• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KESESUAIAN MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI PADA BUKU TEKS BIOLOGI SMA KELAS X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KESESUAIAN MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI PADA BUKU TEKS BIOLOGI SMA KELAS X"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS TINGKAT KESESUAIAN MATERI KEANEKARAGAMAN

HAYATI PADA BUKU TEKS BIOLOGI SMA KELAS X

Umi Salamah

1

,

Rufa Hera

2

dan

Khairil Hadi

3 1

STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. NasionalKuala Tuha Lamie Kec. Tripa Makmur Kab. Nagan

Raya Email:umisalamah141097@gmail.com

2

STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat, Email:hrufa@ymail.com.

3

STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec.

Meureubo Kab. Aceh Barat, Email: herilbio@yahoo.co.id

ABSTRAK :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian materi pada buku teks biologi kelas X dengan Kopetensi Dasar pada materi Keanekaragaman Hayati. Desain penelitian menggunakan penelitian analisis deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah buku Biologi SMA kelas X, sumber data yang digunakan adalah 1 buku teks biologi SMA kelas X yang diterbitkan oleh Masmedia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yag telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati dengan Kopetensi Dasar pada buku teks biologi yang ditinjau dari aspek kualitas materi dan kesesuaian materi dengan Kopetensi Dasar diperoleh sesuai dengan persentase dari aspek kesesuain 85% .

Kata Kunci : Materi, Buku teks Biologi, Kopetensi Dasar

PENDAHULUAN

Pada pelaksanaan pendidikan dibutuhkan beberapa faktor pendukung, salah satunya sumber belajar. Salah satu bentuk sumber belajar yang dapat digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah buku teks pelajaran. Buku teks sebagai sumber belajar utama memiliki peranan penting dalam membantu siswa untuk memahami materi pelajaran (Herayana et al., 2020). Inipun dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 2013, bahwa buku teks adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar sehingga buku teks pelajaran harus disusun dengan benar mengacup ada Kompetensi Inti dan Kopetensi Dasar.(Adi Setiawan. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

(2)

2

berbasis kompetensi, diharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value) serta nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain dan bangsa lain di dunia, sehingga bisa bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global (Syamsu, 2020). Hal ini dimungkinkan jika implementasi kurikulum 2013 benar-benar dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter (Hera et al., n.d.)

Adapun pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik. Penyelenggaraan proses pembelajaran merupakan tugas utama seorang pendidik dimana pendidik bertugas dalam membelajarkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan (Syamsu, 2020)

Beberapa studi di Indonesia yang membahas mengenai kesesuaian isi materi pada buku teks terhadap kurikulum, telah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti dengan merujuk pada aspek tertentu. Melihat data hasil penelitian terdahulu ternyata masih ada ketidak sesuaian materi pada buku teks, yaitu di dalam penelitian Handoko dan Sipahutar (2016) ditemukan beberapa kesalahan pada materi didalam buku teks biologi SMA kelas X kurikulum 2013 sebesar 10%. Ketidak sesuaian dalam bentuk lain juga ditemukan dalam penelitian Andriaty, Yusuf, danAmmi (2014) yaitu pada buku teks IPA SMP masih terdapat beberapa materi yang tidak sesuai dengan indicator pembelajaran. Peneliti terakhir yang melakukan telaah buku

teks yaitu Khumairo (2015) yang melakukan telaah tiga buku teks yaitu, terbitan Platinum, Grafindo dan Erlangga, ternyata dari hasil analisis ketiga buku teks tersebut, buku teks terbitan Erlangga menempati posisi terendah dari tingkat kesesuaian materi terhadap kurikulum.

Berdasarkan hasil survei di lapangan, didapat data penggunaan buku teks sebagai sumber utama dalam belajar pada siswa SMA kelas X di SMA Negeri 1 Meurebo mencapai 100%. Data ini memberikan alasan bahwa pentingnya kualitas suatu buku teks yang digunakan dalam pembelajaran yang mengacu pada kurikulum. kesesuaian buku teks mencangkup aspek kesesuaian materi dengan Standar Kelulusan, Kopetensi Inti, Kopetensi Dasar, kecukupanmateri, alokasi waktu, penerapan pendekatan saintifik dan penilaian autentik, tema, keterpaduan dengan berbagai mata pelajaran, dalam interaksi orang tua dan guru. Kualitas buku teks yang digunakan dalam proses pembelajaran juga akan menentukan kualitas kompetensi siswa. (Yusmium 2015)

Untuk mencapai Tujuan Pendidikan Nasional dengan kompetensi lulusan yang merata bagi siswa, maka dibutuhkan buku teks yang seragam. Namun data observasi di atas, menunjuk kan bahwa penggunaan buku teks dibeberapa SMA berasal dari berbagai penerbit, yaitu buku yang paling banyak digunakan adalah buku A yang diterbitkan oleh Masmedia. Ketentuan buku teks yang berkualitas sebenarnya sudah dapat diketahui dengan melihat revisi oleh Badan Standar

(3)

3

Nasional Pendidikan . Namun keterbatasan waktu dalam merevisi buku teks untuk dilakukan pencetakkan itu dapat menjadi factor masih terdapat kurang sesuainya buku teks terhadap kurikulum. Peran guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar seharusnya dapat memilih sumber belajar yang tepat untuk siswa di kelas melalui analasis buku teks terlebih dahulu. Namun ternyata data hasil observasi menunjukkan bahwa sebanyak (55,4%) guru belum melakukan analisis kesesuaian buku teks yang digunakan dengan Kopetensi Dasar, dan (44,4%) guru yang sudah melakukan analisis kesesuaian buku teks dengan Kopenti Dasar

Mengingat bahwa penggunaan buku teks biologi kelas X di SMA Negeri I Meureubo adalah buku Masmedia, selain itu juga bahwa masih ada guru yang belum melakukan analisis buku teks yang digunakan dalam proses belajar di kelas, maka perlu dilakukan analisis mengenai tingkat kesesuaian materi dengan Kopetensi Dasar kurikulum 2013. Peneliti tertarik untuk melakukan analisis tingkat kesesuaian materi dengan Kopetensi Dasar Kurikulum 2013pada buku teks biologi SMA kelas X di SMA Negeri 1 Meurebo. Bahasan penelitian ini yaitu, tingkat kesesuaian materi Keaneka

Ragaman Hayati pada buku teks dengan Kopetensi Dasar dalam kurikulum 2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Kesesuaian Materi Keaneka Ragaman Hayati Pada Buku Teks Biologi SMA Kelas X yang digunakan oleh SMA Negeri 1 meurebo merupakan jenis penelitian analisis konten deskriptif. Menurut Barelson ( dalam zuchdi,1993:1). Analisis konten adalah tekhnik analisis untuk menghasilkan deskripsi yang objektif, sistematik, dan bersifat kuantitatif mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi. Moleong (2017:220). Menyebut analisis konten sebagai kajian isi. Weber (dalam Moleong, 2007:220). Menjelaskan lebih lanjut bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku/dokumen.

Analisis konten mencangkup analisis pada tataran bentuk dan kedalaman isi materi dari objek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis konten deskriptif jadi tidak menyentuh kedalaman isi sampe aspek makna, karena aspek tersebut dikaji lebih lanjut dengan analisis konten inferensial

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua sampel buku teks Biologi SMA kelas X berbeda penerbit yang sudah menerapkan Kurikulum 2013. Buku yang digunakan diambil dari dua sampel buku yang paling banyak digunakan

guru dan siswa SMA dan satu sampel buku yang diambil dari pusat perbukuan. Dua sampel buku teks biologi SMA yang banyak digunakan di Kabupaten Aceh Barat adalah karangan “X” terbitan Masmedia tahun terbit 2013 (sebagai sampel buku kode A) dan

(4)

4

karangan “X” terbitan Erlangga tahun terbit 2013 (sebagai sampel buku kode B), penyusun menentukan konsep yang akan diteliti dari kedua buku tersebut. Konsep yang digunakan adalah “Keanekaragaman hayati”.

Analisis dilakukan dengan menganalisis isi buku teks biologi yang meliputi aspek konteks, aspek kompetensi, aspek pengetahuan, dan aspek sikap. Indikator aspek konteks meliputi konteks personal, lokal (nasional), dan global. Indikator aspek kompetensi meliputi menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah. Indikator aspek pengetahuan meliputi pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemik. Indikator aspek sikap meliputi minat terhadap sains, menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan, dan kesadaran terhadap isu lingkungan.

1. Analisis Tingkat Kesesuaian Materi Keanekaragaman Hayati pada Aspek Kompetensi

Analisis literasi sains pada aspek kompetensi memiliki tiga indikator, yakni menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah. Hasil analisis sampel buku teks Biologi SMA dari dua penerbit yang dianalisis tingkat kesesuaian materi keanekaragamanan hayati pada aspek kompetensi dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :

Gambar 1 Analisis Tingkat Kesesuaian pada Aspek Kompetensi

Berdasarkan gambar grafil 1 di atas menjelaskan bahwa indikator pada aspek kompetensi yang ditemukan dalam kedua buku teks Biologi SMA yang dianalisis memiliki jumlah persentase yang berbeda tiap indikatornya. Berdasarkan gambar 4.3 pada indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah diketahui penerbit A memiliki persentase tertinggi, karena banyak memuat pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat pengetahuan konten yang sesuai dalam situasi tertentu dan menggunakannya untuk menafsirkan dan memberikan penjelasan terhadap fenomena yang menarik. Sedangkan buku yang memiliki persentase yang terendah adalah pada buku terbitan B, karena sedikit memuat indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah.

Indikator aspek kompetensi selanjutnya adalah mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah. Diketahui penerbit A memiliki persentase tertinggi, karena memuat kegiatan pengamatan yang menuntun siswa untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan observasi dan eksperimen baik di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan persentase terendah pada indikator ini adalah pada buku terbitan B, karena sedikit memuat

(5)

5

indikator mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah.

Indikator selanjutnya pada aspek kompetensi adalah menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah pada penerbit B memiliki jumlah persentase terbesar, karena buku tersebut memuat tugas dan kegatan yang menuntun siswa untuk dapat menganalisis dan menafsirkan data dan menarik kesimpulan dengan tepat. Sedangkan persentase terendah pada indikator ini didapat oleh buku terbitan A, karena didalam buku tersebut tidak memuat indikator menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah.

Analisis Tingkat Kesesuaian Materi Keanekaragaman Hayati pada Aspek Pengetahuan

Analisis literasi sains pada aspek pengetahuan memiliki tiga indikator, yakni pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemik. Hasil analisis sampel buku teks Biologi SMA dari tiga penerbit yang dianalisis tingkat kesesuaian materi keanekaragamanan hayati pada aspek pengetahuan dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini :

Gambar 2. Analisis Tingkat Kesesuaian pada Aspek Pengetahuan

Berdasarkan gambar 2 di atas menjelaskan bahwa pada indikator pengetahuan konten berada pada peringkat yang paling banyak ditemukan pada tiga buku teks Biologi yang dianalisis, karena memuat banyak konsep ilmiah penting atau teori utama yang memiliki kegunaan berjangka panjang. Berdasarkan gambar 4.4 pada indikator pengetahuan konten diketahui penerbit A memiliki persentase tertinggi, karena buku tersebut memuat pengetahuan yang memiliki relevansi dengan situasi kehidupan nyatadan merupakan konsep ilmiah penting atau teori utama yang memiliki kegunaan berjangka panjang. Sedangkan persentase terendah

diraih oleh buku terbitan B, karena lebih sedikit memuat indikator pengetahuan konten yang ada didalam buku.

Indikator aspek pengetahuan selanjutnya adalah pengetahuan prosedural. Diketahui penerbit B memilliki persentase tertinggi, karena buku tersebut memuat banyak kegiatan yang mendukung dalam pengetahuan konsep dan prosedur yang digunakan dalam penyelidikan ilmiah. Sedangkan yang memiliki persentase terendah adalah penerbit A, karena sedikit memuat indikator pengetahuan prosedural yang ada didalam buku.

Indikator aspek pengetahuan berikutnya adalah pengetahuan epistemik diketahui penerbit B memiliki persentase yang terbesar, karena memuat klaim ilmiah yang didukung penalaran dalam sains yang merupakan penjelasan mengenai keyakinan akan kebenaran suatu fenomena ilmiah. Sedangkan persentase terendah dimiliki oleh penerbit A,

(6)

6

karena didalam buku tersebut sedikit memuat indikator pengetahuan epstemik.

Analisis Tingkat Kesesuaian Materi Keanekaragaman Hayati pada Aspek Sikap

Analisis pada aspek sikap memiliki tiga indikator, yakni minat terhadap sains, menilai

pendekatan ilmiah untuk penyelidikan, dan kesadaran terhadap isu lingkungan. Hasil analisis sampel buku teks Biologi SMA dari tiga penerbit yang dianalisis tingkat kesesuaian literasi sains pada aspek sikap dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini : ambar 3. Analisis Tingkat Kesesuaian pada Aspek Sikap

Berdasarkan gambar 3 di atas menjelaskan bahwa pada indikator kesadaran terhadap isu lingkungan memiliki jumlah persentase yang terbesar karena indikator tersebut paling banyak ditemukan pada tiga buku teks Biologi yang dianalisis. Berdasarkan gambar 4.5 pada aspek sikap, indikator minat terhadap sains yang memiliki persentase tertinggi adalah pada buku terbitan B, karena didalam buku memuat kalimat yang menggambarkan motivasi untuk tertarik terhadap sains, dan kesediaan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dan keterampilan tambahan, menggunakan berbagai sumber daya dan metode. Sedangkan

yang memiliki persentase terendah adalah pada buku terbitan A, karena tidak ditemukan indikator tersebut dalam buku yang dianalisis.

Indikator selanjutnya adalah indikator menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan, diketahui penerbit A dan tidak ditemukan indikator tersebut dalam buku sehingga ketiga buku tersebut memiliki persentase yang sangat rendah.

Berdasarkan indikator kesadaran terhadap isu lingkungan pada penerbit A memiliki persentase tertinggi, karena dalam buku tersebut memuat wacana tentang kesadaran terhadap isu lingkungan saat ini, serta perhatian terhadap lingkungan dan kehidupan yang keberlanjutan. Sedangkan persentase terendah pada indikator kesadaran terhadap isu lingkungan, dimiliki oleh penerbit B, karena didalam buku tersebut sedikit memuat indikator kesadaran terhadap isu lingkungan.

Analisis Tingkat Kesesuaian Materi Keanekaragaman Hayati Pada Semua Aspek

Analisis tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati memiliki empat aspek, yakni aspek konteks, aspek kompetensi, aspek pengetahuan, dan aspek sikap. Hasil analisis sampel buku teks Biologi SMA dari dua penerbit yang dianalisis tingkat kesesuaian materi keanekaragamanan hayati pada keempat aspek tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(7)

7

Gambar 4. Analisis Tingkat Kesesuaian Materi Keanekaragamanan Hayati Berdasarkan gambar 4 di atas analisis pada

kedua buku biologi kelas X kurikulum 2013, diketahui aspek pengetahuan memiliki persentase tertinggi, karena banyak penjelasan mengenai fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori utama mengenai materi keanekaragaman hayati didalam buku. Sedangkan yang memiliki persentase terendah adalah pada aspek sikap, karena sedikit memuat indikator tersebut dalam buku yang dianalisis. Hasil rekapitulasi analisis sampel buku teks Biologi SMA dari dua penerbit yang dianalisis tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati pada keempat aspek tersebut

1. Validasi materi

Tabel 2. Validasi ahli materi 2. Validasi media

3. Validasi bahasa

PEMBAHASAN

Analisis tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati yang dilakukan pada buku teks Biologi SMA kelas X yang berbeda penerbit, yakni penerbit A dan penerbit B yang sudah menerapkan kurikulum 2013 pada materi keanekaragaman hayati. Kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis komponen yang terdiri dari empat aspek terkait yang meliputi aspek konteks, aspek kompetensi, aspek pengetahuan, dan aspek sikap (OECD, 2013).

1. Analisis pada aspek konteks memiliki tiga indikator atau ruang lingkup, yakni konteks personal, konteks lokal/nasional, dan konteks global. Diantara ketiga indikator aspek konteks ini semuanya saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, karena pada indikator personal ini memuat konteks situasi nyata pada isi buku yang meliputi

(8)

8

wacana/soal/pertanyaan/tugas terkait sains yang melibatkan diri sendiri (siswa) dan keluarga. Kemudian pada indikator lokal/nasional memuat konteks situasi nyata pada isi buku yang meliputi wacana/soal/pertanyaan/tugas sains yang terjadi/terdapat di suatu lingkungan atau daerah tertentu di Indonesia. Sedangkan pada indikator lokal memuat konteks situasi nyata pada isi buku yang meliputi wacana/soal/pertanyaan/tugas sains yang terkait pada kehidupan lintas negara (luar Indonesia) dan kehidupan di alam semesta. Oleh karena itu, diantara ketiga indikator aspek konteks ini harus memiliki proporsi yang seimbang dalam buku teks. Berikut adalah contoh dari indikator konteks pada buku penerbit A contohnya “Perhatikan gambar-gambar berikut. Apa yang anda ketahui tentang keanekaragaman hayati yang ada di Bumi ini ?”.

Gambar 5. Indikator konteks personal (Berbagai jenis keanekaragaman hayati)

Indikator konteks lokal/nasional merupakan situasi nyata pada wacana/soal/pertanyaan/tugas terkait sains yang terjadi/terdapat di suatu lingkungan atau daerah tertentu di Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan, indikator konteks

lokal/nasional memiliki persentase tertinggi karena didalam buku yang dianalisis memuat banyak materi keanekaragaman hayati di Indonesia yang membahas tentang situasi nyata yang ada di wilayah Indonesia. Indikator konteks lokal/nasional memiliki dua bidang pembahasan dalam buku yang dianalisis, yakni pada bidang pembahasan sumber daya alam, dan kualitas lingkungan.

2. Aspek kompetensi menurut PISA (OECD, 2013) merupakan proses kognitif yang melibatkan penalaran induktif/deduktif, berpikir kritis dan terpadu, mengkonstruk pemaparan berdasarkan data, dan menggunakan matematika. Aspek kompetensi meliputi kemampuan menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, serta menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah. Berdasarkan hasil analisis, pada indikator menjelaskan fenomena secara ilmiah, diketahui penerbit B memiliki persentase tertinggi, karena banyak memuat pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat pengetahuan konten yang sesuai dalam situasi tertentu dan menggunakannya untuk menafsirkan dan memberikan penjelasan terhadap fenomena yang menarik.

3. Berikut adalah contoh indikator kompetensi, yaitu:

(9)

9

Gambar 5. Indikator Kompetensi 4. Aspek pengetahuan merupakan sebuah

pemahaman mengenai fakta-fakta, konsep-konsep dan penjelasan teori yang membentuk pengetahuan ilmiah. Terdapat tiga indikator pada aspek pengetahuan, yakni pengetauan konten, pengetahuan procedural, dan pengetahuan epistemik. Berdasarkan analisis, penerbit A memiliki persentase yang paling tinggi, karena isi buku tersebut memuat banyak indikator aspek pengetahuan yakni pengetahuan konten, pengetahuan

5. prosedural dan pengetahuan epistemik. Aspek pengetahuan ini lebih menekankan pada pengetahuan informasi dari hasil produk pemikiran para ilmuwan yang meliputi fakta, konsep, prisip, hukum, teori, model dan hipotesis (Chiappetta & Koballa 2010). Pada dimensi ini peneliti mengkaji teks paragaraf yang masuk kategori fakta, konsep, prinsip, model, hukum, teori dan hipotesis sains (biologi) serta pertanyaan dan diskusi yang berkaitan dengan materi. Dari ketiga buku yang dianalisis ketiganya lebih menekankan pengetahuan/informasi sains dalam isi materinya dan yang paling banyak muncul adalah kategori fakta, konsep dan model sains (biologi). Berikut adalah contoh dari indikator pengetahuan, yaitu:

Gambar 6. Indikator Pengetahuan 6. Aspek sikap merupakan seperangkat

sikap terhadap sains diidentifikasi dengan rasa ketertarikan pada sains dan teknologi, menilai pendekatan ilmiah terhadap penyelidikan yang tepat, dan persepsi serta kewaspadaan terhadap isu lingkungan. Sikap terhadap sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk mengembangkan pengetahuan sains

7. lebih lanjut, mengejar karir dalam sains, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. Kemampuan sains seseorang memuat sikap-sikap tertentu seperti kepercayaan, termotivasi, pemahaman diri, dan nila-nilai (Zuriyani, 2012). Terdapat tiga indikator pada aspek sikap, yakni minat pada sains dan teknologi, menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan, dan kesadaran lingkungan. Indikator aspek sikap yang kedua adalah menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan. Indikator ini meliputi komitmen terhadap bukti sebagai dasar keyakinan terhadap penjelasan mengenai alam, komitmen terhadap pendekatan ilmiah untuk

(10)

10

penyelidikan yang tepat, keyakinan pada bukti empiris sebagai dasar keyakinan rasional, dan apresiasi dan dukungan untuk penyelidikan ilmiah. Pada indikator menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan pada penerbit A dan B tidak ditemukan indikator tersebut dalam buku yang dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua buku cenderung lebih menekankan penyajian materi yang berupa pengetahuan sains. Secara umum, buku yang dianalisis banyak menyajikan aspek pengetahuan yakni menyajikan pemahaman mengenai fakta-fakta, konsep-konsep, dan penjelasan teori yang membentuk pengetahuan ilmiah.

Aspek pengetahuan menjadi aspek yang banyak muncul karena dalam penulisan buku teks pelajaran para penulis dan penerbit lebih menekankan pada pengetahuan sains seperti konsep, fakta, prinsip sains sebagai informasi yang harus diketahui dan dipahami siswa dan sedikit dalam peningkatan proses berpikir siswa, (Udeani, 2013). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Abdulkarim (2007) tentang analisis buku teks dan implikasinya dalam memberdayakan ketrampilan berpikir siswa SMA menunjukkan bahwa buku teks yang ada belum memberikan stimulus dan kemudahan pada siswa ke arah pemahaman dan peningkatan proses berpikir kadar tinggi. Pada

umumnya buku teks tersebut hanya sampai pada unsur data, fakta, dan konsep yang bersifat umum, belum pada hal yang bersifat khusus, aktual, dan kontektual dengan kadar kompetensi taksonomi yang tinggi.

Aspek konteks dalam buku analisis banyak menjelaskan mengenai makhluk hidup yang merupakan kajian utama dalam buku Biologi serta peranannya di dalam kehidupan sebagai sumber daya alam utama yang membentuk kehidupan lainnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran Biologi yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang meliputi aspek hakikat Biologi dan proses yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup dan alam sekitar (Hamid, 2011).

Secara umum, pada buku yang dianalisis kurang melibatkan siswa dalam mengembangkan aspek kompetensi dan aspek sikap, hal ini sesuai dengan penelitian An-nisa (2015) dimana aspek kompetensi dan aspek sikap memiliki persentase yang rendah pada buku yang dianalisisnya. Menurut Zuriyani (2012), aspek kompetensi merupakan proses kognitif yang melibatkan penalaran induktif/deduktif, berpikir kritis dan terpadu, mengkonstruk pemaparan berdasarkan data, dan menggunakan matematika. Dengan demikian, tingkat kesesuaian materi tidak membutuhkan pengetahuan konsep dan teori saja

(11)

11

melainkan juga pengetahuan prosedur umum dan praktek yang membentuk dasar pemikiran ilmiah dan teknologi (Hayat, 2010). Hal ini penting karena setiap orang perlu menggunakan informasi ilmiah untuk melakukan pilihan yang dihadapinya setiap hari, terutama yang melibatkan IPTEK (Zuriyani, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Adisedjaja (2007) diketahui pula bahwa buku ajar harus dipilih berdasarkan kepada integritas atau hakikat sains dan literasi sains, karena masih ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat, miskonsepsi, dan memerlukan konsepsi alternatif.

Tujuan utama pendidikan sains adalah membantu siswa mengembangkan minatnya terhadap sains. Menurut An-nisa (2015) sikap terhadap sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk terus mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek sikap ini berhubungan dengan dampak sains dan teknologi pada masyarakat dimana akan membantu manusia atau malah merusak lingkungan dan berdampak negatif pada manusia. Aspek ini menunjukkan bagaimana manusia berperan dalam perkembangan sains dan teknologi begitu juga sebaliknya bagaimana sains dan teknologi membantu

menyelesaikan persoalan manusia, (Campbell, 2010).

Keempat aspek penilaian dalam tingkat kesesuaian materi yang meliputi aspek konteks, aspek kompetensi, aspek pengetahuan, dan aspek sikap tersebut menuntut siswa untk dapat menjelaskan konteks berupa fenomena nyata dan menggunakan pengetahuan sains yang dimiliki oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa sangat berkaitan dengan konsep-konsep sains. Hal ini menjadi sangat potensial agar fenomena tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk memperkaya pemahaman siswa mengenai konsep sains yang sedang diajarkan dan dapat menarik minat siswa terhadap pembelajaran sains, (OECD, 2013).

Buku teks pelajaran sebagai bahan ajar dan sumber informasi yang banyak digunakan guru dan siswa seharusnya menyajikan aspek dalam isi bukunya, karena buku teks pelajaran merupakan salah satu variabel penting dalam keberhasilan pembelajaran. Buku teks sains merupakan peralatan pokok dalam pendidikan, merupakan faktor kritis dalam pembangunan dan menyediakan sebuah kesempatan untuk pembelajaran yang kekal. Setelah menyelesaikan pendidikan formal, setiap individu akan tetap mengikuti sains,

(12)

12

sebagian besar melalui membaca seperti laporan media. (Penney et. al, 2003)

Sebagian besar, buku teks Biologi tidak menyatukan 4 rangkaian aspek satu sama lain yang bisa menunjukkan sifat sains secara menyeluruh, dan konten sains dipisahkan dari sifat sains yang digunakan oleh ilmuwan untuk mengembangkan ide-ide dan teori-teori. Menurut Adisendjaja (2010) menyatakan bahwa bagian teks tidak hanya harus memuat konten Biologi tapi juga harus memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelidiki sendiri, memahami peranan penting dari Biologi dalam masyarakat kita, dan menggambarkan cara yang dilakukan oleh ilmuwan pada urusan mereka dalam mengembangkan pemahaman pelajaran tertentu.

Aspek-aspek dalam buku seharusnya disajikan secara seimbang pada empat aspek tersebut yaitu aspek konteks, aspek kompetensi, aspek pengetahuan dan aspek sikap pada isi/materi buku. Dalam hal ini, buku yang dianalisis sudah menyediakan seluruh aspek, dengan demikian telah merefleksikan walaupun proporsinya tidak seimbang karena hanya salah satu aspek yang mendominasi di dalamnya, yaitu aspek pengetahuan. Keseimbangan keempat aspek dalam isi/materi buku akan mengakibatkan tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati dapat meningkat, yang juga dapat meningkatkan mutu pedidikan siswa, (Ariningrum, 2013).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa analisis tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati pada buku teks biologi SMA kelas X di SMA Negeri 1 Mereubo dilihat dari empat aspek, yaitu: aspek konteks, aspek kompetensi, aspek pengetahuan, dan aspek sikap. Dalam hal ini, buku yang dianalisis sudah menyediakan seluruh aspek, dengan demikian telah merefleksikan walaupun proporsinya tidak seimbang karena hanya salah satu aspek yang mendominasi di dalamnya, yaitu aspek pengetahuan. Keseimbangan keempat aspek dalam isi/materi buku akan mengakibatkan tingkat kesesuaian materi keanekaragaman hayati dapat meningkat, yang juga dapat meningkatkan mutu pedidikan siswa.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan yaitu; Bagi guru Buku yang diteliti dapat digunakan dalam proses pembelajaran pada materi keanekaragaman hayati karena materi yang diteliti pada buku tersebut sudah memenuhi aspek yang dituntut dalam kompetensi dasar. Bagi Siswa perlu disiapkan dalam segi mental dan fisik dalam menerima suatu materi pembelajaran. jika siswa sendiri belum siap dalam menerima pembelajaran, maka hal ini dapat menghambat pembelajaran. Bagi peneliti materi pada buku yang sudah diteliti dapat menjadi referensi dalam memilih sumber belajar ketika mengajar disekolah.

(13)

13

Hadi, K. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Terintegrasi Pendidikan Karakter Melalui Model PBL Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA Se-Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Bionatural.

Perdana. 2013 Pengembangan Buku Digital Interaktif (BUDIN) Berbasis Adobe Creative Suite Pada Materi Genetika DI SMK. Semarang Juli 2013

Priyanto SH. 2012. Kriteria Baku Buku Ajar. Makalah disampaikan

padaWorkshopPenulisan Buku Ajar

Dosen Kopertisi VI. UKSW. Salatiga 31 Mei– 1 Juni 2012

Hera, R., Pendidikan, F. S.-E. J. I., & 2020, undefined. (n.d.). Edunesia : Jurnal Ilmiah Pendidikan Educational Research in Indonesia. Edunesia.Org. https://edunesia.org/index.php/edu

Herayana, Hadi, K., & Syamsu, F. D. (2020). Pengembangan Modul Biologi Berbasis Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA Negri Kaway XVI.

Jurnal Bionatural, 7(1), 61–74.

http://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/ bio/article/view/416

Syamsu, F. D. (2020). Pengembangan lembar kerja peserta didik berorientasi pembelajaran discovery learning untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Genta Mulia, 11(1), 65–79.

Gambar

Gambar  4.  Analisis  Tingkat  Kesesuaian   Materi  Keanekaragamanan  Hayati  Berdasarkan  gambar  4  di  atas  analisis  pada
Gambar 5.  Indikator konteks personal  (Berbagai jenis keanekaragaman hayati)

Referensi

Dokumen terkait

B Wisuda Akademi Manajemen Putra Jaya Yogyakarta Inseminator Butuh Pengalaman Lapangan Yang

Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwasanya baik secara bersamaan maupun secara sendiri – sendiri, ketiga variabel yaitu persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah,

mohon dikoreksi kembali karena ini kategori pekerjaan konstruksi bukan pengadaan barang,metode pengadaan juga seharusnya elelang pemilihan lngsung bukan elelang umum

Bab IV, Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS Tahun 1951-1985, merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan

Untuk mendesain program terpadu dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan berbasis kebutuhan masyarakat miskin, terdapat sepuluh instansi terkait terkait yaitu

Tujuan penerapan Kesrawan : melindungi sumberdaya hewan dari perlakuan orang atau badan hukum yang dapat mengancam kesejahteraan dan kelestarian hewan,

Cukup mudah untuk berjualan di Ekiosku.com Jual Beli Online Aman Menyenangkan tinggal klik menu "jadi penjual" saja dan isikan data diri anda, data kios yang akan

Analisis Buku Ajar Fisika Sma Kelas X Di Kota Bandung Berdasarkan Kategori Literasi Sains Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu..