HUKUM DIPLOMATIK
Diplomasi dibedakan menurut
penggunaanya
1. Diplomasi sama dengan politik luar negeri.
2. Diplomasi dapat di artikan sebagai “perundingan” seperti sering dinyatakan bahwa masalah timur tengah hanya bias di selesaikan dengan cara diplomasi.
3. Dapat pula diplomasi sebagai “Dinas luar negeri
seperti dalam ungkapan selama ini ia bekerja untuk diplomasi”
4. Ada juga yang mengunakan secara kiasan, misalnya ia pandai berdiplomasi yang berarti bersilat lidah.
Istilah diplomasi
• Sir Ernest sataw adalah penggunaan dari kecerdasan dan kebijaksanaan untuk melakukan hubungan resmi antara pemerintah Negara-negara merdeka, kadang-kadang juga dilakukan dalam hubungannya dengan Negara-negara pengikutnya, atau lebih singkatnya lagi, pelaksanaan urusan tersebut dilakukan antara Negara dengan cara lain.
• Brownlie, Diplomasi merupakan setiap cara yang diambil untuk mengadakan dan membina hubungan dan berkomunikasi satu sama lain, atau melaksanakan transaksi politik maupun hukum yang dalam setiap hal dilakukan melalui wakil-wakilnya yang mendapat otorisasi.
Hukum diplomatik adalah merupakan cabang
dari kebiasaan Internasional, yang terdiri
seperangkat aturan-aturan dari norma-norma
hukum yang menetapkan kedudukan dan fungsi
para
diplomat
termasuk
bentuk-bentuk
Sejarah Perkembangan Kodifikasi
Hukum Diplomatik dan konsuler
Kongres Wina (1815),
penggolongan perwakilan diplomatik
1. Duta Besar dan para Utusan
2. Mentri berkuasa penuh dan duta luar
biasa.
Dalam
kongres
Aix-la-capelle
1816, pengolongan ini telah di
tambah dengan minister resident
sebagai golongan ketiga
1. Duta Besar dan Utusan : golongan pertama ini merupakan
penggolongan pertama dalam wakil-wakil diplomatik dan mereka ini adalah para wakil dari negara masing masing
2. Mentri berkuasa penuh dan duta luar biasa keduanya
merupakan wakil diplomatik tingkat dua dan jika dibandingkan dengan golongan pertama, maka mereka menikmati kekebalan dan keistiwewaan diplomatik yang agak berkurang.
3. Kuasa penuh : golongan ketiga ini ditambahkan dalam kongres
Aix-la-cappele 1818 dan dalam konvensi Wina 1961 golongan ini tidak lagi dimasukan.
4. Charge d’affains; wakil golongan ini tidak diangkat oleh kepala
Dari LBB, Konferensi Den Haag sampai
Konvensi Havana
• Untuk mengadakan kodifikasi prinsif prinsif hukum diplomatik, telah dilakukan pada tahun 1927, ketika LBB membentuk “komite Ahli” yang membahas kodifasi kemajuan hukum internasional termasuk hukum diplomatik yang meliputi berbagai aspek dalam pergaulan diplomatik antara negara yang diatur secara internasional. • Namun melalui agenda konferensi Den Haag (1930)
membahas kodivikasi hukum Internasional dan konferensi Havana (1928) telah membahas masalah yang berkaitan dengan hukum diplomatik, serta telah disetujui dua konvensi.
– Convertions on diplomatic afficers – Conveertion on consullar agents
PBB
Komisi Hukum Internasinal
Selama tiga puluh tahun (1949 s/d 1979) komisi
ini telah menangani dua puluh tujuh topic dan
sub topic hukum internasional, dimana tujuh
diantaranya menyangkut hukum diplomatik
yaitu:
1. Pergaulan dan kekebalan diplomatik 2. Pergaulan dan kekebalan konsuler 3. Misi-misi khusus
4. Hubungan antar Negara dengan Organisasi Internasional
5. Masalah perlindungan dan tidak diganggu gugatnya pejabat diplomatik dan orang lainya yang berhak memperoleh perlindungan khusus menurut hukum internasional.
6. Status kurir diplomatic dan kantong diplomatik yang tidak ikut sertakan dalam kurir diplomatik.
7. Hubungan antara Negara dengan organisasi internasional.
Konvensi PBB Mengenai Hukum
Diplomatik
Konvensi Wina (1961) tanggal 18 April 1961:
Konvensi Wina ini terdiri dari 53 pasal yang
meliputi lampiran semua aspek hukum penting
dari hubungan diplomatik sevara permanen
antara Negara, disamping itu terdapat pula dua
protocol
pilihan
mengenai
problem
kewarganegaraan dan keharusan menyelesaikan
sengketa masing-masing terdiri dari 6 dan 10
pasal
Pasal 1 – 19
Menyangkut pembentukan misi-misi diplomatik, hak dan cara-cara pengangkatan serta penyerahan surat-surat kepercayaan dari kepala perwakilan diplomatik (Duta Besar)
Pasal 20 -28
Khusus mengenai kekebalan dan keistimewaan bagi misi-misi diplomatik termasuk pembebasan berbagai pajak.
Pasal 29 – 36
Mengenai kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada para diplomat dan staf lain.
Pasal 37 – 47
Juga menyangkut kekebalan dan keistimewaan bagi anggota keluarga paradiplomat dan staf pelayanan yang bekerja pada mereka
Pasal 48 – 53
Berisi berbagai ketentuan mengenai penandatanganan axesi, ratifikasi dan mulai berlakunya konvensi tersebut
Konvensi Wina (1961) mengenai
hubungan konsuler
Terdiri dari 79 pasal
di golongkan dalam 5 bab
Pasal 2 – 27 Antara lain mengenai cara-cara dalam mengadakan hubungan konsuler termasuk tugas konsul
Pasal 28 – 57 Berhubungan dengan kekebalan dan keistimewaan yang di berikan bukan saja kepada perwakilan konsulernya tetapi juga kepada para pejabat konsuler lain serta para anggota perwakilan konsuler lainya.
Pasal 58 – 67 Khusus ketentuan ketentuan mengenai lembaga konsul kehormatan termasuk kantor-kantornya
Pasal 69 – 73 Berisikan ketentuan ketentuan umum antara lain mengenai pelaksanaan tugas tugas konsuler oleh perwakilan diplomatic.
Pasal 74 – 79 Adalah mengenai ketentuan ketentuan final seperti penandatanganan retifikasi , mulai berlakunya dan lain lain..
Tingkat Staf Perwakilan Diplomatik Dan Konsuler Tiga Tingkatan:
1. Para consellir dari kedubes atau kedutaan
merupakan pangkat tertinggi diantara para
anggota staf diplomatic.
2. Para sekretaris dari kedubes (sekretaris 1,
2.3)
3. Para atttace mungkin para attace ini adalah
“junior carrier diplomats (para diplomat
muda) atau pejabat pejabat non carrier yang
bekerja untuk sementara dalam dinas
diplomatik.
PEJABAT NON KARIER DALAMA DINAS
DIPLOMATIK
1. Atase Perdagangan
2. Atase Pertaniaan
3. Atase Militer
4. Atase angkatan udara
5. Atase Perminyakan
6. Atase Kebudayaan
7. Atase Press
Tugas Tugas dan personal konsuler:
1. Tugas dan fungsinya umum yang meliputi
kegiatan-kegiatan
untuk
memajukan
perdagangan.
a. Memberikan Laporan Berkala atau khusus.
b. Memberi jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perdagangan
c. Penyelesaian perselisihan dalam perdagangan d. dll
2. Memberikan bantuan kepada warganya yang
tinggal atau sedang mengadakan perjalanan
di Negara dimana konsul itu di tempatkan.
a. Kesejahteraan dan hal ikwan warga negara b. Mengatur penguburan
c. Mengatur warisan dari warga negara yang meninggal di luar negeri
Konsul di bagi dalam lima kelas
1. Konsul jendral
2. Konsul
3. Konsul muda (karir)
4. Konsul muda (non karier)
5. Agen konsuller
HAK, KEWAJIBAN, TUGAS DUTA
BESAR DAN KONSUL
Hak, kewajiban dan Tugas Duta Besar
Ada 4 tingkatan jabatan diplomatik yaitu:
1. Duta besar luar biasa dan kuasa penuh.
2. Duta Besar
3. Minister Resident
4. Kuasa Usaha
Hak istimewa dan kekebalan diplomat
1. Para Duta Besar biasanya dibebaskan dari pajak langsung bea dan cukai dan dari kewajiban sehari hari.
2. Para Duta Besar dibebaskan dari yurisdiksi sipil dan kriminal setempat .
3. Hak kekebalan pribadi hal ini melindungi mereka, beserta keluarganya dan para stafnya dari setiap macam gangguan dan juga dari penangkapan atau penahanan oleh para pengusaha setempat juga berlaku gedung perwakilan arsip dan dokumen perwakilan
4. Memberikan fasilitas-fasilitas lengkap kepada suatu misi untuk menunaikan fungsi-fungsinya.
5. Mempunyai hak untuk kebebasan bergerak dan bepergian dinegara penerima.
6. Hak diizinkan dan dilindungi untuk berkomunikasi yang bebas untuk semua tujuan resmi.
Tugas dan Kewajiban Duta Besar
Tugas pokoknya
1. Melaksanakan
politik/kebijaksanaan
dari
negaranya sendiri.
2. Melindungi kepentingan negaranya dan
warganegaranya
3. Memberikan
informasi,
bahan-bahan
keterangan
dan
laporan
kepada
pemerintahnya
tentang
Fungsi dari Duta Besar di bagi menjadi 4 fase
1. Perwakilan
Seorang duta besar merupakan wakil resmi dan tidak resmi dari negaranya di Negara asing.
2. Perundingan
Perundingan adalah usaha utama untuk mencapai persetujuan dengan jalan kompromi dan kontak pribadi secara langsung yang meliputi perundingan:
a. Merencanakan pelbagai macam persetujuan bilateral dan multilateral yang dituangkan kedalam perjanjian-perjanjian.
b. Dalam pokok bahasan bermacam-macam mulai dari:
– Pembentukan suatu organisasi keamanan internasional – Perubahan-perubahan wilayah
– Pengaturan hal penerbangan sipil internasional – Pelayanan telemonikasi
– Hubungan-hubungan ekonomi internasional sampai soal-soal khusus seperti imigrasi, hak hak pelayaran, perjalanan, wisatawan dll
3. Laporan
Seorang Duta besar harus berusaha merupakan seorang pelapor yang baik ( dimana laporan tersebut untuk bahan politik luar negeri)
4. Perlindungan atas Kepentingan Bangsa/Negara dan dari negaranya di luar negeri
Seorang diplomat (dubes) diharapkan dapat bergaul dan di terima dengan baik oleh penguasa-penguasa Negara dimana dia ditempatkan.
Hak, Kewajiban dan Tugas
Konsul
Konsul adalah agen suatu Negara di luar negeri, tetapi ia bukanlah agen diplomatik. Tugas utamanya dalam kedudukan tersebut
adalah untuk melindungi kepentingan kepentingan komersial Negara.
Sejarah konsuler sebenarnya lebih tua umumnya dari dinas diplomat hal ini disebabkan karena dinas ini melaksakan dua fungsi:
1. Tugas tugas khusus dari fungsi umum yang pertama meliputi kegiatan kegiatan memajukan perdagangan.
2. Memberikan bantuan kepada warga negaranya yang tinggal atau sedang mengadakan perjalanan dinegara mana konsul itu ditempatkan
Hak-hak dan Privace Para Konsul
Konsul tidak mempunyai kekebalan mutlak seperti dari yuridiksi setempat. Bisanya menikmati kebebasan istimewa yang diatur dalam traktat bilateral.
Contoh priviles adalah:
1. Kebebasan untuk menjadi juri
2. Hak hak untuk mendapatkan suplay barang-barang kebutuhan.
3. Hak untuk kebebasan berkomunikasi dengan warga Negara dari Negara pengirim
4. Hak atas kekebalan atas surat-surat dan arsip-arsip resmi.
HUBUNGAN DIPLOMATIK DAN
KONSULER
Sejarah Perkembangannya
Semenjak lahirnya Negara-negara di dunia, semenjak itulah berkembang prinsip-prinsip Hubungan
Internasional, hukum internasional dan diplomasi. Dalam mengembangkan hubungan internasional, hukum Internasional oleh para diplomat.
• Awalnya duta besar tidak mempunyai status permanen, barulah
pada abad XV mulai berkembangn praktek perwakilan tetap suatu Negara.
• Perwakilan diplomatic tetap ini mulanya berkembang di city-state
Italia pada abad XV seperti Milan, venesia, Geneoa dan Florrence.
• Perkemabangan di Negara-negara eropa pada pertengahan abad
ke XVII setelah treaty of Westphalia pada tahun 1648.
• Sampai pada tahun 1815 ketentuan hubungan diplomatik berasal
dari hukum kebiasaan.
• Pada kongres Wina 1815 hukum kebiasaan tersebut di
kodifikasikan menjadi hukum tertulis yang menghasilkan naskah hierarki diplomat yang dilengkapi dengan protocol Aix-la-capelie tanggal 21 November 1818.
• Pada tahun 1927 diupayakan kodifikasi yang sesungguhnya dalam
kerangka Liga Bangsa-bangsa.
• Pada tahun 1928 di Havana konvensi ke-6 organisasi
Negara-negara amerika ( OAS ) menerima konvensi dengan nama convention on diplomatic officers. Walaupun sifatnya regional
• Pada tahun 1947, komisi hukum nasional yang dibentuk oleh
Majelis umum PBB ( GA. Res. 174 II /1947 ) menetapkan 14 topik pembahasan yang didalamnya juga termasuk topic hubungan diplomatic dan kekebalan-kekebalan.
• Pada tahun 1954 komisi mulai membahas masalah-masalah
hubungan dan kekebalan diplomatic.
• Sebelum akhir 1959 Majelis Umum melalui resolusi 1450 ( XIV )
memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konfrensi yang membahas masalah-masalah dan kekebalan-kekebalan diplomatic. Yang bernama The United Nations conference on diplomatic intercourse and immunities mengadakan sidangnya di wina dari tanggal 2 maret sampai 14 april 1961.
• Pada tanggal 18 April 1961 wakil dari 75 negara menandatangani konvensi tersebut. Yang terdiri dari mukadimah, 53 pasal dan 2 protokol.
• Kemudian pada tanggal 24 April 1964, tepatnya tiga tahun kemudian konvensi tersebut mulai berlaku. Indonesia meratifikasinya dengan UU No.1 tahun 1982 pada tanggal 25 Januari 1982.
• Selanjutnya konvensi Wina, dilengkapi dengan konvensi mengenai misi-misi khusus ( convention on Special Missions ) yang diterima oleh majelis umum PBB pada tanggal 8 Desember 1969. Indonesia meratifikasinya dengan UU No.2 tahun 1982 pada tanggal 25 januari 1982.
Hubungan Diplomatik diatur dalam konvensi
Wina tahun 1961
• Pembukaan dan pemutusan Hubungan Diplomatik.
• Pembukaan dalam hal ini yaitu adanya pengakuan secara de jure, mempunyai kepentingan peningkatan dalam bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Dan kepentingan politiknya dalam rangka solidaritas regional dan ideologi. Dan ini tercantum dalam pasal 2 konvensi Wina 1961, yaitu pembukaan hubungan diplomatic antara Negara-negara dan pembukaan perwakilan tetap diplomatic, dilakukan atas dasar saling kesepakatan. Kesepakatan ini biasanya diumumkan dalam bentuk resmi. Seperti komunikasi bersama, perjanjian persahabatan dan lain-lain.
Pemutusan hubungan diplomatic atau berakhirnya misi diplomatic seorang staf perwakilan menurut pasal 3 konvensi, antara lain karena : 1. Adanya pemberitahuan dari Negara pengirim kepada Negara
penerima bahwa tugas dari pejabat diplomatic itu telah berakhir. 2. Adanya pemberitahuan dari Negara penerima kepada Negara
pengirim bahwa, sesuai ayat 2 dari pasal 9 negara itu menolak untuk mengakui pejabat diplomat tersebut sebagai seorang anggota perwakilan.
3. Putusnya hubungan diplomatic Negara pengirim dikarenakan Negara pengirim menarik anggota staf perwakilannya di Negara penerima.
4. Bila terjadinya perang diantara kedua Negara, karena kebijakan suatu Negara sangat bertentangan dengan posisi Negara lain ataupun kegiatan yang tidak wajar dari personel diplomatic.
Tugas-tugas perwakilan Diplomatik
• Melindungi kepentingan-kepentingan Negara pengirim dan warga negaranya di Negara penerima dalam batas-batas yang diperbolehkan oleh hubungan internasional.
• Mengadakan perundingan dengan pemerintah Negara penerima.
• Memantau keadaan dan perkembangan Negara penerima dan melaporkannya kepada pemerintah Negara pengirim.
• Meningkatkan hubungan persahabatan antara Negara pengirim dan Negara penerima.
Hak-hak Istimewa
1. Kekebalan pribadi
2. Kekebalan yurikdisional 3. Penanggalan kekebalan 4. Pembebasan pajak
5. Kekebalan anggota-anggota pejabat diplomatic
6. Kekebalan anggota perwakilan lainnya dan pembantu rumah tangga
7. Perlindungan terhadap gedung-gedung perwakilan 8. Kekebalan komunikasi
9. Kebebasan bergerak
Pesona non Grata.
Dikeluarkan
oleh
Negara
setempat
bila
keberadaan seorang diplomat tidak bisa ditolelir
sebagai akibat dari sikap atau perbuatannya
yang tidak dapat diterima. Hal ini diatur dalam
pasal 9 konvensi Wina 1961.
Dalam hal ini Indonesia juga mempunyai
undang-undang yang mengatur hubungan luar
negeri, yaitu UU No.37 tahun 1999 tentang
hubungan luar negeri yang berisikan tentang
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan
pelaksanaan politik luar negeri, Indonesia terkait
oleh ketentuan-ketentuan hukum dan kebiasaan
internasional yang merupakan dasar bagi
pergaulan dan hubungan antar Negara.
HUBUNGAN KONSULER
• Dapat dikatakan bahwa lembaga konsuler merupakan produk dari kegiatan-kegiatan perdagangan dan pelayaran. Pada abad ke 13 dan 14 sistem konsuler ini berkembang cepat sebagai akibat kemajuan yang pesat dari perdagangan dan pelayaran.
• Pada abad ke 17 berkembangnya system perwakilan diplomatic, dan tidak sesuainya lagi fungsi hukum konsul di bidang sipil dan pidana dengan kedaulatan teritorial Negara penerima maka peranan lembaga konsuler agak mengalami kemunduran.
Hubungan konsuler diatur dalam
konvensi Wina tahun 1963
Pembukaan hubungan konsuler.
Pembukaan hubungan konsuler dilakukan atas kesepakatan Negara-negara yang bersangkutan.
Eksequator
Merupakan suatu praktek tradisional bahwa seorang kepala perwakilan konsuler, dilengkapi oleh pemerintahannya dengan suatu surat resmi yang dinamakan surat tauliyah atau commission atau letter de provision.
Fungsi-fungsi Konsuler
Menurut konvensi Wina tahun 1963 pasal 5 yaitu :
1. Melindungi kepentingan Negara pengirim dan kepentingan warga negaranya yang berada di Negara penerima.
2. Memajukan hubungan niaga, ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan
3. Mengamati keadaan dan perkembangan di bidang perdagangan, ekonomi,kebudayaan, dan ilmu pengetahuan di Negara penerima
4. Mengeluarkan passport dan surat jalan kepada warganegara pengirim
5. Membantu warga Negara pengirim dengan bertindak sebagai notaries dan pegawai catatan sipil
6. Melaksanakan hak pengawasan dan pemeriksaan terhadap kapal-kapal pengirim serta fungsi-fungsi lainnya yang tidak dilarang oleh hokum dan peraturan-peraturan Negara penerima
Tingkat-tingkat kepala konsuler
Menurut pasal 9 konvensi wina tahun 1963
membagi kepala konsuler atas 4 tingkatan yaitu :
1. Konsul Jendral
2. Konsul
3. Konsul Muda
4. Agen Konsuler
Hak-hak istimewa dan kekebalan
1. Kekebalan kantor-kantor konsuler
2. Kekebalan alat-alat komunikasi
3. Kebebasan berkomunikasi
4. Kekebalan pribadi pejabat konsuler
5. Kekebalan fiscal dan kekebalan lainnya
6. Pembebasan dari pembayaran pajak pribadi
7. Pembebasan bea masuk
Berakhirnya Misi Diplomatik
1. Penariakan kembali (recall) perutusan itu oleh negara yang mengirimnya.
2. Pemberitahuan oleh negra pengirim kepada negara penerima bahwa tugas perutusanya itu telah berakhir.
3. Permintaan oleh kepala negara agar perutusannya ditarik kembali(recall).
4. Penyerahan paspor-paspor kepada perutusan dan stafnya serta keluarganya oleh negara penerima, seperti pecah perang kedua negara tersebut.
5. Pemberitahuan oleh negara penerima kepada negara pengirim, jika perutusanya itu dinyatakan persona non grata.
6. Tujuan misi tesebut telah terpenuhi.
7. Berakhirnya masa berlaku surat-surat kepercayaan yang diberikan hanya untuk waktu terbatas.