• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL VI. KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

VI-1

MODUL

VI.

KLASIFIKASI DAN TATANAMA POHON

Modul keenam membahas tentang klasifikasi dan tatanama pohon mengikuti aturan klasifikasi tumbuhan dan sistim tatanama yang diakui secara global. Dalam modul ini juga dijelaskan mengenai sejarah klasifikasi, tipe klasifikasi dan mengapa klasifikasi botani yang terbaik yang dikenal dengan phylogenetic classification, dan sistim tatanama serta mengapa dan bagaimana menggunakan bahasa latin dalam penamaan jenis tumbuhan dalam hal ini pohon.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Pada akhir pembelajaran modul klasifikasi dan tatanama pohon para mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan untuk:

1. Menjelaskan dengan tepat apa yang dimaksud dengan klasifikasi tumbuhan terutama pohon.

2. Memahami alasan pentingnya klasifikasi dan asal mula klasifikasi tumbuhan (pohon) dilakukan

3. Mengenal jenis pohon bukan hanya dari nama umum atau perdagangan tetapi juga secara ilmiah dalam bahasa latin.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

(2)

VI-2 1. Melakukan klasifikasi jenis pohon dengan tepat sesuai aturan klasifikasi tumbuhan. 2. Membedakan tipe klasifikasi yang benar dan mengapa klasifikasi botani yang

terbaik.

3. Mengerti tata cara penulisan nama ilmiah yang benar sesuai dengan aturan internasional dalam penamaan pohon.

4. Memahami mengapa menggunakan bahasa latin dalam penamaan pohon dan bagaimana nama jenis pohon selalu berubah.

Pengorganisasian pengetahuan kita mengenai biodiversitas adalah kunci penting yang telah diterapkan oleh berbagai herbaria di dunia seperti herbarium Kew, Bogor, Leiden dan termasuk Manokwari. Salah satu peran penting herbarium adalah membuat catalog

keanekaragaman tumbuhan di dunia. Ada berjuta-juta tumbuhan berbunga yang diperkirakan sebesar 300.000 jenis (Baumgradt 1982, Jeffrey 1982, Stace 1989, Mabberley 1997, dan APG 1998). Guna memahami keanekaragaman ini dan bagaimana caranya untuk harus dituangkan ke dalam suatu system yang terorganisir.

Sementara itu ada banyak jenis yang belum ditemukan dan dideskripsi, yang lainnya diketahui cukup detail karakternya. Ada segudang informasi yang para ahli botani, taksonomi, kimia, petani, dokter, juru masak, dan ahli kehutanan yang telah belajar mengenai tumbuhan, dan kita perlu kerangka acuan untuk mengorganisir pengetahuan mereka mengenai tumbuhan termasuk pohon.

(3)

VI-3 Klasifikasi ini berfungsi sebagai satu type atau model data-base, di mana nama ilmiah tumbuhan adalah kunci untuk mengungkap dunia tumbuhan yang sangat menakjubkan dan perlu untuk dijelajah secara ilmiah benefitnya. Dalam pengenalan jenis diperlukan tahapan seperti klasifikasi dan pemberian nama yang sah (valid) menurut hukum tatacara penamaan jenis tumbuhan yang digunakan dan diakui secara global.

6.1. Klasifikasi (Classification)

Klasifikasi adalah proses pengelompokkan sesuatu jenis ke dalam group berdasarkan perawakan yang sama. Seperti sistim file (filing system) atau menyusun berdasarkan

urutannya, apa saja bisa diklasifikasi tetapi disini kita mengacu pada organism hidup khususnya pohon. Sesungguhnya studi mengenai klasifikasi ini dikenal dengan istilah Taksonomi (asal dari kata Taxon- group-kelompok) dan itu dilakukan oleh ahli botani yang disebut Taxonomist.

Klasifikasi juga merupakan suatu hirarki yang disusun menurut kategori taksonomi yang diakui oleh Kode Internasional Tatanama Botani (International Code of Botanical

Nomenclature/ICBN) sebagai barikut:

Table 6.1. Hirarki klasifikasi pohon menurut standar ICBN.

Kategori Standar akhiran

Kindom -bionta Divisi -phyta Subdivisi -phytina Kelas -opsida Sub-kelas -idae Super-ordo -anae Ordo -ales Sub-ordo ineae

(4)

VI-4 Super-famili -ariae Famili -aceae Sub-famili -oideae Suku -eae Sub-suku -inae

Marga Tidak ada; cetak miring, huruf awalnya huruf kapital Jenis Tidak; nama marga diikuti spesies epitet, cetak miring dan ditulis huruf kecil

Contoh aplikasi dari sistim klasifikasi menurut ICBN adalah sebagai berikut: Table 6.2. Hirarki klasifikasi pohon matoa menurut standar ICBN.

Kategori Standar akhiran

Kindom Chlorobionta Divisi Embriophyta Subdivisi Tracheophytina Kelas Angiospermopsida Sub-kelas Angiospermidae Super-ordo Sapindanae Ordo Sapindales Sub-ordo Sapindineae Super-famili Sapindariae Famili Sapindaceae Sub-famili Sapindoideae Suku -eae Sub-suku -inae Marga Pometia

Jenis Pometia pinnata

Kode internasional tatanama botani dalam prakteknya umumnya mengakui 7 kategori utama yaitu: kingdom, divisi atau filum, kelas, ordo, famili, marga dan jenis. Tetapi tidak membatasi kategori ini dalam artikel ilmiah atau publikasi bidang botani, dimana terjadi penambahan super- atau sub- dalam susunan hirarki botani.

(5)

VI-5 a. Sejarah klasifikasi tumbuhan (pohon)

Ketrampilan untuk mengelompokkan pohon dan fenomenanya adalah penting bagi manusia bahkan ada yang sudah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti kemampuan untuk membedakan pohon beracun dan tidak, yang bisa dimakan dan tidak, kesemuanya merupakan alat yang berguna, yang sudah digunakan sejak jaman dulu hingga sekarang. Klasifikasi tumbuhan yang awal mungkin serupa dengan saat ini. Klasifikasi ini mengkategorikan tumbuhan berdasarkan kegunaannya seperti untuk makan, obat, magic dan kayu.

Bukti klasifikasi yang pertama kali dikembangkan dan masih digunakan hingga sekarang, dikembangkan oleh orang Yunani Kuno seperti Theophrastus (d. 287 BC- abad 287 sebelum masehi) dan Dioscorides (c. 40 –c. 90 AD-abad sesudah masehi). Buku Dioscorides berjudul Materia Medica adalah buku pertama untuk tumbuhan herba, dan hanya satu selama kurang lebih 1000 tahun. Theophrastus menyediakan klasifikasi tumbuhan rudiment berdasarkan 500 atau lebih pada Botanic Gardens di Athena.

Studi ilmiah klasifikasi tumbuhan di Eropa bermula tepatnya pada abad ke 18. Ahli botani asal Swedia Carolus Lineus (1707-08) diakreditasi atas kerjanya membuat system penamaan yang kita gunakan sekarang untuk semua organisma hidup. Ia juga sebagai orang pertama yang mengelompokkan organism kedalam hirarki yang logis berdasarkan kesamaan karakter. Klasifikasi tumbuhannya berdasarkan pada bagian-bagian tumbuhan dan bertahan kurang lebih selama 200 tahun sampai dikembangkannya system dengan penggunaan karakter yang lebih lengkap belakangan ini yaitu penggunaan perawakan anatomi dan genetika.

(6)

VI-6 Pada abad ke 19, teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace dan teori pewarisan genetic (Gregor Mendel) menuntun untuk menghasilkan Klasifikasi Phylogenic- yang merefleksikan perubahan dalam pandangan teori evolusi. Banyak sistim klasifikasi yang dikembangkan di akhir abad 19 dan awal abad 20 yang diklaim sebagai phylogenetic atau pohon kekerabatan. Akan tetapi ahli botani hanya menggunakan pencirian karakter yang dapat dilihat (karakter morfologi), dan memutuskan perbedaan karakter yang penting dan mana yang diabaikan adalah sangat spekulatif dan berdasarkan pada penilaian individu (prejudices of individual). Misalnya bagaimana kita memutuskan jika bentuk petal lebih signifikan dari jumlah stamen. Juga karena hanya satu saja yang betul-betul mengikuti sistim kekerabatan (yang mengikuti alur evolusi). Banyak sistim yang sudah dikembangkan tetapi tidak semua tepat.

Belakangan ini banyak pendekatan yang lebih modern dalam klasifikasi. Tujuannya untuk mengurangi atau memindahkan keinginan ahli botani pada karakter tertentu saja,

sehingga tidak dapat di salah artikan. Lebih penting lagi karena berdasarkan pengujian, hipotesa dan ilmiah sifatnya. Tujuan utama klasifikasi adalah secara akurat mewakili evolusi tumbuhan, yang saat ini hampir dicapai melalui penggunaan karakter genetika.

b. Type klasifikasi dan mengapa klasifikasi botani yang terbaik

Klasifikasi prosesnya bisa sangat intuitif yang cenderung dilakukan secara otomatis. Pohon misalnya dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaannya seperti sebagai penghasil buah-buah yang dimakan, sebagai sayuran, tanaman hias, dan kayu industry atau gulma-tumbuhan pengganggu. Klasifikasi yang demikian adalah buatan. Yang dilakukan dengan

(7)

VI-7 maksud mengelompokkan pohon yang tidak saling terkait kekerabatannya. Itu dapat juga mengungkap hanya satu bagian informasi, sebutlah karakter dimana klasifikasi berdasar- dalam hal ini bagaimana pohon dimanfaatkan. Klasifikasi tumbuhan modern sangat berbeda dari klasifikasi yang sudah dibuat terdahulu, semata hanya karena perangkat ini berbeda dalam tujuan penggunaannya.

Klasifikasi botani bertujuan untuk lebih alamiah dimana dicoba untuk

mengelompokkannya berdasarkan keeratan hubungan kekerbatannya. Tipe ini dikenal dengan sebutan PHYLOGENETIC CLASSIFICATION- bertujuan untuk merefleksikan sejarah evolusi tumbuhan, sehingga tumbuhan dalam group dapat dipertimbangkan sebagai kelompok yang memiliki tetua yang sama. Kemungkinan klasifikasi ini akan terlihat sebagai sesuatu yang kurang memiliki point penting ketika terdapat cara lain yang lebih ‘efektif’ dalam

mengelompokkan tumbuhan, sebuah klasifikasi yang berdasarkan pada keeratan karakter memiliki suatu kekuatan akurasi yang bias diprediksi. Jika kita mengetahui group alamiahnya di mana tumbuhan seharusnya terkelompok, kita dapat secara langsung menduga serangkaian karakter umum yang di-share bersama group dimaksud. Jika seseorang berkata pada anda mereka memiliki tumbuhan Primula dalam tamannya, kita dapat langsung berkata bahwa tumbuhan tersebut memiliki karakter petal (Corolla) yang melingkar seperti cincin dan berbentuk tabung pada dasar bunganya, kemudian stamen terletak berhadapan dengan lengkungan pada petal dan stigmanya berbentuk seperti kepala (head-like).

Sebuah contoh nilai dari prediksi yang demikian adalah ditemukannya obat AIDS di Tumbuhan Amazon Alexa. Komponen kimia yang disebut castanospermine yang ditemukan pada jenis pohon di Australia dalam genus Castanospermum. Para ahli taksonomi dari Kew,

(8)

VI-8 bekerja dalam mengklasifikasi family, mampu memperkirakan bahwa komponen kimia yang serupa dapat dijumpai terkandung dalam Alexa, yang tumbuh di belahan dunia lainnya. Kerja lapang di Brazil yang dilanjutkan dengan analisa laboratorium di Jodrell Laboratory di Kew membuktikan hal tersebut.

c. Bagaimana mengklasifikasi pohon atau tumbuhan.

Untuk membuat suatu klasifikasi diperlukan antara lain: 1. Objek yang akan diklasifikasi,

2. Karakter yang akan diidentifikasi yang akan digunakan dalam mengelompokkan objek,

3. Proses yang logis dalam menyusun kelompok tumbuhan yang dihasilkan nanti.

Objek yang akan diklasifikasi haruslah tumbuhan, specimennya dikoleksi dan

kemungkinan species baru akan terus ditemukan. System klasifikasi lainnya haruslan fleksibel untuk dapat mencakup tambahan karakter yang baru dan temuan baru.

Beranekaragam bentuk tumbuhan menyediakan beragam perawakan identifikasi atau karakter yang berguna dalam mengelompokkannya. Salah satu metode lama dan umum digunakan dalam mengelompokkan tumbuhan bergantung pada sifat fisik (MORFOLOGI). Pencirian demikian melalui penampakan visual dengan kasat mata atau lensa tangan dan banyak menggunakan cirri-ciri seperti:

ukuran, bentuk, jumlah dan tataletak bagian perhiasan bunga, tataletakk bunga dalam tangkai perbungaan, cara pembukaan alat bunga jantan, bentuk daun, tekstur daun, pola pertulangan daun, letak dudukan daun pada batang pohon, tipe dan bentuk buah, habitus (pohon, memanjat annual, aquatic perennial, dst), warna getah, dan aroma.

(9)

VI-9 Kesemuanya adalah karakter yang digunakan dalam proses identifikasi. Demikian halnya dengan perawakan yang mudah dilihat secara kasat mata, ahli botani juga menggunaka

karakter lain dalam proses identifikasi. Banyaknya stuktur perawakan yang hanya bias dilihat dengan penggunaan mikroskop, misalnya bentuk serbuk polen, dan permukaannya. Dengan perlakuan yang tepat dan pewarnaan, kromoson dalam dinding sel, ditambah bagian sturktur sel lainnya dapat diamati di bawah mikroskop. Bentuk dan jumlah dapat menjadi karakter pembeda jenis.

Biokimia juga merupakan perangkat yang berguna, karena beberapa komponen kimia hanya ditemukan pada group tertentu dari tumbuhan termasuk tumbuhan berkayu. Pada banyak kasus diindikasikan bahwa anggota dari group tumbuhan yang berkerabat adalah sangat terkait erat. Ada metode terbaru yang ditambahkan oleh ahli botani dalam mengelompokkan tumbuhan yaitu Analisa genetika.

Sekelompok ahli yang dipimpin oleh ahli botani dari The Royal Botanic Gardens Kew, baru saja membuat perangkat system klasifikasi family tumbuhan berbunga, berdasarkan pada perbedaan karakter genetika.

Gen merupakan rangkaian pita instruksi untuk membuat protein. Instruksi tersebut memiliki kode 4 huruf (Citosin-Timin-Adenin-Guanin dan Urasil atau DNA bases). Gen diteruskan melalui generasi, jika satu huruf berubah dalam tumbuhan, maka turunan berikutnya akan mewarisi perubahan dimaksud. Perubahan ini akan terakumulasi secara berkala, sehingga dapat dilacak tetuanyanya (nenek moyangnya). Dua jenis nampaknya memiliki kemiripan karakter, jika mereka memperlihatkan beberapa perbedaan dalam pita-pita genetikanya, dan jika perbedaannya cukup besar.

(10)

VI-10 Para ilmuan memilih tiga gen yang ditemukan dalam semua tumbuhan, dan 565 jenis tumbuhan mewakili semua family tumbuhan berbunga. Untuk setiap tumbuhan, ketiga gen adalah berantai, dan rantainya (sederat daftar kode gen yang panjang) yang dibandingkan menggunakan analisa computer. Hasilnya adalah pohon kekerabatan yang cukup besar dari tumbuhan dengan percabangan yang menunjukkan bagaimana jenis dipilah kedalam

kelompoknya secara alamiah. Klasifikasi terbaru dari tumbuhan berbunga ini mewakili evolusi dalam hubungan kekerabatan yang lebih baik dari metode atau system klasifikasi sebelumnya.

6.2. Tatanama (Nomenclature)

Prinsip penamaan pohon pada dasarnya mengikuti ketentuan tatanama botani (botanical nomenclature). Prinsip ini telah dikembangkan dan diadaptasi dalam suatu

rangkaian kongres botani internasional dan tercatat resmi dalam ICBN (Greuter et al., 1994). Tujuan utama dari tatanama menurut ICBN adalah untuk menyediakan dan melegalkan satu nama yang tepat untuk setiap kelompok taksonomi dalam sistim tatanama yang stabil (klasifikasi) dan diakui keabsahannya secara global oleh pemerhati tumbuhan.

Setiap tumbuhan telah terdeskripsi oleh ilmuan dan diberikan nama ilmiahnya. Setiap tumbuhan memiliki nama genus (seperti nama marga) dan nama jenis atau epithet (seperti nama yang diberikan). Kedua nama itu identik dengan tumbuhannya. Contohnya Pometia pinnata adalah nama untuk jenis pohon di Papua yang buahnya bias dimakan dan kayu dijadikan kayu bahan bangunan atau konstruksi, tidak tumbuhan lain di dunia yang memiliki nama serupa tumbuhan tersebut.

(11)

VI-11 Sekali kita mengetahui nama ilmiahnya, sangatlah mudah untuk mendapatkan atau mencari informasi terkait dengan jenis itu, seperti nama lain yang diketahui, dimana tumbuhnya atau habitatnya, apa kegunaannya, apakah bias dimakan atau beracun, atau memiliki keunikan budaya lainnya. Penggunaan nama umum bias mengecohkan dan kurang deskriptif atau menggambarkan ciri-cirinya. Untuk mencari referensi nama yang baku dapat diunduh dari situs International Plant Name Index (IPNI).

a. Mengapa menggunakan nama ilmiah.

Mengapa nama ilmiah lebih penting dari nama lain seperti nama dalam bahasa Inggris atau nama umum. Nama ilmiah akan memberitahukan informasi banyak terkait jenis. Dengan cara serupa anggota dalam keluarga bersama menggunakan nama keluarga, demikian halnya kelompok tumbuhan yang berkerabat dekat akan menggunakan nama marga yang sama. Pometia pinnata, Pometia acuminata, Pometia coriacea, misalnya adalah jenis-jenis pohon yang dikelompokkan bersama karena memiliki sejumlah karakter serupa sehingga diperkirakan berkerabat. Hal ini berarti member nama tumbuhan, jika kita terbiasa dengan tumbuhan lain dalam marga tersebut, kita dapat membuata tebakan terdidik mengenai perawakannya,

aromanya, kandungan kimia dari tumbuhan baru bahkan yang belum diidentifikasi sebelumnya. Dengan kata lain nama marga sangat prediktif.

Keunikkan dari penggunaan nama ilmiah adalah vital karena mencegah terjadinya kebingungan. Penggunaan nama umum yang sama dapat dipakai juga untuk tumbuhan lain yang berbeda. Misalnya Kayu Cina yang diberikan pada Podocarpus amara, yang memiliki perawakan warna kayu global kuning atau cerah. Lainnya halnya dengan Kayu Cina yang

(12)

VI-12 dimaksud pada jenis yang tumbuhah di Pegunungan Nothofagus sp. Jika kita membaca suat tulisan menyebautkan kayu cina, bagaimana kita tahu pasti jenis yang dimaksud?

Satu jenis tumbuhan dapat juga memiliki beberapa nama umum yang beragam sesuai dengan wilayah dan jangka waktu. Banyak tumbuhan memiliki banyak nama local, Kayu sengon (Paraserianthes falcataria), misalnya, juga dikenal dengan sebutan kayu lamtoro, atau kayu putih. Memperoleh informasi mengenai suatu jenis pohon adalah hamper tidak mungkin jika kita melacaknya mengacu pada semua nama umum, atau nama yang pernah diketahui.

Nama ilmiah diketahui dan diakui secara global. Hal ini berarti bahwa ketika seorang ahli botani dari Inggris, Amerika, Belanda atau Indonesia menyebutkan nama Intsia bijuga, maka mereka menyebutkan tumbuhan yang sama. Alasan baik lainnya dalam penggunaan nama ilmiah adalah sebagian besar dunia tumbuhan tidak menggunakan nama dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa universal.

b. Mengapa menggunakan nama latin

Botani latin adala bahasa internasional digunakan oleh ahli botani didunia dalam

pemberian nama tumbuhan dan deskripnya. Asal dari Latin dari seorang penulis berkebangsaan Romania yaitu Pliny Elder (23-79 sebelum masehi). Ahli botani berkebangsaan Swedia Carolus Linnaeus (tahun 1707-1709) pertama kali menetapkan kebiasaan bahwa semua tumbuhan harus diberi nama latin (dalam sebutan Latin) dan pekerjaan terkait dengannya dalam bahasa Latin juga.

Tradisi menggunakan bahasa Latin terus berlanjut untuk berbagai tujuan. Bahasa Latin adalah bahasa yang mati, sehingga arti dari kata dimaksud tidak berubah dengan cara serupa

(13)

VI-13 untuk bahasa yang hidup. Selain itu juga Botani Latin sangat deskriptif, dengan banyak istilah (terminology) bentuk, teksture dan warna. Kelebihan lainnya adalah Latin tidak menginspirasi kecemburuan politik yang akan memicu jika ahli botani ingin menunjukkan ego ras seperti Inggris or Spanyol.

c. Nama Tumbuhan bagaimana cara menuliskan nama ilmiah dalam Latin?

Genus (marga) dan species (jenis) harus ditulis miring (atau digaris bawahi). Pengutipan lengkap dari suatu nama juga akan terkandung nama, atau singkatan nama orang yang pertama kali mempublikasikan jenis dimaksud. Orang yang pertama kali mendeskripsi Pometia pinnata dan memiliki nama dan deskripsi dipublikasikan adalah Blume biasanya disingkat (Bl.) didalam pengutipan nama tumbuhan tersebut. Nama ilmiah dapat dijabarkan dan diuraikan untuk mengartikan tumbuhan dimaksud (Lampiran 7.).

Contoh:

Pometia pinnata Bl.- dalam teks botani, ada kesepakatan bahwa sekali marga

disebutkan, selanjutna dapat disingkat (biasanya pada nama marga menjadi satu huruf saja yaitu P. pinnata). Demikianlah cara penulisannya dalam isi tulisan selanjut akan tertera.

Equisetum giganteum (disebut ekor kuda raksasa), berasal dari Equus=kuda, setum= duri atau rambut

Cocos nucifera (Kelapa), berarti monyet ( karena buahnya memilik tiga lubang kecil yang biala dipandang terlihat seperti monyeti/kera

d. Mengapa nama tumbuhan selalu berubah?

Salah satu alasan umum untuk perubahan nama adalah karena terjadi kesalahana dalam identifikasi jenis. Tumbuhan dapat dimasukkan ke dalam kelompok hortikultura di bawah nama yang kurang tepat dan dengan cepat tersebar sehingga menjadi terbiasa sebelum diperbaiki. Juga menurut serangkaian aturan penamaan tumbuhan (ICBN- International Code for Botanical

(14)

VI-14 Nomenclature), jika suatu tumbuhan telah dideskripsi lebih dari sekali, maka nama terdahulu lebih diprioritaskan.

Sebagaimana ahli taksonomi mempelajari tumbuhan dengan seksama, mereka mungkin akan merubah pandangan mengenai keeratan hubungan diantara tumbuhan yang dipelajari. Marga dapat dipilah menjadi dua atau lebih grup, atau satu tumbuhan dapat dipindahkan dari satu marga ke lain marga. Misalnya pada abad ke 19 Azalea digabungkan ke dalam kelompok Rhododendron, dan Chrysanthemum dipilah menjadi beberapa marga. Mungkin kurang meyakinkan, menggunakan pengetahuan terkini mengenai marga suatu tumbuhan

terkelompok untuk menambah perkiraan, atau sejumlah informasi yang dapat diduga mengenai tumbuhan yang sedang dibahas. Nama yang akurat menempatkan suatu jenis tumbuhan pada tempat yang tepat di dalam system klasifikasi botani.

e. Botani Latin- dan istilah umum dalam penamaan

Mengetahui nama asli atau arti dari nama akan membantu membuatnya jenis menjadi lebih menarik, informative dan teringat. Banyak nama dapat menggambarkan perawakan jenis tumbuhan atau bagian dari tumbuhan. Selain itu dapat memberitahu wilayah atau tempat tumbuh di mana jenis berada. Beberapa ahli menyarankan kepemilikan medis atau

penggunaan lain, sementara ahli lain hanya mau menghargai penemu dari tumbuhan atau ahli botani yang bekerja banyak mengenai jenis tumbuhan dimaksud.

Suatu bagian yang cukup membingungkan dengan penggunaan nama Latin adalah bagian akhiran dari suatu nama jenis. Alasan nya bahwa dalam Bahasa Latin biasanya adjective

(15)

VI-15 (kata sifat) membenarkan atau mengakui gender dengan kata bendanya. Misalnya niger, nigra atau nigrum yang semuanya berarti hitam adalah bagian yang dikenal dari identitas tumbuhan dimaksud.

Pertanyaan:

1. Mengapa perlu dilakukan klasifikasi tumbuhan seperti pohon? 2. Bagaimana melakukan klasifikasi pohon?

3. Jelaskan sejarah klasifikasi tumbuhan?

4. Mengapa menggunakan nama latin dalam penamaan pohon? 5. Bagaimana menuliskan nama pohon dengan benar?

Pustaka yang direkomendasikan:

APG 1998. An Ordinal Classification for the Families of Flowering Plants. Annals of the Missouri Botanical Gardens. USA.

Baumgradt JP 1982. How to identify flowering plants families. Timber Press, Portland, Oregon USA.

Jeffrey C 1982. An Introduction to Plant Taxonomy. 2nd edn. Cambridge University Press. Cambridge UK.

Johnson AT and AH Smith 1972. Plant Names Simplified. Landsmans Bookshop Ltd., Bromyard, Herefordshire.

Garden Gate website: glossary of roots of botanical names. http://garden-gate.prairienet.org/botrts.htm

Mabberley DJ 1997. The Plant Book: a protabel dictionary of the fascular plants. Cambridge University Press. Cambridge UK.

Ross HH, 1973. Biological systematic. Massachusetts, USA. Pp.258-289

Stace CA 1989. Plant Taxonomy and Biosystematics. 2nd edn. E Arnold, London UK. Stearn WT 1992. Botanical Latin. 4th edn David and Charles, Newton Abbot. Devon.

Gambar

Table 6.1. Hirarki klasifikasi pohon menurut standar ICBN.
Table 6.2. Hirarki klasifikasi pohon matoa menurut standar ICBN.

Referensi

Dokumen terkait

5. Rataan nilai dari 20 bilangan adalah 14,2. Jika rataan dari 12 bilangan pertama adalah 12,6 dan rataan dari 6 bilangan berikutnya adalah 18,2, maka rataan 2 bilangan terakhir

Berdasarkan hal di atas dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas suplementasi ENERVON- C dan SANTA-e dalam pakan standar terhadap kualitas spermatozoa

Sebagai Bandar udara yang berada pada wilayah/daerah strategis dibidang wisata, pendidikan, dan sistem birokrasi yang baik maka pengoperasian Bandar udara Yogyakarta

Mediator inflamasi lain yang berperan dalam resistensi insulin yang berkaitan dengan obesitas yaitu protein SOCS, yang merupakan  pathway  negatif  feedback  pada

Wayah Langit Sumirat. ROGERS PADA PENGOBATAN TRADISIONAL SANGKAL PUTUNG DI DESA SROYO KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Hal lainnya yang juga menjadi perhatian adalah meskipun materi kurikulum bahasa Inggris sudah memuat pada masalah kebahasaan (subject matter curriculum), unsur-unsur tata

Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

DJOKO, SH.,MH., masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan tanggal 10 Maret 2011 Nomor :