BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah 1. Definisi
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 1995). Proses bicara melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu membentuk pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata yang akan digunakan dan kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Sistem koordinasi tubuh manusia pusat pengendali bahasa terletak di area broca dan korteks motoric di anterior dan area Wernicke di posterior hemisfer kiri dari otak.
Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterior (area
wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan.
Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus
arcuata ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi.
Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan di bagian anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual. Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan
sekitarnya, mengerti maksud mimik, dan nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal (Soetjiningsih, 2003).
Perkembangan kemampuan bahasa berikutnya secara bertahap, anak akan mengikuti kemampuan perkembangan yang dialami. Akan tetapi perkembangan tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut William Stern dan Clara Stern (1999) ada 3 fungsi bahasa, yaitu:
a. Aspek Ekspresi yaitu menyatakan kehendak dan pengalaman jiwa b. Aspek Sosial yaitu untuk mengadakan komunikasi dengan orang
lain.
c. Aspek Intensional yaitu berfungsi untuk menunjukkan atau membanggakan sesuatu.
Menurut Karl Buhler dalam Hurlock (1995), di dalam penggunaan bahasa terdapat 3 dorongan utama, yaitu :
a. Kundgabe (pemberitahuan, pengumuman)
Ada dorongan yang merangsang anak untuk memberitahukan isi kehidupan batiniah yaitu pikiran, perasaan, kemauan, harapan, fantasi sendiri dan lain sebagainya kepada orang lain.
b. Auslosung (pelepasan)
Ada dorongan yang kuat pada anak untuk melepaskan kata-kata dan kalimat-kalimat.
c. Darstellung (penyampaian, pemaparan)
Anak ingin mengungkapkan segala sesuatu yang menarik hati dan memikat perhatiannya (Zulkifli, 2000).
Ada tiga teori utama yang mencoba menjelaskan perkembangan bahasa pada anak-anak, yaitu :
a. Model Behaviorist
Inti pandangan model ini adalah language is function of
reinforcement. Orang tua mengajar anaknya berbicara dengan
memberikan reinforcement atau penguatan (prinsip behaviorism) terhadap tingkah laku verbal. Dengan demikian reinforcement ini anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat, sehingga anak mengetahui arti kata-kata. Hal ini dapat terjadi karena setiap kali anak berbuat suatu kesalahan. Akan segera dikoreksi oleh orang tuanya atau masyarakat melalui reinforcement yang selektif. Kata-kata yang ia dengar disimpan dalam ingatan melalui asosiasi. Dalam observasinya sehari-hari terhadap lingkungannya, ia melihat adanya suatu hubungan antara entity (kombinasi antara obyek dengan orang) dengan suatu aksi tertentu. Anak-anak juga dapat belajar meniru kata-kata dan frasa-frasa yang didengarnya tanpa memahami artinya. Anak-anak juga sering mengucapkan kata-kata yang tidak diajarkan oleh orang-orang di sekitarnya, namun mengikuti aturan-aturan tertentu dan menolak memperbaikinya bila diminta.
b. Model Linguistik
Chomsky adalah tokoh yang mengembangkan model ini. Menurut pendapatnya, anak-anak dilahirkan sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui kontak dengan lingkungan sosial, kemampuan bahasa tersebut akan tampak dalam perilaku berbahasa. Berdasarkan sudut pandang ini, bahasa adalah suatu kemampuan yang khas yang dimiliki manusia. Selain itu Chomsky dan kawan-kawan menganggap perolehan bahasa tidak diperoleh dengan cara induksi seperti diterangkan oleh mahzab empiris, melainkan manusia secara biologis memang sudah diprogramkan (preprogramed) untuk memperoleh bahasa.
c. Model Linguistik
Kelompok ini diwakili oleh Piaget, Brunner, dan Viggosky. Model ketiga ini adalah pandangan terbaru mengenai perolehan bahasa pada anak-anak ialah pandangan yang disebut Model Proses (Process Models). Inti dari pendekatan ini adalah suatu model kognitif untuk bahasa, yang dijelaskan bagaimana bahasa itu diproses secara kognitif dan bagaimana manifestasinya dalam tingkah laku (Munandar, 2001).
2. Tugas-tugas perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2004). Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :
a. Pemahaman
Kemampuan memahami makna ucapan orang lain. b. Pengembangan kata
Anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat
Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pertama pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture (bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.
Menurut Garrison dan Mc Cathy (1973) dalam Hurlock (1995) menyatakan bahwa anak yang cerdas, anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
d. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, e, i, o, u dan huruf mati (konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit ucapkan adalah huruf mati tunggal :r, z, w, s, g, dan huruf rangkap (diftong) : st, str, sk, dan dr.
3. Tipe perkembangan bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut : a. Egosentric speech
Berbicara pada dirinya sendiri (monolog) b. Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi menjadi lima bentuk yaitu :
1) Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang di cari.
2) Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
3) Command (perintah), requeat (permintaan), threat
(ancaman).
4) Question (pertanyaan).
Menurut Clara dan William Stern (1999), perkembangan bahasa dibagi atas empat masa, dan setiap masa setengah tahun lamanya. Menetapkan perkembangan bahasa berdasarkan batas-batas umur, bukanlah masalah yang mudah, sebab perkembangan bahasa itu sendiri tidak selalu sama karena seiring ada penyimpangan di sana-sini. Periode perkembangan tersebut meliputi :
a. Prastadium
Pada tahun pertama yaitu menirukan bunyi-bunyi.Mula-mula menguasai huruf hidup, kemudian huruf mati, terutama huruf-huruf bibir. Kemudian berlangsung proses reduplikasi atau pengulangan suku kata seperti : me-me, pa-pa, bi-bi, dan sebagainya.
b. Masa pertama/kalimat satu kata
Masa pertama/kalimat satu kata yaitu antara 12 sampai dengan 18 bulan, kata pertama yang diucapkan anak mulai dari suara raban seperti yang kita dengar dari mulut seorang bayi. Meraban merupakan permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut.Dalam hal ini, anak cenderung mengucapkan pengulangan suara.Contohnya ma-ma, mi-mi dan sebagainya. Kemudian anak terus belajar bebicara karena dirangsang oleh “dorongan sewajarnya”, yaitu dorongan meniru suara-suara yang didengarnya dari orang lain. Sebagian besar dari kata-kata yang diucapkan anak itu belum dapat kita sebutkan kata dalam arti yang sebenarnya. Anak menggunakan kata-kata itu untuk menyatakan keinginan dan perasaannya dengan satu kata. Perkataan satu kata telah mempunyai arti sebagai kalimat. Umumnya dalam masa ini, kata-kata yang diucapkan terdiri dari sepatah kata saja.
Kemampuan menyatakan pendapat itu baru dapat diperoleh setelah ia menyadari, bahwa segala sesuatu itu mempunyai nama. Salah satu perkataan-perkataan yang diucapkan itu diikuti dengan gerakan-gerakan badannya.
c. Masa kedua/masa memberi nama
Masa kedua/masa memberi nama yaitu antara 18 sampai 24 bulan selama beberapa bulan, perkembangan bahasa ini seakan-akan terhenti karena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan. Setelah pertengahan tahun kedua, timbullah dorongan untuk mengetahui sebuah benda. Pada masa ini, anak menyadari bahwa setiap benda memiliki nama. Biasanya pertanyaan anak banyak sekali, sambil jalan dengan tak henti-hentinya ia bertanya : ini apa, itu apa, mengapa ia. Itulah alasannya mengapa ada yang menyebut masa ini dengan “masa memberi nama” atau “masa apa itu”.
Anak mengalami peristiwa “lapar-kata”, yaitu ingin menghafal secara terus-menerus kata-kata baru, dan ingin memahami artinya. Perbendaharaan kata si anak menjadi semakin bertambah dengan cepatnya. Anak selalu merasa “haus-tanya” yaitu dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya. Pada saat ini anak mulai meninggalkan kalimat satu kata, lalu menggunakan dua kata atau tiga kata sekaligus. Mula-mula ia mengucapkan dengan tergagap-gagap, lambat laun kalimatnya terungkapkan lebih lancar. Mulailah muncul kata benda dan kata kerja yang disusul kata sifat. Setelah anak berusia 3 tahun, anak mulai menguasai kata-kata penghubung.
d. Masa ketiga/masa kalimat tunggal
Masa ketiga/ masa kalimat tunggal yaitu umur 24 sampai 30 bulan, bahasa bentuk kalimat makin baik dan sempurna. Anak telah menggunakan kalimat tunggal. Pada saat ini anak mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan
warna bahasanya. Sehubungan dengan bentuk dan warna bahasa itu, anak memerlukan waktu untuk mempelajarinya. Selanjutnya anak mulai mampu menyuarakan pendapatnya tentang perbandingan. Dalam masa ini terdapat usaha untuk mendekati bentuk bahasa yang lebih baik dan sempurna.
e. Masa keempat/ masa kalimat majemuk
Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan makin bagus. Anak telah menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sekali-kali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah anak kalimat. Biasanya anak sering berbuat kesalahan, namun tampaknya ia tidak berputus asa. Kadang-kadang orang dewasa sulit memahami bahasa pada anak-anak. Kita harus mengenalnya lebih dahulu agar lebih mudah memahami bahasanya.
Pertanyaan semakin menanyakan siapa, di mana, dari mana, bagaimana, apa sebabnya dan sebagainya. Lingkungan hidup turut mempengaruhi perkembangan bahasa. Sehubungan dengan hal itu, jangan menirukan bahasa anak-anak yang salah diucapkannya. Dalam masa kini kalimat anak menjadi sempurna dan panjang serta menjadi kalimat majemuk.
Anak mulai berbicara sekitar umur 6 atau 7 bulan.Perkembangan bahasa berbeda pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat kemajuannya dan ada pula yang lambat kemajuannya. Bahkan ada masa tertentu yang seakan-akan perkembangan bahasa itu terhenti sama sekali, yaitu ketika anak-anak sedang giat-giatnya belajar berjalan. Selanjutnya setelah anak agak pandai berjalan, kembali perkembangan bahasa anak-anak sama dengan sukarnya orang dewasa belajar bahasa asing, namun kemajuan perkembangan bahasa anak-anak sangat mengagumkan walaupun pada mulanya perkembangan itu tidak secepat pertumbuhan pikiran sehingga ia terpaksa menggunakan tanda-tanda seperti gerakan tangan, kebanyakan
anak belajar dengan baik. Jumlah kata-kata yang mereka miliki meningkat dengan cepat. Penggunaan suara meningkat, mereka datang untuk bertanya banyak pertanyaan selama kesehariannya. Mereka menikmati saat mendengarkan musik dan kadang mereka meningkat kata-kata dengan baik.
Pada saat anak berumur 4 tahun, perkembangan bahasanya antara lain :
a. Menggunakan kalimat yang terdiri dari 4 sampai 6 kata. b. Memberi perintah seperti “perbaiki ini untuk aku”. c. Bertanya banyak bertanya seperti apa, di mana, mengapa. d. Berkata tentang sesuatu yang sedang dikerjakan.
e. Berbicara sendiri dan dengan mainannya.
f. Menceritakan tentang keadaan dirinya, seperti “saya lelah”. g. Bercerita atau menyanyi sebuah lagu.
Ketika anak memerlukan bantuan :
a. Anak mengulang kata-kata tetapi nampak tidak mengerti. b. Anak berbicara gagap.
c. Orang lain membutuhkan waktu untuk mengerti ketika anak berkata.
d. Anak menggunakan kata-kata yang tidak biasanya diucapkan. Cara untuk membantu anak pada umur ini :
a. Mendengarkan anak ketika bicara dan tersenyum untuk menunjukkan bahwa kita mengerti.
b. Menyuruh anak untuk bermain dengan anak lain.
c. Berbicara tentang bagaimana sesuatu itu sama dan bagaimana berbeda.
d. Membantu anak mengekspresikan perasaan atau ide. e. Membaca cerita lebih lama.
Pada anak umur 5 tahun, perkembangan bahasanya antara lain : a. Menjelaskan arti kata-kata umum.
b. Mengenali tanda-tanda umum seperti tanda berhenti. c. Tepat dalam melafalkan bunyi.
d. Mulai mengenal kertas dan suara.
e. Menggunakan kalimat untuk menjelaskan obyek dan kejadian. f. Menjelaskan bagaimana untuk memecahkan masalah yang
sederhana.
Ketika anak membutuhkan bantuan :
a. Kalimat yang digunakan tidak lengkap/ jelas. b. Anak tidak suka berbicara dengan anak yang lain. c. Anak memiliki masalah dalam mengikuti perintah
(Milestone, 2001).
Perkembangan bahasa pada anak prasekolah akan berkembang, karena selain terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi berpikir juga karena lingkungan ikut membantu mengembangkannya.
Ada 4 tugas yang perlu diperhatikan pengembangannya yaitu : a. Mengerti pembicaraan oleh orang lain.
b. Menyusun dan menambah perbendaharaan kata. c. Menggabungkan kata menjadi kalimat.
d. Pengucapan yang baik dan benar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa pada anak dapat berjalan menjadi optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Soetjiningsih, 2003):
a. Rangsangan/ stimulasi ibu
Anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua input/masukkan yang berasal dari lingkungan luar.
b. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya agar menjadi anak yang tidak sombong dan dapat memberi kasih sayangnya pula kepada sesamanya.
c. Ganjaran atau hukuman
Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi ganjaran, misalnya ciuman, pujian, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambat.
e. Motivasi belajar anak
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
f. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan keluarga yang kurang harmonis.
g. Pendapatan ibu
Pendapatan keluarga yang memadahi akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
h. Tingkat gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.
i. Tingkat pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan stimulasi kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk membantu perkembangan yang optimal.
Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar berbicara seorang anak diantaranya :
a. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat berbicara dibanding anak yang tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk menjadi angota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
b. Kecerdasan
Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih baik dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah. c. Keadaan sosial ekonomi
Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih banyak bicara dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu, hal ini dikarenakan anak dari keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara dari anggota keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah
cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan. d. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek, dan kurang benar dalam tata bahasa, kosa katanya pun lebih sedikit dan pengucapan kata kurang tepat dari pada anak perempuan.
e. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat dalam komunikasi dengan orang lain semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk belajar.
f. Dorongan
Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya berbicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya. Disini orang tua khususnya ibu sebagai guru yang pertama bagi anak untuk membantu kemampuan bicara anak. Pendapat ini didukung oleh Soetjiningsih (2003) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.
g. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik ketimbang keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.
h. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar dibanding untuk anak yang lahir kemudian.
i. Metode pelatihan anak
Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat dan bukan didengar” terjadi hambatan belajar, sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar bicara.
j. Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami keterlambatan dalam bicara karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar dapat dipahami oleh orang lain.
k. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya menyebabkan semaikn besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, hal ini akan memperbesar motivasi anak untuk belajar bicara.
l. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung mempunyai kemampuan bahasa yang lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Sehingga kemampuan bahasa juga dapat dijadikan sebagai petunjuk anak yang sehat mental.
5. Cara Mengukur Perkembangan Bahasa pada Anak Prasekolah
Cara mengukur perkembangan bahasa pada anak prasekolah dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas. Isi dari lembar observasi mengacu dari Denver II yang mencakup anak usia prasekolah 4-5 tahun. Dalam melaksanakan pengukuran perkembangan bahasa anak prasekolah dengan menggunakan lembar observasi, kita perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan responden, guru, lembar observasi, dan pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak prasekolah.
Pemberian skor untuk setiap item peneliti memiliki ketentuan sebagai berikut :
a. L = Lulus/ Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/ pengasuh melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut.
b. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/ pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut.
c. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.
Hasil interpretasi untuk keseluruan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, “normal”, “suspect”, dan “unstetable”. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.
a. Normal
Interpretasi “normal” diberikan jika jumlah skor Pass > 90% b. Suspect
Interpretasi “suspect” diberikan jika jumlah skor Fail > 90% dan/ atau kemungkinan terdapat delay.
c. Unstetable
Interpretasi “unstetable” diberikan jika terdapat skor Refusal.
B. Pengetahuan 1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, memberi contoh dan sebagainya. Misalnya ibu dapat menyebutkan tujuan pemberian stimulasi bahasa bagi anak.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa pemberian stimulasi itu penting diberikan.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagia aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya ibu selalu mengajak anaknya berbicara dengan benar.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar (membuat bagan), mengelompokkan, membedakan, memisahkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis ini merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria
yang telah ada. Dapat membandingkan antara anak yang mengalami keterlambatan dengan yang tidak mengalami keterlambatan dalam hal perkembangan bahasa.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru , didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik terhadap
stimulus tersebut. Di sini sikap subyek sudah mulai muncul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d. Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption (adopsi), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan , kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) yang mencoba mengalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, menyebutkan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku manusia terbentuk atas tiga faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
b. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan, alat-alat, kontrasepsi dan jamban.
c. Faktor pendorong (renforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas kesehatan yang lain, yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sosial budaya, serta umur yang mempengaruhi perkembangan intelektual serta aspek fisiologis yang mana menentukan dalam mendapatkan pengetahuan.
C. Stimulasi Bahasa 1. Definisi
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar individu. Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada awal perkembangan, anak berada pada tahap sensorik motoriknya. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktivitas motoriknya, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Stimulasi bermain mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. Ini terutama penting selama bulan-bulan awal kehidupan sebelum anak dapat berjalan dan dapat melakukan sesuatu sendiri (Hurlock, 1995).
Menurut Suherman (2002) pemberian stimulasi dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman atau marah bila anak tidak dapat melakukannya, memberi pujian bila anak berhasil melakukannya. Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip-prinsip stimulasi. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama, stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup empat bidang kemampuan berkembang, yaitu :
a. Kemampuan bergaul dan mandiri (BM).
b. Kemampuan berbicara, bahasa dan kecerdasan (BBK). c. Kemampuan gerak kasar (GK).
d. Kemampuan gerak halus (GH).
Macam-macam stimulasi antara lain stimulasi auditif yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membedakan berbagai jenis suara dan akan berdampak pada kemampuan membaca. Stimulasi visual yang akan meningkatkan perhatian anak terhadap sekeliling. Stimulasi kinetik berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Sedangkan stimulasi verbal berguna untuk perkembangan bahasa anak (Suherman, 2002).
Pada tahun-tahun pertama tumbuh kembang anak, anak belajar mendengarkan yang disebut juga “periode kesiapan mendengarkan”. Stimulasi verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarkannya. Stimulasi taktil juga dibutuhkan oleh anak, kurangnya stimulasi taktil dapat menyebabkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Stimulasi macam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak menjadi lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang (Soetjiningsih, 2003).
Untuk menstimulasi perkembangan bahasa anak, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu mengajak bicara anak, melontarkan pertanyaan terbuka, membacakan buku/ mendongeng, membetulkan ucapan anak (Suryanah, 1996). Pemberian stimulasi dapat dilakukan oleh keluarga, program Bina Keluarga Balita (BKB), kelompok bermain, sekolah, perawat anak, dokter anak, fisioterapis.
Pada bayi yang berumur 0 sampai 3 bulan, stimulasi yang diperlukan untuk merangsang perkembangan bahasa di antaranya suara burung, suara radio dan lain sebagainya. Pada bayi yang berumur 3 sampai 6 bulan, stimulasi yang diperlukan untuk merangsang perkembangan bahsanya adalah melatih bayi menirukan suara, bunyi atau kata. Pada bayi yang berusia 6 sampai 9 bulan, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak meniru kata-kata. Pada bayi yang berumur 9 sampai 12 bulan, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak meniru kata-kata dan mengenalkan kata-kata baru sambil menunjukkan gambarnya. Pada bayi yang berumur 12 sampai 18 bulan, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak menunjukkan dan menyebutkan nama-nama bagian tubuh. Pada bayi yang berumur 18 sampai 24 bulan, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak mengikuti perintah sederhana. Anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak mengenal bentuk dan warna. Pada anak berumur 4 sampai 5 tahun stimulasi yang diberikan adalah membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagi kue atau kertas. Anak yang berumur 5 sampai 6 tahun, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan (Suherman, 2002).
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia 5 tahun. Seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada lingkungannya, supaya ia dapat melangsungkan kehidupan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Peran aktif orang tua yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak dan peran dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang pertama dialami anak (Suherman, 2002).
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996) Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak:
Rangsangan/ stimulasi orang tua Cinta dan kasih sayang
Ganjaran atau hukuman Lingkungan
Motivasi belajar anak Stabilitas rumah tangga Pendapatan orang tua Tingkat gizi
Pengetahuan orang tua tentang stimulasi verbal
Stimulasi perkembangan bahasa anak prasekolah :
Mengajak bicara anak
Melontarkan pertanyaan terbuka Mendongeng
Membetulkan ucapan anak
Stimulasi bahasa oleh orang tua
Perkembangan bahasa anak prasekolah
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep F. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi verbal sedangkan variabel terikatnya adalah perkembangan bahasa pada anak prasekolah.
1. Definisi Konseptual Variabel
a. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui panca indera manusia (Notoatmodjo, 2003).
b. Perkembangan bahasa adalah perkembangan secara berangsur-angsur di dalam mengerti maksud dan simbol pesan suara yang dirasakan yang kemudian diwujudkan oleh individu sampai tingkat kematangan dan proses belajar yang meliputi pemahaman, pengembangan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat (Yusuf, 2004).
2. Definisi Operasional Variabel
a. Pengetahuan ibu tentang stimulasi verbal adalah nilai yang diketahui ibu tentang perangsangan dan latihan yang diberikan yaitu dengan memberikan alat permainan yang dapat mendukung atau menunjang anak dalam perkembangan bahasa. Skala pengukuran pada variabel bebas ini adalah skala ordinal dengan menggunakan kuisioner, dan kategori hasilnya pengetahuan ibu baik, sedang, atau kurang tentang stimulasi.
b. Tingkat perkembangan bahasa pada anak prasekolah (4-5 tahun) adalah tingkat kemampuan anak prasekolah untuk dapat berkomunikasi, baik dengan keluarga maupun dengan orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Skala pengukuran Tingkat pengetahuan orang tua tentang
stimulasi verbal
Perkembangan bahasa anak prasekolah
pada variable ini adalah skala ordinal dengan menggunakan kuisioner, dan kategori hasilnya perkembangan bahasa anak baik, cukup, atau kurang.
G. Hipotesa
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi verbal dengan perkembangan bahasa pada anak prasekolah di TK PGRI 116 Bangetayu Wetan.