• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Guru Di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Guru Di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBERDAYAAN GURU DI SMP MUHAMMADIYAH 4

SAMBI KABUPATEN BOYOLALI

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Oleh:

Ulfah Monitasari

Q100160124

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

(2)

2 i

(3)

3 ii

(4)
(5)

1

PEMBERDAYAAN GURU DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI KAPUBATEN BOYOLALI

ABSTRACT

The purpose of this research are: 1) To describe teacher empowerment from SMP Muhammadiyah 04 Sambi Boyolali and 2) To describe the empowerment of SMP Muhammadiyah 04 Sambi Boyolali teacher from self. Research conducted with descriptive approach kualiatatif. The research design was used with phenomenology at SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali, located on Jl. Bangak-Simo Km 4, Sambi, Boyolali District in November 2017 - January 2018. Informants involved directly, among others, teachers and principals with teachers of grade 7, grade 8, and class 9. Triangulation method to test the validity of data triangulation data in research this is obtained by using multiple data sources to collect the same data and data analysis techniques using interactive methods with the same data collection that is through interviews, observation and documents. The results showed that the empowerment of teachers in SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali has been done. Evidenced by planning, and implementation of training and delivery of teachers to attend training and advanced education conducted by the school in collaboration with principals and committees and related agencies. While for the empowerment of teachers independently in teaching and learning process in SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali not visible or can be done by the teacher concerned. This is evident from the opinion of teachers who ditokohkan or the most senior as Mr. Tobaroni who became the center of some teachers to give his opinion if you find difficulty in the problem of teaching and learning process.

Keywords: empowerment, teacher, junior high school

ABSTRAK

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan pemberdayaan guru dari instansi SMP Muhammadiyah 04 Sambi Kabupaten Boyolali dan 2) Untuk mendeskripsikan pemberdayaan guru SMP Muhammadiyah 04 Sambi Kabupaten Boyolali dari diri sendiri. Metode penelitian digunakan dengan metode kualiatatif. Desain penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali, yang terletak di Jl. Bangak-Simo Km 4, Sambi, Kabupaten Boyolali pada bulan November 2017– Januari 2018. Informan terdiri dari kepala sekolah dan guru kelas 7, kelas 8, dan kelas 9. Metode triangulasi untuk menguji validitas data digunakan beberapa sumber data yang sama. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif sedangkanmetode pengumpulan menggunakan metode wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan guru di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali telah terlaksana. Terbukti dengan perencanaan,

(6)

2

dan pelaksanaan pelatihan maupun pengiriman guru untuk mengikuti pelatihan maupun pendidikan tingkat lanjut yang dilaksanakan oleh sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah dan komite serta dinas terkait. Sedangkan untuk pemberdayaan guru secara mandiri dalam proses belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali dalam bentuk pelatihan guru yang dapat dilakukan oleh dirinya sendiri, berupa mengatasi persoalan saat proses pelaksanaan belajar mengajar. Hal itu terbukti dari pendapat guru yang ditokohkan atau yang paling senior seperti bapak Tobaroni yang menjadi pusat beberapa guru untuk memberikan pendapatnya jika menemui kesulitan dalam persoalan proses belajar mengajar.

Kata kunci: pemberdayaan, guru, SMP

1. PENDAHULUAN

Pemberdayaan adalah upaya membangun daya atau potensi manusia dengan upaya mendorong, memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya”. Pemberdayaan dalam hal ini mengandung arti memperkuat potensi atau daya serta berupaya untuk mengembangkan kemampuan profesionalitasnya.Dalam dunia pendidikan, pemberdayaan merupakan cara yang sangat praktisdanproduktif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari kepala sekolah (manajer), para guru dan para pegawai, guru sebagai bagian dari sumber daya sekolah memegang peranan yang sangat dominan dalam menentukan peningkatan mutu pendidikan, perlu diberdayakan semaksimal mungkin agar mencapai harapan dan tujuan pendidikan. SMP Muhammadiyah 04 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali merupakan salah satu sekolah yang dalam beberapa tahun terakhir sejak diberlakukannya kurikulum 2013 terus berupaya meningkatkan profesionalitas guru melalui program pemberdayaan guru yang dilakukan oleh sekolah, dalam hal ini kepala sekolah beserta para guru dan komite sekolah telah memiliki kesepakatan sesuai dengan misi dan visi yang telah dicanangkan yaitu untuk selalu memiliki profesionalitas dalam meningkatkan kemampuan sekolah serta meningkatkan prestasi sekolah melalui siswa yang berprestasi.Tanpa adanya guru dan segenap tenaga pendidik serta kinerja sekolah yang profesional tidak mungkin upaya meningkatkan prestasi sekolah akan tercapai, terutama hasil evaluasi

(7)

3

belajar siswa yang tiap tahun cenderung tidak ada peningkatan bahkan penurunan prestasi belajarnya yang disebabkan oleh berbagai faktor pastinya.

Salah satu indikator dari keberhasilan pemberdayaan guru, dalam hal ini evaluasi dari kepala sekolah adalah ditunjukkan dari produktivitas dan prestasi kerjanya yang semakin meningkat. Serta kemauannya dalam memberikan motivasi serta pelaksanaan kompetensi pembelajaran oleh guru yang bersangkutan dalam melaksanakan kegiatannya di sekolah.

Pemberdayaan memiliki dua kecenderungan yakni,pemberdayaan pada proses pemberian atau menjalankan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu agar lebih berdaya, proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Penekanan proses pemberdayaan meliputi stimulasi, dorongan, dan motivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya (Sedarmayanti, 2011:79).

Pemberdayaan merupakan salah satu aspek manajemen dalam mengoptimalkan sumber daya organisasi, sehingga mampu memberikan optimalisasi pada sistem dan kinerjanya. Untuk memperkuat daya atau potensi yang dimiliki diperlukan langkah-langkah nyata, program yang terarah dan menciptakan iklim yang kondusif. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menggerakan kekuatan, tenaga dan pengaruh terhadap orang lain sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan diperlukan pemberdayaan tenaga kependidikan secara optimal terutama dalam hal ini adalah seorang guru yang merupakan salah satu sumber daya yang perlu di kelola dan diberdayakan secara profesional guna meningkatkan mutu pendidikan. Pemberdayaan guru merupakan salah satulangkah dalam mengoptimalkan guru sehingga mampu memberikan kinerjanya dengan baik sampai akhirnya dapat mempersembahkan pelayanan yang lebih efektif dan efesien. Pemberdayaan guru dapat dilakukan melalui

(8)

4

penggerakan atau pengaktifan seluruh komponen atau potensi yang dimiliki oleh guru dengan memberikan kekuasaan dan kewenangan yang seluas-luasnya sehingga dapat menunjang produktivitas kerja guru.

Tujuan pemberdayaan guru pada dasarnya adalah untuk memperbaikikeefektifan kerja organisasi sekolah, dimana melalui proses pemberdayaan ini guru mempunyai kebebasan dalam pelaksanaan tugas, tanggung jawab, serta dalam pengambilan keputusan, sehingga guru dapat lebih berkarya dengan inisiatif dan kreatifitasnya dalam mengembangkan mutu organisasi sekolah.

Faktor-faktor yang memungkinkan terhadap penilaian dan keberhasilan prestasi kerja guru dengan adanya program pemberdayaan guru oleh sekolah dirumuskan dalam satu permasalahan yaitu: 1) Bagaimana pemberdayaan guru dari instansi SMP Muhammadiyah 04 Sambi Kabupaten Boyolali?, dan 2) Bagaimana pemberdayaan guru SMP Muhammadiyah 04 Sambi Kabupaten Boyolali dari diri sendiri? Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan pemberdayaan guru dari instansi SMP Muhammadiyah 04 Sambi Kabupaten Boyolali dan 2) Untuk mendeskripsikan pemberdayaan guru SMP Muhammadiyah 04 Sambi Kabupaten Boyolali dari diri sendiri.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualiatatif. Maksudnya adalah penelitian kualitatif mengacu pada suatu maksud atau arti, konsep-konsep, definisi, karakteristik, simbol-simbol, dan deskripsi dari berbagai hal. Dalam penelitian ini metode penelitian kualitatif digunakan untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.Desain penelitian digunakan dengan fenomenologi, pokok kajian yang tampak sebagai subjek penelitian, akan tetapi terbebas dari subjektivitas peneliti. Kemudian peneliti mereduksi dan memurnikan sehingga akan mendapatkan gambaran fenomena yang sesungguhnya.

(9)

5

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali, yang terletak di Jl. Bangak-Simo Km 4, Sambi, Kabupaten Boyolali pada bulan November 2017 – Januari 2018. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari informan yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Yang terlibat sebagai informan dalam penelitian ini adalah guru, kepala sekolahuntuk memperoleh gambaran tentang peran guru kelas sebagai fasilitator siswa di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali. Peneliti tidak mengubah lapangan sehingga kondisi lapangan apa adanya. Kehadiran peneliti dimaksudkan adalah peneliti mendatangi guru kelas 7, kelas 8, dan kelas 9, serta kepala sekolah untuk menggali data penelitian sehingga pertanyaan penelitian dapat terjawab sesuai kebutuhan penelitian.

Dalam penelitian ini, menggunakan dua macam triangulasi yaitu data triangulation (triangulasi data) dan metode triangulasi (triangulation metode). Data triangulation digunakan untuk menguji validitas data triangulasi data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama yaitu melalui sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan dokumen serta arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksudkan. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik/metode pengumpulan data yang berbeda untuk pengumpulan data yang sama yaitu melalui wawancara, observasi dan dokumen.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemberdayaan Guru di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali

Pengelolaan manajemen sumberdaya manusia di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali berdasarkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh sekolah telah sesuai dengan manajemen mutu yang diterapkan melalui manajemen berbasis sekolah. Manajemen sumberdaya manusia memungkinkan tujuan sekolah dapat tercapai dengan lebih efisien dan efektif. Dengan sumber daya yang memiliki kemampuan yang setara antara satu dengan yang lain, dalam hal ini secara personil

(10)

6

yaitu antara guru, staff, dan kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah jika dilakukan secara baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Karenanya, manajemen yang bagus akan memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik. Seperti halnya pelatihan -pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru atau mengirim secara personalia guru untuk diberikan pelatihan atas nama sekolah ke suatu lembaga atau pendidikan untuk guru yang lebih tinggi.

Tanggung jawab pendidikan bukan mutlak berada di pundak sekolah, namun tanggung jawab pendidikan berada di tangan sekolah, pemerintah, wali murid dan masyarakat. Keempat, meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. Di era globalisasri dan zaman yang serba mudah ini menuntut sekolah mempunyai mutu yang berkualitas, karena sekolah yang tidak mengikuti perkembangan zaman dengan teknologi yang begitu canggih maka akan mati.

Manajemen tenaga pendidik di sekolah SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali merupakan suatu kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, dalam hal ini yang dimaksud adalah penentuan guru dan staf karyawan. Pelaksanaan manajemen tenaga pendidik di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali dilakukan dengan kegiatan recruitment yaitu dengan usaha mencari dan mendapatkan calon-calon guru dan staff yang memenuhi syarat sebanyak mungkin kemudian dipilih calon paling baik dan paling cakap.

Upaya yang dilakukan ini merupakan wujud dari adanya Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah untuk mendapatkan guru dan staf sebagai komponen sumber daya manusia yang nantinya akan bekerja di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali. Tenaga pendidik yang sudah diterima nantinya akan mendapatkan pembinaan dan pengembangan pegawai melalui pelatihan-pelatihan untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegawai.

(11)

7

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara berkenaan dengan pengelolaan sumber daya manusia secara mandiri dari sekolah tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan guru, karyawan, dan staff yang dilakukan oleh sekolah di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali adalah bentuk pemberdayaan mandiri yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia melalui pemberdayaan guru, baik berupa pelatihan maupun mengirim guru yang berpotensi untuk meningkatkan pendidikan lebih lanjut maupun dikirim dalam rangka mengikuti berbagai lomba dan seminar.

Sedangkan tentang pelaksanaan pemberdayaan oleh sekolah kepada itu sendiri diserahkan kepada masing-masing guru, pelaksana yaitu guru yang memiliki prestasi untuk mau dikursus tingkat lanjut atau dikirim untuk memenuhi tugas pelatihan tertentu.

Adapun evaluasi dan pengawasan pelaksanaan hasil pelaksanaan pelatihan maupun pendidikan yang telah dilakukan oleh guru dilakukan oleh kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bersangkutan yang mengontrol, dengan demikian di sekolah SMP Muhammadiyah 4 Sambi dalam pengelolaan sumberdaya manusia telah mengupayakan berbagai pengembangan pendidikan dan pelatihan dengan melakukan diversifikasi bentuk kegiatan pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah bagi guru.

Pemberdayaan dalam bidang kurikulum bagi guru, misalnya pelaksanaan kurikulum 2013 belum bisa dilaksanakan, masalahanya pelatihan yang dilakukan oleh dinas maupun sekolah dalam pelaksanaan kurikulum 2013 bagi guru pada tahun sebelumnya belum bisa maksimal. Sehingga kurikulum yang masih dipakai hingga saat penelitian ini dilakukan adalah kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP).

Sedangkan keterlibatan guru dalam pelaksanaan peralatan pendukung pembelajaran seperti penggunaan alat tulis sebagian guru ada yang membawa peralatan sendiri yang seharusnya disediakan oleh sekolah

(12)

8

seperti spidol untuk whiteboard maupun kapur tulis untuk blackboard. Hal itu dikarenakan kecukupan kebutuhan yang disediakan sekolah tidak mencukupi atau karena kebutuhan yang mendadak sehingga mereka malas untuk mengambil kapur di kantor TU sekolah.

Penerapan pelaksanaan pemerbadayaan guru yang dilakukan oleh sekolah dikondisikan dengan kemampuan guru, siswa dan masyarakat lingkungannya. Terbukti pada program semester yang disusun kepala sekolah dikondisikan dengan kemampuan guru dan siswa serta masyarakat lingkungannya. Buku-buku siswa dan pegangan guru yang dicatat dalam buku inventaris dan disimpan secara teratur di almari guru belum mencukupi sesuai jumlah siswa. Untuk menambah kekurangan yang ada kepala sekolah telah mengupayakan agar guru merangkum buku pelajaran dan hasilnya difotokopikan kepada para siswanya. Guru telah mampu mengalokasikan pembagian jam mengajar. Di samping mendapat tambahan jam pelajaran di luar jam yang ditetapkan dalam jadwal palajaran umum sekolah.

Pembinaan pengembangan kurikulum baik menyangkut materi, alat peraga, metode dan evaluasi dibahas tersendiri dalam forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang diselenggarakan setiap hari Selasa mulai pagi pukul 08.00 – 13.00 di Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali. Para guru membahas berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah masing-masing kemudian dipecahkan secara bersama-sama. Hal lain yang diselenggarakan di MGMP adalah sosialisasi kebijakan pendidikan.

Hasil penelitian oleh Searby dan Shaddix (2008), menunjukkan bahwa program kepemimpinan guru yang dikembangkan oleh sekolah Mountain Brooks diharapkan menjadi kebiasaan para guru dan staff baik itu dalam pembelajaran maupun pembelajaran di kelas terkait dengan profesionalitasnya sebagai tenaga pendidik pada sekolah, baik sebagai kepala sekolah atau seorang pengajar (pendidik). Dari penelitian tersebut

(13)

9

tersirat bahwa kepemimpinan pembelajaran itu tidak hanya fokus pada kepala sekolah, melainkan juga guru.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dari organisasi sekolah sudah semestinya bertanggung jawab terhadap pengelolaan pembelajaran yang terjadi pada instansinya. Dengan demikian, maksud dari kepemimpinan pembelajaran itu sendiri menurut pemahaman penulis adalah pembelajaran yang dipimpin oleh kepala sekolah yang dilaksanakan oleh guru. Sehingga arti dari kata kepemimpinan pembelajaran cenderung lebih memfokuskan pada guru dengan fungsi-fungsi sebagaimana kepala sekolah memimpin organisasi pembelajaran di sekolah.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yusparizal (2016), dalam pernyataannya bahwa sebuah hasil studi di negara-negara berkembang yang membuktikan bahwa guru memberikan kontribusi tertinggi dalam pencapaian prestasi belajar (36%), kemudian disusul manajemen (23%), waktu belajar (22%), dan sarana fisik (19%). Implikasinya adalah: apabila proses pembelajaran di sekolah berlangsung dengan kinerja guru yang tinggi, akan menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi pula. Desimone (2011) menambahkan bahwa guru yang terlibat aktif, fokus, dan positif memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap prestasi siswa. Dengan kata lain, guru yang positif dan fokus dalam mendidik siswanya akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga lulus sebagai lulusan yang berkualitas. Lulusan berkualitas tinggi akan memberikan efek yang luar biasa terhadap kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

Menurut Yamin dan Ansari (2009), pembelajaran adalah kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efisien terhadap komponen–komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, komponen– komponen tersebut antara lain guru, siswa, pembina sekolah, sarana prasarana dan proses pembelajaran. Di dalam pembelajaran terjadi proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(14)

10

Dalam hal ini berarti didalam pengelolaan manajemen di sekolah, bukan hanya tanggungjawab kepala sekolah saja, namun lebih dari itu adalah kerjasama antara pihak sekolah dan masyarakat pengguna sekolah seperti dikutip oleh Mulyadi (2011) bahwa di dalam proses belajar mengajar terdapat dua masalah yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas.

Konsep pemberdayaan guru dalam manajemen sekolah sebagai bagian dari fasilitator sekolah dalam meningkatkan mutu hasil belajar siswa, memiliki sejarah yang panjang, kompleks, dan multi-interpretasi tentang segala sesuatu yang harus dilakukan baik guru maupun sebagai kepala sekolah (Usman dan Raharjo, 2013). Pada tahun 1960, para guru meningkatkan mutu pembelajaran dengan melakukan observasi ke kelas -kelas. Pada 1970 ketika Amerika Utara, Inggris, dan Australia menerapkan sistem inspeksi terhadap pembelajaran, peranan kepala sekolah sangat ditekankan (Usman dan Raharjo, 2013).

Pemberdayaan guru merupakan suatu proses dimana guru menjadi mampu dalam berbagai hal dalam bidang keahliannya yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan guru yang bersangkutan. Bagi satuan pendidikan yang belum siap mengembangkan kurikulum, dapat menggunakan model kurikulum yang dikembangkan oleh BNSP. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya tetap perlu disesuaikan, dan diadaptasikan dengan kondisi sekolah, masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi yang berkembang pesat bersamaan dengan era globalisasi (Mulyasa, 2007:11).

3.2Pemberdayaan Guru di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali Secara Mandiri

Guru juga akan mendapatkan banyak manfaat jika mereka berbagi dengan guru lain tentang hasil refleksi pengajaran yang mereka laksanakan.

(15)

11

Dengan adanya tukar pikiran antar guru akan menghasilkan pengembangan wawasan yang baik tentang pengajaran. Selain itu, kegiatan ini juga akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri guru sehingga akan memberdayakan mereka dalam menemukan solusi terhadap tantangan yang mereka hadapi saat melaksanakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru didapatkan bahwa tidak semua guru memiliki kesempatan dan waktu yang cukup dala meningkatkan dan mengembangkan wawasannya secara personal. Guru dapat dikatakan mampu mengembangkan diri sendiri maupun meningkatkan kemampuannya dalam proses pelaksanaan belajar mengajar antara lain didapat dengan mampu menulis atau membuat tulisan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, selain itu juga mampu menganalisis serta melakukan evaluasi terhadap hasil belajar dan pembelajaran yang dilakukannya dan ataupun bekerjasama dengan guru lain dalam satu pelaksanaan pelatihan seperti peer-coaching, atau peer-mentoring sebagaimana dinyatakan oleh Yanoshak (2007) bahwa pelatihan guru secara mandiri bisa dilakukan dengan peer-mentoring (mengajari sesama guru) dan peer-coaching (melatih sesama guru). Kedua kegiatan ini mampu meningkatkan aspek pengajaran yang dilakukan guru. Untuk peer-mentoring, guru baru dipasangkan dengan guru yang sudah berpengalaman. Tujuan dari peer-mentoring ini adalah untuk memperkuat kemampuan mengajar guru baru (Yanoshak, 2007).

Namun kenyataan temuan di lapangan saat melakukan wawancara dengan beberapa guru, belum ada guru yang mampu melaksanakan kedua hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan di atas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru diungkapkan bahwa belajar secara mandiri yang dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan kemampuannya dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah.

Mengenai bentuk belajar mandiri guna meningkatkan kemampuan guru dalam memberdayakan diri sendiri untuk meningkatkan kualitas

(16)

12

kemampuan mengajarnya tidak semua guru melakukan studi lanjut. Namun, ada di antaranya yang memang telah memiliki prestasi dan jam kerja yang tinggi dengan sendirinya mampu menjadi tempat untuk belajar bagi guru yang lain. Seperti temuan di lapangan yang didapat dari hasil wawancara dengan bapak Tobaroni yang mengajar seni musik, yang mengatakan bahwa dia sering mendapat keluhan dari guru lain untuk mengatasi berbagai persoalan dalam setiap pelaksanaan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah.

Sparks (2013) memberikan pernyataan bahwa seluruh guru harus terus memperbaharui pengetahuan dan kemampuan mereka disepanjang karir mereka sebagai guru sebab ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat yang mensyaratkan guru untuk terus berkembang. Pemberdayaan guru menjadi sangat penting karena melalui pemberdayaan guru tersebut, para guru akan mendapatkan ide-ide baru tentang proses belajar mengajar dan para guru juga akan mempelajari teknik-teknik baru dalam mengajar. Hal ini akan berdampak positif karena guru yang telah dilatih untuk menggunakan berbagai teknik mengajar akan lebih cenderung untuk mengaplikasikan teknik-teknik mengajar tersebut terhadap siswa-siswanya (Chisman dan Crandall, 2007).

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (2012) disinyalir bahwa terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan adanya upaya pemberdayaan guru. Upaya pemberdayaan guru telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai program seperti penugasan studi lanjut bagi guru-guru yang belum sarjana (S1), Pemantapan Kerja Guru (PKG), dan sertifikasi guru yang dinilai sebagai titik awal peningkatan kualitas pembelajaran. Namun hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi.

Artinya program pemerintah ini belum mampu menyentuh seluruh elemen guru dan sertifikasi dinilai memiliki pengaruh rendah terhadap profesionalisme guru dan peningkatan mutu pembelajaran (Koswara, dkk.

(17)

13

2009). Kondisi ini memerlukan adanya pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan. Diperlukan langkah-langkah praktis yang mampu menyentuh seluruh elemen guru dan mudah diaplikasikan oleh guru dimana pun guru tersebut berada. Terkait dengan berbagai usaha pemberdayaan guru yang dilakukan oleh pemerintah, pada dasarnya ada satu prinsip kunci keberhasilan pemberdayaan guru.

Berdasarkan program tahunan visi dari SMP Muhammadiyah 4 Sambi yaitu: Prima dalam Pengetahuan dan Keterampilan, Unggul dalam Prestasi, Berwawasan Global, Berakar pada Budaya Bangsa, Berbudi Pekerti yang Luhur Berdasarkan Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan misinya adalah: 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bimbingan secara kontinyu, efektif dan efiesien. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi semua pemeluk agama, sesuai agama masing-masing. 3) Melaksanakan pembinaan bagi siswa potensial untuk berprestasi dalam lomba di tingkat kabupaten, regional, propinsi maupun nasional. 4) Melatih siswa dengan berbudi pekerti yang luhur serta berakhlak mulia dengan berlandaskan keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa. 5) Menciptakan kondisi yang kondusif untuk proses pendidikan dan pembelajaran. 6) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 7) Memenuhi sarana prasarana yang memadai untuk proses pembelajaran. 8) Melaksanakan pembinaan kecakapan hidup (life skill) sebagai keterampilan disamping ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. PENUTUP

1. Bahwa pemberdayaan guru di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali telah terlaksana. Terbukti dengan perencanaan, dan pelaksanaan pelatihan maupun pengiriman guru untuk mengikuti pelatihan maupun pendidikan tingkat lanjut yang dilaksanakan oleh sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah dan komite serta dinas terkait.

(18)

14

2. Bahwa pemberdayaan guru secara mandiri dalam proses belajar mengajar di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Boyolali dalam bentuk pelatihan guru yang dapat dilakukan oleh dirinya sendiri, berupa mengatasi persoalan saat proses pelaksanaan belajar mengajar. Hal itu terbukti dari pendapat guru yang ditokohkan atau yang paling senior seperti bapak Tobaroni yang menjadi pusat beberapa guru untuk memberikan pendapatnya jika menemui kesulitan dalam persoalan proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Chisman, F. P., dan Crandall, J. A.. 2007. Passing the torch: Strategies for innovation in community college ESL. New York: Council for Advancement of Adult Literacy.

Ellerani, Piergiuseppe a. & Gentile, Maurizio. 2013. The role of teachers as facilitators to develop empowering leadership and school communities supported by the method of cooperative learning. Procedia -Social and Behavioral Sciences 93 (2013) 12 – 17.

Glyn Thomas. 2011. Facilitator, teacher, or leader? Managing conflicting roles in outdoor education. La Trobe University, Bendigo, Australia.

Goodwin, Lin & Clare Kosnik. 2013.Quality teacher educators = quality teachers? Conceptualizing essential domains of knowledge for those who teach teachers, Teacher Development: An international journal of teachers' professional development, 17:3, 334-346.

Kadis. 2015. Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Tematik Saintifik Melalui Supervisi Klinis Pendekatan Humanistik Teknik Implant Bagi Guru Kelas IV Dabin I Gugus ”Sukarno-Hatta” Dinas Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 .jurnal.umk.ac.id/index.php

Katharina Sieberer-Nagler. 2016. Effective Classroom-Management & Positive Teaching. Pädagogische Hochschule Tirol, Institut für Elementar- und Primarpädagogik, Innsbruck, Austria. English Language Teaching; Vol. 9, No. 1; 2016.

Korpershoek, Hanke. Et. Al. 2014. Effective classroom management strategies and classroom management programs for educational practice. GION

(19)

15

onderwijs/onderzoek November 2014 Rijksuniversiteit, Grote Rozenstraat 3, 9712 TG Groningen.

Koutselini, Mary. 2015. Empowering Principals and Teachers to Develop Participatory Teacher Leadership in Cyprus: Toward a Meta-Modern Paradigm of Teacher and Pre service Teacher Development" In International Teacher Education: Promising Pedagogies (Part B) Published online: 24 Aug 2015; 71-87.

Lubis, Syakwan. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Kelas. Jurnal Demokrasi Vol. X No. 2 Th. 2011.

Moh. Uzer Usman. 2015. Meniadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E., 2007. Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution S,. 2012. Metode Research, Jakarta : Bumi Aksara. Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.

Nurhayati. et al. 2015. Kompetensi Profesional Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Bidangstudi Ips Pada Smp Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan 19 Pages ISSN 2302-0180 Universitas Syiah Kuala pp. 127 - 146 Volume 3, No. 3, Agustus 2015

Patton, Kevin;Parker, Melissa;Neutzling, Misti M. 2012. Tennis Shoes Required: The Role of the Facilitator in Professional Development Research Quarterly for Exercise and Sport; Dec 2012; 83, 4; ProQuest pg. 522 Prayitno. 2012. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP Universitas Negeri Padang. Puspayani, Desak Nyoman, 2012 Kontribusi sarana prasarana, layanan administratif, Kompetensi profesional guru Terhadap kepuasan belajar (studi tentang persepsi siswa SMA Negeri 1 Sukawati)pasca.undiksha.ac.id › Home › Vol 3, No 2 (2012)

(20)

16

Rahayu, Entin Fuji. 2015. Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik, 357-366. Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 24, Nomor 5, Maret 2015

Ratminto & Winarsih, Atik Septi. 2009. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rizvi, Meher. 2015. "Teacher Education Pedagogies Related to Preparing Preservice Teachers as Leaders in Pakistan" In International Teacher Education: Promising Pedagogies (Part B) Published online: 24 Aug 2015; 7-30.

Robinson, Laura M.. 2012. Expanding the Description of Facilitators of Adult Learning: Workplace Facilitator Teaching Styles, Theories of Action, And Perspectives of Teaching. A Dissertation. University of Missouri— Columbia.

Rokim, 2012. Implementasi manajemen kelas Dalam peningkatan efektivitas pembelajaran PAI. Jurnal Al Hikmah, Volume 2, Nomor 2, September 2012.

Rosas, C., & West, M. 2009. Teachers beliefs about classroom management: Pre-service and in Pre-service teachers’ beliefs about classroom management. International Journal of Applied Educational Studies, 5(1), 54–61.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran, Bandung: Mulia Mandiri Press. Salimudin. 2011. Supervisi Klinis, Alternatif Meningkatkan Kemampuan Guru

Kelas 3 dalam Pembelajaran Tematik. Jurnal Pendidikan Oktadika, Nomor 3, Tahun 2011, Hal. 33-42.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanusi, Ahmad. 2011. Etika Profesi Keguruan.Bandung: Alfabeta.

Sarjana. 2008. Manajemen Kelas dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Pengintegrasian Ranah Keimanan dan Ketaqwaan di SMP Negeri 3 Playen Kabupaten Gunungkidul. Tesis. Pasca UNY.

Sedarmayanti, 2011, Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja, Bandung: CV Mandar Maju.

(21)

17

Senia Utami, 2012. Hubungan antara persepsi terhadap peran guru sebagai fasilitator dalam rangka aplikasi KBK dengan motivasi belajar pada siswa kelas 2 SMUN 11 Bandung. Skripsi.

Siagian, Sondang P, 2011, Kiat Meningatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT. Rineka Cipta .

Smith and Lynch. 2010. Rethinking Teacher Education: Teacher education in the knowledge age. Sydney: AACLM Press.

Soango, Sintia. 2015. Rusmin, Husain., Dajani, Suleman. 2015. Peran Guru Mengelola Kelas Dalam Mengoptimalkan Pembelajaran Di Kelas IV SDN 36 Kota Selatan. Jurnal Sintia Soango 2015.

Sparks, S. 2013. Empowering Teachers: success for learners, (Online),(http://www.acme-uk.org/media/19381/etsflfullreport2014.pdf), diakses Tanggal 11 Maret 2018.

Sudjana, S HD. 2004. Manajemen Program Pendidikan, untuk

PendidikanNonformal, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,

FalahProduction, Bandung.

Syamsi, Ibnu. 2010. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya dalam Masyarakat. Jurnal Diklus., Vol. 4, No. 1, Maret 2010. Hal. 66-76.

Usman Husaini dan Rahardjo Nuryadin., 2013. Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Impelementasi Kurikulum 2013., Jurnal Publikasi, Yogyakarta: UNY.

Yusparizal, 2016, Enam Langkah Praktis dalam Pemberdayaan Guru, Jurnal Publikasi, Riau: UIN Sultan Syarif Riau.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dihasilkan nilai korelasi (r hitung ), maka untuk mengetahui masing- masing butir soal valid atau tidak valid akan dilakukan perbandingan antara r hitung dengan

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel kompetensi (Keahlian Teknis, Percaya Diri, Perhatian terhadap Kejelasan Tugas dan Ketelitian Kerja, Empati, dan

Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata di Kecamatan Cisarua cukup tinggi dan berada pada daerah pegunungan yang memiliki nilai ekologis tinggi sehingga untuk

Tujuan : Siswa mampu menjelaskan ciri-ciri, siklus hidup dan peranan tumbuhan paku bagi

kedua indeks sesuai dengan nilai yang ditetapkan berarti pola operasi irigasi yang. diterapkan sudah

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif yang cukup signifikan dari intensitas pemberian motivasi dan bimbingan belajar oleh orang tua terhadap

Adapun berbagai manfaat dari penerapan e-government ini antara lain: (1) Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholdernya; (2) Meningkatkan

Dan balik huruf N tadi, itu tadi cara memotong yang susah, lebih mudah dengan shape tool menurut saya, setelah itu kita akan membangun satu font dari potongan font lain, misalkan