• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 0901389 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 0901389 Chapter5"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai “simbol” dari arus baru teori masuknya agama Islam ke Nusantara dari China.

Cheng Ho lahir pada tahun 1371 M di sebuah keluarga yang telah memeluk agama Islam dan termasuk dalam golongan etnis Hui, yang bisa dikatakan sebagai etnis Muslim di China. Pengetahuannya tentang ajaran-ajaran dalam Islam sangat tinggi, hal itu dia dapat dari lingkungan terdekat terutama Ayah dan Kakeknya, bahkan Ayah dan Kakeknya tersebut telah pergi ke Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji.

Cerita dari Ayah dan Kakeknya yang bepergian jauh ke Mekkah juga menginspirasi Cheng Ho untuk melakukan hal serupa, berlayar ke negara-negara luar China dan Ayah Cheng Ho yang bernama Ma Haji juga merupakan seorang pelaut, Cheng Ho sudah sering mendengar cerita dari Ayahnya tentang dunia kelautan.

Cheng Ho akhirnya bisa mewujudkan cita-citanya untuk berlayar setelah ditunjuk menjadi Laksamana dalam pelayaran akbar Dinasti Ming ke Samudera Barat. Cheng Ho sebelumnya bekerja menjadi pelayan di istana Ming dan mengabdi kepada Zhu Di (Yong Le), putra keempat Kaisar Ming pada saat itu setelah ditangkap oleh tentara Ming pada waktu kecil. Karena jasanya yang sangat besar, ketika Zhu Di menjadi kaisar Ming nama Ma Ho diubah menjadi Cheng Ho sebagai bentuk penghargaan, marga Cheng ini sangat jarang diberikan apalagi kepada seorang pelayan sampai akhirnya Cheng Ho ditunjuk menjadi Laksamana dan pemimpin pelayaran ke Samudera Barat oleh Kaisar Yong Le (Zhu Di) dalam misi persahabatan dan perdagangan.

(2)

jumlah kapal, kapasitas berat kapal dan jumlah awak kapal armada Cheng Ho jauh lebih unggul. Selama 28 tahun (1405-1433 M) Cheng Ho telah melakukan pelayaran muhibah dan pelayaran Cheng Ho tersebut tidak hanya memiliki arti penting bagi sejarah bangsa China tapi juga ke beberapa negara yang dia kunjungi, termasuk Indonesia dan umat muslim dunia.

Antara tahun 1405 sampai 1433 dari tujuh pelayaran muhibah yang dilakukan oleh Cheng Ho disetiap pelayarannya pasti terdapat salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah Indonesia dan menurut beberapa bukti Cheng Ho pernah berperan dalam proses perkembangan agama Islam di Indonesia dan hal tersebut menjelaskan bahwa China juga membawa pengaruh dalam sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia, disamping dari Gujarat maupun Arab.

Tujuan utama dari pelayaran Dinasti Ming yang dipimpin oleh Cheng Ho tersebut adalah misi perdagangan dan persahabatan. Namun beberapa peneliti meyakini bahwa Cheng Ho yang merupakan seorang muslim taat mempunyai misi pribadi yaitu agar Islam dapat berkembang di beberapa negara yang akan dia kunjungi, karena itu harus dibedakan posisi Cheng Ho sebagai pribadi dengan tugasnya sebagai seorang laksamana.

Kegiatan Cheng Ho yang berhubungan dengan agama Islam ini sendiri tidak terdapat dalam catatan-catatan sejarah Dinasti Ming, hal tersebut dimungkinkan karena beberapa hal:

a. Kaisar Yong Le bukan seorang Muslim

b. Tujuan utama adalah misi perdagangan dan persahabatan c. Islam bukan agama mayoritas

(3)

Peran Cheng Ho dalam perkembangan agama Islam di Indonesia pada awal abad ke-15 ini menjadi simbol peran orang Tionghoa di Indonesia, sebelumnya pedagang-pedagang dari China sekitar abad ke-7 mulai berdatangan ke wilayah Nusantara, yang diantaranya ada yang beragama Islam. Kapan kontak pertama kali antara dunia Islam dengan China sendiri belum bisa dipastikan, namun pada awal abad ke-7 sudah terjadi kontak antara dunia Arab Islam dengan China pada masa Dinasti Tang.

Di Indonesia peran Cheng Ho dalam perkembangan agama Islam pada tahun 1405-1433 diantaranya adalah:

a. Dakwah

Cheng Ho membawa ulama-ulama dari China untuk melakukan syiar Islam di Jawa, hal tersebut menandakan bahwa Cheng Ho mempunyai kepedulian yang besar dalam kegiatan agama Islam. Selain itu Cheng Ho juga pernah menjadi khotib pada sholat Jumat di mesjid Surabaya, seperti yang digambarkan dalam lukisan milik Prof. H.M. Hembing Wijayakusumah. Menjadi seorang khotib tentu harus memiliki pengetahuan yang luas tentang ajaran Islam dan seseorang yang dihormati oleh masyarakat, baik dihormati karena usianya, pengetahuan tentang ilmu agamanya, maupun karena mempunyai sifat, sikap, perilaku yang bisa menjadi contoh sehingga bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat.

b. Seni Budaya

(4)

sesuai dengan arti Islam sendiri yaitu “damai”, orang-orang yang menerima Islam ini harus secara sadar bukan karena paksaan.

c. Mengamalkan Perbuatan

Mengajarkan dan memberi nasehat kepada para pedagang Muslim asal China ketika menemui mereka untuk menjalin hubungan baik dengan penduduk setempat serta memberikan dukungan untuk syiar Islam di pantai utara Jawa karena banyak yang bermukim disana. Di beberapa kota pesisir juga banyak ditemui komunitas Muslim dan orang-orang China yang berada disana sudah banyak yang beragama Islam. Cheng Ho juga melakukan ibadah puasa ketika bulan Ramadhan datang dan pernah suatu saat ketika berada di kapal dia tidak makan pada siang hari, baru pada malam hari Cheng Ho makan. Hal tersebut secara tidak langsung akan membuat para awak kapal atau anak buahnya yang beragama Islam untuk melakukan puasa juga bagaimana kondisinya.

d. Membangun Masjid

Cheng Ho yang mempunyai pengetahuan tentang arsitektur China kuno memanfaatkan pengetahuannya tersebut untuk bentuk bangunan masjid-masjid yang akan dia perbarui dan dibangun. Cheng Ho membangun beberapa masjid sebagai sarana ibadah sekaligus pusat tempat penyebaran agama Islam di beberapa daerah seperti Cirebon, Tuban, Ancol, Gresik dan sebagainya dengan arsitektur yang identik dengan bercorak China kuno.

e. Proses Islamisasi di Komunitas China

(5)

f. Memberikan Fasilitas

Komunitas-komunitas Muslim China mazhab Hanafi sangat terbantu dengan kedatangan Cheng Ho ke Indonesia, karena Cheng Ho sangat peduli terhadap kepentingan-kepentingan komunitas tersebut. Cheng Ho menyediakan beberapa fasilitas terhadap komunitas Muslim China itu agar tetap eksis, seperti membentuk biro pemerintahan, badan keuangan dan pembangunan masjid-masjid. Cheng Ho merasa mempunyai kewajiban dalam menyediakan kebutuhan spiritual komunitas-komunitas Muslim China mazhab Hanafi.

Terdapat beberapa bukti mengenai keterlibatan peran Cheng Ho dalam perkembangan agama Islam di Indonesia. Peran Cheng Ho tersebut terlihat lebih dominan terhadap masyarakat China perantauan atau China Muslim yang sudah ada di wilayah Nusantara dibandingkan dengan penduduk pribumi. Muslim China mazhab Hanafi ini berasal dari pedalaman provinsi Yunnan dan kebanyakan Muslim China menganut mazhab Hanafi. Walau begitu, tetap saja Cheng Ho memberikan “warna” lain dalam proses perkembangan agama Islam di Indonesia. Salah satu dampaknya adalah banyak orang keturunan China di Indonesia yang masuk agama Islam sebagai upaya mengikuti jejak Cheng Ho karena Cheng Ho selain berjasa untuk China dalam aspek politik, juga merupakan seorang pribadi yang menjadi suri tauladan bagi umat Islam China. Semoga suatu saat nanti ditemukan bukti yang lebih kuat lagi mengenai peran Cheng Ho dalam agama Islam di Indonesia, sehingga memang peran Cheng Ho dalam perkembangan agama Islam tidak diragukan lagi.

5.2 Saran

(6)

agama Islam di Nusantara ini menjadi “simbol” dalam teori China mengenai teori penyebaran agama Islam di Indonesia. Teori China tidak disebutkan dalam buku teks, padahal China juga memegang peranan dalam perkembangan agama Islam di Indonesia, didalam buku teks sendiri teori Gujarat dan teori Persia “dominan” disebutkan dalam pembahasan teori penyebaran agama Islam di Indonesia. Pelajaran yang bisa didapat dari peran Cheng Ho tersebut bahwa penyebaran Islam harus dilakukan secara damai, bukan paksaan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik pada step ke 1 variabel anemia sedang dengan nilai p = 0,002, karena p < 0,05 maka dapat

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di Desa Kunti Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo. Sumber data diperoleh dengan menggunakan

Mengerti dan memahami konsep dasar perencanaan geometrik jalan raya, yakni: klasifikasi jalan, penampang melintang jalan, kriteria perencanaan, alinyemen

b) persiapan bagi kehidupan (Groos,1998). Anak-anak bermain untuk meniru orang dewasa dan mempraktikkan seperti apa rasanya bila menjadi orang dewasa. Psikoanalisis meyakini

Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil kegiatan penataan lahan pada lahan bekas penambangan sirtu di Desa

Kurkumin dapat mencegah kerusakan mitokondria yang disebabkan oleh oksidan t-BHP yang dinilai dari peningkatan aktivitas enzim glutation peroksidase.. Kiso Y, Suzuki Y,

Dari uji statistik diperoleh ada hubungan sanksi dengan kinerja bidan dalam pengisian partograf pada ibu bersalin di Puskesmas Jekulo (p=0,022 < α=0,05).Kebanyakan responden

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang Microsoft Excel, Anda dapat mengakses link berikut melalui internet. http://id.wikipedia.org/ wiki/Microsoft_Excel