• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Jumlah Hidup...Andi Nurhakim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Jumlah Hidup...Andi Nurhakim"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG TERHADAP JUMLAH HIDUP Tribolium castaneum DAN SUSUT BERAT DEDAK PADI

DALAM PENYIMPANAN

THE EFFECT OF YAM SEED’S EXTRACT USAGE ON TOTAL LIFE NUMBER OF Tribolium castaneum AND WEIGHT LOSS

OF RICE BRAN IN STORAGE

Andi Nurhakim*, Rachmat Wiradimadja, Iman Hernaman Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: greenlight.nurhakim@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan insektisida sintetik sebagai pembasmi hama bahan pakan berpengaruh buruk terhadap lingkungan dan residu yang tertinggal dalam pakan dapat membunuh ternak bahkan manusia. Bengkuang merupakan tanaman yang mempunyai bahan aktif rotenon yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan perlu diteliti potensinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah hidup Tribolium castaneum dan susut berat dedak padi yang disemprot dengan ekstrak biji bengkuang dalam penyimpanan selama tujuh hari. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima perlakuan konsentrasi ekstrak biji bengkuang yaitu P1=0%; P2=2%; P3=4%; P4=6%, dan P5=8%.

Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian diolah menggunakan metode sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 8% berpengaruh nyata (P<0,05) menekan jumlah hidup Tribolium castaneum dan memperlihatkan hasil penyusutan dedak padi yang terendah.

Kata Kunci: ekstrak biji bengkuang, Tribolium castaneum, jumlah hidup, susut berat, dedak padi.

ABSTRACT

The application of synthetic insecticide as feed material disinfectant have bad effect for environment and the left behind residue in material can kill animals even humans. Yam seed is containing rotenon active material plant that can be used as vegetative insecticide which safe for environment and should be research for its potency. This study was aimed to find out total life number of Tribolium castaneum and rice bran weight loss which are sprayed with yam seed’s extract within seven days of storage. This study used experimental method with Complete Randomized Design (CRD). There were 5 yam treatment on yam seed's extract concentration: (1) P1=0%, (2) P2=2%, (3) P3=4%, (4) P4=6%, and (5)

P5=8%. Each treatment was repeated four times. The result of this experiment was processed using

analysis of variance (ANOVA) and continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the usage of yam seed's extract with 8% concentration was obviously confluenced (P<0,05) in suppresing total life number of Tribolium castaneum and showed minimum weight loss of rice bran.

(2)

Pendahuluan

Penggunaan insektisida sintetik sebagai pembasmi hama bahan pakan yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap lingkungan. Residu yang tertinggal dalam pakan, dapat membunuh ternak bahkan manusia. Beberapa pengaruh negatif yang akan timbul akibat penggunaan insektisida sintetik dapat menyebabkan resistensi hama, dan peledakan hama sekunder serta pencemaran lingkungan. Antisipasi terhadap dampak negatif penggunaan insektisida sintetik menjadi faktor utama yang diupayakan untuk mencari alternatif senyawa-senyawa insektisida yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, makhluk hidup lain dan mempunyai sifat yang mudah terurai sehingga tidak berbahaya serta mampu mengendalikan hama bahan pakan.

Tanaman sebenarnya kaya bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan insektisida yang berasal dari tanaman yang menggunakan bahan hasil metabolit sekunder tanaman sebagai bahan aktifnya dan menjamin keamanan bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah serta tidak berbahaya terhadap ternak dan manusia. Perkembangan bahan aktif asal tanaman akhir-akhir ini mulai diteliti kembali pemanfaatannya. Pemanfaatan insektisida nabati perlu diteliti potensi dan permasalahan pengembangannya.

Tanaman yang memiliki potensi sebagai insektisida nabati diantaranya biji bengkuang yang mengandung bahan aktif rotenon. Rotenon adalah racun pencernaan dan racun kontak, mekanisme kerjanya mengganggu respirasi sel, selain itu rotenon juga merupakan racun saraf. Insektisida nabati dari biji bengkuang diharapkan efektif mengendalikan hama. Efektivitas kerja insektisida dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis insektisida, jenis serangga dan level insektisida. Penggunaan insektisida diharapkan dapat membasmi hama yang ada dalam bahan pakan.

Dedak padi sudah umum dikenal oleh peternak baik sebagai bahan pakan ternak unggas maupun sebagai bahan pakan konsentrat untuk ternak ruminansia. Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi, yang merupakan salah satu bahan dalam menyusun ransum untuk ternak ruminansia maupun non-ruminansia. Namun, akibat cara penyimpanan yang tidak ideal, dedak padi sangat mudah diserang oleh kumbang. Jenis kumbang yang paling sering ditemukan adalah Tribolium castaneum. Kerugian yang ditimbulkan akibat Tribolium castaneum dalam penyimpanan adalah kehilangan berat, penurunan kualitas dedak padi dan menjadi inang cacing pita yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pencernaan serta kerugian ekonomis.

Tribolium castaneum mempunyai kontribusi yang besar terhadap kerusakan bahan pakan, baik kerusakan fisik maupun kehilangan kandungan zat nutrien. Aktivitas metabolik Tribolium castaneum menyebabkan peningkatan kadar air, suhu bahan pakan, menimbulkan efek toksik dan alergik. Kerusakan secara fisik terjadi akibat kontaminasi bahan pakan oleh kotoran, jaringan, bagian tubuh dan bau kotoran. Tribolium castaneum memakan dan merusak struktur fisik bahan pakan dan memicu pertumbuhan mikroorganisme lain.

(3)

Bahan dan Metode Penelitian

Delapan ratus gram biji bengkuang dioven hingga diperoleh berat keringnya enam ratus lima puluh gram. Biji diblender sampai menjadi tepung dan diayak agar didapat tepung biji bengkuang yang halus, kemudian tepung biji bengkuang sebanyak 500 g dilarutkan dan didiamkan dengan 1 liter alkohol 95% selama satu hari. Penyaringan terhadap larutan dengan kertas saring, ditampung dalam gelas beker. Maserat diuapkan dengan evaporator putar pada suhu diatas 40oC untuk memisahkan

bahan aktif dari pelarutnya. Ekstrak hasil penguapan diletakkan dalam wadah dan dibiarkan terbuka pada suhu ruangan untuk menguapkan sisa pelarut. Ekstrak biji bengkuang ditambahan pelarut air untuk menghasilkan 25 mL larutan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, kemudian disimpan ke dalam botol yang diberi label, ditutup rapat-rapat dan disimpan dalam refrigerator.

Dedak padi yang telah diayak diambil sebanyak 70 g dimasukkan ke dalam oven untuk dijadikan sampel bahan kering dan mengukur kadar airnya. Kadar air diukur untuk memperoleh berat bahan kering awal dan mengupayakan berat bahan kering mencapai optimal, lalu dimasukkan ke dalam toples sebanyak 50 g untuk setiap sampelnya. Siapkan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Setelah itu ekstrak biji bengkuang disemprotkan sebanyak 2 mL secara perlahan pada setiap sampel dedak padi sambil diaduk menggunakan batang pengaduk dengan pola adukan membentuk angka delapan.

Setelah proses penyemprotan, dedak padi diinokulasikan dengan Tribolium castaneum sebanyak 50 ekor tiap sampel, untuk memastikan jumlah Tribolium castaneum 50 ekor tiap sampelnya digunakan kaca pembesar. Toples ditutup dengan kain furing yang sudah disiapkan, pastikan tidak ada celah untuk Tribolium castaneum keluar dan lolos dari toples. Setelah itu sampel disimpan dengan kondisi penyimpanan terhindar dari sinar matahari.

Penyemprotan ekstrak biji bengkuang terhadap dedak padi yang diinokulasi Tribolium castaneum dilakukan selama satu minggu dengan dua kali penyemprotan. Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah hidup Tribolium castaneum dan Setelah diketahui berapa sisa jumlah hidup Tribolium castaneum maka dilanjutkan dengan menghitung susut berat pada dedak padi pasca penelitian. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis ragam, untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dilakukan uji Duncan.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Jumlah Hidup Tribolium castaneum

Rataan jumlah hidup Tribolium castaneum yang diperoleh dari hasil Pengamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Jumlah Hidup Tribolium castaneum Ulangan Tribolium castaneum awal Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 ..Ekor.. ...%... 1 50 100 100 100 98 92 2 50 100 100 100 94 86 3 50 100 100 100 98 92 4 50 100 100 100 98 98 Total 400 400 400 388 368 Rata-rata 100 100 100 97 92

Keterangan : P1= Kontrol, tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang

P2= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 2%

P3= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 4%

P4= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 6%

P5= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 8%

Jumlah hidup Tribolium castaneum yang diberi penyemprotan ekstrak biji bengkuang dalam penyimpanan (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang diperoleh rataan jumlah hidup Tribolium castaneum 100%, begitu pula untuk perlakukan dengan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 2% (P2) dan pemberian ekstrak biji bengkuang

dengan konsentrasi 4% (P3) menghasilkan jumlah hidup Tribolium castaneum yang sama. Untuk

perlakuan dengan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 6% (P4) menghasilkan jumlah

hidup Tribolium castaneum sebesar 97%, sementara untuk perlakuan dengan pemberian ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 8% (P5) menghasilkan jumlah hidup Tribolium castaneum sebesar 8%.

Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan metode sidik ragam diperoleh bahwa tingkat penggunaan ekstrak biji bengkuang berpengaruh nyata terhadap jumlah hidup Tribolium castaneum. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Hidup Tribolium castaneum

Perlakuan Rataan Persentase Hidup

(%) Signifikasi 5% P5 92 a P4 97 b P3 100 b P2 100 b P1 100 b

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Membuktikan bahwa rataan jumlah hidup Tribolium castaneum dengan penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 8% (P5) nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan

(5)

pengaruh penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada perlakuan P2 sampai dengan P4, yaitu pada

perlakuan penyemprotan ekstrak biji bengkuang 2, 4, dan 6%. Demikian pula bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyemprotan tanpa ekstrak biji bengkuang (0%). Artinya efektifitas tingkat penggunaan ekstrak biji bengkuang terhadap penurunan jumlah hidup Tribolium castaneum terjadi pada perlakuan P5 yaitu dengan tingkat konsentrasi ekstrak biji bengkuang 8%. Penggunaan ekstrak biji

bengkuang di bawah 8% belum efektif menurunan jumlah hidup Tribolium castaneum.

Perlakuan P5 yaitu penggunaan ekstrak biji bengkuang dengan konsentrasi 8% merupakan

tingkat yang memiliki mortalitas tertinggi yaitu sekitar 8% dari total jumlah hidup awal, tingginya kematian yang diakibatkan oleh ekstrak biji bengkuang dimungkinkan adanya senyata aktif yang terkandung di dalam ekstrak biji bengkuang yaitu rotenon, yang dapat menyebabkan kematian pada serangga karena efek farmakologis dari rotenan adalah mencegah kemampuan Tribolium castaneum untuk menggunakan oksigen pada proses metabolisme. Rotenon merupakan inhibitor kuat elektron transpor yaitu antara NAD+ dengan koenzim Q, oksidasi suksinat dan sitokrom oksidase pada mitokondria (Krisna, 2002).

Rotenon yang mempunyai sistem kerja sebagai racun kontak dan racun pencernaan terhadap beberapa larva serangga serta mempunyai sifat mudah terurai dalam sinar matahari dan udara terbuka (Oka, 1993). Insektisida nabati menunjukkan tingkat keamanan dan kesehatan yang lebih baik karena bahan aktif yang diperoleh dari tanaman tidak memiliki risiko dan efek samping di dalam penggunaannya sehingga aman untuk digunakan.

Penyusutan Dedak Padi

Banyaknya Tribolium castaneum dalam pakan akan berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsinya. Hasil penelitian mengenai jumlah susut berat dedak padi yang tercemar Tribolium castaneum dalam penyimpanan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase Jumlah Susut Bahan Kering Dedak Padi yang Tercemar Tribolium castaneum dalam Penyimpanan

Ulangan Berat Awal Perlakuan

P1 P2 P3 P4 P5 ..g.. ...%... 1 50 1,38 1,32 1,33 0,35 0,56 2 50 0,88 1,17 0,25 0,55 0,44 3 50 1,47 1,52 0,62 0,58 0,25 4 50 1,27 1,44 0,54 0,86 0,41 Total 5 5,45 2,74 2,34 1,66 Rata-rata 1,25 1,36 0,68 0,58 0,41

Keterangan : P1= Kontrol, tanpa pemberian ekstrak biji bengkuang

P2= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 2%

P3= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 4%

P4= Pemberian ekstrak biji bengkuang konsentrasi 6%

(6)

Tabel 3, menunjukkan nilai rataan persentase penyusutan dedak padi dengan peningkatan penggunaan ekstrak biji bengkuang secara berurutan dari tingkat terendah hingga tertinggi dicapai oleh perlakuan yang diberi penyemprotan konsentrasi ekstrak biji bengkuang 8% (P5), penyemprotan ekstrak

biji bengkuang 6% (P4), ekstrak biji bengkuang 4% (P3), ekstrak biji bengkuang 2% (P2) dan tanpa

pemberian ekstrak biji bengkuang (P1).

Berdasarkan uji statistik bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penyusutan dedak padi dalam penyimpanan. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa rataan persentase penyusutan dedak padi dengan tingkat konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang 8% (P5) nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan pengaruh

penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 6% (P4), 4% (P3), 2% (P2), dan tanpa

perlakuan ekstrak biji bengkuang (P1).

Tabel 4. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Penyusutan Dedak Padi Perlakuan Rataan Persentase Penyusutan (%) Signifikasi 5% P5 0,41 a P4 0,58 b P3 0,68 c P1 1,25 d P2 1,36 d

Keterangan: Angka yang diikuti dengan dua huruf yang berbeda menunjukkan tidak berbeda nyata Pengaruh tingkat konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang 6% (P4) nyata lebih rendah

dibandingkan dengan pengaruh penyemprotan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 4% (P3),

2% (P2), dan tanpa perlakuan ekstrak biji bengkuang (P1). Pengaruh tingkat konsentrasi pemberian

ekstrak biji bengkuang 4% (P3) nyata lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsentrasi pemberian

ekstrak biji bengkuang 2% (P2) dan tanpa perlakuan ekstrak biji bengkuang (P1). Perbedaan yang terjadi

pada perlakuan tersebut, dikarenakan perbedaan jumlah hidup Tribolium castaneum yang memerlukan makanan. Alanko, dkk. (2000) menyatakan bahwa komponen dedak yang dikonsumsi oleh Tribolium castaneum adalah pati. Kebutuhan makanan yang banyak pula dapat menunjang Tribolium castaneum untuk berkembang biak.

Persentase susut berat padi yang terendah diperoleh pada perlakuan P5 hal ini terkait dengan jumlah Tribolium castaneum yang paling sedikit. Jumlah yang rendah memungkinkan kesempatan mengkonsumsi dedak padi juga menjadi rendah, begitu pula pada perlakuan P4 jumlah Tribolium

castaneum lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Adapun untuk perlakuan P3, P1 dan

P2 terjadi perbedaan, meskipun jumlahnya sama (Tabel 4), diduga Tribolium castaneum yang

digunakan memiliki umur yang berbeda yang akan terkait dengan ukuran tubuh, hal ini berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam penelitian ini besar ukuran tubuh, status fisiologis dan produktifitas Tribolium castaneum tidak diperhitungkan karena sulit dalam penentuannya.

(7)

Konsumsi pakan merupakan sejumlah pakan yang dapat dikonsumsi ternak pada periode waktu tertentu, dan merupakan faktor penting yang akan menentukan aras, fungsi, dan respon ternak serta penggunaan nutrien yang ada di dalam pakan (Van Soest, 1994). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik dari produktivitas ternak dan juga faktor esensial yang menjadi dasar untuk hidup dan menentukan produksi (Arora, 1995). Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (lingkungan), faktor internal (kondisi ternak itu sendiri) dan pakan yang diberikan (Parakkasi, 1998). Hal ini juga berpengaruh terhadap Tribolium castaneum, besar ukuran Tribolium castaneum berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin besar ukuran tubuh, makin tinggi pula konsumsi terhadap pakan.

Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak biji bengkuang pada tingkat konsentrasi 8% memperlihatkan hasil yang dapat menekan jumlah hidup Tribolium castaneum. Persentase susut berat dedak padi terendah diperoleh pada tingkat konsentrasi ekstrak biji bengkuang 8%.

Saran

Disarankan bahwa pengaruh pakan yang telah disemprot ekstrak biji bengkuang pada konsentrasi 8% sudah dapat mengurangi jumlah hidup Tribolium castaneum dan susut berat dedak padi dalam penyimpanan. Perlu dilakukan penelitian penggunaan ekstrak biji bengkuang dengan tingkat konsentrasi lebih dari 8%, dan perlu dilakukan evaluasi penggunaan dedak padi yang telah disemprot dengan ekstrak biji bengkuang untuk melihat dampaknya terhadap performa ternak.

Daftar Pustaka

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Cetakan ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Krisna S. L. S., Eka. 2002. Studi Pengaruh Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus) terhadap Perkembangan Larva Nyamuk (Aedes aegypti).Skripsi. Fakultas kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Oka, I. M. 1993. Penggunaan, Permasalahan serta Prospek Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Terpadu. Prosding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Parakkasi, A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. University Indonesia Press, Bogor.

(8)

Van Soest, P. J. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2nd ed. Comstock Publishing Associates A

Referensi

Dokumen terkait

Untuk semua keluarga besar Samsat Manyar Surabaya Timur yang juga selalu memberikan dukungan dan support untuk menyelesaikan skripsi ini.... Untuk semua teman-teman

15.3 Beliau memaklumkan ibu bapa perlu menyertakan maklumat yang lengkap kepada guru kelas Tahun 6 untuk memastikan tiada masalah yang timbul dalam urusan penempatan

Problem muncul ketika dalam proses penanggulangannya dilakukan seperti proses penegakan hukum dengan peraturan umum dalam hal ini korupsi sebagai peraturan khusus

disimpulkan bahwa adat istiadat adalah sebuah aturan yang ada dalam suatu. masyarakat yang di dalamnya terdapat aturan-aturan

Hal ini memperkuat dugaan bahwa untuk pengembangan gandum tropis di Indonesia khususnya toleran suhu tinggi, program pemuliaan harus dimulai dengan menskrining

2442-9139 (print) Edited by: Paramitha Amelia K, SST., M.Keb *Correspondence: Published: 03 April 2019 Citation: Dinastiti VB, N and Dwijayasa PM (2019) Pengaruh Susu Kedelai

Dalam al-quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan bahwa manusia memiliki pilihan, manusia dapat menentukan hidup mereka dan manusia sebagai penyebab perilaku mereka

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah batang utama, durasi daun hijau, jumlah umbi pertanaman, bobot umbi pertanaman, total produksi perplot, persentase grade umbi,