commit to user
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan produk utama yaitu modul kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk siswa kelas XI di SMA/MA pada materi hidrolisis garam. Model pengembangan yang digunakan adalah model 4D (Four D Model) yang diadaptasi dari Thiagarajan 1974. Tahapan pengembangan pada setiap tahap 4-D adalah:
1. Define
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran dan menjadi dasar untuk merancang produk berupa modul yang akan dibuat. Pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan pada guru dan siswa di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 Sekampung Kab. Lampung Timur .
Pengisian angket kebutuhan digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa pada SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 Sekampung Kab. Lampung Timur tersebut. Berdasarkan hasil pengisian angket kebutuhan guru dan siswa menunjukkan bahwa pembelajaran kimia di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 Sekampung Kab. Lampung Timur belum menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013, bahan ajar yang sesuai kurikulum 2013 juga belum tersedia secara memadai, pembelajaran kimia belum menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing, serta materi pada bahan ajar yang digunakan belum memuat materi yang lengkap. Hal ini dapat dilihat dari jawaban guru yang menjawab tidak pada butir pertanyaan ” Apakah Bapak/Ibu guru pernah menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dalam menjelaskan konsep hidrolisis garam” serta jawaban guru pada butir pertanyaan “Apakah Bapak/Ibu merasakan keterbatasan dari buku pegangan Bapak/Ibu tersebut? (misalkan kelengkapan materinya, teknik penjelasannya, formatnya, dll“ dan jawaban guru adalah iya, guru merasakan keterbatasan dari buku pegangan yang biasa digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan analisis kebutuhan siswa banyak siswa yang menjawab iya pada butir pertanyaan “Apakah anda membutuhkan bahan ajar alternatif yang dapat digunakan untuk mempelajari konsep hidrolisis garam dengan lebih mudah dan menarik”, guru dan siswa juga setuju jika dikembangkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk
commit to user
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru dan siswa maka diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Analisis Materi
Materi yang dipilih adalah materi hidrolisis garam. Hal ini berdasarkan daya serap siswa SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 Sekampung Kab. Lampung Timur pada materi hidrolisis garam tergolong masih rendah. Analisis ini di peroleh dari data hasil UN 2013 dan UN 2014, Pada masing- masing sekolah dapat di lihat pada table 4.1
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Kelompok Soal KD Mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp
Identitas Sekolah Sek Kot/Kab Prop Nas
SMA N 1 Pekalongan 41,96 46,49 56,90 59,49 SMA N 2 Sekampung MA Ma’arif 5 Sekampung 34,67 40,50 Keterangan:
Sek : Tingkat Sekolah
Kot/Kab : Tingkat Kota/Kabupaten Prop : Tingkat Propinsi
Nas : Tingkat Nasional
Dari table di atas dapat dilihat bahwa nilai hasil UN tiap sekolah masih di bawah rerata nilai kabupaten/kota dan masih jauh di bawah nilai rerata propinsi dan nasional. Sedangkan menurut data hasil UN 2014 nilai untuk masing-masing sekolah dapat di lihat pada table 4.2
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/2014 pada Kelompok Soal KD Mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp
Identitas Sekolah Sek Kot/Kab Prop Nas
SMA N 1 Pekalongan 67,82 43,79 59,99 53,06 SMA N 2 Sekampung MA Ma’arif 5 Sekampung 27,45 37,77 Keterangan:
Sek : Tingkat Sekolah
commit to user Prop : Tingkat Propinsi
Nas : Tingkat Nasional
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hanya SMA N 1 pekalongan yang nilai nya di atas nilai rerata kabupaten, propinsi dan nasioanal, sedangkan untuk sekolah SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 masih di bawah rerata kabupaten, propinsi dan nasional. Berdasarkan data hasil UN dua tahun berturut- turut materi hidrolisis garam masih di bawah rerata untuk tingkat sekolah, oleh karena itu berarti materi tersebut masih tergolong materi yang sulit menurut siswa karena daya serap tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan daya serap siswa pada materi yang lain. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan idenya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, bahwa untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
b. Analisis kurikulum
Kurikulum yang tengah berkembang saat ini adalah kurikulum 2013. Walaupun untuk pendidikan menengah atas belum semua sekolah menerapkan nya karena ada peralihan dari menteri pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa sekolah yang belum siap menggunakan kurikulum 2013 di anjurkan untuk kembali menggunakan kurikulum KTSP, oleh karena hal itu maka kita perlu meninjau ulang kurikulum 2013 yang sudah mulai di terapkan di banyak sekolah, namun nantinya kemungkinan kurikulum 2013 akan di terapkan di semua sekolah. Dalam kurikulum 2013 ini terdapat kompetensi inti (KI),
commit to user
kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran. Untuk materi hidrolisis garam penjabaran KI, KD, dan indikator pembelajarannya sebagai berikut :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi dasar dari materi hidrolisis garam adalah : KD dari KI 1:
1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
KD dari KI 2:
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
commit to user
2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
KD dari KI 3:
3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis. Indikator:
1. Mengetahui sifat berbagai jenis larutan garam.
2. Menjelaskan hubungan sifat larutan garam dengan asam dan basa pembentuk garam tersebut.
3. Menjelaskan hubungan sifat larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dengan tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).
4. Menjelaskan reaksi ionisasi garam yang mengalami hidrolisis.
5. Menentukan tetapan hidrolisis (Kh) dari masing-masing jenis garam yang
terhidrolisis.
6. Menentukan perumusan derajat keasaman (pH) larutan garam yang terhidrolisis. KD dari KI 4:
4.12 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis.
Indikator:
1. Merancang percobaan hidrolisis garam. 2. Melakukan percobaan hidrolisis garam.
3. Mengolah dan menafsirkan data hasil percobaan hidrolisis garam.
4. Menyimpulkan hubungan sifat larutan garam dengan asam dan basa pembentuk garam tersebut.
5. Menyimpulkan hubungan sifat larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dengan tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).
6. Menyimpulkan jenis garam yang mengalami hidrolisis.
7. Menerapkan tetapan hidrolisis (Kh) dari masing-masing jenis garam yang
terhidrolisis.
8. Menerapkan perumusan derajat keasaman (pH) larutan garam yang terhidrolisis. 9. Menyajikan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan dan diskusi.
commit to user
Kurikulum 2013 menuntut kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya meliputi kreatif dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang disajikan serta media yang akan digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered learning). Siswa dituntut untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas
belajar. Guru dapat berfungsi sebagai fasilitator dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa selama belajar.
c. Tujuan Pengembangan Modul
Hasil dari analisis kebutuhan dari guru kimia dan siswa serta analisis kurikulum dan materi, dijadikan dasar untuk mengembangkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam yang merujuk pada standar yang telah ditetapkan BNSP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran. Dinamakan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing karena modul disusun berdasarkan langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Design
a. Desain Awal Modul
Pada tahap desain awal modul yang dikembangkan dilakukan penyusunan modul yang akan menghasilkan draf modul I, II, III dan IV yang didalamnya mencakup:
c. Judul modul d. Petunjuk umum
Adapun langkahnya adalah sebagai berikut: 9) Kompetensi dasar
10) Pokok bahasan 11) Indikator pencapaian
12) Referensi (diisi petunjuk guru tentang buku-buku referensi yang di pergunakan)
13) Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang harus dipergunakan dalam proses pembelajaran)
14) Lembar kegiatan pembelajaran
15) Petunjuk bagi siswauntuk memahami langkah-langkah dan materi e. Materi modul
f. Uji kepahaman g. Uji kompetensi
h. Kunci jawaban uji kompetensi i. Glosarium
commit to user
Modul dikembangkan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pengumpulan bahan dan materi dan penyusunan.Pada tahap perancangan modul ditentukan spesifikasinya, kemudian dibuat rencana format desain.Tahap ini didukung oleh Microsoft Word 2007. Tahap pengumpulan bahan dan materi yang berasal dari beberapa sumber, seperti buku-buku rujukan, situs pendidikan, makalah, dan gambar-gambar pendukung.Tahap penyusunan dilakukan ketika bahan dan materi sudah terkumpul.
b. Draf I
Draf I modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam Selain modul, disusun silabus, RPP, kisi-kisi tes hasil belajar untuk mendukung proses pembelajaran. Selengkapnya terdapat pada lampiran.
3. Develope
a. Validasi Ahli Media dan Materi serta Guru Kimia
Hasil validasi dari dua dosen dan ahli materi dan media, lima guru kimia terdapat pada lampiran. Dua dosen kimia menilai kelayakan isi dan kelayakan penyajian pada modul, lima guru kimia menilai kelayakan bahasa pada modul.
Validasi yang digunakan adalah validasi aiken dengan kriteria aiken sama dengan atau lebih dari 0,76 untuk tiap butir penilaiannya maka modul dikatakan valid dan dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya, indeks nilai 0,76 diperoleh dari banyaknya jumlah ratern/validator yang memberikan penilaian terhadap modul yaitu sebanyak 7 orang. Hasil validasi modul pada kelayakan isi, kelayakan penyajian dan kelayakan bahasa modul diperoleh skor kisaran 0,76- 1,00 untuk tiap butir yang di nilai pada lembar penilaian validasi modul, oleh karena itu maka modul dikatakan layak untuk dilanjutkan pada tahapan selanjutnya. Sedangkan aspek yang di nilai ada 33 butir yang di kelompokan pada aspek 1).ukuran modul memuat 2 point tentang ukuran fisik modul, 2).desain kulit modul yang memuat 4 point tentang tata letak kulit modul, 4 point tentang tipografi kulit modul, dan 2 point tentang ilustrasi kulit modul 3). desain isi modul yang memuat 9 tentang tata letak isi modul, 8 point tentang tipografi isi modul dan 4 point tentang isi modul.
b. Revisi 1
Setelah validasi dilakukan, draf I kemudian direvisi berdasarkan saran dan masukan dari para validator. Hasil validasi terhadap draf I dan saran yang diberikan
commit to user
oleh masing-masing validator serta revisi tahap I yang diperoleh dari 2 orang dosen kimia dan 5 orang guru kimia SMA. Saran dari para validator di sajikan pada tabe 4.3
Tabel 4.3 Hasil Validasi dan Revisi Modul oleh Validator Jenis Sumber
Validasi Sebelum Revisi Setelah Revisi Modul Dosen Pada gambar 1 sebaiknya di
beri sub judul garam komersil karena jika tidak di beri sub judul maka akan cenderung sama dengan gambar 2
Mengubah judul gambar 1 menjadi gambar1. Garam komersil
Saran yang sama untuk perlakuan pada garmbar 2 seperti gambar 1.
Mengubah sub judul gambar 2 menjadi gambar 2. Garam siap konsumsi
Untuk penulisan judul pada cover modul harap
proporsional, yaitu font judul hidrolisis garam lebih besar dari pada judul modul berbasis inkuiri terbimbing dan untuk font lainnya yang ada pada cover menyesuaikan dengan aturan
Mengubah ukuran font pada cover agar lebih proporsional dan sesuai dengan aturan penulisan judul pada cover
Penjelasan pada gambar 1 sebaiknya lebih banyak lagi agar siswa lebih tereksplor untuk mengamati gambar 1
Penjelasan sudah di
tambahkan agar siswa lebih tereksplor ketika mengamati gambar 1
Di tambahkan nama penulis di bagian cover dalam modul
Di tambahkan nama penulis pada cover dalam modul Pada bagian akhir harus di
tambahkan ujian modul yang tidak di lengkapi dengan kunci jawaban agar siswa dapat berlatih mengerjakan soal lebih dalam lagi dan tanpa bantuan kunci jawaban
Menambahkan ujian modul pada bagian akhir modul yang mencakup semua indikator yang akan di capai setelah pembelajaran
Menyesuaikan uji kompetensi dengan indikator
pembelajaran yang akan di capai oleh modul
Menyesuaikan tiap indikator dengan butir soal pada uji kompetensi
Guru Kimia
Ada beberapa kalimat yang terulang
Memperbaiki bagian modul dengan kalimat-kalimat yang terulang.
Memeriksa penulisan Ka dan Kb agar konsisten
Penulisan Ka dan Kb konsisten
Letak gambar 3 agar lebih di sesuaikan dengan kotak yang
Mengubah letak gambar 3 agar lebih sesuai dengan tata
commit to user ada pada modul agar tidak menutup keterangan dari gambar 3
letak
Di bagian akhir modul sebaiknya di berikan lembar catatan agar siswa dapat menuliskan pertanyaan atau sesuatu yang belum di fahaminya di lembar tersebut
Menambahkan lembar catatan di bagian akhir modul agar siswa dapat menuliskan sesuatu yang belum di
pahaminya di bagian tersebut
c. Draf II
Setelah draf I direvisi berdasarkan masukan para validator maka dihasilkan draf II Draf II selanjutnya diujicobakan skala kecil kepada 5 siswa di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung Kabupaten Lampung Timur. d. Uji Coba Skala Kecil
Uji coba skala kecil dilakukan pada siswa kelas XI kepada 5 siswa di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung.Uji coba skala kecil ini bertujuan untuk melihat keterbacaandan respon siswa terhadap modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam sebelum diujicobakan pada uji coba besar. Siswa yang terlibat dalam uji coba terdiri dari 5 siswa untuk masing-masing sekolah. Hasil uji keterbacaan dan respon siswa terhadap modul disajikan pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Angket Keterbacaan dan respon siswa pada Uji Coba kecil
Respon 15 Siswa
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 79,16 Baik
2 Bahasa 82,77 Sangat Baik
3 Penyajian 77,77 Baik
4 Kegrafikan 82,77 Sangat Baik
Tabel 4.4 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon siswa, pada tabel dapat dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden, pada tahap uji coba kecil juga di berikan angket respon kepada 1 orang guru untuk masing-masing sekolah, hasil nya dapat di lihat pada table 4.5
commit to user
4.5 Hasil angket keterbacaan dan respon guru pada uji coba kecil
Respon 3 Guru
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 80,55 Baik
2 Bahasa 77,77 Baik
3 Penyajian 69,44 Baik
4 Kegrafikan 69,44 Baik
Tabel 4.5 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon guru, pada tabel dapat dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden. Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka Modul dikatakan layak.
e. Revisi II
Setelah diuji coba kecil kepada 15 siswa dan 3 orang guru, terdapat saran untuk modul Kimia berbasis Inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Saran dan hasil revisi dari uji coba kecil disajikan pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Revisi Setelah Uji Coba Terbatas
Saran perbaikan Setelah Perbaikan
Warna pada header & footer terlalu mencolok dan kurang sinkron dengan warna lembaran modul, serta penulisan (inkuiri terbimbing pada header kurang menarik )
Penggantian warna dan corak header footer pada lembaran modul untuk membuat lebih menarik serta penulisan inkuiri terbimbing di letakan di ujung header agar lebih gampang di baca dan lebih menarik.
commit to user Warna pada lembaran hipotesis terlalu
mencolok sehingga susah untuk menuliskan hipotesisnya di dalamnya, harapannya dig anti dengan warna yang netral yang semua warna alat tulis bias jelas jika di tuliskan pada lembarannya
Perubahan warna pada lembaran
hipotesis menjadi putih agar lebih netral pada saat di gunakan untuk menuliskan dan semua warna alat tulis dapat terlihat jelas jika menulis pada lembar tersebut
Peletakan gambar terlalu melebar sehingga kurang menarik saat di
pandang, seharusnya gambar dapat sesuai dengan ukuran kertas dan tidak terlalu melebar
Setelah perbaikan peletakan gambar nya sesuai dengan ukuran kertas dan lebar nya, agar lebih menarik saat di pandang, tidak terlalu melebar
commit to user Pada halaman 15, penulisan natrium
seharusnya Natrium, penulisan NaCi seharusnya NaCl serta penulisan H20 seharusnya H20
Perbaikan pada halaman 15 sudah seperti yang di sarankan oleh pembaca
Penulisan ion pada tengah kalimat hidrolisis ion garam, huruf I nya seharus nya kecil tidak capital
Selanjutnya penulisan kesetimbangan pada modul kekurangan huruf N jadi harus di lengkapi.
Modul halaman 29
Perbaikan pada halaman 29, penambahan huruf N pada kata kesetimbangan dan perubahan huruf I pada kata ion.
commit to user Penulisan pada contoh soal
[ ] seharusnya 10-3 Pada halaman 31
Perubahan penulisan angka pada contoh soal halaman 31 yang hasil [ ] , kesalahan penulis
pada contoh soal
Gambar pada halaman 35 kurang proporsional, sehingga kurang menarik saat di lihat.
Gambar pada halaman 35 dibuat proporsional agar lebih sesuai dengan ukuran kertasnya.
commit to user Warna tulisan pada halaman 51
sebaiknya dig anti karena terlalu mencolok jika menggunakan warna terang
Warna pada halaman 51 di ganti menurut saran agar tidak terlalu mencolok
f. Draf III
Setelah direvisi ke II, disusun menjadi draf modul III yang akan di uji cobakan pada kelas besar, yaitu pada 1 kelas untuk masing-masing sekolah dan di beri angket respon dan keterbacaan agar lebih valid dalam pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing.hasil angket respon siswa dapat di lihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Angket Keterbacaan dan respon siswa pada Uji Coba Besar
Respon 78 siswa
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 78,20 Baik
2 Bahasa 85,04 Sangat Baik
3 Penyajian 80,87 Baik
4 Kegrafikan 80,23 Baik
Tabel 4.7 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon siswa, pada table dapat dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden, pada tahap uji coba besar juga di berikan angket respon kepada 5 orang guru pada 3 sekolah tersebut, hasil nya dapat di lihat pada table 4.8
commit to user
Tabel 4.8 Hasil Angket Keterbacaan dan respon Guru pada Uji Coba Besar
Respon 5 guru
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 91,66 Sangat Baik
2 Bahasa 85,00 Sangat Baik
3 Penyajian 90,00 Sangat Baik
4 Kegrafikan 91,66 Sangat Baik
Tabel 4.8 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon guru, pada table dapat dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden. Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka Modul dikatakan layak.
g. Revisi III
Setelah diuji coba besar kepada 78 siswa dan 5 orang guru, terdapat saran untuk modul Kimia berbasis Inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Saran dan hasil revisi dari uji coba kecil disajikan pada tabel 4.9
4.9 Hasil Revisi Setelah Uji coba besar
Saran Perbaikan Setelah Perbaikan
Untuk cover depan sebaiknya di
tambahkan semester SMA nya agar lebih jelas untuk penggunaan modul SMA pada semester berapa yang di tuju
Untuk penulisan program study pembaca masih bingung karena pada cover tertulis pendidikan sains kimia sedangkan di
Setelah perbaikan untuk cover sudah sesuai dengan saran dan masukan dari para responden.
commit to user dalam modul hanya pendidikan sains.
Untuk penulisan modul berbasis inkuiri sebaiknya di tambahkan tulisan Modul kimia berbasis inkuiri agar lebih spesifik saat pembaca melihat covernya.
Untuk warna pada lembar SK KD sebaiknya di rubah lebih sederhana
Perubahan design dan warna pada lembar SK KD di buat lebih sederhana sesuai dengan saran para responden
Untuk warna pada lembaran kata pengantar sebaiknya dig anti yang lebih sinkron dengan lembar- lembar
selanjutnya.
Perubahan warna background pada lembaran kata pengantar, seperti yang di sarankan oleh responden.
commit to user h. Draf IV
Setelah direvisi ke III, disusun menjadi draf modul IV yang merupakan produk akhir dan akan di uji cobakan pada kelas eksperimen, yaitu pada 1 kelas untuk masing-masing sekolah yang dan diberi angket respon dan keterbacaan serta pengimplementasian modul pada kelas eksperimen ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan modul untuk mengetahui tujuan yang ingin di capai oleh modul yakni meningkatkan hasil belajar siswa.
i. Implementasi Modul
Sebelum modul kimia berbasis inkuiri terbimbing diimplementasikan dalam pembelajaran, siswa diberikan pretest dan posttest pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol.Soal tes hasil belajar terdiri dari 16 soal pilihan ganda.Soal yang digunakan telah di validasi oleh satu dosen dan satu guru kimia. Soal pretest juga telah diuji reliabilitas, dan dilakukan analisis butir instrument menggunakan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Kisi-kisi, soal hasil belajar siswa yang digunakan untuk soal pretest dan posttest terdapat pada lampiran
Pada kelas eksperimen, setelah pretest, siswa diberikan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing. Modul kimia berbasis inkuiri terbimbing digunakan sebagai modul inti untuk proses belajar mengajar di kelas. Setelah materi pembelajaran menggunakan modul selesai, kemudian siswa diberikan soal posttest.
Pada kelas kontrol, setelah pretest, siswa melaksanakan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan oleh guru, yaitu menggunakan media buku kimia yang tersedia disekolah tersebut. Setelah pembelajaran selesai, kemudian siswa diberikan soal posttest.
Implementasi modul dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan modul dan tidak menggunakan modul.Karena kelas yang digunakan untuk mengimplementasi modul terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka peningkatan keterampilan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan hasil nilai rata-rata pretest dan posttest masing-masing kelas kemudian dibandingkan antara peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
commit to user j. Analisis Hasil
1) Data Hasil Belajar
Sebelum di lakukan uji beda rerata maka dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat analisis menggunakan uji normaltas dan uji homogenitas, fungsi uji prasyarat analisis ini adalah untuk menentukan uji apakah yang akan kita pakai untuk uji beda rerata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a). Uji prasyarat analisis
Sebagai uji coba prasyarat, maka data-data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji coba kelas menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk masing-masing sekolah. Hasil belajar pada kelas eksperimen berupa pretes dan postes. Hasil pretes pada SMA N 1 Pekalongan diperoleh signifikasi 0,055 lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi normal. Kemudian signifikansi nilai postest 0,000 memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho atau data tidak berdistribusi normal.
Kemudian untuk kelas kontrol di uji normalitas didapatkan data pretes nilai signifikansinya 0,01 yang berari data tidak berdistribusi normal, posttest mempunyai nilai signifikansi 0,01 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelas maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk nilai pretest dan posttest kedua kelas, untuk prestes nilai signifikansi nya sebesar 0,166 yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen, selanjutnya untuk nilai postest kedua kelas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,754 yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen
Selanjutnya untuk SMA N 2 Sekampung hasil pretesnya pada kelas eksperimen diperoleh signifikasi 0,942 lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi normal. Kemudian signifikansi nilai postest 0,022 memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho atau data tidak berdistribusi normal.
Kemudian untuk kelas kontrol di uji normalitas didapatkan data pretes nilai signifikansinya 0,159 yang berarti data berdistribusi normal, posttest mempunyai nilai signifikansi 0,01 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelas maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk nilai pretest dan posttest kedua kelas, untuk prestes nilai signifikansi nya sebesar 0,862 yang
commit to user
lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen, selanjutnya untuk nilai postest kedua kelas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,967 yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen
Selanjutnya Untuk MA Ma’arif 5 Sekampung hasil pretes pada kelas eksperimen diperoleh signifikasi 0,064 lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi normal. Kemudian signifikansi nilai postest 0,005 memiliki nilai lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho atau data tidak berdistribusi normal.
Kemudian untuk kelas kontrol di uji normalitas didapatkan data pretes nilai signifikansinya 0,50 yang berari data berdistribusi normal, posttest mempunyai nilai signifikansi 0,008 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelas maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk nilai pretest dan posttest kedua kelas, untuk prestes nilai signifikansi nya sebesar 0,747 yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen, selanjutnya untuk nilai postest kedua kelas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,456 yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen.
b). Uji wilcoxson
Setelah selesai dilakukan uji prasyarat analisis maka selanjutnya dilakukan uji beda rerata menggunakan uji non parametrik, uji non parametrik yang digunakan adalah uji wilcoxson, uji non parametrik digunakan karena pada saat diuji prasyarat analisis ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal.
Pada SMA N 1 Pekalongan didapatkan nilai signifikansi 0,000 lebih rendah dari nilai α = 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat perbedaaan signifikan antara nilai pretest dan postest siswa.
Tabel 4.10 Uji Wilcoxson Hasil Belajar
Z -6.186
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Pada SMA N 2 Sekampung juga terdapat salah satu data yang tidak berdistribusi normal, oleh karena itu dilakukan uji non parametrik menggunakan uji wilcoxson, dari hasil perhitungan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai α
commit to user
= 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat perbedaaan signifikan antara nilai pretest dan postest siswa.
Tabel 4.11 Uji Wilcoxson Hasil Belajar
Z -6.541
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Selanjutnya untuk uji coba di sekolah MA Ma’arif 5 juga terdapat salah satu data yang tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparamterik menggunakan uji wilcoxson, dari hasil perhitungannya didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat perbedaaan signifikan antara nilai pretest dan postest siswa.
Tabel 4.12 Uji Wilcoxson Hasil Belajar
Z -6.448
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Berdasarkan data-data yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, dimana pada kelas eksperimen siswa diberikan perlakuan dengan penggunaan bahan ajar berupa modul kimia berbasis inkuiri terbimbing.
Peningkatan skor rata-rata hasil belajar pada uji coba kelas eksperimen untuk SMA N 1 Pekalongan sebesar 51,50. Kemudian pada kelas kontrol skor rata-rata peningkatan hasil belajar sebesar 48,75. Pada SMA N 2 Sekampung kelas eksperimen sebesar 51,56, kemudian kelas kontrol sebesar 44,41. Pada MA Ma’arif 5 kelas eksperimen sebesar 54,16 kemudian kelas kontrol sebesar 49,07.
2) Penilaian Psikomotorik
Data kriteria penilaian psikomotorik diperoleh dari nilai hasil percobaan yang dilakukan oleh siswa SMA N 1 Pekalongan sebagai berikut :
commit to user
Tabel 4.13 Kriteria keterampilan psikomotor SMA N 1 Pekalongan
No Keterampilan psikomotor Skor rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Kemampuan Mengamati Baik Baik
2 Melakukan pengamatan
dalam percobaan dengan baik dan benar
Baik Baik
3 Melakukan proses percobaan
sesuai dengan prosedur
Baik Baik
4 Menulis hasil percobaan Baik Cukup
5 Mempresentasikan hasil
percobaan
Baik Cukup
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa criteria rata-rata pada kedua kelas sudah cukup baik untuk ketrampilan psikomotor nya, dan dapat dilihat bahwa ketrampilan psikomotor siswa pada kelas eksperimen cenderung lebih baik dalam hal mempresentasikan hasil percobaan dan menuliskan hasil percobaan.
Selanjutnya data kriteria penilaian ketrampilan psikomotorik pada siswa SMA N 2 Sekampung dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 4.14 Kriteria keterampilan psikomotor SMA N 2 Sekampung
No Keterampilan psikomotor Skor rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Kemampuan Mengamati Baik Baik
2 Melakukan pengamatan
dalam percobaan dengan baik dan benar
Baik Baik
3 Melakukan proses percobaan
sesuai dengan prosedur
Sangat Baik
Baik
4 Menulis hasil percobaan Baik Baik
5 Mempresentasikan hasil
percobaan
Sangat Baik
Baik
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ketrampilan psikomotor siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan dengan kelas kontrol, misalnya pada saat melakukan percobaan sesuai dengan prosedur pada kelas eksperimen mendapatkan kriteria penilaian sangat baik, hal ini dipengaruhi penggunaan modul kimia berbasis inkuiri tebimbing, karena pada modul terdapat langkah-langkah melakukan percobaan sehingga siswa pada kelas eksperimen cenderung lebih aktif dan lebih baik. Sedangkan
commit to user
rata-rata kriteria penilaian ketrampilan psikomotorik untuk siswa MA Ma’arif 5 Sekampung dapat di lihat pada tabel 4.15 di bawah ini
Tabel 4.15 Kriteria keterampilan psikomotor MA Ma’arif 5 Sekampung
No Keterampilan psikomotor Skor rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Kemampuan Mengamati Baik Cukup
2 Melakukan pengamatan
dalam percobaan dengan baik dan benar
Sangat Baik
Baik
3 Melakukan proses percobaan
sesuai dengan prosedur
Baik Baik
4 Menulis hasil percobaan Sangat
Baik Baik 5 Mempresentasikan hasil percobaan Sangat Baik Baik
Pada tabel diatas dapat dilihat hasil pengamatan ketrampilan psikomotor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen cenderung lebih baik dibandingkan kelas kontrol, misalnya pada saat mempresentasikan hasil percobaan pada kelas eksperimen mendapat kriteria penilaian sangat baik, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen, pada modul terdapat langkah pembelajaran yang menuntun siswa untuk lebih aktif yang berdasarkan pada langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelas konrol tidak ada langkah pembelajaran inkuiri terbimbing pada saat pembelajaran sehingga hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunakan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing. Dari data kriteria penilaian rata-rata ketrampilan psikomotor untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing sekolah dapat dilihat pada table di atas, dan dapat dilihat bahwa ketrampilan psikomotor pada kelas eksperimen cenderung lebih baik di bandingkan dengan kelas kontrol di semua sekolah yang dilakukan uji coba penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing. Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk ketrampilan psikomotornya hanya diamati dengan isntrumen penilaian psikomotor siswa.
3).Penilaian Afektif
Data penilaian afektif diperoleh dari percobaan yang dilakukan peserta didik. Penilaian afektif meliputi: rasa ingin tahu, ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar,
commit to user
kerjasama, menghargai pendapat. Hasil kriteria rata-rata penilaian afektif siswa SMA N 1 Pekalongan tersaji pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Kriteria penilaian afektif SMA N 1 Pekalongan
No Indikator penilaian afektif
Skor rata-rata Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Rasa ingin tahu Baik Cukup
2 Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar
Sangat Baik
Baik
3 Interaksi Baik Baik
4 Kerjasama Sangat
Baik
Cukup 5 Menghargai Pendapat dalam satu
kelompok
Baik Cukup
6 Menghargai pendapat teman kelompok lain
Sangat Baik
Cukup
Dari data diatas dapat dilihat bahwa ketrampilan afektif pada siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, misalnya pada saat melakukan kerjasama dalam pembelajaran siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing. Selanjutnya data penilaian afektif untuk siswa SMA N 2 Sekampung dapat di lihat pada table 4.17
Tabel 4.17 Kriteria penilaian afektif SMA N 2 Sekampung
No Indikator penilaian afektif
Skor rata-rata Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Rasa ingin tahu Baik Baik
2 Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar Sangat Baik Cukup 3 Interaksi Sangat Baik Baik
4 Kerjasama Baik Baik
5 Menghargai Pendapat dalam satu kelompok
Baik Baik
6 Menghargai pendapat teman kelompok lain
Sangat Baik
Baik
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen mendapat penilaian ketrampilan afektif yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, misalnya pada indicator menghargai pendapat teman kelompok lain, pada kelas eksperimen mendapat
commit to user
nilai lebih baik dibandingkan kelas kontrol, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing. Selanjutnya data penilaian afektif untuk siswa MA Ma’arif 5 Sekampung dapat dilihat pada table 4.18
Tabel 4.18 Kriteria penilaian afektif MA Ma’arif 5 Sekampung
No Indikator penilaian afektif
Skor rata-rata Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
1 Rasa ingin tahu Baik Baik
2 Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar
Sangat Baik
Baik
3 Interaksi Baik Baik
4 Kerjasama Baik Baik
5 Menghargai Pendapat dalam satu kelompok
Baik Baik
6 Menghargai pendapat teman kelompok lain
Sangat Baik
Baik
Dari tebl diatas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen mendapatkan penilaian ketrampilan afektif yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, misalnya pada indicator ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Dari data kriteria rata-rata penilaian afektif dapat dilihat bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol untuk semua sekolah yang dilakukan uji coba penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing.
Pada Uji coba implementasi modul ini juga di lakukan pengisian angket respon oleh siswa dan guru sebagai bahan revisi jika ada masukan dan saran pada pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing sedangkan jumlah siswa pada tahap ini pada 3 sekolah yang di gunakan sebagai sample adalah 80 siswa sedangkan untuk guru yang di beri angket respon berjumlah 6 orang guru yakni 2 guru pada masing-masing sekolah. Hasil angket respon siswa dapat di lihat pada tabel 4.19
4.19 Hasil angket keterbacaan dan respon siswa pada uji coba lapangan
Respon 80 siswa
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 82,60 Sangat Baik
2 Bahasa 90,10 Sangat Baik
3 Penyajian 86,56 Sangat Baik
commit to user
Pada tabel dapat dilihat bahwa hasil analisis angket keterbacaan dan respon siswa terhadap modul memiliki kriteria sangat baik yang artinya modul dapat di gunakan dan baik untuk pembelajaran serta memenuhi kriteria untuk ketahap selanjutnya yakni di sebar luaskan (disseminate). Sedangkan hasil angket keterbacaan dan respon guru dapat di lihat pada tabel 4.20
4.20 Hasil angket keterbacaan dan respon guru pada uji coba lapangan
Respon 6 Guru
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 91,66 Sangat Baik
2 Bahasa 90,27 Sangat Baik
3 Penyajian 93,05 Sangat Baik
4 Kegrafikan 93,05 Sangat Baik
Pada tabel angket keterbacaan dan respon yang di berikan pada guru dapat di lihat bahwa hasilnya termasuk pada kriteria sangat baik yang artinya modul layak untuk di gunakan dalam pembelajaran dan dapat dilaksanakan ketahap selanjutnya yakni disebarluaskan (disseminate), pada tahapan ini juga masih ada sedikit masukan dan saran yang di gunakan untuk perbaikan sebelum dilakukan penyebaran luas.
k. Revisi IV
Setelah diuji coba luas dan pengimplementasian modul kepada 80 siswa dan 6 orang guru, terdapat saran untuk modul Kimia berbasis Inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Saran dan hasil revisi dari uji coba luas disajikan pada tabel 4.21
4.21 Hasil Revisi Uji Coba Lapangan
Saran Perbaikan Setelah perbaikan
Ada sebagian lembaran dalam modul yang halamannya tidak sesuai dengan daftar isi.
Sudah di perbaiki sesuai dengan yang di sarankan responden, karena kesalahan penulis sehingga terjadi ketidak cocokan daftar isi dengan lembaran modul
commit to user 4. Disseminate
Pada tahap penyebaran, modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam disebarkan ke 5 sekolah SMA/MA di Kabupaten Lampung Timur. Penyebaran dilakukan di SMA Negeri 1 Batanghari, SMA Negeri 2 Sekampung, SMA Kosgoro Sribhawono, SMA Negeri 1 Sekampung, MA Ma’arif NU 5 Sekampung, dan Setelah diberikan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam, guru-guru diberikan angket untuk mengetahui respon guru-guru terhadap modul yang telah dikembangkan. Respon guru-guru terhadap modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam disajikan pada tabel 4.22
Tabel 4.22 Hasil Respon Guru tahap Disseminate
Respon 5 Guru
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 91,66 Sangat Baik
2 Bahasa 91,66 Sangat Baik
3 Penyajian 91,66 Sangat Baik
4 Kegrafikan 95,00 Sangat Baik
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Pembahasan Hasil Pendefinisian
Tahapan ini dilakukan penyebaran angket kebutuhan kepada siswa dan guru mengenai pembelajaran kimia di sekolah. Angket kebutuhan guru diberikan kepada 5 orang guru SMA di kabupaten Lampung Timur, yaitu 2 orang guru SMA Negeri 1 Pekalongan, 2 orang guru SMA Negeri 2 Sekampung, dan 1 orang guru MA Ma’arif 5 Sekampung. Sedangkan angket pengungkap kebutuhan siswa diberikan kepada 5 siswa di SMA Negeri 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung. Pertanyaan angket kebutuhan siswa terdiri dari 13 pertanyaan.Hasil dari angket pengungkap kebutuhan siswa adalah siswa membutuhkan bahan ajar cetak yang sesuai dengan kurikulum 2013.Siswa belum menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Siswa membutuhkan bahan ajar dengan materi yang lengkap. Siswa setuju bila dikembangkan bahan ajar modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung diketahui bahwa
commit to user
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional dan jarang sekali menggunakan model pembelajaran inkuiri, yang artinya siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran menggunakan inkuiri, sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Peneliti berharap dengan pemilihan metode inkuiri terbimbing ini pembelajaran akan menjadi lebih efektif yang ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar siswa secara individual dan klasikal. Penelitian dari Matthew dan Kenneth(2013) menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pada inkuiri terbimbing masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari bahan ajar. Siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan intensif guru( Callaah cit Amri, 2010).
a. Analisis Materi
Materi kimia yang akan dikembangkan adalah materi hidrolisis garam, dimana pada silabus disebutkan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.1 dan 4.1. Pengembangan modul kimia ini mengangkat tema hidrolisis garam, dengan alasan banyaknya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa pada materi hidrolisis garam dan nilai UN siswa pada materi hidrolsis garam masih di bawah rerata nilai propinsi dan nasional. Sehingga dengan adanya modul kimia berbasis inkuiri terbimbing diharapkan akan lebih memudahkan siswa dalam mempelajari modul dan materi yang akan disajikan. Guru menyatakan masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami materi yang bersifat abstrak, dan guru juga belum menemukan bahan ajar dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang bersifat abstrak, salah satunya adalah materi hidrolisis garam. Bruner menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan sendiri (Discovery Learning). Guru harus memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menjadi pemecah masalah. Siswa didorong untuk belajar sendiri melalui kegiatan dan pengalaman. Hal tersebut diperkuat oleh Dahar (2011) yang menyatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah dan pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Selain itu, berdasarkan kerucut pengalaman yang dipaparkan oleh Dale cit. Arsyad (2007),
commit to user
pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman tersebut karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Hal tersebut dikenal dengan istilah learning by doing.
b. Analisis kurikulum
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Dalam arti bahwa kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014. Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalam atau luar kelas untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di antara pendekatan dan metode yang dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah pendekatan saintifik, untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
c. Tujuan Pengembangan Modul
Hasil angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran dibutuhkan bahan ajar cetak yang sesuai dengan kurikulum 2013, guru dan siswa setuju bila dikembangkan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti penelitian Penelitian Christina V. Schwarz (2006) tentang penggunaan model inkuiri terbimbing dalam pengajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman tentang materi pembelajaran.
Pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing disusun berdasarkan langkah pembelajaran yang meliputi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
commit to user
mengumpulkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan. Hal ini di sesuaikan dengan sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing yang di integrasikan didalam modul pembelajaran kimia yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa.
Pemilihan model inkuiri terbimbing di integrasikan didalam modul juga didasarkan pada pembelajaran penyelidikan (inkuiri) didukung pada pengetahuan tentang proses pembelajaran yang telah muncul dari penelitian (Bransford et al.2000. cit. Abdi, 2014). Di ilmu pendidikan berbasis inkuiri, anak-anak menjadi terlibat dalam banyak kegiatan dan menggunakan proses berpikir seperti ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru. Kegiatan dalam stretegi pembelajaran inkuiri adalah merumuskan pertanyaan yang mengarah kepada kegiatan invertigasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan untuk mengumpulkan dan mengolah data, menguji hipotesis dengan melakukan analisis data, dan merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuan (Hamdani, 2011).
2. Tahap Perancangan
a. Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul
Format kriteria modul yang dikembangkan diadaptasi dari pendapat Wina Sanjaya (2011) yaitu menggunakan unsur-unsur modul meliputi, (1) judul modul, (2) petunjuk umum, (3) tujuan yang harus dicapai, (4) krtiteria keberhasilan, (5) peta konsep, (6) materi pembelajaran, (7) rangkuman materi, (8) tugas dan latihan, (9) soal evaluasi, (10)kunci jawaban, (11)glosarium dan (12) daftar pustaka.Modul ini juga disusun berdasarkan langkah pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dipilih karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan sikap. Hal ini sesuai dengan Penelitian Ibrahim Bilgin (2009) mengemukakan bahwa “siswa yang belajar dengan guided inquiry memiliki pemahaman konsep asam basa yang lebih baik dan memiliki sikap yang lebih positif.”.
Pendekatan pembelajaran berbasis penyelidikan (inkuiri) didukung pada pengetahuan tentang proses pembelajaran yang telah muncul dari penelitian (Bransford et al.2000). Di ilmu pendidikan berbasis inkuiri, anak-anak menjadi terlibat dalam banyak kegiatan dan menggunakan proses berpikir seperti ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru. Kegiatan dalam stretegi pembelajaran inkuiri adalah merumuskan pertanyaan yang mengarah kepada kegiatan invertigasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan untuk
commit to user
mengumpulkan dan mengolah data, menguji hipotesis dengan melakukan analisis data, dan merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuan (Hamdani, 2011).
b. Desain Awal Modul
Pada tahap perencanaan telah dilakukan analisis terhadap KD yang berkenaan dengan materi yang akan dipilih. Hal ini dilakukan agar materi dalam modul tidak menyimpang dari tujuan, sehingga dihasilkan Modul yang berkualitas. Purwato (2007) menyatakan bahwa analisis SK-KD sangat bermanfaat untuk menghasilkan bahan ajar yang berkualitas. Materi yang dipilih disesuaikan dengan hasil analisis daya serap Ujian Nasional siswa Tahun Pelajaran 2012/2012 dan 2013/2014 yang menunjukkan bahwa hasil daya serap Ujian Nasional siswa tingkat sekolahan di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung masih di bawah rerata nilai propinsi dan nasional.
Modul dikembangkan adalah modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing, langkah pertama yang dilakukan yaitu menganalisis konsep hidrolisis garam. Desain awal modul yang dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setelah dosen setuju dengan desain awal kemudian dilakukan pengumpulan materi yang berasal dari berbagai macam sumber seperti buku-buku rujukan, situs pendidikan, makalah, gambar-gambar pendukung.Materi-materi kemudian disusun dan dituliskan pada modul, tahap ini didukung oleh Microsoft Word 2007 dan Photoshop.
Desain awal modul yang di kembangkan terdiri dari: (1) judul modul, (2) petunjuk umum, (3) tujuan yang harus dicapai, (4) krtiteria keberhasilan, (5) peta konsep, (6) materi pembelajaran, (7) rangkuman materi, (8) uji kepahaman, (9) uji kompetensi, (10) kunci jawaban, (11) glosarium dan (12) daftar pustaka. Cover pada modul berukuran A4 berisikan logo Universitas, judul modul, tujuan dibuat modul untuk kelas XI semester genap, gambar-gambar pendukung dan penyusun. Pada halaman francis terdapat logo Universitas, judul utama modul, tujuan dibuat modul untuk kelas XI semester genap dan penyusun. Setelah halaman francis terdapat kata pengantar, pendahuluan, bagian-bagian modul, daftar isi, peta konsep yang menggambarkan materi hidrolisis garam.
Pada halaman peta konsep berisi penjelasan materi yang akan dibahas di dalam modul. Pendahuluan terdiri dari deskripsi modul, prasyarat, dan petunjuk penggunaan modul .Lembar kegiatan belajar berisikan judul, SK, KD, indikator.Masalah-masalah
commit to user
kontekstual yang harus dirumuskan permasalahannya dan dipecahkan oleh siswa. Percobaan yang harus dilakukan untuk menjelaskan masalah yang disajikan. Materi disajikan untuk memperkuat pengetahuan yang diperoleh melalui percobaan. Uji kepahaman berisis tentang soal-soal latihan yang digunakan siswa untuk lebih memperdalam pengetahuan tentang materi, Uji kompetensi untuk menguji pengetahuan yang telah diperoleh. Glosarium yang digunakan untuk menuliskan kata-kata sulit. Rangkuman berisi tentang intisari dari modul kemudian penutup, daftar pustaka.
3. Tahap Pengembangan a. Draf I
Setelah draf I modul kimia berbasis inkuiri terbimbing telah selesai di buat, modul kemudian divalidasi oleh dosen, dan guru. Validasi ini untuk melihat kelayakan isi, penyajian, bahasa, dari modul yang dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryanto (2013: 22) validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan valid (sahih). Namun, apabila hasil validasi menyatakan tidak valid maka modul diperbaiki sehingga menjadi valid.
Validitas yang digunakan pada butir penilaian modul adalah validitas aiken yang di didasarkan pada penilaian dari 7 orang validator yang kemjudian dihitung dan diambil reratanya perbutir penilaian dari para validator, dan hasil dari validasi aikennya menunjukan pada nilai valid yakni lebih dari atau sama dengan 0,76 rerata nilai untuk perbutir penilaian, jumlah butir yang di nilai ada 33 butir penilaian.
Untuk membelajarkan modul berbasis inkuiri terbimbing kepada siswa disusun juga perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan kisi-kisi tes hasil belajar yang kemudian disusun menjadi tes hasil belajar. Untuk RPP dan kisi-kisi hasil belajar dilakukan validasi dari seorang dosen dan seorang guru dan hasil validsinya relevan antara indicator pada kisi-kisi dengan butir pertanyaan yang akan digunakan sebagai ujian tes hasil belajar.
b. Revisi 1
Setelah divalidasi oleh dosendan guru, draf I yaitu modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam direvisi berdasarkan saran dari dosen dan guru disajikan pada tabel 4.3
commit to user c. Draf II
Setelah draf I direvisi berdasarkan masukan para validator maka dihasilkan draf II Draf II selanjutnya diujicobakan skala kecil kepada 5 siswa di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
d. Uji Coba Skala Kecil
Uji skala coba kecil dilakukan pada siswa kelas XI.3 di SMA N 1 Pekalongan, XI.1 SMA N 2 Sekampung dan X.3 MA Ma’arif 5 Sekampung. Uji coba kecil ini bertujuan untuk melihat keterbacaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam sebelum diujicobakan di kelas eksperimen di masing-masing sekolah. Uji coba kecil juga di lakukan kepada 1 orang guru untuk masing-masing sekolah. Uji coba kecil juga digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki produk dalam revisi berikutnya. Hasil uji coba kecil dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5
e. Revisi II
Lima belas siswa saat uji coba kecil memberikan saran pada angket yang diberikan.Hasil ujicoba kecil terdapat pada Tabel 4.4 dan 4.5. Berdasarkan pengisian angket keterbacaan perlu beberapa perbaikan pada modul draf II.Pada aspek kegrafikan pada modul, ada 1 siswa yang menyatakan bahwa kurang jelasnya kolom hipotesis karena menggunakan warna biru sehingga nantinya tumpah tindih dengan warna bolpoint, sehingga dilakukan perubahawan warna lembar hipotesis. Kemudian pada aspek bahasa pada modul, ada 2 siswa yang menyatakan penulisan ada yang salah dan harus diperbaiki pada halaman 15. Ada 3 orang siswa yang memberikan komentar bahwa header footernya warnanya tidak sinkron dengan modul, sebaiknya di rubah dengan desain dan warna lain, dan pendapat inipun juga disampaikan oleh seorang guru untuk merubah design header footer pada modul karena kurang menarik Serta ada masukan serta saran yang lain yang saya gunakan untuk perbaikan yang dapat dilihat pada tabel 4.6
f. Draf III
Draf III adalah hasil revisi yang direvisikan berdasarkan hasil uji coba kecil. Draf III ini kemudian di uji cobakan besar yakni pada 1 kelas untuk masing-masing sekolah serta kepada 1 orang guru SMA N 1 Pekalongan, 2 orang guru SMA N 2 Sekampung dan 2 orang guru MA Ma’arif 5 sekampung.
commit to user g. Revisi III
Tujuh puluh delapan siswa memberikan respon terhadap modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing, untuk hasil angket responnya dapat di lihat pada tabel 4.7 dan 4.8 adalah hasil respon dari 5 orang guru pada 3 sekolah yang di uji cobakan.
Berdasarkan uji coba besar mendapat masukan dari para responden yang digunakan untuk saran perbaikan, ada beberapa siswa menuliskan bahwa warna pada lembar kompetensi inti terlalu mecolok jadi kesannya kurang menarik untuk di lihat dan juga ada siswa yang memberikan saran untuk merubah warna background pada kata pengantar agar lebih sinkron dengan warna keseleruhan modul yang dominan warna hijau. Sedangkan dari guru ada yang memberikan saran agar menambahkan tulisan semester pada cover dan menambahkan tulisan modul kima berbasis ikuiri terbimbing pada cover agar lebih jelas ketika siswa membaca covernya bahwa modul tersebut adalah modul kimia dan jelas digunakan oleh kelas dan semester yang dituju. Untuk saran yang lainnya dapat dilihat pada tabel 4.9
h. Draft IV
Draft IV adalah modul yang telah direvisi berdasarkan saran dari para responden pada uji coba besar yang di lakukan di 3 sekolah dengan jumlah 78 orang siswa dan 5 orang guru, kemudian hasil revisi dari modul ini digunakan untuk tahap selanjutnya yakni uji coba lapangan serta pada tahapan ini dilakukan efektivitas pembelajaran menggunakan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
i. Implementasi modul
Pada tahapan ini dilakukan implementasi modul pada 1 kelas eksperimen pada masing-masing sekolah, pada kelas eksperimen siswa belajar materi hidrolisis garam menggunakan modul hasil pengembangan sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran seperti biasa yang diberikan oleh guru dengan menggunakan buku kimia yang telah disedikan oleh sekolah, pada masing-masing kelas di berikan pretest sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mendapat perlakuan. Setelah pembelajaran masing – masing kelas di berikan posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, hal ini dilakukan untuk melihat hasil akhir pembelajaran dan untuk mengetahui perbedaan
commit to user
antara kelas eksperimen yang belajar menggunakan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing dengan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Untuk hasil pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel hasil belajar siswa 4.12 dst. Setelah pembelajaran siswa juga diberikan angket respon untuk memberikan respon terhadap modul yang digunakan dalam pembelajaran, pada tahapan ini jumlah siswa yang memberikan respon berjumlah 80 siswa dan 6 orang guru, untuk hasil angket respon yang diberikan siswa dan guru dapat dilihat pada tabel 4.11.
j. Revisi IV
Pada tahapan ini telah selesai dilakukan uji coba luas dan efektivitas modul dalam pembelajaran kepada 80 orang siswa pada 3 sekolah dan 6 orang guru. Tetapi masih ada masukan dan saran modul sebelum di lanjutkan ketahap disseminate atau disebar luaskan kebeberapa sekolah. Untuk saran yang diberikan adanya ketidak cocokan lembar pada modul dengan daftar isi, ada satu halaman yang tidak sesuai dengan daftar isi, berdasarkan saran tersebut maka dilakukan perbaikan modul sebelum digunakan pada tahap selanjutnya.
4. Disseminate
Setelah dilakukan revisi pada tahapan uji coba luas dan efektivitas modul maka tahapan yang berikutnya adalah tahap disseminate atau penyebaran produk lebih luas. Pada tahapan ini, peneliti menyebarkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing ke sekolah-sekolah yang berada di kabupaten Lampung Timur. Karena keterbatasan tenaga dan waktu, peneliti hanya bisa menyebarkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing tersebut ke 5 sekolah di kabupaten Lampung Timur.
Tahapan penyebaran ini bertujuan untuk lebih menyempurnakanmodul kimia berbasis inkuiri terbimbing, sehingga pada tahap ini diberikan angket respon pada setiap guru pada sekolah yang dikunjungi. Angket yang disebarkan bersama modul juga diberi kolom saran untuk memberikan usulan atau saran. Dari hasil penyebaran angket di 5 SMA di Kabupaten Lampung Timur, didapatkan presentase sebesar 92,5 % atau dengan kriteria sangat baik (lampiran).
Diknas cit. Andi Prastowo (2011: 104) menyatakan bahwa, “modul diartikan sebagai sebuah buku tulis yang dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri
commit to user
tanpa atau dengan bimbingan guru”. Pendapat ini sesuai dengan respon positif yang diberikan oleh para guru tersebut dikarenakan guru membutuhkan sebuah buku yang tetap berfungsi baik ketika siswa belajar secara mandiri dirumah.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah merencanakan penelitian dengan baik, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi jalannya penelitian sehingga menyebabkan adanya keterbatasan penelitian ini. Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain:
1. Keterbatasan waktu dan pertemuan yang disediakan sekolah untuk peneliti melakukan penelitian.
2. Modul berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan hanya pada materi pokok hidrolisis garam.