumlah Penyimpangan Internal (Internal Fraud) ... 18

3.8 Permasalahan Hukum ... 19

3.9 Transaksi yang mengandung benturan kepentingan ... 19

3.10 Pemberian Dana untuk kepentingan Sosial dan Kegiatan Politik ... 19

BAB IV KESIMPULAN UMUM SELF ASSESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) ... 21

(4)

1

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

LAPORAN PELAKSANAAN

TATA KELOLA – GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BPR CIPATUJAH JABAR

TAHUN 2017

Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) dibuat untuk memenuhi kewajiban BPR dalam hal melaksanakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 4/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 5/SEOJK.03/2016 Tentang Penerapan Tata Kelola Bank Perkreditan Rakyat.

Laporan ini berisi tentang pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) di PT. BPR CIPATUJAH JABAR yang tercermin dari Governance System yang mencakup Governance Structure, Governance Process dan Governance Output pada 9 (Sembilan) faktor yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

BPR melalui jajaran Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh Karyawan berkomitmen untuk melaksanakan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) yang baik dan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan bisnis sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai pokok yang tertuang dalam GCG.

Penilaian GCG dilakukan dengan metode self-assessment berdasarkan laporan-laporan dan bukti dokumen pendukung lainnya. Penilaian tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penilaian Tingkat Kesehatan BPR dengan menggunakan pendekatan risiko

(Risk Based BankRating/RBBR).

Selain itu, laporan ini diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan stakeholder guna mengetahui kinerja BPR, tingkat kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan serta pelaksanaan prinsip dasar GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kesetaraan.

Secara singkat kami uraikan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan GCG bank CiJ yakni sebagai berikut:

1.1.Keterbukaan (Transparency)yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.

BPR mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan mudah diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya. Prinsip keterbukaan oleh BPR tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia Bank sesuai Undang-Undang yang berlaku.

(5)

2

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

1.2.Akuntabilitas (Accountibility) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ BPR sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. BPR memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran dan usaha dan strategi BPR sebagai pencerminan akuntabilitas BPR. Dalam hubungan ini BPR menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan serta memastikan terdapatnya check and balance dalam pengelolaan BPR.

1.3.Tanggung Jawab (Responsbility) yaitu kesesuaian pengelolaan BPR dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan BPR yang sehat. Sebagai wujud pertanggung jawaban BPR untuk menjaga kelangsungan usahanya, BPR harus berpegang pada prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. BPR harus bertindak sebagai

good corporate citizen (warga negara perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

1.4.Independensi(Independency) yaitu pengelolaan BPR secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.

BPR menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders manapun, dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan

(conflict of interest), dan setiap keputusan berdasarkan objektifitas serta bebas dari tekanan dari pihak manapun.

1.5.Kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BPR memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment) serta memberikan/menyampaikan pendapat bagi kepentingan BPR atau mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

(6)

3

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

BPR merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi BPR tersebut di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa BPR dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana pada BPR tersebut.

Pada dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha BPR semakin meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis produk dan jasa. Peningkatan kompleksitas kegiatan usaha BPR memberikan dampak yang sangat besar terhadap eksposur risiko yang akan dihadapi oleh BPR, sehingga untuk itu diperlukan kompetensi semua organ organisasi yang ada pada BPR dalam melakukan upaya untuk memitigasi risiko kegiatan usaha BPR.

Dalam rangka meningkatkan kinerja BPR, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, BPR wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) antara lain adalah keterbukaan (transparency),

akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi

(independency), dan kewajaran (fairness), hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 4/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 5/SEOJK.03/2016 Tentang Penerapan Tata Kelola Bank Perkreditan Rakyat.

1.2. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Penilaian sendiri (Self Assesment) Pelaksanaan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah :

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; c. Penanganan benturan kepentingan;

d. Penerapan Fungsi Kepatuhan; e. Penerapan Fungsi Audit Intern; f. Penerapan Fungsi Audit Ekstern; g. Batas Maksimum Pemberian Kredit; h. Rencana Bisnis Bank; dan

(7)

4

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

1.3. Tujuan

Tujuan utama dari penerapan Good Corporate Governance yaitu untuk meningkatkan kinerja BPR, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan BPR terhadap peraturan perundang‐undangan yang berlaku berdasarkan 5 (lima)

pilar prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG)

a. Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) oleh BPR bertujuan untuk : 1. Mendukung pencapaian visi dan misi BPR;

2. Mendukung pencapaian tujuan BPR melalui peningkatan kinerja yang signifikan;

3. Memaksimalkan nilai perusahaan;

4. Memberikan keyakinan kepada Pemegang Saham dan stakeholders lainnya bahwa pengurusan dan pengawasan BPR dijalankan secara profesional; 5. Menjamin kesehatan dan kemajuan BPR secara berkesinambungan;

6. Memberikan pedoman bagi Dewan Komisaris, Direksi dan Pegawai BPR dalam melaksanakan tugasnya;

7. Mendukung pengelolaan sumber daya BPR secara lebih efisien dan efektif; 8. Mengoptimalkan hubungan risk-return yang konsisten dengan strategi bisnis; 9. Mendukung terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh insan BPR

yang didasari pada prinsip‐prinsip GCG; dan

10. Mendukung penetapan kebijakan BPR yang didasari oleh prinsip‐prinsip GCG.

b. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Dengan Penerapan GCG

Terselenggaranya pengelolaan BPR yang sehat dan berkualitas yang didasarkan prinsip‐prinsip dasar Good Corporate Governance tentu akan menjadi

tujuan bagi setiap pengurus maupun pemegang saham. Tingkat keberhasilan dalam pengelolaan usaha BPR akan melibatkan banyak pihak mulai dari Pegawai, Direksi, Dewan Komisaris hingga masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Oleh karena banyaknya pihak yang sangat berkepentingan dengan penerapan

Good Corporate Governance, maka pihak Manajemen BPR telah mengatur lebih lanjut antara lain sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris mempunyai tanggungjawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance secara umum termasuk kebijakan Direksi yang menetapkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola BPR yang benar.

2. Direksi

Direksi mempunyai tanggungjawab dalam pelaksanaan tata kelola BPR yang sehat serta memastikan bahwa prinsip dasar GCG telah berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan perundang‐undangan yang berlaku. Untuk

memastikan bahwa prinsip‐prinsip dasar GCG telah berjalan dengan baik,

(8)

5

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

Intern (SPI) maupun melalui mekanisme pengawasan yang ditetapkan Direksi.

3. Audit Intern (SPI)

Audit Intern (SPI) harus mampu mengevaluasi dan berperan aktif dalam meningkatkan efektivitas dalam pelaksanaan GCG melalui pemeriksaan dan pengawasan pasif secara berkesinambungan guna memastikan bahwa

Good Corporate Governance telah dilaksanakan dengan baik oleh semua organ dalam organisasi BPR dan telah sesuai dengan peraturan dan perundang‐undangan yang berlaku.

4. Pejabat dan Pegawai BPR

Setiap jajaran dalam organisasi wajib memahami dan melaksanakan prinsip‐prinsip Good Corporate Governance secara menyeluruh di masing‐

masing unit kerja dalam organisasi. Pelaksanaan GCG yang efektif akan mendorong pegawai untuk melaksanakan prinsip‐prinsip GCG secara

benar dan menyeluruh di dalam pelaksanaan tugasnya. 5. Pihak-pihak Ekstern

Pihak eksternal yang berkepentingan dengan pelaksanaan GCG antara lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), Akuntan Publik, maupun pihak‐pihak lain tentu sangat berharap agar prinsip dasar GCG dapat

diterapkan secara benar dan bertanggungjawab sehingga mampu mewujudkan kondisi BPR yang sehat.

(9)

6

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

BAB II

PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

2.1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi.

2.1.1. Jumlah, Komposisi, kriteria, dan Independensi Anggota Direksi

Jumlah, Komposisi, kriteria, dan Independensi Anggota Direksi telah lengkap sesuai kententuan :

1. Anggota Direksi sebanyak 2 (dua) orang dipimpin oleh Direktur Utama dan semua anggota Direksi berdomisili di Jawa Barat.

2. Susunan komposisi Direksi adalah sebagai berikut : Direktur Utama : H. Atang Sutarsa *)

Direktur : Asep Darlianto **)

Direktur Bisnis : Iman Dermawan ***)

Direktur Utama : Iman Dermawan ****)

Direktur : Asep Darlianto *****)

Keterangan :

*) Diberhentikan dari Jabatan Direktur Utama karena meninggal dunia pada tanggal 15 April 2017 sesuai dengan Surat OJK No. S-250/KO.022/2017 tanggal 29 Mei 2017 Tentang Kekosongan Jabatan Direktur Utama Dan Pengangkatan Anggota Direksi serta sesuai dengan Keputusan RUPS dengan Akta Notaris No. 80 Tanggal 26 April 2017.

**) Diangkat sebagai Direktur Dan Yang Melaksanakan Wewenang Direktur Utama sesuai dengan Keputusan RUPS dengan Akta Notaris No. 81 Tanggal 26 April 2017.

***) Diangkat sebagai Direktur Bisnis dengan Surat Persetujuan OJK No. S-250/KO.022/2017 tanggal 29 Mei 2017 Tentang Kekosongan Jabatan Direktur Utama Dan Pengangkatan Anggota Direksi serta sesuai dengan Keputusan RUPS dengan Akta Notaris No. 73 Tanggal 16 Mei 2017.

****) Diangkat sebagai Direktur Utama dengan Surat Persetujuan OJK No. S-24/KO.0202/2017 Perihal Pengangkatan Direktur Utama dan Keputusan RUPS dengan Akta Notaris No. 114 Tanggal 22 September 2017.

*****) Diangkat sebagai Direktur dan Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan dengan Surat Persetujuan OJK No. S-250/KO.022/2017 tanggal 29 Mei 2017 Tentang Kekosongan Jabatan Direktur Utama Dan Pengangkatan Anggota Direksi dan Keputusan RUPS dengan Akta Notaris No. 72 Tanggal 16 Mei 2017.

3. Semua Anggota Direksi memenuhi persyaratan dan telah lulus Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test).

(10)

7

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

4. Direktur Utama serta Anggota Direksi lainnya berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali yakni tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan BPR sehingga tidak mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

5. Anggota Direksi telah memenuhi persyaratan berupa Integritas, Kompetensi dan Reputasi Keuangan, dengan gambaran sebagai berikut : a. Semua Anggota Direksi memiliki integritas paling kurang mencakup:

 Memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan

dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan;

Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

 Memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional BPR

yang sehat; dan

 Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus uji kemampuan dan

kepatutan (fit and proper test).

b. Semua Anggota Direksi memiliki Kompetensi paling kurang mencakup:

 Pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan

dengan jabatannya;

Pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang

keuangan; dan.

 Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka

pengembangan BPR yang sehat.

c. Semua Anggota Direksi memiliki Reputasi Keuangan paling kurang mencakup :

 Tidak memiliki kredit macet; dan

 Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.

6. Tidak ada Anggota Direksi merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada 1 (satu) lembaga/perusahaan bukan lembaga keuangan.

2.1.2. Tugas dan Tanggungjawab Direksi

1. Direksi telah mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS Tahunan.

(11)

8

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

2. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Direksi tidak memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang dapat mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.

3. RUPS telah menetapkan pembagian tugas dan tanggungjawab setiap anggota Direksi.

3. Direksi bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan BPR. 4. Direksi telah mengelola BPR sesuai kewenangan dan tanggung jawab

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

5. Direksi senantiasa menindaklanjuti temuan audit dan

rekomendasi dari audit intern BPR, Auditor Eksternal dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

6. Setiap pengambilan keputusan yang bersifat strategis selalu dimusyawarahkan.

7. Direksi tidak memanfaatkan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau pihak lain yang dapat merugikan BPR.

2.2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

2.2.1. Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris telah lengkap sesuai kententuan :

1. Dewan Komisaris sebanyak 2 (dua) orang dipimpin oleh Komisaris Utama dan seluruh Dewan Komisaris berdomisili di Jawa Barat.

2. Susunan Dewan Komisaris adalah sebagai berikut :

Komisaris Utama : Amar Sumarna

Komisaris : Asep Budiman

3. Semua Dewan Komisaris telah memenuhi persyaratan dan telah lulus Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test).

4. Dewan Komisaris berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali yakni tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau hubungan dengan BPR sehingga tidak mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

5. Tidak ada Dewan Komisaris baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki saham pada BPR dan/atau pada suatu perusahaan lain. 6. Dewan Komisaris telah memenuhi persyaratan berupa integritas,

kompetensi dan reputasi keuangan, dengan gambaran sebagai berikut. a. Dewan Komisaris memiliki integritas paling kurang mencakup:

 Memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan

dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana

(12)

9

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan;

 Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

Memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional BPR

yang sehat; dan

 Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus uji kemampuan dan

kepatutan (fit and proper test).

b. Dewan Komisaris memiliki kompetensi paling kurang mencakup :

Pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan

dengan jabatannya;

 Pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang

keuangan; dan.

 Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam

rangka pengembangan BPR yang sehat.

c. Semua Anggota Dewan Komisaris memiliki reputasi keuangan paling kurang mencakup :

 Tidak memiliki kredit macet; dan

 Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Dewan

Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.

2.2.2. Tugas dan Tanggungjawab Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS;

b. Dewan Komisaris telah melakukan tugas pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam melaksanakan pengurusan BPR serta memberikan nasihat kepada Direksi;

c. Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara independen;

d. Dewan Komisaris wajib memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BPR;

e. Dewan Komisaris telah meminta Direksi menindaklanjuti hasil temuan Audit Internal, Audit Ekternal, OJK, dan pengawas otoritas lainnya; dan f. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan

operasional BPR, kecuali dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait, memberikan persetujuan pada ranahnya Komisaris terutama yang berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan dalam operasional dan kredit serta hal-hal lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar BPR dan/atau peraturan perundangan yang berlaku.

(13)

10

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

2.2.3. Rekomendasi Dewan Komisaris

Rekomendasi Dewan Komisaris kepada Direksi sehubungan dengan tugas dan tanggungjawab, antara lain sebagai berikut :

a. Rekomendasi Pengangkatan Direktur Bisnis;

b. Pembentukan Komite Remunerasi Pemilihan Direktur Utama; dan

c. Rekomendasi tentang Target Kenaikan Kredit, Tabungan, Deposito, dan TKS (Laba, Modal, dan NPL) pada Rencana Bisnis Bank Tahun 2018.

2.3. Penanganan Benturan Kepentingan

Sampai saat ini BPR belum menangani penanganan benturan kepentingan dikarenakan tidak terdapat transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan sampai saat ini BPR selalu berusaha untuk menghindari transaksi yang mengandung potensi benturan kepentingan.

2.4. Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern.

2.4.1. Fungsi Kepatuhan

Pada Tahun 2017 BPR telah mengangkat Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan melalui keputusan RUPS dengan Akta Notaris No. 72 Tanggal 16 Mei 2017 dan Direksi menunjuk Pejabat Eksekutif Pelaksana Fungsi Kepatuhan dengan Surat Keputusan Direksi No. 45/SK-DIR/CiJ/X/2017 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Eksekutif PT. BPR CIPATUJAH JABAR.

Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan bekerja secara independen, dan tidak terlibat dalam kegiatan penyaluran dana. Pejabat Eksekutif Pelaksana Fungsi Kepatuhan telah menyusun dan mengkinikan Pedoman Kerja, Sistem dan Prosedur Kepatuhan.

Pejabat Eksekutif Pelaksana Fungsi Kepatuhan berfungsi untuk memastikan dan menjaga bahwa seluruh aktivitas BPR telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sehingga potensi risiko kegiatan usaha BPR dapat diantisipasi lebih dini. BPR belum melaksanakan Penerapan Fungsi Kepatuhan dengan optimal diantaranya :

1. Mewujudkan terlaksananya budaya kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha BPR;

2. Memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPR telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(14)

11

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

3. Memastikan kepatuhan BPR terhadap komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang; dan 4. Pejabat Eksekutif Pelaksana Fungsi Kepatuhan belum melakukan reviu dan merekomendasikan pengkinian kebijakan, system maupun prosedur yang dimiliki BPR.

2.4.2. Fungsi Audit Internal

Audit Internal bertugas untuk menjamin berfungsinya pengawasan internal sebagai bagian penting dari pengendalian internal BPR. Audit Internal dibentuk independen terhadap satuan kerja operasional. Sehingga dapat bekerja dengan bebas dan obyektif, serta mampu mengungkapkan pandangan dan pemikirannya tanpa pengaruh ataupun tekanan dari manajemen ataupun pihak lain yang terkait dengan BPR.

2.4.3. Fungsi Audit Eksternal

a. BPR telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan untuk melaksanakan Audit Laporan Keuangan secara Independen.

b. Penunjukkan KAP sesuai dengan keputusan RUPS yang memberikan kuasa kepada Dewan Komisaris untuk memilih KAP.

c. KAP telah menyampaikan hasil audit kepada BPR tepat waktu dan mampu bekerja secara independen.

4.1. Penerapan Manajemen Risiko, termasuk Sistem Pengendalian Intern

BPR belum menerapkan Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern.

4.2. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Penyediaan Dana Besar (Related Party) atau BMPK

1. BPR telah memiliki Ketentuan BMPK, tetapi masih menyatu dengan PKPB; 2. BPR belum secara berkala melakukan pengkinian Kebijakan dan Prosedur BMPK; 3. BPR tidak pernah melanggar dan melampaui ketentuan BMPK dan Penyediaan

Dana kepada pihak terkait;

4. BPR sudah memenuhi ketentuan mengenai BMPK;

5. Penyediaan Dana kepada Pihak terkait disetujui oleh Dewan Komisaris;

6. BPR telah menyampaikan secara berkala Laporan BMPK kepada Otoritas Jasa Keuangan; dan

6. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan kelompok posisi Desember 2017 sebagai berikut :

No. Penyediaan Dana Jumlah

Debitur Nominal (Jutaan Rp)

1 Kepada Pihak Terkait 11 Rp3.374

(15)

12

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

4.3. Rencana Binis BPR

1. Rencana Bisnis Bank telah disetujui oleh Dewan Komisaris dan sesuai dengan Visi dan Misi BPR.

2. Rencana Strategis Jangka Pendek

BPR telah memiliki Rencana Strategis dalam bentuk Rencana Bisnis Jangka Pendek yang telah disusun secara periodik yang sesuai dengan Visi Misi BPR, Rencana Bisnis telah disusun secara realitas, komprehensif, terukur serta memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian.

Beberapa faktor penting yang menjadi perhatian dalam pengembangan Rencana Bisnis di tahun 2018 adalah :

a. Penurunan Kredit Bermasalah (NPL), dengan langkah-langkah :

 Meningkatkan Fungsi Komite Kredit dalam melakukan putusan kredit di mulai

dari pemberkasan dokumen kredit, review hasil analisa Account Officer dan kepala bagian pemasaran guna menghasilkan putusan kredit yang akurat;

 Peningkatan monitoring kredit dan pembinaan nasabah;

Pemberian kredit dengan lebih meningkatkan prinsip kehati-hatian

berdasarkan azas perbankan yang sehat;

 Membuat Action Plan penyelesaian dan penyelamatan kredit bermasalah,

Kredit Dalam Pengawasan Khusus, dan kredit Non Lancar yang di lakukan Supervisi kredit yang akurat; dan

Peningkatan dan pengembangan kualitas dan kuantitas SDM di bidang

perkreditan.

b. Peningkatan fungsi intermediasi BPR dengan cara :

 Meningkatkan potensi dana simpanan masyarakat sebagai sumber

penyaluran dana dengan mengurangi dana pinjaman dari Bank lain;

Meningkatkan jumlah dan volume rekening tabungan/simpanan dan pinjaman

sehingga lebih menyebar;

 Menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan karakteristik setiap

wilayah kerja.

c. Peningkatan efisiensi :

Menurunkan NPL, sehingga beban pembentukan PPAP berkurang;  Memaksimalkan agunan pengurang PPAP;

 Memaksimalkan potensi SDM;

Memaksimalkan system perekrutan SDM; dan

 Memaksimalkan jam operasional sehingga beban OHC berkurang. d. Pengembangan SDM :

Penerapan KPI;

 Peningkatan frekwensi pelatihan-pelatihan;

Memaksimalkan pembentukan cadangan pendidikan; dan  Peningkatan reward dan punishment.

(16)

13

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

3. Rencana Strategis Jangka Menengah & Rencana Jangka Panjang

BPR akan menyusun pembuatan Rencana Bisnis untuk jangka menengah 3 dan 5 tahun, sebagaimana yang diwajibkan dalam Peraturan OJK Nomor 37/POJK.03/2016 Tentang Rencana Bisnis Bank, diantaranya :

a. Penguatan Permodalan

Mewujudkan BPR yang kuat dibutuhkan penyediaan dana dan modal yang kuat sebagaimana diatur POJK No. 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dan Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank, dimana Bank wajib menyediakan modal minimum yang dihitung dengan menggunakan rasio KPMM paling rendah 12% dari ATMR, dan untuk modal inti paling rendah 8% dari ATMR.

Untuk itu Direksi (melalui Dewan Komisaris) terus menerus mengajukan penambahan modal disetor dari para pemegang saham, dan langkah-langkah lain, diantaranya :

 Menekan bobot persentase ATMR antara lain yaitu setiap pinjaman diatas 50

juta dengan agunan berupa SHM diikat hak tanggungan peringkat pertama;

 Penyaluran kredit kepada sektor UMKM;

 Pembentukan dari cadangan umum dan cadangan tujuan. b. Penerapan Tata Kelola

Semakin meluasnya pelayanan disertai peningkatan volume usaha bank CiJ dan risiko yang dihadapi serta untuk melindungi para pemangku kepentingan

(stakeholders), dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada perbankan, antara lain kami akan mewujudkan langkah-langkah sebagai berikut :

 Penyusunan penyesuaian dan memaksimalkan Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi;

 Penyusunan penyesuaian dan memaksimalkan Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan Komisaris;

 Memaksimalkan kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi

komite-komite;

Penyusunan dan pelaksanaan Penanganan benturan kepentingan;

 Memaksimalkan Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern, Dan Audit

Ekstern;

Memaksimalkan Penerapan Manajemen Risiko termasuk system

pengendalian intern;

 Peningkatan pengawasan dan pelaksanaan BMPK;  Menyusun Rencana Bisnis Bank yang semakin akurat;

 Melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan. c. Penerapan Manajemen Resiko

Penerapan manajemen risiko merupakan salah satu upaya memperkuat kelembagaan dan meningkatkan reputasi industri BPR yang dapat menciptakan sektor keuangan yang tumbuh berkelanjutan dan stabil serta memiliki daya saing

(17)

14

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

yang tinggi, maka bank CiJ perlu melakukan penerapan manajemen risiko yang meliputi:

 Peningkatan Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris;

 Menyusun kebijakan, prosedur, dan limit yaitu kebijakan manajemen risiko,

prosedur manajemen risko, dan penetapan limit risiko;

 Menyusun kecukupan proses dan sistem yaitu proses identifikasi,

pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko dan sistem informasi manajemen risiko; dan

 Peningkatan sistem pengendalian intern yang menyeluruh. d. Peningkatan jumlah jaringan kantor

PT. BPR CIPATUJAH JABAR saat ini mempunyai jumlah jaringan kantor 8 (delapan) kantor terdiri dari 4 (empat) kantor cabang dan 4 (empat) kantor kas yang tersebar di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kepada para nasabah dan/atau calon nasabah dalam meningkatkan fungsi intermediasi Bank langkah strategis yang akan dilakukan adalah akan memindahkan kantor kas yang kurang produktif ke tempat yang lebih mempunyai prospek bisnis, juga meningkatkan status kantor kas yang bagus untuk menjadi kantor cabang.

e. Peningkatan Penggunaan Teknologi Informasi

Peningkatan teknologi informasi sangat dibutuhkan dalam rangka memudahkan pelayanan kepada nasabah juga merupakan tuntutan dalam persaingan industri perbankan saat ini.

Penerapan teknologi informasi PT. BPR CIPATUJAH JABAR saat ini dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 8 (delapan) kantor sudah terintegrasi secara online, namun hal tersebut belum cukup untuk memenuhi tuntutan kemudahan para nasabah dan tuntutan persaingan, maka perlu peningkatan teknologi informasi yang meliputi prinsip dasar yaitu dana yang cukup, efektif, proses, perangkat yang digunakan, dan SDM. Untuk mewujudkan hal tersebut dalam peningkatan teknologi yang akan dilakukan adalah :

 Penambahan dan peningkatan bandwidth untuk menambah cakupan luas dan

lebar frekuensi transmisi sehingga akses data lebih cepat;

Mobile Collection System adalah fasilitas untuk melakukan transaksi tunai

tabungan dan kredit serta informasi lainnya yang dibutuhkan oleh nasabah seperti informasi saldo, informasi angsuran kredit dan informasi saldo pokok kredit melalui perangkat Android;

 Notifikasi melalui SMS berupa informasi angsuran jatuh tempo dan ucapan

selamat ulang tahun kepada nasabah;

Dashboard System adalah sistem informasi manajemen berupa laporan

keuangan berikut perkembangannya secara update yang dapat dibutuhkan kapan saja sebagai alat pengambil keputusan manajemen;

 Menyusun Disaster Recovery Plan (DRC);

(18)

15

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

agen layanan keuangan digital e-cash dengan tujuan untuk meningkatkan loyalitas nasabah yang saat ini belum memiliki layanan berbasis teknologi dan sebagai penambah fee based income.

4. Dewan Komisaris mengawasi pelaksanaan Rencana Bisnis Bank.

5. Rencana Bisnis Bank belum sepenuhnya didukung oleh Pemegang Saham, diantaranya dalam hal pemenuhan Modal Disetor.

6. Rencana Bisnis Bank telah sesuai ketentuan OJK dan telah disampaikan kepada OJK.

4.4. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan BPR

1. Sistem Laporan Keuangan dan Non-Keuangan telah didukung oleh Sistem Informasi yang memadai termasuk Sumber Daya Manusia yang kompeten, sehingga menghasilkan Laporan yang lengkap, akurat, kini, dan utuh.

2. BPR telah menyusun Laporan Tahunan dan Publikasi sesuai ketentuan OJK. 3. Laporan Tahunan BPR telah disusun dan disajikan kepada pihak Otoritas Jasa

Keuangan, dan Otoritas lainnya tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR. 4. Laporan Tahunan BPR telah disampaikan kepada pihak independen sesuai

ketentuan dan nantinya akan disajikan pada website PT. BPR CIPATUJAH JABAR.

5. BPR telah mempublikasikan Laporan tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi secara tepat waktu di papan pengumuman BPR dan di media cetak.

(19)

16

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

BAB III

TRANSPARANSI DALAM PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

5.1. Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

Dewan komisaris dan Direksi PT. BPR CIPATUJAH JABAR tidak memiliki saham pada PT. BPR CIPATUJAH JABAR, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan Perusahaan lainnya.

5.2. Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

1. Hubungan Keuangan

a. Anggota Dewan Komisaris PT. BPR CIPATUJAH JABAR tidak memiliki hubungan keuangan dengan Pemegang Saham Pengendali;

b. Anggota Dewan Komisaris PT. BPR CIPATUJAH JABAR, tidak memiliki hubungan keuangan dengan Dewan Komisaris lainnya, Direksi, Pemegang Saham Pengendali dan dari Perusahaan pengendalinya adalah Dewan Komisaris lainnya dan/atau Direksi BPR; dan

c. Seluruh anggota Direksi PT. BPR CIPATUJAH JABAR tidak memiliki hubungan keuangan dalam hal menerima penghasilan, bantuan keuangan, atau pinjaman dari Pemegang Saham Pengendali.

2. Hubungan Keluarga

Seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPR berasal dari kalangan profesional, seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPR tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua berupa hubungan baik vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu dan ipar dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi BPR dan atau Pemegang Saham Pengendali.

5.3. Paket atau kebijakan Remunerasi dan Fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi

Paket atau kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi meliputi remunerasi dalam bentuk non natura seperti gaji, tunjangan tetap, asuransi, bonus, tunjangan THR, dan tunjangan tetap lainnya selama tahun 2017 sebesar Rp2.253 juta, terlihat pada tabel berikut ini :

(20)

17

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain

Jumlah Diterima dalam 1 Tahun Dewan Komisaris Direksi

Orang Nominal Orang Nominal

Remunerasi dalam

bentuk non natura (gaji dan penghasilan tetap

lainnya, asuransi

jabatan, bonus,

tunjangan tetap lainnya)

2 Rp.698 Juta 2 Rp.1.414 Juta

Fasilitas lain dalam bentuk natural (fas. tidak

tetap lainnya,

perumahan,

transportasi, asuransi kesehatan dll) yang tidak dapat diuangkan

2 Rp.31 Juta 2 Rp.110 Juta

Jumlah anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang menerima paket remunerasi dalam satu tahun yang dikelompokkan dalam kisaran tingkat penghasilan sebagai berikut :

Jumlah Renumerasi per Orang dalam 1 tahun*) Jumlah Jumlah

Direksi Komisaris

Di atas Rp 2 miliar - -

Di atas Rp 1 miliar s.d 2 miliar - -

Di atas Rp 500 juta s.d 1 miliar 2 Orang -

Rp 500 juta ke bawah 1 Orang 2 Orang

5.4. Share Option

Tidak terdapat opsi untuk membeli saham oleh anggota dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif yang dilakukan melalui penawaran saham atau penawaran opsi saham dalam rangka pemberian kompensasi yang diberikan kepada anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif BPR dan yang telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan/atau Anggaran Dasar BPR.

(21)

18

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

5.5. Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah

Perbandingan gaji tertinggi dengan gaji terendah Komisaris, Direksi dan Pegawai disajikan per posisi 31 Desember 2017 adalah sebagai berikut :

a. Rasio gaji Komisaris yang tertinggi dan terendah = 1,25 x b. Rasio gaji Direksi yang tertinggi dan terendah = 1.25 x c. Rasio gaji pegawai yang tertinggi dan terendah = 5,45 x d. Rasio gaji Direksi tertinggi dan Komisaris tertinggi = 2.00 x e. Rasio gaji Direksi tertinggi dan Pegawai tertinggi = 2,41 x Secara rinci adalah sebagai berikut :

Tinggi Rendah

1 Komisaris yang tertinggi dan Terendah 11.793 9.434 1,25 2 Direksi yang tertinggi dan terendah 23.585 18.868 1,25 3 Pegawai yang tertinggi dan terendah 9.801 1.800 5,45 4 Direksi tertinggi dan Komisaris tertinggi 23.585 11.793 2,00 5 Direksi tertinggi dan pegawai tertinggi 23.585 9.801 2,41

No Jabatan Gaji/bulan Posisi Desember 2017 Rasio (x)

(dalam ribuan rupiah)

5.6. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

a. Rapat Dewan Komisaris telah diatur dalam ketentuan internal Dewan Komisaris; dan

b. Pelaksanaan Rapat Dewan Komisaris telah dituangkan dalam Risalah Rapat.

5.7. Jumlah Penyimpangan Internal (internal Fraud)

Tidak ada penyimpangan/kecurangan Internal BPR yang dilakukan oleh Pengurus dan/ atau para Pegawai BPR, baik yang berkaitan dengan simpanan dana masyarakat atau penyalahgunaan kredit di PT. BPR CIPATUJAH JABAR selama tahun 2017.

(22)

19

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017 satuan Internal Fraud

Tahun

sebelumnya Tahun lapor

Tahun

sebelumnya Tahun lapor

Tahun

sebelumnya Tahun lapor

Tahun

sebelumnya Tahun lapor

Total fraud 0 0 0 0 0 0 0 0 Telah diselesaikan 0 0 0 0 0 0 0 0 Dalam proses penyelesaian di internal BPR 0 0 0 0 0 0 0 0 Belum diupayakan penyelesaian 0 0 0 0 0 0 0 0 Telah ditindaklanjuti melalui proses hukum 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah kasus yang dilakukan oleh dalam 1 tahun

Direksi Dewan Komisaris Pegawai tetap Pegawai tidak tetap

5.8. Permasalahan Hukum

Tidak ada permasalahan hukum secara perdata atau pidana yang dihadapi oleh PT. BPR CIPATUJAH JABAR, baik yang berkaitan dengan penyalahgunaan kredit atau simpananan dana masyarakat.

satuan

Perdata Pidana

Telah Selesai (telah mempunyai

ketetapan Hukum) 0 0

Dalam proses Penyelesaian 0 0

Total 0 0

Permasalahan Hukum Jumlah

5.9. Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan

Tidak ada transaksi yang mengandung benturan kepentingan dikarenakan BPR juga senantiasa berupaya agar benturan kepentingan tidak terjadi pada pengurus BPR dan atau kalangan Pegawai BPR.

5.10.Pemberian Dana untuk kepentingan Sosial dan Kegiatan Politik

a. Pemberian dana sosial dan bantuan sosial kepada kepada pihak-pihak tertentu dilakukan oleh PT. BPR CIPATUJAH JABAR selama tahun 2017 sebesar Rp.316.501.650,- (Tiga ratus enam belas juta lima ratus satu ribu enam ratus lima puluh rupiah) dan saldo s.d Tahun 2017 sebesar Rp.556.489.037,- (Lima ratus lima puluh enam juta empat ratus delapan puluh Sembilan ribu tiga puluh tujuh rupiah) dengan perincian antara lain adalah :

1. Bantuan pembangunan sarana dan prasarana ibadah umat muslim di wilayah kecamatan Cipatujah, Kecamatan Rancah, dan Kecamatan Cisaga,

(23)

20

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

Kecamatan Ciamis, Kecamatan Bojongasih, Kecamatan Bojonggambir sebesar Rp.154.421.600,- (Seratus lima puluh empat juta empat ratus dua puluh satu ribu enam ratus rupiah).

2. Bantuan kepada masyarakat tidak mampu di wilayah Kecamatan Cipatujah dan Kecamatan Bojonggambir sebesar Rp.31.291.000,- (Tiga puluh satu juta dua ratus sembilan puluh satu ribu rupiah).

3. Bantuan Pembuatan atau pemeliharaan sarana dan prasarana umum di wilayah Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Tambaksari, Kecamatan Sodonghilir, Kecamatan Bantarkalong, Kecamatan Bojongasih, dan Kecamatan Bojonggambir sebesar Rp.69.239.050,- (Enam puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh sembilan ribu lima puluh rupiah).

4. Bantuan Pembuatan atau pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di wilayah Kecamatan Karangnunggal dan Kecamatan Bojonggambir sebesar Rp.34.050.000,- (Tiga pulu empat juta lima puluh ribu rupiah). 5. Bantuan dalam rangka kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya di wilayah

Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cikalong, dan Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp.12.000.000,- (Dua belas juta rupiah).

6. Bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana alam di wilayah Kecamatan Cipatujah dan Kecamatan Culamega sebesar Rp.15.500.000,- (Lima belas juta lima ratus ribu rupiah).

b. Tidak terdapat pemberian untuk kepentingan politik yang dilakukan oleh pihak PT. BPR CIPATUJAH JABAR.

(24)

21

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

BAB IV

KESIMPULAN UMUM SELF ASSESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Dari hasil penilaian sendiri (self-assessment) atas Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR, ditarik kesimpulan bahwa Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR memperoleh peringkat 2,77 (dua koma tujuh puluh tujuh) atau “Cukup Baik”. Adapun dasar pertimbangannya adalah karena Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

secara umum telah dilaksanakan, namun masih banyak juga yang belum dilaksanakan secara optimal, sebagaimana dapat dilihat di bawah ini :

1. Ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang persyaratan Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi serta Integritas, Kompetensi dan Reputasi Keuangan Dewan Komisaris maupun Direksi dapat dipenuhi oleh BPR.

2. Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen.

3. Direksi telah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada pemegang saham melalui RUPS.

4. BPR telah membuat pembagian tugas Direksi yang ditetapkan dalam RUPS, sehingga Direksi dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif.

5. Dewan Komisaris telah melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien yang dapat menjadi acuan rekomendasi Dewan Komisaris kepada Direksi.

6. Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris yang bersifat strategis selalu dimusyawarahkan, hanya pengungkapan dissenting opinion belum sepenuhnya diungkapkan.

7. BPR telah memiliki kebijakan, system, dan prosedur mengenai benturan kepentingan akan tetapi diharapkan tidak ada transaksi yang mengandung benturan kepentingan. 8. BPR telah menunjuk Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan dan Pejabat

Eksekutif Pelaksana Fungsi Kepatuhan, diharapkan penerapan Good Corporate Governance (GCG) kedepan akan lebih fokus dan terarah.

9. BPR telah memiliki Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Audit Intern dan telah memiliki pedoman dan prosedur Audit Intern.

10. BPR telah meningkatkan mutu dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) Audit Internal hanya belum dilakukan secara berkala.

11. Audit Internal melaporkan pelaksanaan hasil audit kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan.

12. Tidak ada permasalahan hukum secara perdata atau pidana baik dari internal maupun dari sisi eksternal seperti debitur atau nasabah BPR.

13. Adanya transparansi keuangan maupun non keuangan.

14. BPR telah memiliki Rencana Strategis dalam bentuk Rencana Bisnis Bank yang telah disusun secara periodik yang sesuai dengan Visi Misi BPR.

(25)

22

Laporan Pelaksanaan GCG PT. BPR CIPATUJAH JABAR Tahun 2017

10. BPR telah melaporkan seluruh kewajiban pelaporan kepada Otoritas Jasa keuangan atau lembaga lain yang terkait dalam rangka Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.

Demikian Laporan ini disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Tasikmalaya, 23 April 2018 PT. BPR CIPATUJAH JABAR H. AMAR SUMARNA Komisaris Utama IMAN DERMAWAN Direktur Utama

(26)

Profil BPR

Nama BPR* PT. BPR CIPATUJAH JABAR

Alamat BPR* JL. RAYA CIPATUJAH RT/RW 009/003 CIPATUJAH, KAB. TASIKMALAYA

Posisi Laporan* Desember, 2017

Modal Inti BPR* Total Aset BPR*

Bobot Faktor BPR A

*) wajib diisi oleh BPR

Pengisian Faktor Tata Kelola BPR

Pengisian Indikator SEMPURNA

Terisi 106

Belum terisi 0

Sebelum Penerapan Manajemen Risiko Setelah Penerapan Manajemen Risiko

Nilai Komposit 2,77 Nilai Komposit 2,49

Predikat Komposit Cukup Baik Predikat Komposit Cukup Baik

Lihat Kertas Kerja Lihat Kertas Kerja

Cetak Laporan Cetak Laporan

Cetak Hasil Penilaian Cetak Hasil Penilaian

Rp34.434.518 Rp240.940.800 Penjelasan Umum

Mulai

PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR

Tata Cara Pengisian

(27)

Faktor 1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Faktor 2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Faktor 3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite Faktor 4 Penanganan Benturan Kepentingan

Faktor 5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Faktor 6 Penerapan Fungsi Audit Intern Faktor 7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern

Faktor 8 Penerapan Manajemen Risiko Termasuk Sistem Pengendalian Intern Faktor 9 Batas Maksimum Pemberian Kredit

Faktor 10 Rencana Strategis BPR

Faktor 11 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan

(28)

Tabulasi Pengisian Indikator pada 11 Faktor Tata Kelola BPR

Faktor Indikator Terisi Indikator Belum Terisi

1 19 0 2 18 0 3 5 0 4 3 0 5 13 0 6 13 0 7 5 0 8 12 0 9 5 0 10 6 0 11 7 0 Total 106 0

(29)

No Kriteria / Indikator Skala Penerapan Keterangan Skor

I. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi (Wajib diisi oleh BPR) 1 SB Sangat Baik

A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S) 2 B Baik

1.

BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Jumlah anggota Direksi paling sedikit 3 (tiga) orang, dan salah satu anggota Direksi bertindak sebagai Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.

BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Jumlah anggota Direksi paling sedikit 2 (dua) orang, dan salah satu anggota Direksi bertindak sebagai Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.

2

Jumlah anggota Direksi telah sesuai dengan ketentuan OJK dan salah satu

Direksi membawahkan Fungsi Kepatuhan

3 CB Cukup Baik

2.

Seluruh anggota Direksi bertempat tinggal di kota/kabupaten yang sama, atau kota/kabupaten yang berbeda pada provinsi yang sama, atau kota/kabupaten di provinsi lain yang berbatasan

langsung dengan kota/kabupaten pada provinsi lokasi Kantor Pusat BPR. 1 Kabupaten Tasikmalaya, Jawa BaratSemua Direksi bertempat tinggal di 4 KB Kurang Baik

3.

Anggota Direksi tidak merangkap jabatan pada Bank, Perusahaan Non Bank dan/atau lembaga

lain (partai politik atau organisasi kemasyarakatan). 1 Semua Direksi tidak merangkap jabatan pada Bank, Perusahaan non Bank dan/atau Lembaga lain.

5 TB Tidak Baik

4.

Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai dengan

derajat kedua dengan sesama anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris. 1 Direksi tidak terdapat hubungan keluarga dengan Direksi dan Komisaris

5

Direksi tidak menggunakan penasihat perorangan dan/atau penyedia jasa profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan yaitu untuk proyek yang bersifat khusus yang dari sisi karakteristik proyeknya membutuhkan adanya konsultan; telah didasari oleh kontrak yang jelas meliputi lingkup pekerjaan, tanggung jawab, produk yang dihasilkan, dan jangka waktu pekerjaan, serta biaya; dan perorangan dan/atau penyedia jasa profesional adalah pihak independen yang memiliki kualifikasi untuk proyek yang bersifat khusus dimaksud.

2

Direksi tidak menggunakan penasihat perorangan dan/atau penyedia jasa

profesional sebagai konsultan

6

Seluruh anggota Direksi telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat melalui RUPS termasuk perpanjangan masa jabatan Direksi telah ditetapkan oleh RUPS sebelum

berakhir masa jabatannya. 1

Direksi telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan OJK serta telah di tetapkan

oleh RUPS B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)

7

Direksi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen dan tidak memberikan

kuasa umum yang dapat mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas. 3 Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen 8

Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Pejabat Eksekutif yang ditunjuk sebagai auditor intern, auditor ekstern, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan

dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. 3

Temuan Audit Intern atau Ekstern ditindaklanjuti

WAJIB DIISI OLEH BPR DENGAN BOBOT FAKTOR A, B, C, DAN D

(30)

9

Direksi menyediakan data dan informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan tepat waktu kepada

Dewan Komisaris. 2 Direksi menyediakan data & informasi yg

lengkap, akurat, terkini, dan tepat waktu

10

Pengambilan keputusan rapat Direksi yang bersifat strategis dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.

3 Setiap keputusan Direksi yang bersifat strategis dimusyawarahkan

11

Direksi tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.

3 Direksi tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi/keluarga

12

Anggota Direksi membudayakan pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang perbankan dan perkembangan terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi antara lain dengan peningkatan keikutsertaan pegawai BPR dalam pendidikan/pelatihan dalam rangka pengembangan kualitas individu.

3

Direksi telah membudayakan pembelajaran, pengembangan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan dan in

house training.

13

Anggota Direksi mampu mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, antara lain pemahaman atas ketentuan mengenai prinsip

kehati-hatian. 3

Direksi cukup mampu mengimplentasikan kompetensinya

dalam pelaksanaan tugas.

14 Direksi memiliki dan melaksanakan pedoman dan tata tertib kerja anggota Direksi yang palingsedikit mencantumkan etika kerja, waktu kerja, dan peraturan rapat. 3 Direksi telah memiliki pedoman dan tata tertib kerja C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)

15

Direksi mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui

RUPS. 2 Direksi telah mempertanggungjawabkan

Pelaksanaan Tugas melalui RUPS 16

Direksi mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai mengenai kebijakan strategis BPR di

bidang kepegawaian. 3 Direksi telah dan sedang melakukan Sosialisasi Kebijakan Strategis Kepegawaian kepada seluruh pegawai 17

Hasil rapat Direksi dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik, termasuk pengungkapan secara jelas dissenting opinions yang terjadi dalam rapat Direksi, serta

dibagikan kepada seluruh Direksi. 3

Hasil rapat selalu didokumentasikan, hanya dissenting opinion blm sepenuhnya diungkap secara jelas

18

Terdapat peningkatan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan anggota Direksi dan seluruh pegawai dalam pengelolaan BPR yang ditunjukkan antara lain dengan peningkatan kinerja BPR, penyelesaian permasalahan yang dihadapi BPR, dan pencapaian hasil sesuai ekspektasi stakeholders.

3

Terdapat peningkatan kompetensi Direksi dan Karyawan sehingga ada peningkatan kinerja khususnya dibidang

supporting

19

Direksi menyampaikan laporan penerapan Tata Kelola pada Otoritas Jasa Keuangan, Asosiasi BPR di Indonesia, dan 1 (satu) kantor media atau majalah ekonomi dan keuangan sesuai

ketentuan. 3

BPR telah menyampaikan Laporan Tata Kelola kepada OJK, PERBARINDO, PERBAMIDA, dan di website bank CiJ

(31)

No Kriteria / Indikator Skala Penerapan Keterangan Skor

II. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris (Wajib diisi oleh BPR) 1 SB Sangat Baik

A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S) 2 B Baik

1.

BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50 M: Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 3 (tiga) orang.

BPR dengan modal inti kurang dari Rp50 M: Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 2 (dua) orang.

2 Jumlah Dekom telah sesuai dengan

ketentuan OJK 3 CB Cukup Baik 2. Jumlah anggota Dewan Komisaris tidak melampaui jumlah anggota Direksi sesuai ketentuan. 2 Jumlah Dekom telah sesuai dengan ketentuan OJK

3.

Seluruh anggota Dewan Komisaris telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat melalui RUPS. Dalam hal BPR memperpanjang masa jabatan anggota Dewan Komisaris, RUPS yang menetapkan perpanjangan masa jabatan anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum berakhirnya masa jabatan.

2

Seluruh Dewan Komisaris telah mengikuti Uji Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat

melalui RUPS

4 KB Kurang Baik

4.

Paling sedikit 1 (satu) anggota Dewan Komisaris bertempat tinggal di provinsi yang sama atau di kota/kabupaten pada provinsi lain yang berbatasan langsung dengan provinsi lokasi Kantor Pusat BPR.

1

Dewan Komisaris berada di wilayah Provinsi yang sama dengan lokasi

BPR

5 TB Tidak Baik

5.

BPR memiliki Komisaris Independen:

a.Untuk BPR dengan modal inti paling sedikit Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah) paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen.

b. Untuk BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah), paling sedikit satu anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.

*)BPR dengan modal inti kurang dari Rp 50.000.000,00(lima puluh milyar rupiah) diberikan skala penerapan Baik (nilai 2)

2 BPR memiliki modal inti kurang dari Rp.50 Milyar

6. Dewan Komisaris memiliki pedoman dan tata tertib kerja termasuk pengaturan etika kerja,waktu kerja, dan rapat. 3 Dewan Komisaris telah memiliki pedoman dan tata tertib kerja 7.

Dewan Komisaris tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 2 (dua) BPR atau BPRS lainnya, atau sebagai Direksi atau pejabat eksekutif pada BPR, BPRS

dan/atau Bank Umum. 2

Dewan Komisaris tidak rangkap jabatan

8.

Mayoritas anggota Dewan Komisaris tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai

dengan derajat kedua dengan sesama anggota Dewan Komisaris atau Direksi. 2

Dewan Komisaris tidak memiliki hubungan keluarga sampai derajat

ke 2 dengan Direksi

WAJIB DIISI OLEH BPR DENGAN BOBOT FAKTOR A, B, C, DAN D

(32)

9.

Seluruh Komisaris Independen tidak ada yang memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lain, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

2 Dewan Komisaris telah sesuai dengan ketentuan OJK

B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)

10

Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab serta memberikan nasihat kepada Direksi, antara lain pemberian rekomendasi atau

nasihat tertulis terkait dengan pemenuhan ketentuan BPR termasuk prinsip kehati-hatian. 3

Dewan Komisaris memberikan rekomendasi melalui persetujuan keputusan-keputusan yang dibuat

Direksi

11

Dalam rangka melakukan tugas pengawasan, Komisaris mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BPR.

3

Dewan Komisaris melaksanakan tugas pengawasan dan evaluasi

kajian dan telaahan setiap Semester dan Tahunan yg disampaikan pada forum RUPS

Tahunan

12

Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BPR, kecuali dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR dan hal-hal lain yang ditetapkan dalam

peraturan perundangan dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan. 2

Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan

operasional

13

Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan audit intern, audit ekstern, hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya

antara lain dengan meminta Direksi untuk menyampaikan dokumen hasil tindak lanjut temuan. 3

Setiap temuan audit intern dan ekstern sudah ditindaklanjuti

hanya belum optimal

14

Dewan Komisaris menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal dan menyelenggarakan Rapat Dewan Komisaris paling sedikit 1 (satu)

kali dalam 3 bulan yang dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris. 3

Dewan Komisaris telah menyediakan waktu untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dan menyelenggarakan rapat

15

Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris yang bersifat strategis telah dilakukan

berdasarkan musyawarah mufakat atau suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.

3

Dewan Komisaris selalu musyawarah dalam mengambil

keputusan

16

Anggota Dewan Komisaris tidak memanfaatkan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.

3 Dewan Komisaris mematuhi ketetapan RUPS

(33)

17

Anggota Dewan Komisaris melakukan pemantauan terhadap laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan yang memerlukan

tindak lanjut Direksi. 3

Dewan Komisaris melakukan pemantauan terhadap Direksi yang

membawahi fungsi kepatuhan hanya belum optimal

C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)

18

Hasil rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik dan jelas, termasuk dissenting opinions yang terjadi jika terdapat perbedaan pendapat,

serta dibagikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris. 3

Hasil musyawarah sudah dituangkan dalam risalah rapat

(34)

No Kriteria / Indikator Skala Penerapan Keterangan Skor

III. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite (bagi BPR yang memiliki modalinti > Rp 80 miliar) (Wajib diisi oleh BPR) 1 SB Sangat Baik

A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S) 2 B Baik

1. BPR telah memiliki Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko dengan anggota Komite sesuaiketentuan. 0 3 CB Cukup Baik

B. Proses Penerapan Tata Kelola (P) 4 KB Kurang Baik

2. Komite Audit melakukan evaluasi terhadap penerapan fungsi audit intern. 0 5 TB Tidak Baik 3. Komite Pemantau Risiko melakukan evaluasi terhadap penerapan fungsi manajemen risiko. 0

4. Dewan Komisaris memastikan bahwa Komite yang dibentuk menjalankan tugasnya secara efektifantara lain telah sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja. 0

C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)

5. Komite memberikan rekomendasi terkait penerapan audit intern dan fungsi manajemen risikokepada Dewan Komisaris untuk tindak lanjut kepada Direksi BPR. 0

Catatan :

Pada faktor ini, BPR dengan bobot faktor A, B, dan C memberikan skala penerapan 0 untuk setiap kriteria/indikator.

Penerapan WAJIB DIISI OLEH BPR DENGAN BOBOT FAKTOR D

(35)

No Kriteria / Indikator Skala Penerapan Keterangan Skor

IV. Penanganan Benturan Kepentingan (Wajib diisi oleh BPR) 1 SB Sangat Baik

A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S) 2 B Baik

1.

BPR memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang mengikat setiap pengurus dan pegawai BPR termasuk administrasi, dokumentasi dan

pengungkapan benturan kepentingan dimaksud dalam Risalah Rapat. 3

BPR telah memiliki kebijakan, sistem dan

prosedur mengenai benturan kepentingan

3 CB Cukup Baik

B. Proses Penerapan Tata Kelola (P) 4 KB Kurang Baik

2.

Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR,

atau tidak mengeksekusi transaksi yang memiliki benturan kepentingan tersebut. 3

Belum pernah terjadi benturan kepentingan

5 TB Tidak Baik

C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)

3. Benturan kepentingan yang dapat merugikan BPR atau mengurangi keuntungan BPR diungkapkan dalam setiap keputusan dan telah terdokumentasi dengan baik. 3 benturan kepentinganBelum pernah terjadi

Penerapan WAJIB DIISI OLEH BPR DENGAN BOBOT FAKTOR A, B, C, DAN D

(36)

No Kriteria / Indikator Skala Penerapan Keterangan Skor

V. Penerapan Fungsi Kepatuhan (Wajib diisi oleh BPR) 1 SB Sangat Baik

A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S) 2 B Baik

1.

BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan memenuhi persyaratan paling sedikit untuk:

a. tidak merangkap sebagai Direktur Utama;

b. tidak membawahkan bidang operasional penghimpunan dan penyaluran dana; dan c. mampu bekerja secara independen.

BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan tidak menangani penyaluran dana.

2

Direksi yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan tidak menangani penyaluran dana

3 CB Cukup Baik

2.

Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan perbankan.

3

Direksi yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan telah memahami Peraturan OJK dan

Perundang-undangan Perbankan 4 KB Kurang Baik

3.

BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Pelaksanaan fungsi kepatuhan dilakukan dengan membentuk satuan kerja kepatuhan yang independen terhadap satuan kerja atau fungsi operasional.

BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Pelaksanaan fungsi kepatuhan dilakukan dengan menunjuk Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan independen terhadap satuan kerja atau fungsi operasional.

3

BPR telah menunjuk Pejabat Eksekutif sebagai pelaksana

Fungsi Kepatuhan

5 TB Tidak Baik

4

Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan menyusun dan/atau mengkinikan pedoman kerja, sistem, dan prosedur kepatuhan.

3

Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan telah menyusun dan

mengkinikan pedoman kerja, sistem, dan prosedur kepatuhan

5

BPR memiliki ketentuan intern mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab bagi satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan.

3

BPR telah memiliki ketentuan mengenai tugas, wewenang dan

tanggung jawab bagi Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan

WAJIB DIISI OLEH BPR DENGAN BOBOT FAKTOR A, B, C, DAN D

(37)

B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)

6

Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan BPR telah memenuhi seluruh peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain termasuk penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa

Keuangan dan otoritas lainnya. 3

Direksi yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan menetapkan

langkah-langkah dalam memastikan seluruh SOP, operasional BPR, dan Laporan sesuai dengan POJK dan otoritas

lainnya

7

Anggota Direksi yang membawahkan Fungsi Kepatuhan melakukan upaya untuk mendorong terciptanya budaya kepatuhan BPR antara lain melalui sosialisasi dan pelatihan ketentuan

terkini. 4

Direksi yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan telah membudayakan kepatuhan kepada setiap unit kerja, hanya

belum optimal

8

Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan memantau dan menjaga kepatuhan BPR terhadap seluruh komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan termasuk melakukan tindakan pencegahan apabila terdapat kebijakan dan/atau keputusan Direksi BPR

yang menyimpang dari ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan. 4

Direksi yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan belum memantau, menjaga kepatuhan, memenuhi komitmen yang dibuat

BPR ke OJK

9

Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan BPR telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan

perundang-undangan. 4

Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan belum melakukan pemeriksaan atau review terhadap

seluruh SOP serta kesesuaian aturan ekternal atas kegiatan

usaha yang dilakukan BPR

10

Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan melakukan reviu dan/atau merekomendasikan pengkinian dan penyempurnaan kebijakan, ketentuan, sistem maupun prosedur yang dimiliki oleh BPR agar sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan.

4

Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan belum melakukan

reviu dan/atau

merekomendasikan pengkinian dan penyempurnaan kebijakan,

ketentuan, sistem maupun prosedur yang dimiliki oleh BPR

Referensi

Dokumen terkait

10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan

Dari hasil penelitian tersebut rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan pelvic rocking dengan birthing ball adalah 5.07 yang berarti tingkat nyerinya sedang hal

SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan Dewan

10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan

SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan Dewan

10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan

SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan Dewan

10 SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan