• Tidak ada hasil yang ditemukan

laprak Bo Prak_cek Karies

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laprak Bo Prak_cek Karies"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Biologi Oral

Laporan Praktikum Biologi Oral

Isolasi Bakteri Penyebab Karies Gigi dan

Isolasi Bakteri Penyebab Karies Gigi dan

Tes/Uji Kepekaan Karies

Tes/Uji Kepekaan Karies

Oleh: Oleh: Kelompok A4 Kelompok A4 Alisawati

Alisawati Hilda Hilda A A 02161113304021611133042 2 Viola Viola Stevy Stevy S S 021611133002161113304949 Mifta

Mifta Izha Izha A A R R 021611133043 021611133043 Ni Ni Wayan Wayan E E D D 021611133002161113305050 Daniel

Daniel S S 02161113304021611133044 4 Dalila Dalila R R 021611133051021611133051 Salsalia

Salsalia Siska Siska A A 02161113304021611133045 5 Lela Lela Rizky Rizky A A 021611133052021611133052 Intan

Intan Savina Savina N N A A 02161113304021611133046 6 Aisyah Aisyah Ekasari Ekasari R R 021611133002161113305353 Anisa

Anisa Nur Nur A A 02161113304021611133047 7 Jeveline Jeveline A A 021611133002161113305454 Tata

Tata Prasantat Prasantat M M 02161113304021611133048 8 Maidel Maidel S S 021611133002161113305555

DEPARTEME

DEPARTEMEN BIOLOGI N BIOLOGI ORALORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA UNIVERSITAS AIRLANGGA

Semester GASAL

(2)

1. Tujuan

Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri  penyebab karies gigi yaitu S. mutans dan  Lactobacillus.  Mahasiswa mengetahui cara untuk melakukan tes kepekaan karies gigi dengan Tes SNYDER dan Tes Cariostat.

2. Alat dan Bahan

2.1 Isolasi Bakteri Penyebab Karies Gigi Alat:

- Media; TYC (Tryptone Yeast Cystine) dan Media Rogosa - Ekskavator

- Tabung dengan media BHI ( Brain Heart Infusion) - Inkubator

- Mikropipet

- Eksikator atau anaerobik jar - Tabung saliva

Bahan: - Plak - Saliva

2.2 Uji Kepekaan Bakteri Alat:

- Media SNYDER cair - Media Cariostat - Tabung steril - Ekskavator -  Eppendorf pipette - Inkubator - Colour guide Bahan: - Saliva - Plak

(3)

3. Cara Kerja

3.1 Isolasi Bakteri Penyebab Karies Gigi 3.1.1 Bahan Plak (Isolasi

 S.mutans

)

- Plak diambil dengan ekskavator kemudian dimasukan dalam tabung berisi media BHI

- Tabung dilakukan vibrasi/homogenisasi

- Tabung dimasukkan kedalam inkubator selama 15-30 menit

- Bahan dalam tabung diambil 0,3 ml dengan mikropipet, lalu dimasukkan ke media BHI 2,7 ml kemudian ditipiskan sampai 3x  penipisan = 10-3

- Dari penipisan terakhir diambil 0,1 ml lalu ditanam di media TYC dengan teknik spreader 

- Media TYC berisi bahan isolasi dimasukkan ke dalam eksikator atau anaerobic jar selama 2x24 jam

- Kultur diamati secara makroskopis

- Satu koloni dari kultur diambil lalu ditanam di media BHI kemudian diinkubasi selama 1x24 jam. Kemudian dilakukan  pengamatan secara mikroskopis

- Indentifikasi dilanjutkan secara biokimiawi yaitu 0,1 ml kultur diambil lalu dimasukkan ke media gula-gula

3.1.2 Bahan Saliva (Isolasi

Lactobacillus

)

- Saliva sebanyak 2 ml ditampung dalam tabung lalu dipusingkan (centrifuge) selama 5 menit

- Seupernatan (lapisan paling atas) dibuang sehingga hanya tersisa  bagian sedimen yang keruh sebanyak kurang lebih 1 ml

- Penanaman  Lactobacillus sp. dilakukan mulai tanpa pengenceran sampai pengenceran 10-3 dengan menggunakan larutan garam fisiologis steril sebagai pengencer

- Dari sedimen yang keruh diambil 0,1 ml dengan mikropipet, kemudian dituang di media padat yang spesifik untuk  Lactobacillus sp yaitu  Rogosa S.L. agar   (Oxoid) dengan volume

(4)

- Pengenceran berikutnya dari sedimen yang keruh diambil 0,5 ml dengan mikropipet , lalu dimasukkan dalam tabung reaksi berisi larutan garam fisiologis

- Larutan yang sudah diencerkan 10-1 diambil 0,1 ml kemudian dituang pada media  Rogosa SL agar diratakan dengan  spreader, kemudian dikeringkan

- Setelah kering dituang lagi dengan  Rogosa SL agar sebanyak 2,5 ml yang suhunya 45℃ sampai menutupi seluruh permukaan dan dibiarkan sampai pada (overlay)

- Kemudian dimasukkan kedalam eksikator atau candle jar , lalu disimpan dalam inkubator pada suhu 37℃ selama 2x24 jam

- Setelah dikeluarkan dari inkubator, dilakukan identifikasi koloni. 3.2 Uji Kepekaan Bakteri

3.2.1 Tes SNYDER

- Media SNYDER disiapkan dengan komposisi  Bouillon, Nutrient  Broth 2%, Glukosa 1%, Indikator Broom Cresol Green 4%, hingga volume mencapai 5 ml, pH dibuat 5,4. Untuk media SNYDER  padat perlu ditambahkan 3% agar, bila akan digunakan media  padat dicairkan dahulu pada suhu ± 50℃

- Saliva ditampung dalam tabung steril ± 1 ml

- Dari tabung tersebut diambil saliva sebanyak 0,1 ml degan eppendorf pipette dan dimasukkan dalam media SNYDER cair  - Tabung diinkubasi pada suhu 37℃ selama 1 -3 x 24 jam

- Perubahan warna yang terjadi diamati setelah inkubasi selama 24  jam, 48 jam, dan 72 jam.

- Perubahan warna yang terjadi dicocokan dengan colour guide - Kepekaan atau aktivitas karies yang terjadi ditentukan .

3.2.2 Tes Cariostat

- Media Cariostat disiapkan dengan komposisi sukrosa 2%, tryptose,  sodium azide dengan indikator  Broom Cresol Green (BCG), dan  Broom Cresol Purple (BCP)

(5)

- Saliva ditampung dalam tabung steril ± 1 ml atau plak ± 1 ujung ekskavator 

- Saliva diambil sebanyak 0,1 ml atau plak gigi dan dimasukkan dalam media Cariostat

- Lalu diinkubasi pada suhu 37℃ selama 2x24 jam

- Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicocokkan dengan colour guide .

4. Hasil

4.1 Hasil isolasi bakteri penyebab karies gigi

Identifikasi makroskopis(bentuk koloni) :

 Warna koloni putih jernih  Konsistensi keras

 Melekat erat pada media  Diameter 0.5-1 ml

Hal ini menunjukkan bahwa bahan plak yang diambil mengandung bakteri S.mutans  karena bahan yang ditanam pada media Trytpone Yeast Cystine(TYC) memiliki ciri-ciri sesuai dengan bentuk koloni bakteri S.mutans.

(6)

4.2 Hasil tes/uji kepekaan karies

Hasil Tes Synder Perubahan Warna Aktivitas Karies pH Hijau Kebiruan

(Setelah 72 jam)

Ringan

(Slight Caries Activity)

4.7

Pada praktikum uji kepekaan karies menggunakan media synder dan sampel berupa saliva dari salah satu mahasiswa. Media synder digunakan untuk mengetahui adanya bakteri Streptococcus dengan melihat kemampuan bakteri penyebab karies untuk membentuk asam melalui  perubahan warna media synder. Setelah 72 jam, didapatkan hasil pada media synder beruapa tidak adanya perubahan warna yaitu hijau kebiruan yang menandakan bahwa tes negative , karies non aktif atau aktivitas karies ringan dengan pH 4,7.

5. Pembahasan

5.1 Tinjauan Pustaka 5.1.1 Karies Gigi

5.1.1.1 Definisi Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit periodontal yang terdapat pada  jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami  proses kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat. Yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik

(7)

akibat terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke jaringan periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi (Putri, 2011; Houwink, 2000).

5.1.1.2 Etiologi Karies gigi

Etiologi karies bersifat multifaktorial, sehingga memerlukan faktor-faktor penting seperti host , agent , mikroorganisme, substrat dan waktu (Kidd, 2002).

 Host

Untuk dapat terjadinya proses karies pada gigi diperlukan adanya faktor host  yaitu gigi dan saliva. Struktur dari anatomi gigi terdiri dari lapisan enamel yang terdapat pada bagian luar gigi dan lapisan dentin yang terletak dibawah lapisan enamel (Brotosoetarno, 1997).

Kandungan bahan organik dan anorganik enamel dapat mempengaruhi kerentanan permukaan gigi terhadap terjadinya karies. Apatit dan karbohidrat mengisi kurang lebih 97% bahan anorganik, apatit berperan terhadap penambahan resistensi enamel terhadap serangan asam, sedangkan karbohidrat dapat mengurangi resistensi terhadap serangan asam. Struktur lapisan enamel pada gigi berperan dalam proses terjadinya karies. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya suatu karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah (Panjaitan, 1997):

a.  Pit   dan  fisure  pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit  bukal molar dan pit palatal insisif.

 b. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak c. Email pada tepian didaerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva d. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya

 plak pada pasien dengan resesi ginginva karena penyakit  periodontium.

(8)

e. Tepi tumpatan terutama yang kurang.

f. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan. Selain keadaan gigi, saliva juga berperan penting dalam terbentuknya karies. Saliva tersusun atas komponen organik dan anorganik. Komponen utama anorganik saliva adalah elektrolit dalam  bentuk ion seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan fosfat. Sedangkan komponen organik seperti musin, lipid, asam lemak dan ureum yang dapat pula berasal dari sisa makanan dan pertukaran zat bakterial. Komponen Ion kalsium fosfat dan fluor  yang terkandung dalam saliva mampu memineralisasi karies yang masih dini. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak saliva juga mempengaruhi pH. Karena itu, aliran saliva yang berkurang dapat menyebabkan karies gigi yang tidak terkendali. Komponen-komponen tersebut dipengaruhi oleh derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya, irama siang-malam, obat, usia, efek psikis, hormonal dan jenis kelamin (Panjaitan, 1997).

 Agent

Faktor agent dipengaruhi oleh jumlah bakteri dan plak dalam rongga mulut. Plak gigi berperan penting dalam proses terjadinya karies. Plak merupakan lapisan lunak yang melekat erat pada  permukaan gigi yang tidak dibersihkan, terdiri dari kumpulan mikroorganisme beserta produk-produknya. Proses pembentukan plak diawali dengan absorbsi glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi yang disebut pelikel, perlekatan bakteri pada pelikel dan peningkatan  plak pada permukaan gigi dipengaruhi oleh jumlah bakteri. Streptococcus mutans dan lactobacillus merupakan kuman kariogenik karena dapat dengan cepat membuat asam dari karbohidrat yang diragikan. Kuman-kuman tersebut tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi. Penebalan plak yang semakin menumpuk dapat menghambat fungsi saliva dalam menetralkan pH (Panjaitan, 1997).

(9)

Penumpukan plak akan mendorong jumlah perlekaan bakteri yang semakin banyak. Bakteri-bakteri ini banyak memproduksi asam dengan tersedianya karbohidrat yang mudah meragi seperti sukrosa dan glukosa, menyebabkan pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan dimulai proses karies (Panjaitan, 1997).

 Substrat

Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada  permukaan enamel. Karbohidrat memiliki peran penting dalam  pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik. Karena sukrosa merupakan gula yang  paling banyak dikosumsi.Makanan dan minuman yang mengandung gula dapat menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat mengakibatkan demineralisasi pada email. Konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email terus terjadi (Kidd, 1992).

 Waktu

Karies merupakan suatu penyakit kronis progresif yang membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan tahun untuk dapat  berkembang (Kidd, 1992).

5.1.2

 Streptococcus Mutans

 Penyebab Karies

Streptococcus mutans termasuk kelompok Streptococcus viridans yang merupakan anggota floral normal rongga mulut yang memiliki sifat α-hemolitik dan komensal oportunistik (Arora, 2009). Streptococcus mutans  memiliki sifat asidogenik yaitu menghasilkan asam, asidodurik, mampu tinggal pada lingkungan asam, dan menghasilkan suatu  polisakarida yang lengket disebut dextran. Oleh karena kemampuan ini,

(10)

Streptococcus mutans  memiliki sifat lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, serta membantu pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan bersifat asam yang dapat melarutkan email gigi (Nugraha, A., 2010).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans adalah karies gigi, beberapa hal yang menyebabkan karies gigi bertambah parah adalah seperti gula, air liur, dan juga bakteri pembusuknya. Setelah memakan sesuatu yang mengandung gula, terutama adalah sukrosa, dan  bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi dilakukan, glikoprotein yang lengket (kombinasi molekul protein dan karbohidrat) bertahan pada gigi untuk mulai pembentukan plak pada gigi. Pada waktu yang bersamaan  berjuta-juta bakteri yang dikenal sebagai Streptococcus mutans  juga  bertahan pada  glycoprotein  tersebut. Walaupun banyak bakteri lain yang  juga melekat, hanya Streptococcus mutans  yang dapat menyebabkan

rongga atau lubang pada gigi (Nugraha, A., 2010).

Selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di bawah kondisi-kondisi anaerobic adalah asam laktat. Asam laktat ini menciptakan kadar keasaman yang tinggi sehingga menurunkan pH yang dapat menghancurkan atau melarutkan zat kapur fosfat di dalam email gigi, dalam jangka watu yang lama dapat membentukan suatu rongga atau lubang (Nugraha, A., 2010).

Streptococcus mutans  memiliki suatu enzim yang disebut  glukosil transferase  di atas permukaannya, enzim ini dapat menyebabkan  polimerisasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri Streptococcus mutans untuk  berkembang dan membentuk plak pada gigi (Angela, A., 2015).

(11)

Enzim yang sama melanjutkan untuk menambahkan banyak molekul glukosa ke satu sama lain untuk membentuk dextran yang mana memiliki struktur sangat mirip dengan amylose dalam tajin. Dextran bersama dengan bakteri melekat dengan erat pada gigi enamel dan menuju ke  pembentukan plak pada gigi.Hal ini merupakan tahap dari pembentukan

rongga atau lubang pada gigi (Angela, A., 2015). 5.1.3 Isolasi

 Streptococcus mutans

Media yang paling umum digunakan untuk isolasi Streptococcus adalah media agar TYC (Trypticase, Yeast Extract, Cystine) dan MS ( Mitis Salivarius) yang mengandung sukrosa. Media ini memungkinkan bakteri membentuk karakteristik koloni yang berbeda pada setiap spesies sebagai hasil pembentukan ekstraseluler polisakarida dari substrat. Komposisi agar TYC 5% sukrosa adalah: (Hardie, JM and Whiley, RA. 2006).

Beberapa spesies Streptococcus memberikan karakteristik morfologi koloni pada agar TYC yang digunakan sebagai identifikasi.  Namun, untuk memperkuat identifikasi seharusnya dilakukan uji biokimia. Morfologi koloni Streptococcus mutans  pada medium agar TYC adalah kasar, menumpuk, koloni tidak beraturan, seperti kaca buram. Meskipun rapuh, seluruh koloni dapat diambil dari agar. Koloni berwarna putih, hijau atau kuning dengan diameter 0,5-2,0 mm dan mungkin memiliki drop of liquid (glukan larut air) di bagian atas atau genangan polisakarida sekitar koloni. (Hardie, JM and Whiley, RA. 2006) .

(12)

5.1.4 Morfologi

 Streptococcus mutans

Streptococcus mutans  merupakan bakteri gram positf (+), bersifat non motil (tidak bergerak), berdiameter 1-2 μm, bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus, berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun seperti rantai dan Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu sekitar 18º-40ºC

.

Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Rakhmawati, 2012).

Gambar...Sediaan S.mutans terlihat berwarna ungu pada pemeriksaan mikroskopik sesuai sifat bakteri, gram positif berbentuk bulat membentuk pasangan atau rantai (Pengecatan Gram,pembesaran 1000x) (Rakhmawati, 2012).

5.1.5 Snyder test Prinsip :

Mengukur kemampuan mikroorganisme saliva untuk membentuk asam organik dari medium karbohidrat. Media berisi zat warna indikator seperti Bromocresol hijau.Merupakan tes untuk mengukur bakteri pembentuk asam (bakteri asidogenik) dan bakteri tahan asam (bakteri asidurik).

Cara kerja :

1. Saliva pagi hari sebelum sarapan dikumpulkan dengan stimulasi  paraffin wax selama 3 menit kemudian diambil 0,2 ml.

(13)

2. Spesimen saliva dimasukkan ke dalam tabung agar glukosa snyder yang mengandung indikator warna Brom Cresol Green.

3. Spesimen dikocok dan diinkubasi pada suhu 37’C selama 72 jam. Kelebihan:

1. Relatif mudah untuk dilakukan 2. Biaya relatif murah

Kekurangan:

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama

2. Perubahan warna kadang-kadang tidak jelas

3. Berpotensi mengukur sifat asidogenik bakteri tetapi terbatas pada nilai  prediksi saja karena tidak semua bakteri ada pada sampel.

 Nanti akan terlihat aktivitas bakteri Streptococcus dengan  perubahan warna dari hijau ke kuning. Interpretasi dari warna yang

dihasilkan dapat dilihat dari tabel berikut :

a. Hijau tua (pH 4,7 –  5,0) b. hijau muda (pH 4,2 –  4,6) c. kuning (pH < 4,0)

(14)

5.2 Diskusi Hasil

Streptococcus mutans  mengandung serotip a-h (>> c, e, f). Imunisasi dengan serotip spesifik Streptococcus mutans dapat menurunkan insiden terjadinya karies. Streptococcus mutans  mampu untuk mencapai  pH kritis dan menyebabkan demineralisasi enamel dengan cepat dibanding  bakteri plak. Jumlah Streptococcus mutans  didalam saliva dan plak gigi  berhubungan dengan prevalensi dan timbulnya karies. Streptococcus mutans  banyak terdapat pada permukaan gigi sebelum terjadinya karies dengan produksi polisakarida ekstraseluler yang berasal dari sukrosa. Faktor virulensi meliputi adheren pada gigi, sintesis glukan, polisakarida ekstraseluler, asidogenik, asidurik. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180-,400  Celcius. Streptococcus mutans  biasanya ditemukan  pada rongga gigi manusia yang luka menjadi bakteri yang paling kondusif

menyebabkan karies untuk email gigi. (Manton, 2010)

Imunisasi dengan serotip spesifik Streptococcus mutans dapat menurunkan terjadinya karies dan mampu untuk mencapai pH kritis yang menyebabkan demineralisasi enamel dengan cepat dibanding dengan  bakteri plak. Jumlah dari S.mutans  dalam saliva dan plak gigi dapat mempengaruhi prevalensi dan timbulnya karies. S. mutans banyak terdapat  pada permukaan gigi sebelum terjadi karies dengan produksi polisakarida

ekstraseluler yang berasal dari sukrosa.

Tes kepekaan karies menggunakan tes snyder cair dengan prinsip menghitung jumlah asam yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus. Warna sediaan awal berwarna biru, jika memiliki aktivitas karies yang tinggi sediaan akan berubah warna menjadi kuning. Media TYC dalam  percobaan digunakan untuk mengisolasi bakteri penyebab karies yang  pada hal ini adalah Streptococcus mutans.

A. Media TYC

Media TYC dalam percobaan kelompok kami tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri S. mutans. Warna dari agar pun tidak  berubah. Bakteri S. mutans  yang semestinya terlihat pada hasil isolasi menggunakan media TYC adalah gambaran koloni berbentuk bulat atau

(15)

 bulat telur yang tersusun seperti rantai dan tidak membentuk spora. Secara makroskopik pada media TYC, morfologi S. mutans akan tampak kasar, terkadang menumpuk dan tidak beraturan. Tidak tumbuhnya koloni  bakteri S. mutans dalam percobaan kami dapat disebabkan karena  beberapa faktor yaitu pH, tekanan osmose, serta beberapa faktor yang  berasal dari luar seperti suhu, oksigen dan tekanan saat melakukan isolasi S. mutans  pada media TYC. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba dalam media sehingga pada media TYC tidak ditemukan koloni S. mutans.

B. Tes Snyder

Tes Synder merupakan tes kepekaan karies untuk menghitung  jumlah asam yang dihasilkan bakteri  streptococcus. Warna awal sediaan

ialah biru, dan jika memiliki aktivitas karies tinggi sediaan berubah menjadi kuning. Namun pada sampel percobaan kelompok kami menunjukkan warna hijau dengan pH 4.2 –  4.7.

Pada tes media synder cair pertama, sediaan menunjukkan  perubahan warna menjadi hijau yang berarti bakteri sedang pada masa inkubasi pada 24 jam pertama. Setelah 48 jam dan 72 jam warna sediaan tetap hijau. Warna ini menunjukkan bahwa orang coba memiliki oral hygiene yang baik dan memiliki light susceptibility terhadap karies.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Arora, D., and Arora, B. (2009). Streptococcus, Text Book Of Microbiology For Dental Student . Alkem Company(s) Pte Ltd, page 170-178.

 Nugraha, A. (2010). Streptococcus Mutans Penyebab Plak dan Karies.  Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Angela, A. (2015). Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hardie, JM and Whiley, RA. 2006. The Prokaryotes. 3rd edition. Vol. 4. Springer Science & Business Media, LLC. pp. 78-79.

RAKHMAWATI, N.Y.I., 2012.DAYA ADHESI Streptococcus mutans  PADA  NETROFIL YANG DIINKUBASI EKSTRAK POLIFENOL BIJI

KAKAO (Theobroma cacao L). Universitas negeri jember.

Putri, Hiranya, dkk. 2011.  Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan  pendukung gigi. Jakarta: EGC, hal. 154-155

Houwink, Dirks B, Winchel, C. 2000.  Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kidd EAM, Smith BGN, Pickard HM. 2002.  Manual konservasi restoratif menurut Pickard . Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: Penerbit Widya Medika, hal. 3.

Brotosoetarno S. 1997.  Peran serta mikroorganisme dalam proses terjadinya karies gigi. Jurnal Kedokteran Gigi UI, vol. 4. Edisi khusus KPPIKG XI, hal. 728-739.

Panjaitan M. 1997.  Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal . Medan: USU Press, hal. 4- 42.

Kidd EAM, 1992. Joyston-Bechal S.  Dasar-dasar karies: Penyakit dan  penanggulangannya. Alih Bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Tentunya untuk mendukung semua itu perpustakaan sekolah adalah merupakan sarana yang tepat karena dari perpustakaan tersebut siswa dapat menggali sumber pengetahuan

Assignment Errors Correct forms Linguistic Description Surface Structure Description most beautiful more beautiful most beautifulest the most beautiful Noun phrase;

[r]

Circuler (Omloop) adalah petugas kamar operasi yang tidak steril (tidak memakai jas operasi tidak memakai handschoen steril) bertanggung jawab membantu memenuhi seluruh

Pemutus Tenaga ( PMT ) merupakan peralatan saklar atau switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup,

Nyeri b/d kontraksi uterus ditandai dengan ibu mengatakan nyeri perut bagain bawah sampai belakang, ekspresi wajah meringis, keluar lendir campur darah, auskultasi BJJ 144x/m,

Ras ini termasuk dalam Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia Tengah) masuk ke Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah