• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FLUKTUASI HARGA BERAS DI SULAWESI SELATAN MARWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FLUKTUASI HARGA BERAS DI SULAWESI SELATAN MARWATI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FLUKTUASI HARGA BERAS

DI SULAWESI SELATAN

MARWATI

105961126016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS FLUKTUASI HARGA BERAS

DI SULAWESI SELATAN

MARWATI 105961126016

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Fluktuasi Harga Beras di Sulawesi Selatan adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(6)

vi

ABSTRAK

MARWATI, 105961126016 Analysis of Rice Price Fluctuations in South Sulawesi, under the guidance of AMRUDDIN and FIRMANSYAH

This study aims to determine the fluctuation of rice prices and the trend of rice price fluctuations in South Sulawesi

The research was carried out by the Province of South Sulawesi in November 2020. The selection of the research location was carried out deliberately with the consideration that the area is a rice or rice producer. The sampling technique in this study used secondary data (time series) for the last 3 years, from 2018 to 2020. This data uses the price of rice per month in South Sulawesi, where this data was obtained from the National Strategic Food Price Information Center The results of this study aim to determine the fluctuation of rice prices and the trend of rice prices in South Sulawesi which has decreased every month, due to the abundance of rice in the market and the occurrence of major harvests in various regions in South Sulawesi. The trend of regular and medium rice prices from 2018 to 2020 tends to decline, the graph of the analysis of developments (trend) only shows in one direction, namely the direction of the decline in decline, where the price of ordinary rice is IDR 11.441 / year and the price of medium rice is IDR 7.7671 / year.

(7)

vii

ABSTRAK

MARWATI, 105961126016 Analisis Fluktuasi Harga Beras Di Sulawesi Selatan, dibawah bimbingan AMRUDDIN dan FIRMANSYAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi harga beras dan trend fluktuasi harga beras di Sulawesi Selatan

Penelitian dilaksanakan Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan November 2020. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan penghasil padi atau beras. Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) selama 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020. Data ini menggunakan harga beras per bulan yang berada Sulawesi Selatan, dimana data ini diperoleh dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional.

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi harga beras dan trend harga beras di Sulawesi Selatan mengalami penurunan setiap bulannya, karena diakibatkan melimpahnya beras dipasaran serta terjadinya panen raya di berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Trend harga beras biasa dan medium pada tahun 2018 hingga 2020 cenderung menurun, grafik analisis perkembangan (trend) hanya menunjukkan ke satu arah saja, yaitu arah penurunan penurunan, dimana harga beras biasa Rp 11.441 /tahun dan harga beras medium Rp 7.7671/tahun.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Analisis Fluktuasi Harga Beras Di Sulawesi Selatan.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Amruddin S.Pt., M.Pd., M. Si. selaku pembimbing I dan bapak Firmansyah, S.P., M.Si. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk serta saran-saran yang sangat berarti dalam penulisan proposal ini.

2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua ayahanda Jumali dan ibunda Noro, kakaku Nurmi dan adikku tercinta Nurul serta segenap keluarga yang senantiasa memberi bantuan baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(9)

ix

5. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu bagi penulis.

6. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan semoga rahmat Allah senantiasa melindungi. Amin.

Makassar, 8 Juli 2020

Marwati 105961126016

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...………. 4

1.4 Kegunaan Penelitian ...……….. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ………6

2.1 Komoditas Beras ... 6 2.2 Fluktuasi Harga ... 8 2.3 Harga ... 11 2.4 Analisis Trend ... 12 2.5 Penelitian Terdahulu... 14 2.6 Kerangka Pemikiran ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

(11)

xi

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.5 Teknik Analisis Data ... 20

3.5 Definisi Operasional ... 21

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23

4.1 Keadaan Geografis ... 23

4.2 Keadaan Demografis ... 24

4.3 Keadaan Pertanian ... 26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Fluktuasi Harga Beras di Sulawesi Selatan ... 28

5.2 Trend Harga Beras Biasa dan Medium 2018-2020 ... 32

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Ringkasan Beberapa Penlitian Terdahulu yang Relevan ... 14 2. Jumlah dan pertumbuhan penduduk ... 25 3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 26

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1.Skema Kerangka Pemikiran ... 17

2.Grafik Fluktuasi Harga Beras biasa Dan Medium 2018 ... 29

3.Grafik Fluktuasi Harga Beras biasa Dan Medium 2019 ... 30

4.Grafik Fluktuasi Harga Beras biasa Dan Medium 2020 ... 31

5. Grafik Fluktuasi Harga Beras biasa Dan Medium 2018-2020 ... 32

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

1. Peta Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan ... 39

2. Hasil Analisis Harga Beras ... 40

3. Dokumentasi ... 42

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan kebutuhan dasar masyarakat Indonesia dan merupakan komoditas utama yang dihasilkan oleh petani pada umumnya. Kebutuhan beras di Indonesia mengalami peningkatan lebih dari 30 ton per tahun. Rata-rata pertumbuhan populasi dan tingkat konsumsi beras masih relatif tinggi. Oleh karna itu, peningkatan produksi beras untuk memenuhi kecukupan pangan merupakan tujuan penting yang hendak dicapai pemerintah. Beberapa kebijakan telah meningkatkan produktivitas dan produksi beras di dalam negeri m (Rasyid et al. 2016; Alam dan Effendy 2017).

Kondisi harga jual beras yang tinggi di pasar tidak berarti akan menguntungkan petani dan merugikan konsumen. Fakta di lapangan membuktikan masih banyak pedagang terutama penggilingan yang menekan petani menurunkan harga GKP di bawah HPP. Kemudian menjual beras dengan harga jauh lebih tinggi di pasaran, sehingga marjin atau kesengajan harga yang diterima petani dan terima konsumen sangat jauh. Pihak yang paling kondisi ini adalah penggilingan dan pedagang. Beberapa hal utama yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk menaikkan HPP didasarkan oleh inflasi dan harga bahan bakar minyak. Masalah ini sebenarnya telah diatasi dengan adanya kebijakan HPP dan operasi pasar oleh Perum Bulog yang terbukti mampu melindungi harga penjualan petani dan menurunkan

(16)

2

harga beras konsumen namun pada jenis beras tentu saja. kualitas beras yang diatur oleh HPP hanya didasarkan pada beras kualitas medium. Dampak, pengendalian harga beras melalui operasi pasar Bulog hanya maksimal dilakukan pada kualitas beras medium. Oleh karena itu, dampak pengendalian harga beras premium penting dilakukan untuk mempersiapkan produk beras premium Jawa Timur dari persaingan pasar tunggal ASEAN pada ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 yang mensyaratkan bahwa seluruh negara ASEAN Harus melalukan liberalisasi perdagangan, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan arus modal yang lebih bebas (Setyoaji, dkk, 2014).

Harga suatu komoditas adalah faktor yang sangat penting dalam ekonomi pasar karena mengkoordinasikan keputusan produsen dan konsumen dalam berperilaku di bawah kondisi yang bersaing sempurna (Brammer, et al, 2009). Setiap harga yang terbentuk seharusnya dapat memuaskan semua pelaku pasar, baik petani, pedagang, maupun konsumen (Rahmi dan Arif 2012).

Harga terbentuk untuk suatu komoditas merupakan hasil interaksi antara penawaran (penjual) dan permintaan (pembeli). Semakin banyak barang yang ingin dibeli akan meningkatkan harga, sementara semakin banyak barang yang akan dijual akan menurunkan harga. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku permintaan maupun penawaran dalam interaksi pembentukan harga. Namun, untuk komoditas pangan atau pertanian, pembentukan harga disinyalir lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran (supply shock) dibandingkan sisi permintaan (demand shock). Sisi penawaran lebih

(17)

3

berpengaruh karena sisi permintaan cenderung lebih stabil dibandingkan sisi penawaran yang mengikuti perkembangan trendnya (Jusar, dkk,2017)

Perubahan-Perubahan harga beras secara langsung biaya hidup rakyat, harga beras yang tidak stabil sangat merugikan rakyat baik yang hidup di kota maupun di pedesaan. Harga beras yang terlalu rendah merugikan para petani dan produsen dan dapat mengurangi motivasi para petani untuk meningkatkan produksi, sebaliknya harga beras yang terlalu tinggi atau meningkat terlalu cepat jelas merugikan konsumen. Semakin tinggi harga beras relatif terhadap harga barang lain maka semakin sedikit jumlah produk yang dijual ke pasar karena mampu untuk membeli barang lain dengan hanya menjual beras sejumlah itu. Sebaliknya semakin rendah harga beras barang lain yang dibutuhkan rumah tangganya.

Sulawesi Selatan merupakan salah satu dengan jumlah konsumsi beras sangat besar. Makanan pokok berupa nasi merupakan hal sulit untuk digantikan. Baerapapun harga beras yang ada di pasar, masyarakat akan tetap mengusahakan untuk membeli. Hal tersebut terjadi karena beras merupakan kebutuhan dasar untuk hidup. Masyarakat tentu menginginkan beras dengan kualitas terbaik. Namun, kemampuann masyarakat mendapatkan beras kualitas terbaik semakin berkurang dikarenakan harga yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat.

Dengan demikian jika harga beras relatif lebih rendah dari harga barang lain maka kemampuan rumahtangga petani untuk membeli barang lain menurun yang berarti pula menurun tingkat kesejahteraannya. Mengingat

(18)

hal-4

hal tersebut diatas maka senantiasa diusahakan agar harga-harga beras khususnya di Sulawesi Selatan tetap stabil. Fluktuasi harga dengan variasi yang besar merupakan suatu permasalahan sedangkan fluktuasi harga dengan variasi yang rendah merupakan suatu yang relatif terkendali. Pemerintah maupun masyarakat berkepentingan terhadap harga komoditas pangan yang (relatif) stabil.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana fluktuasi harga beras di Sulawesi Selatan? 2. Bagaimana trend harga beras di Sulawesi Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam Penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui fluktuasi harga beras di Sulawesi Selatan 2. Untuk mengetahui trend harga beras di Sulawesi Selatan 1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam Penelitian ini yaitu:

1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis suatu hal yang berkaitan dengan topik penelitian. 2. Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi untuk menyusun perencanaan dan pengambilan keputusan dalam upaya mengatasi masalah perberasan khususnya harga beras di masa yang akan datang.

(19)

5

dalam pembuatan laporan serta bahan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.

(20)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Beras

Beras merupakan gabah yang bagian kulitnya sudah digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta penyosoh. Gabah yang hanya terkelupas bagian kulit luar disebut beras pecah kulit. Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling. Tujuan penggilingan dan penyosohan beras adalah untuk memisahkansekam, kulit ari, katul dan lembaga endosperm beras, meningkatkan derajat putih dan kilap beras, menghilangkan kotoran dan benda- benda asing, serta dapat meminimalkan terjadinya beras patah pada produk akhir (Bulog,2016).

Definisi secara umum beras sesuai Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 menjelaskan beras biji-bijian yang berkulit, tidak berkulit , diolah atau tidak diolah yang berasal dari Oriza Sativa. Pada definisi ini beras mencakup gabah, beras giling, dan beras pecah kulit. Sedangkan definisi umum, beras merupakan bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisahkan dari sekam dan dedak atau bekatul Definisi (Kementan, 2015).

Secara biologi, beras merupakan bagian biji bagian biji padi yang terdiri dari aleuren, endospermae, dan embrio. Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit. Endospermae, sebagian besar pati dan protein beras. Embrio, calon tanaman baru dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan.

(21)

7

Beras adalah suatu bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia, beras juga memiliki kandungan protein dan vitamin yang dibutuhkan tubuh manusia. Mutu dari beras berdasarkan SNI 6128-2015 ditentukan oleh beras utuh, butir beras kepala, butir patah, warna beras, jumlah kotoran dan gabah yang belum terkupas, batu kecil/pasir kadar air rendah serta butiran yang mengapur. Sedangkan persyaratan umum mutu kualitatif beras terdiri dari empat hal berikut: a) bebas hama dan penyakit; b) bebas dari bau apek, asam atau bau asing lain; c) bebas dari campuran dedak dan bekatul bahan kimia dan d) bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan merugikan konsumen (BSN, 2015).

Warna beras yang berbeda-beda menurut genetik, akibat perbedaan yang mengatur warna aleuron, endospermia dan komposisi padi. Beras putih merupakan beras yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron. Beras merah mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu. Beras hitam disebabkan aleuron dan endospermae memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi. Ketan berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hamper seluruh patinya merupakan amilopektin. Ketan hitam merupakan versi ketan dari beras hitam. Kandungan yang terdapat dalam beras yaitu protein, vitamin, mineral dan air. Pati beras tersusun dari amilosa dan amilopektin. Beras dimanfaatkan untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok. Beras memiliki rasa yang enak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Beras merupakan komoditas strategis

(22)

8

karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras yang mempunyai kandungan gizi (Bulog, 2016).

Beras yang beredar dipasaran pada umumnya berupa beras sosoh sempurna (100%) atau beras regular dengan variasi derajat sosoh (pengupasan kulit ari hingga 80-95%), bentuk dan penampilan beras merupakan karakteristik pertama yang diamati oleh konsumen ketika memilih dan membeli beras. Kenampakan beras lebih banyak dipengaruhi oleh operasional proses penggilingan yang merupakan gabungan antara jenis/varietas dan kemampuan mesin, keahlian operator dan mutu gabah kering yang digiling. SNI 6128-2015 mensyaratkan kelas mutu beras medium I mengandung beras kepala minimal 78% dan beras patah maksimal 20% dengan derajat sosoh 95% dan kadar air beras maksimal 14%. Semakin turun kelas mutu beras ke medium II dan medium III, maka semakin turun pula persyaratan persentase beras kepala dan derajat sosoh. Beras mutu terbaik menurut SNI ditentukan oleh kandungan beras kepala sebesar minimal 95% dan beras patah maksimal 5% dengan derajat sosoh 100% dan kadar air maksimal 14%. (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017).

2.2 Fluktuasi Harga

Fluktuasi merupakan gejala yang menunjukkan turun-naiknya harga atau perubahan (harga tersebut) karena pengaruh permintaan dan penawaran, seringkali disebut ketidak tetapan atau guncangan karena peperangan yang mengakibatkan efek nilai saham minyak di pasaran internasional.jadi dari pengertian dan arti kata di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi fluktuasi

(23)

9

adalah lonjakan segala sesuatu yang bisa dijelaskan dan di visualisasi dalam sebuah grafik. Fluktuasi komoditas pertanian tidak diimbangi dengan penawaran yang cukup. Selain itu kondisi iklim yang tidak menentu dan instabilitas politik global mengakibatkan pula peningkatan harga komoditas pangan internasional.

pemerintah guna meredam fluktuasi harga komoditas pertanian adalah dengan implementasi kebijakan fiskal yang tepat berupa pemberian subsidi, insentif fiskal termasuk keringanan perpajakan serta optimalisasi anggaran. Temuan pokok kajian ini adalah (a) fluktuasi harga komoditas pertanian berdampak signifikan terhadap inflasi dan menciptakan instabilisasi harga dan pasokan pangan (b) pemerintah telah menggunakan berbagai instrumen kebijakan fiskal dalam upaya stabilisasi harga dan ketersediaan pasokan pangan (c) kebijakan fiskal Pemerintah telah membuahkan hasil terbukti dengan terus turunnya inflasi di triwulan I tahun 2011 hingga mencapai 6,16 persen year on year pada bulan April 2011; (d) kebijakan fiskal berupa insentif perpajakan dan bea hanya berlaku sementara dibarengi dengan upaya peningkatan produktivitas produksi pertanian. Antisipasi kebijakan fiskal ke depan akan penuh tantangan seiring dengan semakin meningkatnya tekanan perubahan iklim dan kondisi geopolitik internasional. Karena itu kedepan rekomendasi kebijakan yang bisa diimplementasikan antara lain (a) kebijakan fiskal yang diambil jangan sampai merugikan petani dan menjadi disinsentif terhadap pengembangan sektor pertanian dalam negeri (b) penurunan tarif bea masuk terhadap komoditas pertanian harus bersifat temporer karena akan

(24)

10

merugikan petani dalam negeri jika diberlakukan dalam waktu yang lama (c) pemerintah harus tetap memproteksi sektor pertanian dalam negeri untuk menciptakan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. (Mahpud,Sujai.2011).

Fluktuasi harga sebenarnya merupakan suatu hal yang normal dan diperlukan agar fungsi pasar tetap berjalan, yaitu tercipta pasar yang kompetitif. Perubahan dari harga akan menjadi masalah apabila harga melonjak sangat tinggi dan tidak dapat diprediksi yang nantinya akan menciptakan suatu ketidakpastian yang mampu meningkatkan risiko bagi produsen, pedagang, konsumen, dan tentu juga pemerintah. Perubahan dari harga yang tidak merefleksikan kinerja pasar akan menciptakan permasalahan baru, yaitu dapat menciptakan kesalahan kebijakan yang akan diambil pemerintah (Kemendag RI, 2015).

Produksi beras/padi dalam negeri amat penting untuk menghindari tingginya resiko ketidakstabilan harga dan suplai beras dari pasar dunia, di samping berkait erat dengan usaha pengenasan kemiskinan dan pembangunan pedesaan.Masalah fluktuasi harga beras disebabkan oleh adanya fluktuasi musiman yang merupakan fenomena biasa dalam kehidupan ekonomi pertanian.Untuk mengatasi persoalan demikian maka salah satu tujuan utama adalah kebijakan pertanian adalah mengusahakan stabilitas harga. Fluktuasi harga yang besar akan menghambat pembangunan pertanian.

(25)

11 2.3 Harga

Harga menjadi suatu pengukur dasar pada sistem perekonomian secara keseluruhan karena mempengaruhi alokasi sumber–sumber yang ada. Bagi konsumen, harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas. Konsumen sering pula menggunakan harga sebagai kriteria utama dalam menentukan nilainya. Barang dengan harga tinggi dianggap superior dan barang yang mempunyai harga rendah dianggap inferior (Swastha, 2009)

Harga sangat berperang penting dalam ekonomi pasar. Harga merupakan salah satu faktor yang menentukan setiap keputusan produsen dan konsumen dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas agar menuju pada kondisi Pareto optimal atau kondisi keseimbangan (Brummer et al., 2009). Menurut Nicholson (2004), harga pasar memiliki dua fungsi utama, yaitu; (a) sebagai informasi mengenai jumlah komoditas yang sebaiknya ditawarkan oleh produsen untuk memperoleh keuntungan maksimum dan (b) sebagai faktor penentu tingkat permintaan bagi konsumen yang menginginkan kepuasa maksimun.

Bustaman (2003) menyatakan bahwa ketidakstabilan harga beras dapat disebabkan oleh produksi beras yang berfluktuasi mengikuti musim tanam sementara konsumsi beras cenderung stabil sepanjang waktu. Ketidakstabilan harga beras tersebut akan mendatangkan masalah. Pada saat harga beras rendah maka akan menurunkan tingkat kesejahteraan petani. Sebaliknya, bila harga beras tinggi muncul kekhawatiran timbulnya rawan pangan terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Sehingga, sebagai salah satu

(26)

12

badan pemerintahan yang memiliki fungsi menjaga kestabilan harga beras, maka BULOG akan membeli gabah dari petani saat panen raya dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) guna melindungi petani dari rendahnya harga beli yang ditawarkan oleh pihak penggilingan, sedangkan pada saat paceklik, maka BULOG akan mengadakan operasi pasar dengan mengeluarkan cadangan berasnya dari gudang dan dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah guna melindungi konsumen dari mahalnya harga beras yang terjadi akibat kelangkaan beras di pasar saat musim paceklik

2.4 Analisis Trend

Menurut Mariyati (2010) menyatakana trend merupakan suatu gerakan (kecenderungan) naik atau turunya dalam jangka panjang, yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah dan bisa berkurang.

Garis trend pada dasarnya garis regresi dan variabel bebas (x) merupakan variabel waktu. Trend garis lurus (linier) adalah suatu trend yang diramalkan naik atau turunseraca garis lurus. Variabel waktu sebagai variabel bebas dapat menggunakan waktu tahunan, semesteran, bulanan, atau mingguan.

Trend menunjukkan perubahan nilai suatu variabel yang relatif stabil perubahan populasi, perubahan teknologi dan peningkatan produktivitas. Menurut M.Narafin (2013) menyatakan ramalan pendapatan (penjualan) merupakan proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual atau

(27)

13

disewakan di masa yang akan datang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasarkan data historis yang pernah terjadi atau mungkin terjadi.

Ramalan (forecasting) merupakan suatu proses aktivitas yang dapat meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dengan mengkaji data yang ada. Pendapatan (profit) artinya hasil proses memberikan jasa pelayanan (service), manfaat yang dapat digunakan oleh orang lain. Ramalan dari pendapatan perusahaan juga merupakan faktor penting dalam perencanaan perusahaan ke depan.

Adapun jenis-jenis dalam analisis trend yaitu trend linier dan trend non linier dan akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Trend linier terdiri dari :

a) Free hand method (metode dengan bebas)

Metode dengan bebas merupakan cara yang paling mudah, tetapi sifatnya sangat subjektif, maksudnya jika ada lebih dari satu orang diminta untuk garis trend dengan cara ini diperoleh garis trend lebih dari satu.

b) Semi average method (metode rata-rata semi)

Metode rata-rata semi mempunyai cara yaitu data dikelompokkan menjadi dua, masing-masing kelompok harus mempunyai data yang sama. Dalam metode rata-rata semi tidak dibutuhkan gambar (grafik). c) Moving average method

Dengan menggunakan rata-rata bergerak untuk mencari trend, maka data kehilangan beberapa data dibandingkan dengan data asli. Artinya, banyaknya rata-rata bergerak menjadi titik sama dengan data asli.

(28)

14 d) Least square method

e) Metode kuadrat terkecil

Merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai nilai a dan b dari persamaan y=a+bx yang didasarkan atas dasar hasil observasi sedemikian rupa sehingga dihasilkan jumlah kesalahan kuadrat yang terkecil (minimum).

2. Trend non linier adalah trend yang mempunyai persamaan berbentuk fungsi kuadrat dengan bentuk grafik seperti parabola. Apabila perkembangan data mengalami perkembangan relatif besar pada suatu masa laju pertumbuhan rata-rata per tahun bertambah lama bertambah kecil, baik akibat jenuhnya kegiatan maupun disebabkan faktor-faktor lainnya, maka perkiraan laju pertumbuhan pada masa yang akan datang menggunakan trend linear akan memberikan hasil yang representatif.

2.5 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Tabel 2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan No Nama Judul Penelitian

Dan Tahun Metode Analisis Hasil Penelitian 1. Sofia Nelly, dkk, (2018) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Fluktuasi Harga Beras Di Provinsi Aceh

Analisis Kuantitatif dengan regresi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel terikat produksi beras dipengaruhi oleh harga beras tahun sebelumnya, luas areal panen, serta harga pupuk urea. Konsumsi beras dipengaruhi oleh harga beras dan jumlah pendapatan, serta harga beras dipengaruhi oleh harga gabah, produksi beras, dan harga eceran tertinggi (HET).

(29)

15 2. Setyoaji, dkk,(2015)

faktor-faktor yang mempengaruhi

fluktuasi harga beras IR-64 premium 2015-2020 Analisis Kuantitatif dengan model Lag

Hasil analisis menunjukkan bahwa : (1) Harga beras IR-64 premium tingkat konsumen di Jawa Timur pada tahun 2015-2020 memiliki kecenderungan meningkat, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga beras IR-64 premium tingkat konsumen di Jawa Timur tahun 2015-2020 adalah lag residual harga beras IR-64 premium, lag harga beras IR-64 premium, lag harga gabah, konsumsi, lag konsumsi, pendapatan, lag pendapatan, produksi, lag produksi, stok beras Bulog, lag stok beras Bulog, impor beras, lag impor beras, inflasi, lag inflasi, harga beras IR-64 medium, lag harga beras IR-64 medium. Namun, variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap variabel harga beras IR-64 premium adalah lag residual harga beras IR-64 premium variabel lag harga beras IR-64 premium, lag stok beras Bulog, Inflasi dan harga beras IR-64 medium.

3. Gurning, dkk, (2019), Trend Dan Estimasi Produksi Padi Dan Konsumsi Beras Di Provinsi Kalimantan Tengah, Analisis Kuantitatif dengan model trend linier

Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend produksi padi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2001-2015 adalah meningkat. Sejalan dengan produksi padi yang cenderung meningkat hampir setiap tahun, produksi beras juga cenderung meningkat hampir setiap tahunnya. Estimasi produksi padi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016-2020 juga diketahui bahwa dalam lima tahun kedepan dari tahun ke tahun produksi padi akan terus mengalami peningkatan. Trend konsumsi beras di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2001-2015 adalah meningkat setiap tahunnya, dan Estimasi konsumsi beras di Provinsi Kalimantan

(30)

16

Tengah tahun 2016-2020 diketahui bahwa lima tahun kedepan dari tahun ke tahun konsumsi beras akan terus mengalami peningkatan meskipun masih dapat diimbangi dengan nilai produksi yang lebih besar dari konsumsi. Bahkan Provinsi Kalimantan Tengah juga berpotensi surplus beras hingga tahun estimasi 2020 yaitu sebesar 329.255,83 ton, sehingga sampai tahun 2020 produksi beras Provinsi Kalimantan Tengah masih dapat mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk.

4. Jusar, et.all, (2017) Analisis Variasi Harga Beras Di Provinsi Riau Dan Daerah Pemasok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga eceran Analisis Kuantitatif dengan model trend linier

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga eceran beras di Provinsi Riau dan di daerah pemasok berfluktuasi setiap bulan dan cenderung naik. Kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang disebabkan karena krisis pangan dunia. Hasil analisis variasi harga diketahui bahwa nilai rata-rata koefisien variasi harga beras dari tahun 2006-2015 di Provinsi Riau dan Daerah Pemasok (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa dan Timur) relatif stabil karena berada di bawah 9%, berdasarkan pada kriteria Kemendag, kecuali Thailand sebesar 9,46, berada di atas 9% relatif tidak stabil/berfluktuatif. Hasil nilai koefisien variasi Riau yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pemasok menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Riau belum mampu menjaga kestabilan harga beras dengan baik, dikarenakan posisi Riau sebagai “net importir” beras dari daerah pemasok.

(31)

17 5. Saputra. A, et, all,

(2014)

Analisis Kausalitas Harga Beras, Harga Pembelian Pemerintah (Hpp) Dan Inflasi Serta Efektivitas Kebijakan Hpp Di Indonesia Analisis Kuantitatif dengan model regresi linier

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan kausalitas yang terjadi antara inflasi dan harga eceran beras (HEB) adalah satu arah, yaitu inflasi mempengaruhi HEB. Hubungan kausalitas yang terjadi antara inflasi dan harga pembelian pemerintah (HGKP dan HKG) juga satu arah, yaitu inflasi mempengaruhi HGKP dan HKG. Hubungan kausalitas yang terjadi antara harga pembelian pemerintah (HGKP dan HKG) dan HEB adalah satu arah, yaitu HEB mempengaruhi HGKP dan HKG. Kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) di Indonesia belum efektif.

(32)

18 2.6 Kerangka Pemikiran

Beras dengan yang ada di pasaran selalu mengalami fluktuasi harga, dimana fluktuasi harga sangat tidak menguntungkan bagi pengembang agribisnis karena dapat memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan pemilik modal yang melakukan investasi akibat ketidakpastian pemerintah yang akan diperoleh. Fluktuasi harga beras tersebut seringkali lebih merugikan petani dari pedagang karena petani pada umumnya tidak mengatur waktu penjualanya untuk mendapatkan harga jual yang lebih menguntukan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Fluktuasi Harga Beras di Sulawesi Selatan Beras Medium

Komoditas Beras

Beras Biasa

Fluktuasi Harga

(33)

19

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan Sulawesi Selatan Penelitian pada bulan November 2020. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan penghasil padi atau beras.

3.2 Teknik Penentuan sampel

Teknik penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) selama 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020. Data ini menggunakan harga beras per bulan yang berada Sulawesi Selatan, dimana sampel diambil dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu (Time Series). Data runtut waktu (Time Series) adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada satu variabel tertentu. Data runtut waktu digunakan untuk melihat pengaruh rentang waktu tertentu (Kuncoro, 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu dengan periode 3 tahun, yaitu tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

(34)

20

Adapun instansi yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, literatur-literatur yang berkaitan, dan penelitian sebelumnya.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi literature.

Dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data informasi mengenai hal yang berkaitan dengan penelitian dengan jalan melihat laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan (Arikunto, 2006).

Dokumentasi dalam penelitian ini menghasilkan data dalam kurung waktu 2018-2020 dengan mengambil data, gambar, grafik, tabel yang telah ada pada sumber data dari, Pusat informasi harga pangan strategis, Kementerian Pertanian, Food Agriculture Organization (FAO) serta literatur lain yang berkaitan dengan penelitian. Study literature adalah dengan membaca penelitian-penelitian terdahulu dan laporan yang berkaitan dengan instalasi terkait.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Ciri analisis kuantitatif adalah selalu berhubungan dengan angka, baik angka yang diperoleh dari pencacahan maupun perhitungan.Data Kuantitatif adalah data yang dapat diukur dengan angka-angka seperti harga beras di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis

(35)

21

Sulawesi Selatan untuk menganalisis variabel dalam penelitian ini menggunakan rumus analisis Trend Linear (Hasan.2016.201).

Y = a + bX Keterangan :

Y = Harga Beras ( Rp/Kg) X = waktu ( Bulan)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi, Kemiringan garis trend (slope)

Sedangkan untuk mencari nilai a dan b dari persamaan trend linear di atas ditentukan dengan rumus :

𝑎 =∑ 𝑌

𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑏 =

∑ 𝑋𝑌

∑ 𝑋2

Keterangan :

Y = Nilai data berkala n = Jumlah periode waktu X = Tahun kode

3.6 Definisi Operasional

1. Fluktuasi Harga adalah gejala yang menunjukkan turun-naiknya harga atau perubahan (harga tersebut) karena pengaruh permintaan dan penawaran.

2. Penetapan harga beras di Sulawesi Selatan yaitu sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang beredar di kalangan masyarakat.

(36)

22

3. Trend harga adalah perkembangan atau per malam harga dari setiap tahun yang ada di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS). 4. Beras biasa merupakan beras dengan kualitas lebih rendah

dibandingkan dengan beras biasa dan medium, akan tetapi beras biasa mendominasi di pasaran, karena harga lebih terjangkau.

5. Beras medium merupakan beras dengan kadar air 14 % sampai 15 % , butir patah maksimal 20 % dan derajat sosoh, (tingkat terlepasnya lembaga dan kulit dari beras) minimal 90 %.

(37)

23

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan geografis

Provinsi Sulawesi Selatan terletak antara 0⁰ 12′- 8⁰ Lintang Selatan 116⁰ 48′- 122⁰ 36′ Bujur Timur. Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di Timur, Selat Makassar di barat dan laut Flores di selatan. Jumlah sungai yang mengalir di wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 67 aliran sungai, Dengan jumlah aliran terbesar di kabupaten Luwu, yakni 25 aliran, sungai terpanjang tercatat ada satu sungai, yakni sungai saddang yang mengalir melalui Kabupaten Tator, Enrekang, dan pinrang, Panjang sungai tersebut masing-masing 150 Km. Di Sulawesi Selatan Terdapat empat danau, yaitu Danau Tempe, dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Luwu Wajo serta Danau Matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur. Adapun Jumlah gunung tercatat sebanyak tujuh gunung, dengang gunung tertinggi adalah gunung Rantemario dengan ketinggian 3,470 mdpl. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu.

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 46,71,48 km yang meliputi 20 kabupaten dan 3 kota, Kabupaten Luwu Utara merupakan kabupaten terluas dengan luas 7.502,68 km atau luas kabupaten tersebut merupakan 16,46% dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan , Sulawesi Selatan dan pada umumnya daerah di Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi pada bulan Juni sampai September dan musim hujan

(38)

24

yang terjadi pada bulan November sampai bulan Maret. Berdasarkan pengamatan di tiga Stasiun Klimatologi ( Maros, Hasanuddin dan Maritim Paotere ) selama tahun 2016 rata-rata suhu udara 27,6⁰C di kota Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan suhu yang nyata. Suhu udara maksimum di Stasiun Klimatologi Hasanuddin 36,2⁰C dan suhu 28,4⁰C.

4.2Keadaan Demografis

Penduduk Sulawesi terdiri atas empat suku utama yaitu Toraja, Bugis, Makassar, dan Mandar. Suku Toraja terkenal memiliki keunikan tradisi yang tampak pada upacara kematian, rumah tradisional yang beratap melengkung dan ukiran cantik dengan warna natural. Sedangkan suku Bugis, Makassar dan Mandar terkenal sebagai pelaut yang patriotik. Dengan perahu layer Tradisionalnya pinis, mereka menjelajah sampai ke utara Australia, Beberapa pulau di Samudra Pasifik, Bahkan sampai ke pantai Afrika.

4.2.1Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di suatu daerah sangat penting untuk diketahui, karena aspek ini berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dan dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan saat ini dan saat mendatang.

Perkembangan penduduk di Sulawesi Selatan selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.

(39)

25 Tabel 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Tahun Luas ( km2) Jumlah Penduduk ( jiwa) Kepadatan Penduduk ( jiwa/km2) 2016 46.083,94 8.606,375 192 2017 46.083,94 8.690,294 190 2018 45.764,53 8.771,970 192 2019 46.717,48 8.851,200 193

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2020

Seiring dengan bertumbuhnya penduduk, kepadatan penduduk pada tahun 2016- 2019 menunjukkan bahwa penduduk cenderung mengalami peningkatan dari 192 jiwa/km2 pada tahun 2016 hingga pada tahun 2019 mencapai 193 jiwa/km2.

4.2.2 Komposisi Penduduk menurut Jenis kelamin

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi selatan jumlah penduduk di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2016-2019 mengalami fluktuasi yang cenderung meningkat dari tahun ketahuan dimana pada tahun 2019 jumlah penduduk mencapai 8.851,240 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta rasio jenis kelamin, dimana rasio jenis kelamin yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan. Jumlah dan rasio jenis kelamin penduduk Sulawesi Selatan pada tahun 2016-2019 dapat dilihat pada Tabel berikut.

(40)

26

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tahun

Jenis Kelamin

Jumlah Rasio Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 2016 4.204,110 4.402,265 8.606,375 95 2017 4.246,101 4.444,193 8.690,294 95 2018 4.286,893 4.485,077 8.771,970 95 2019 4.326,409 4.524,831 8.851,240 95 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2020

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin terkecil terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 8.606,375 jiwa dimana jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 4.204, 110 jiwa dan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 4.402,265 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk dengan jumlah sebanyak 8.851,240 jiwa dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.326,409 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 4.524,831 jiwa. Rasio jenis kelamin selama empat tahun yaitu 95%.

4.3Keadaan Pertanian

Bardasarkan luas wilayah daratan Sulawesi Selatan yang digunakan untuk pemgembangan sektor pertanian yaitu Luas panen tanaman padi di Sulawesi Selatan pada tahun 2019 seluas. 1.010.188,75 ha dengan produksi padi 5.054,166,96 ton. Kabupaten Bone merupakan kabupaten dengan produksi tanaman pangan padi, jagung dan kedelai tertinggi. Produksi padi

(41)

27

tertinggi berada di kabupaten Bone 772.874,72 ton yang sejalan dengan produksi beras 441.218,72 ton.

Selain tanaman pangan, Sulawesi Selatan juga berhasil produksi tanaman hortikultura. Adapun rincian data produksi tanaman hortikultura di Sulawesi Selatan pada tahun 2018 yaitu 923.924 ton bawang merah, 635.125 ton cabai, 540.155 ton kentang, 665.192 tong habis, 105.782 ton petai, 673.737 ton tomat dan 372.702 ton wortel. Daerah dengan luas panen biofarmaka didominasi oleh kabupaten Bone dengan rincian 1.775 ton jahe, 286.298 ton laos, 7.849 ton kencur, 2.109.890 ton kunyit. Sementara untuk daerah penghasil tanaman hias terbanyak adalah kabupaten gowa dengan jenis tanaman hias krisan 17.170.896 tangkai.

Tiga populasi ternak paling banyak di Sulawesi Selatan ialah sapi potong 1.370.797 ekor, 826.177 ekor babi dan 756.021 ekor kambing. Produksi daging unggas untuk ayam kampung 31.294.308 ton, ayam petelur 9.355.621 ton, ayam pedaging 65.137.337 ton dan itik 3.163.243 ton.

Produksi perikanan di Sulawesi Selatan pada tahun 2018 mencapai 366.540,6 ton yang terdiri dari 339.868,7 ton perikanan tangkap di laut dan 26.671,9 ton perikanan tangkap di perairan umum daratan. Rumah tangga yang mengusahakan perikanan mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2017. Dimana jumlah rumah tangga yang mengusahakan perikanan 53.368 di tahun 2017 meningkat menjadi 60,462 rumah tangga di tahun 2018 b

(42)

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Fluktuasi Harga Beras di Sulawesi Selatan

Beras sebagai komoditas penting dalam ekonomi pangan di Sulawesi Selatan tak seorang pun menyangkalnya. Selain berperan penting sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok (basic needs), pola budidayanya yang melibatkan jutaan rumah tangga petani, praktis membuat fluktuasi harga beras memiliki dampak signifikan terhadap pergulatan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Hampir semua kalkulasi yang berhubungan dengan besaran ekonomi menggunakan beras sebagai titik pangkalnya. Sebutlah penetapan upah minimum bagi para pekerja di sejumlah sektor ekonomi yang hingga kini masih juga mempertimbangkan faktor beras. Alasan rasional dan logis inilah yang kemudian mengilhami pemerintah menempatkan harga, pemenuhan kebutuhan, dan peningkatan produksi beras ke dalam tema tema kebijakan pokok.

Perubahan harga beras di Sulawesi Selatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan bahan pangan. Secara umum, harga di Indonesia sangat mudah berfluktuasi tergantung kondisi pasar. Begitupun kondisi harga bahan di Kota dan Kabupaten Sulawesi Selatan selalu mengalami perubahan akibat meningkatnya permintaan dan penawaran beras di pasaran. Berdasarkan informasi di Bulog Sulawesi Selatan dan informasi harga pangan nasional tahun 2018 sampai 2020 khususnya beras medium dan biasa disajikan dalam Tabel 1, sebagai berikut:

(43)

29

5.1.1 Fluktuasi Harga Beras Biasa Dan Medium

Gambar 1. Grafik Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium 2018

Fluktuasi harga beras biasa dan medium yang terjadi pada bulan Mei, sampai September 2018. Dimana diakibatkan melimpahnya beras dipasaran, disamping itu bersamaan dengan masuknya musim panen raya padi di berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Hal ini sesuai penelitian Bustaman (2003) menyatakan bahwa ketidakstabilan harga beras dapat disebabkan oleh produksi beras yang berfluktuasi mengikuti musim tanam sementara konsumsi beras cenderung stabil sepanjang waktu. Ketidakstabilan harga beras tersebut akan mendatangkan masalah. Pada saat harga beras rendah maka akan menurunkan tingkat kesejahteraan petani. Sebaliknya, bila harga beras tinggi muncul kekhawatiran timbulnya rawan pangan terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

8000 8500 9000 9500 10000 10500 H ar ga( R p/ K g) Bulan

Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium 2018

(44)

30

Gambar 2. Grafik Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium,2019

Fluktuasi harga beras biasa dan medium yang terjadi pada bulan April, sampai Desember 2019, cenderung mengalami penurunan dan tetap Hal ini disebabkan pasca panen raya di berbagai daerah Sulawesi Selatan, disamping masih tersedianya stok beras, sehingga harga beras cenderung tetap, baik beras biasa maupun medium. Hasil kajian Hermanto dan Saptana (2017) mengungkapkan bahwa dalam upaya mewujudkan stabilitas harga gabah/beras, pemerintah menerapkan kebijakan harga dasar dan harga maksimum. Harga dasar ditujukan untuk melindungi petani sebagai produsen dari jatuhnya harga gabah saat panen raya, sedangkan harga maksimum ditujukan untuk melindungi konsumen terutama dari lonjakan harga saat musim paceklik. Kebijakan harga gabah/beras pada saat ini sudah mengarah pada kebijakan harga yang memperhatikan 8200 8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600 9800 10000 10200 H ar ga( R p/ K g) Bulan

Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium,2019

(45)

31

dimensi perbedaan bentuk, jenis, kualitas, dan tingkatan dalam rantai pasar, namun belum memperhatikan dimensi musim panen

Gambar 3. Grafik Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium, 2020

Fluktuasi harga beras biasa pada bulan Maret mengalami kenaikan kemudian harga beras biasa tetap pada posisinya hingga Oktober dan menurun sebesar Rp 8.850/kg, sedangkan beras medium mengalami perkembangan kenaikan pada bulan Juni 2020 sebesar Rp 9.600 /kg hingga ke bulan November pada harga stabil Rp 9.950 /kg, Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga beras medium disebabkan kemarau yang panjang dari bulan Juni hingga Desember 2020.

8200 8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600 9800 10000 10200 H ar ga( R p/ K g) Bulan

Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium,2020

(46)

32

Gambar 4. Grafik Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium, (2018-2020) Gambar 4, menunjukkan bahwa fluktuasi harga beras biasa terjadi dari tahun 2018 hingga tahun 2020, dimana rata-rata harga beras biasa berkisar Rp 9.100 /kg hingga mengalami penurunan menjadi Rp 8.900 /kg. Begitupun harga beras medium dari tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalam fluktuasi dari Februari 2018 hingga Agustus 2020, dimana harga rata-ratanya beras medium berkisar Rp 9.988/kg, sehingaa mengalami penurunan menjadi Rp. 9.796 /kg. Dari hasil grafik di atas menunjukkan bahwa harga beras biasa dan beras medium cenderung mengalami fluktuasi, dimana dipengaruhi oleh rendahnya tingkat inflasi, cuaca, bertepatan pada saat panen. maupun adanya hukum perekonomian yaitu kegiatan permintaan dan penawaran.

5.2 Trend Harga Beras Biasa dan Medium 2018-2020

Harga beras pada umumnya terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dan cenderung akan meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini membuat stabilisasi harga beras menjadi salah satu sasaran pembangunan ekonomi

8000 8500 9000 9500 10000 10500 Ja nu ar i M ar et M ei Jul i Sep tem be r N ov em b er Ja nu ar i M ar et M ei Jul i Sep tem be r N ov em ber Ja nu ar i M ar et M ei Jul i Sep tem be r N ov em b er 2018 2019 2020 H ar ga (R p/ kg) Tahun

Fluktuasi harga beras biasa dan medium (2018-2020)

(47)

33

nasional, karena kenaikan harga beras yang akan berdampak terhadap daya beli rumah tangga berpendapatan rendah dan meningkatkan inflasi. Harga pada umumnya ditentukan oleh adanya hubungan yang terjadi antara permintaan dan penawaran. Dalam kenyataannya harga sering berfluktuasi, hal ini disebabkan oleh tiga alasan, yaitu karena naik turunnya permintaan (fluctuation in demand), naik turunnya penawaran (fluctuation in supply) dan eksperimentasi dalam proses penentuan harga.

Gambar 5 . Grafik trend harga beras biasa dan beras medium (2018-2020)

Berdasarkan gambar grafik 5, analisis trend harga beras biasa dan medium cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2018 hingga tahun 2020, sedangkan untuk grafik analisis perkembangan (trend) hanya menunjukkan ke satu arah saja, yaitu arah penurunan, untuk beras biasa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan melihat rumus analisis trend linear untuk beras biasa : Y = 9222.8 – 11.441x R 2 = 0.3866 y = -11.441x + 9222.8 R² = 0.3866 y = -7.7671x + 9995.1 R² = 0.2136 8500 9000 9500 10000 10500 0 5 10 15 20 25 30 35 40 H ar ga (R p/ kg)

Trend harga beras biasa dan medium ( 2018-2020)

Harga Beras Biasa (Rp/kg) Harga Beras Medium (Rp/kg) Linear (Harga Beras Biasa (Rp/kg)) Linear (Harga Beras Medium (Rp/kg))

(48)

34

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa grafik perkembangan (trend) harga beras biasa pada tahun 2018 hingga 2020 menunjukan ke arah penurunan setiap tahunnya yaitu sebesar Rp 11.441 /tahun dengan koefisien determinan sebesar R2= 0.3866 yang artinya menunjukkan hubungan antara variabel x dan variabel y sebesar 38.66%.

Gambar grafik 5, analisis trend harga beras medium dari tahun 2018 sampai 2020, sedangkan untuk grafik analisis perkembangan (trend) hanya menunjukkan ke satu arah saja, yaitu arah penurunan, untuk beras medium. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan melihat rumus analisis trend linear untuk beras medium, sebagai berikut:

Y = 9995.1 – 7.7671x R 2 = 0.2136

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa grafik perkembangan (trend) harga beras medium pada tahun 2018 hingga 2020 menunjukan terjadinya penurunan setiap tahunnya yaitu sebesar Rp 7.7671/tahun dengan koefisien determinan sebesar R2= 0.2136 yang artinya menunjukkan hubungan antara variabel x dan variabel y sebesar 21.36%

(49)

35

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis fluktuasi harga beras di Sulawesi Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Fluktuasi harga beras biasa dan medium dari tahun 2018 sampai 2020

cenderung mengalami penurunan setiap bulannya, karena diakibatkan melimpahnya beras dipasaran serta terjadinya panen raya di berbagai daerah di Sulawesi Selatan.

b. Trend harga beras biasa dan medium pada tahun 2018 hingga 2020 cenderung menurun, grafik analisis perkembangan (trend) hanya menunjukkan ke satu arah saja, yaitu arah penurunan penurunan, dimana harga beras biasa Rp 11.441 /tahun dan harga beras medium Rp 7.7671/tahun.

6.2 Saran

a. Untuk mengurangi ketergantungan pasokan beras dari daerah lain yang akhirnya dapat mengendalikan harga beras, maka upaya peningkatan produksi padi harus tetap dilakukan.

b. Pengendalian harga beras memerlukan peran penting pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berkordinasi dengan Bulog divisi Regional. jKebijakan teritama terkait dengan monitoring dan pengedalian stok beras secara berkala (bulanan) serta operasi pasar.

(50)

36

DAFTAR PUSTAKA

Alam MN and Effendy 2017. Identifying Factors Influencing Production and Rice Farming Income with Approach of Path Analysis. American Journal of Agricultural and Biological Sciences 12(1).

Alexander. 2011. Penyebab Kenaikan Harga Komoditi Pertanian. Jurnal Agribisnis : Deptan Jakarta

Ambarinanti, M. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Anindita, R. 2008. Pendekatan Ekonomi Untuk Analisis Harga. Kencana. Jakarta. Badan Urusan Logistik (Bulog). 2016. Perkembangan Harga Eceran Beras

Medium di Indonesia Tahun 2010-2015. Badan Urusan Logistik. Jakarta. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.2017. Kenali Karakter Beras Premium dan

Medium.(online).http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info -aktual/content/466-kenali-karakter-beras-premium-dan-medium.Diakses pada tanggal 24 Juli 2020.

Brümmer BS, Taubadel VC, Zorya S. 2009. The Impact of Market and Policy Instability on Price Transmission between Wheat and Flour in Ukraine. European Review of Agricultural Economics. 36(2):203- 230.

Bustaman, A. D. 2003. Analisis Integrasi Pasar Bebas di Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor

.

Damayanti. 2016. Peningkatan Harga Beras. Skripsi: Universitas Sumatera Utara :Medan.

Gurning, Yuprin A. D., Eka Nor Taufik, 2019. Trend Dan Estimasi Produksi Padi Dan Konsumsi Beras Di Provinsi Kalimantan Tengah. J-SEA (Journal Socio Economics Agricultural) Vol. 14 No. 1, Februari 2019: 4

Hermanto, Saptana. 2017. Kebijakan Harga Beras Ditinjau Dari Dimensi Penentu Harga. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43. Irawan. 2007. Analisis Integrasi Pasar di Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi.

(51)

37

Kemendag RI. 2015. Laporan Akhir Kajian Efektivitas Kebijakan Impor Produk Pangan Dalam Rangka Stabilisasi Harga. Kementerian Perdagangan RI, Jakarta

Kementerian Pertanian. 2015. Data Statistik Ketahanan Pangan Tahun 2014. Jakarta

Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Beras, eBook Pangan.

Mariyati. 2010. Statistika Ekonomi dan Bisnis. Edisi Revisi Cetakan Kedua Yogyakarta (UPP) AMPYKPN.

Narafin, M. 2013. Penganggaran Perusahaan. Edisi ketiga, Cetakan kedua, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Nicholson W. 2004. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extensions, Ed ke-9. New York (US): Thomson South Western.

Jusar , Djaimi Bakce, dan Eliza, 2017. Analisis Variasi Harga Beras Di Provinsi Riau Dan Daerah Pemasok.Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXXIII Nomor 2 Agustus 2017 (137–144)

Rahmi, E dan Arif, B. 2012. Analisis Transmisi Harga Jagung sebagai Bahan Pakan Ternak Ayam Ras di Sumatera Barat. Jurnal Peternakan Indonesia 14(2)

Rasyid MN, Setiawan B, Mustadjab MM, and Hanani N. 2016. Factors that Influence Rice Production and Technical Efficiency in the Context of an Integrated Crop Management Field School Program. American Journal of Applied Sciences 13(11):1201-1204.

Saputra. A, Bustanul Arifin, dan Eka Kasymir, 2014. Analisis Kausalitas Harga Beras, Harga Pembelian Pemerintah (Hpp) Dan Inflasi Serta Efektivitas Kebijakan Hpp Di Indonesia. JIIA, Volume 2, No. 1, Januari 2014.

Setyoaji, Soliha Hani, Aryo Fajar Sunartomo, 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Beras Ir-64 Premium 2015-2020 Di Jawa Timur.Berkala Ilmiah PERTANIAN. November 2014.

Swastha, Basu. 2009. Azas – Azas Marketing. Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : Liberty

(52)

38

(53)

39

(54)

40 Lampiran 2. Hasil Analisis Harga Beras

SUMMARY OUTPUT BERAS BIASA Regression Statistics Multiple R 0.621758394 R Square 0.386583501 Adjusted R Square 0.368541839 Standard Error 154.0610539 Observations 36 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 508572.1 508572.1 21.42727 5.17318E-05 Residual 34 806983.5 23734.81 Total 35 1315556 Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Intercept 9222.777778 52.44258 175.8643 6.67E-52 9116.20164 9329.353916

(55)

41 SUMMARY OUTPUT BERAS MEDIUM Regression Statistics Multiple R 0.462129022 R Square 0.213563233 Adjusted R Square 0.19043274 Standard Error 159.3239152 Observations 36 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 234370.8 234370.8 9.232974 0.004546758 Residual 34 863059.7 25384.11 Total 35 1097431 Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Intercept 9995.079365 54.23406 184.2952 1.36E-52 9884.862492 10105.29624

(56)

42 Lampiran 3. Dokumentasi

(57)

43 Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

(58)
(59)

58

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Gantinga Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa tanggal 5 Juli 1998. Dari ayah yang bernsama Jumali dan ibu bernama Noro. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudra.

Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Lauwa lulus pada tahun 2010, dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Biringbulu lulus pada tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 16 Gowa selesai tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah melakukan magang di Joglo Tani Jogyakarta, dan penulis juga pernah Melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Kelurahan Bontoa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

(60)

59

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Gantinga Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa tanggal 5 Juli 1998. Dari ayah yang bernama Jumali dan ibu bernama Noro. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Lauwa lulus pada tahun 2010, dan melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Biringbulu lulus pada tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 16 Gowa selesai tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah melakukan magang di Joglo Tani Jogyakarta, dan penulis juga pernah Melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Kelurahan Bontoa Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

Gambar

Tabel 2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relevan  No  Nama Judul Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Fluktuasi Harga Beras di Sulawesi Selatan Beras Medium
Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Gambar 2. Grafik Fluktuasi Harga Beras Biasa dan Medium,2019
+5

Referensi

Dokumen terkait

Variabel-variabel yang mempengaruhi fluktuasi harga pangan selain dari harga pangan itu sendiri, juga lebih dipengaruhi dari sisi supply , sehingga

Beras telah menjadi bahan pangan pokok strategis yang kebutuhannya selalu meningkat. Stok beras domestik menjadi hal penting yang harus diperhatikan mengingat kenaikan harga pangan

Penetapan harga beli dan harga jual pedagang pedagang kebutuhan pokok di pasar tradisional Kota Pekanbaru pada umumnya di pengaruhi oleh pasokan komoditas kebutuhan pokok oleh

Strategi yang dilakukan untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan melalui kegiatan Fasilitasi Distribusi pangan (FDP) disalurkan komoditas pangan pokok dan

Tabel 7.. Jika semua variabel bebas yaitu fluktuasi harga emas dan tingkat inflasi memiliki nilai nol maka pendapatan gadai emas syariah sebesar 1.353,56189.. Nilai

pemerintah dalam upaya stabilisasi harga komoditas pertanian, ada sejumlah permasalahan yang dihadapi, antara lain: (i) fluktuasi harga komoditas pertanian sangat

Sehubungan dengan hal tersebut, kajian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara fluktuasi produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan dengan harga beras di

Hasil analisis menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak di pasar dunia: (i) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi selama 3 bulan (satu kuartal), (ii) mendorong laju