• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TEPUNG MENIRAN (Phyllanthus niruri) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN HERBAL PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TEPUNG MENIRAN (Phyllanthus niruri) SEBAGAI IMUNOSTIMULAN HERBAL PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

3

PEMANFAATAN TEPUNG MENIRAN (Phyllanthus niruri)

SEBAGAI IMUNOSTIMULAN HERBAL PADA BUDIDAYA

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK

DONI NURDIANSAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Tepung Meniran (Phyllanthus niruri) sebagai Immunostimulan Herbal pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013 Doni Nurdiansah NIM C14090040

(4)

ABSTRAK

DONI NURDIANSAH. Pemanfaatan Tepung Meniran (Phyllanthus niruri) sebagai Immunostimulan Herbal pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak. Dibimbing oleh SUKENDA dan DINAMELLA WAHJUNINGRUM.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji efikasi meniran pada berbagai dosis sebagai imunostimulan herbal di tambak udang. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini yaitu penambahan tepung meniran 10 mg/kg (A), penambahan tepung meniran 20 mg/kg (B), dan penambahan tepung meniran 30 mg/kg (C) serta terdapat kontrol (tanpa penambahan tepung meniran). Udang vaname yang ditebar dalam jaring hapa ukuran 150 cm x 100 cm x 100 cm dengan bobot rata-rata 2,52 ± 0,29 gram/ekor dan umur 42 hari pada kepadatan 100 ekor/jaring hapa. Perlakuan diberikan selama 40 hari di dalam tambak. Hasil penelitian menunjukkan dosis tepung meniran 20 mg/kg pakan memberikan hasil terbaik terhadap respon imun udang vaname dengan nilai total hemosit tertinggi 4,46 + 0,05 log 10 sel/ml3.

Kata kunci: meniran, immunostimulan, Litopenaeus vannamei.

ABSTRACT

DONI NURDIANSAH. Utilization of Meniran Flour (Phyllanthus niruri) as an Immunostimulant Herbal White Shrimp (Litopenaeus vannamei) Aquaculture in the Ponds. Supervised by SUKENDA and DINAMELLA WAHJUNINGRUM. This research was conducted to test the efficacy meniran on various doses as immunostimulant herbs in the pond of shrimp. Treatment that is given in this study i.e. the addition of flour meniran 10 mg/kg (A), the addition of flour meniran 20 mg/kg (B), and the addition of flour meniran 30 mg/kg (C) and the control (without the addition of flour meniran). White shrimp are stocked in the net hapa size 150 cm x 100 cm x 100 cm with an average weight of 2,52 + 0,29 g/tail and age 42 days at a density of 300 tail/hapa nets. The results showed a dose flour meniran 20 mg/kg of feed to give the best results against white shrimp immune response with the highest total value of 4,46 + 0,05 log 10 cells/ml3.

Keywords: meniran, immunostimulant, Litopenaeus vannamei .

(5)

3

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PEMANFAATAN TEPUNG MENIRAN (Phyllanthus niruri)

SEBAGAI IMUNOSTIMULAN HERBAL PADA BUDIDAYA

UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)

3

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tepung Meniran (Phyllanthus niruri) sebagai Imunostimulan Herbal pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak

Nama : Doni Nurdiansah

NIM : C14090040 Disetujui oleh Dr Sukenda Pembimbing I Dr Dinamella Wahjuningrum Pembimbing II Diketahui oleh Dr Sukenda

Ketua Departemen Budidaya Perairan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 hingga September 2012 ini ialah fitofarmaka, dengan judul Pemanfaatan Tepung Meniran (Phyllantus niruri) sebagai Immunostimulan Herbal pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Sukenda, dan Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Syaefuddin, Bapak Riyono, serta para staf dari Tambak Pinang Gading Bakauheni Lampung yang telah banyak membantu dalam kegiatan pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa pula penulis juga menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Bapak Ranta, Mas Rahman, Kang Adna, Ka Wahyu, Ka Jeni, Ka Titi, Seto, Galih, Fahrul, teman-teman BDP 45, 46, dan 47, serta teman-teman LKI.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013 Doni Nurdiansah

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

METODE ... 2

Waktu dan Tempat Penelitian ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Total Hemosit ... 6

Diferensial Hemosit ... 7

Sintasan Udang ... 8

Laju Pertumbuhan Harian ... 9

Rasio Konversi Pakan ………. 10

Size (Ukuran Udang) ... 10

Biomassa Panen ... 11

KESIMPULAN DAN SARAN ... 12

Kesimpulan ... 12

Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 12

LAMPIRAN ... 14

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perlakuan pemberian meniran dengan dosis berbeda pada udang vaname ... 3

Tabel 2 Satuan dan alat ukur kualitas air pada parameter suhu, salinitas, pH, dan ammonia ... 5

Tabel 3 Rasio konversi pakan pada udang vaname selama pemeliharaan ... 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Total hemosit udang vaname pada akhir pemeliharaan ... 6

Gambar 2 Diferensial hemosit udang vaname pada akhir pemeliharaan ... 7

Gambar 3 Sintasan udang vaname pada akhir pemeliharaan ... 8

Gambar 4 Laju pertumbuhan harian udang vaname selama masa pemeliharaan ... 9

Gambar 5 Perbandingan size (ukuran) udang vaname pada akhir pemeliharaan ... 10

Gambar 6 Perbandingan biomassa panen udang vaname pada akhir pemeliharaan .. 11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis statistik terhadap parameter penelitian (sintasan udang, laju petumbuhan harian, rasio konversi pakan, total hemosit, diferensial hemosit, biomassa panen, dan ukuran udang) ... 14

(11)

3 PENDAHULUAN

Udang vaname merupakan salah satu komoditas ekspor yang bernilai cukup tinggi pada sektor perikanan. KKP (2010a) menyatakan akhir tahun 2009, ekspor udang Indonesia mencapai 240.250 ton atau 27,29% dari total semua komoditas ekpor perikanan Indonesia yang mencapai 881.413 ton. Produksi udang nasional juga meningkat dari 338.000 ton pada tahun 2009 menjadi 352.000 ton ada tahun 2010 (KKP 2010a). Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi udang meningkat 209% menjadi 699.000 ton pada periode 2010-2014 (KKP 2010a).

Udang vaname yang diharapkan punya produktivitas tinggi nyatanya sepanjang 2009 sampai 2010 tidak dapat melawan saat terserang penyakit IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) (KKP 2010b). Hal ini sangat merugikan para petambak karena bisa mengakibatkan terjadinya kematian massal pada udang vaname yang dibudidayakan. IMNV pertama kali ditemukan menyerang udang vaname di Brazil pada tahun 2003 dan di Indonesia pada tahun 2006. Kasus virus IMNV pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu di tambak udang daerah Situbondo, Jawa Timur. Berdasarkan pernyataan Tang et al. (2005) gejala klinis yang umum terjadi akibat serangan virus IMNV adalah rusaknya jaringan dan terdapat warna putih pada otot skeletal serta menyebabkan udang yang terinfeksi menjadi lemah. Coecho et al. (2009) menyatakan bahwa serangan penyakit IMNV dapat menimbulkan tingkat mortalitas di atas 60% pada tambak udang vaname dan dapat menyerang udang vaname pada stadia pasca larva (PL), remaja, dan dewasa.

Penanggulangan penyakit pada udang kerap kali dilakukan dengan disinfeksi tambak dengan bahan kimia, mengurangi padat tebar, menggunakan benur SPF (Specific Pathogen Free), biosekuriti yang ketat, pemberian bakteri probiotik pada tambak, dan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik secara terus menerus dalam penanggulangan penyakit akan mengakibatkan bakteri patogen akan resisten terhadap antibiotik, residu bahan kimia dan antibiotik yang terbuang dapat mencemari lingkungan serta merusak ekosistem perairan, dan residu antibiotik yang tertinggal dalam daging udang juga membahayakan bagi konsumen. Penggunaan immunostimulan saat ini merupakan salah satu alternatif untuk menggantikan antibiotik dalam mengatasi permasalahan serangan penyakit yang disebabkan oleh beberapa bakteri atau virus. Menurut Sakai (1999) dalam Tacchi et al., (2011) imunostimulan adalah suatu bahan yang berasal dari makhluk hidup atau gabungan dari bahan-bahan sintetik yang dapat meningkatkan efek pada sejumlah komponen sistem imun misalnya peningkatan aktivitas fagositosis. Beberapa imunostimulan ini telah diketahui memiliki efek antiviral yang digunakan dalam pengobatan infeksi viral dalam pakan untuk kegiatan budidaya seperti lipopolisakarida (LPS) (Guttvik et al., 2002, Nya dan Austin, 2010 dalam Tacchi et al., 2011), bawang putih (Sahu et al., 2007 dalam Suman dan Csaba, 2011), dan ekstrak dari jahe dan teh hijau (Camellia sinensis) (Abdel et al., 2010 dalam Tacchi et al., 2011). Potensi imunostimulan dari tanaman obat (fitofarmaka) bagi ikan maupun udang sudah mulai banyak diterapkan dalam kegiatan budidaya perikanan. Salah satu tanaman yang cukup efektif dalam menangani beberapa penyakit adalah meniran (Phyllanthus niruri). Meniran sering dimanfaatkan sebagai obat herbal tradisional yang telah lama dikenal oleh

(12)

masyarakat Indonesia. Meniran dapat digunakan untuk pengobatan diantaranya sakit demam, kencing batu, batuk, sakit gigi, sakit kuning, dan gonorhoe (Sidik dan Subarnas 1993). Tumbuhan meniran juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi bakteri maupun virus serta mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini bisa disebabkan karena berdasarkan pernyataan Triarsari (2009) dalam tumbuhan meniran mengandung kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, dan vitamin C.

Pemberian tepung meniran telah dibuktikan dalam penelitian skala laboratorium yang digabungkan dengan pemberian ekstrak bawang putih untuk mengatasi penyakit akibat bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele (Kurniawan 2010), bakteri Streptococcus agalactiae pada ikan nila (Fauziah 2012), dan bakteri Vibrio alginolyticus pada ikan kerapu macan (Miranti 2012). Berdasarkan pernyataan Marlinah (2003) bahwa pemberian ekstrak meniran 20 mg/kg pakan menghasilkan kelangsungan hidup yang cukup signifikan yaitu sebesar 70% pada benih udang yang terinfeksi WSSV (White Spot Syndrom Virus). Hasil penelitian Sari (2010) yang hanya menggunakan dosis meniran 20 mg/kg menunjukkan bahwa pemberian ekstrak meniran 20 mg/kg pakan menghasilkan kelangsungan hidup sebesar 86,67% pada udang vaname yang terinfeksi IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus). Hasil penelitian Muntamah (2012) juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak meniran dengan dosis yang berbeda menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi yaitu 90% pada dosis pemberian 20 mg/kg pakan pada udang vaname yang terinfeksi IMNV. Tujuan penelitian ini untuk menguji efikasi meniran pada berbagai dosis sebagai imunostimulan herbal di tambak.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan di tambak udang vaname yang bertempat di Kampung Pinang Gading, Desa Bakauheni, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan dimulai dengan persiapan wadah dan media pemeliharaan, persiapan hewan uji, pembuatan pakan meniran, pengujian pakan uji pada udang vaname, kemudian dilanjutkan pengamatan serta analisis data.

Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah yang digunakan pada penelitian adalah jaring hapa yang berukuran 150 cm x 100 cm x 100 cm sebanyak 12 buah dengan ukuran mata jaring 5 mm x 5 mm. Jaring hapa ini diikatkan pada tiang bambu yang memiliki ketinggian 1,5 m dan bagian bawah jaring hapa diberi pemberat ke dasar tambak. Jaring hapa ini diberi penutup berupa jaring dan diikat agar udang vaname yang sedang dipelihara 2

(13)

5 tidak lolos dari jaring hapa serta mengurangi gangguan predator. Jaring hapa ini ditempatkan dalam petak tambak yang sudah berjalan masa produksinya selama 42 hari.

Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu udang vaname yang berumur 42 hari pasca penebaran dan berasal dari Tambak Pinang Gading. Udang vaname ditangkap menggunakan jaring tebar dan diukur bobotnya menggunakan timbangan kemudian dicari bobot awal rata udang tersebut. Bobot awal rata-rata udang vaname yang digunakan pada penelitian ini yaitu 2,52 ± 0,29 gram. Setelah udang ditimbang maka udang vaname tersebut dimasukan ke dalam jaring hapa sebanyak 100 ekor/jaring hapa.

Pembuatan Pakan Mengandung Meniran

Meniran (Phyllanthus niruri) yang digunakan penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Cimanggu, Bogor. Tepung meniran dibuat dari bagian daun yang sebelumnya dicuci kemudian dikeringkan selanjutnya dihaluskan dengan penggiling daun dan disaring menggunakan saringan halus dengan mesh size 0,5-1 mm. Kemudian tepung meniran ditimbang sesuai dengan dosis penelitian (10 mg/kg, 20 mg/kg, dan 30 mg/kg). Sebagai perekat digunakan putih telur sebanyak 25 ml per kilogram pakan dimasukkan ke dalam wadah menggunakan pipet ukur (Muntamah 2012). Bahan-bahan tersebut dicampurkan ke dalam wadah dan diaduk secara merata selanjutnya pakan komersil yang sudah ditentukan jumlahnya dimasukkan dan diaduk merata kembali hingga tepung meniran dan putih telur melekat pada pakan. Pakan yang sudah tercampur rata kemudian dilakukan pengeringan pada suhu ruang dan disimpan pada suhu ruang di dalam kotak plastik.

Pengujian Pakan Uji pada Udang Vaname

Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu kontrol dan tiga perlakuan meniran dengan dosis yang berbeda dengan masing-masing tiga kali ulangan. Tabel 1 Perlakuan pemberian meniran dengan dosis berbeda pada udang vaname.

Perlakuan Keterangan

K Pakan komersil + meniran 0 mg/kg pakan + putih telur (0 ml/kg pakan)

A Pakan komersil + meniran 10 mg/kg pakan + putih telur (25 ml/kg pakan)

B Pakan komersil + meniran 20 mg/kg pakan + putih telur (25 ml/kg pakan)

C Pakan komersil + meniran 30 mg/kg pakan + putih telur (25 ml/kg pakan)

Pemberian pakan pada penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan feeding rate (FR) yang diterapkan dalam manajemen pengelolaan Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung yaitu sebesar 5% menurun hingga 2,5% sesuai dengan bobot rata-rata udang vaname masing masing perlakuan. Selama kegiatan penelitian ini dilakukan sampling bobot udang vaname setiap tujuh hari sekali. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada saat umur udang 42 hari hingga umur udang 82 hari.

(14)

Sintasan

Sintasan atau tingkat kelangsungan hidup merupakan presentase udang yang hidup. Nilai sintasan atau kelangsungan hidup udang dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

SR = Sintasan (Survival) (%)

Nt = jumlah individu pada akhir perlakuan (ekor) No = jumlah individu pada awal perlakuan (ekor) Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian atau Daily Growth Rate (DGR) udang vaname diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

LPH [ √ ]

Keterangan :

LPH = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram) Wo = Bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram) t = Periode pemeliharaan (hari)

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan atau Feeding Conversion Rate (FCR) udang vaname selama pemeliharaan dihitung menggunakan persamaan (Zonneveld et al. 1991) :

Keterangan :

FCR = Konversi pakan F = Jumlah pakan (gram)

Bt = Biomassa udang pada saat akhir perlakuan (gram) Bm = Biomassa udang yang mati saat perlakuan (gram) Bo = Biomassa udang pada saat awal perlakuan (gram)

Total Hemosit

Pengamatan total hemosit udang vaname dilakukan pada akhir perlakuan. Berdasarkan pada metode Blaxhall dan Daishley (1973) penghitungan total hemosit udang dilakukan dengan cara darah udang atau haemolymph diambil sebanyak 0,1 ml dari pangkal kaki renang pertama dengan menggunakan syringe 1 ml yang sudah berisi 0,3 ml antikoagulan Na-sitrat 3,8%. Selanjutnya campuran tersebut dihomogenkan dengan cara menggoyangkan syringe membentuk angka delapan, tetesan pertama dibuang sedangkan tetesan selanjutnya diteteskan pada haemocytometer dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali kemudian dihitung jumlah sel per ml.

(15)

7 Diferensial Hemosit

Penghitungan diferensial hemosit udang dilakukan pada akhir penelitian. Berdasarkan metode yang dilakukan Martin dan Graves (1985) penghitungan diferensial hemosit udang dilakukan dengan terlebih dahulu membuat preparat ulas. Darah udang atau haemolymph diteteskan pada gelas objek kemudian diratakan selanjutnya preparat ulas tersebut dilakukan pengeringan dengan suhu ruang. Preparat ulas tersebut difiksasi dengan menggunakan metanol selama 10 sampai 15 menit kemudian dilakukan pengeringan dengan suhu ruang kembali. Setelah preparat ulas tersebut kering maka preparat tersebut direndam dalam larutan giemsa selama 15 sampai 20 menit dan dilakukan pengeringan dengan suhu ruang kembali. Jumlah hemosit dihitung hingga 100 sel dan ditentukan persentase tiap jenisnya (hyaline dan granular). Persentase tiap jenis sel hemosit dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% jenis sel hemosit =

x 100%

Size

Size merupakan ukuran yang menyatakan jumlah udang vaname yang terdapat dalam 1 kg biomassa udang. Size dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

Size : Jumlah udang vaname dalam 1 kg udang

Wt : Bobot rata-rata udang vaname pada saat akhir pemeliharaan (gram) Biomassa Panen

Biomassa panen merupakan jumlah total bobot udang vaname saat panen akhir. Biomassa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Wt : Bobot rata-rata udang vaname saat panen (gram) Nt : Populasi udang vaname saat panen (ekor)

Kualitas Air

Pengamatan kualitas air dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan masing-masing perlakuan pada umur udang 42 hari dan umur udang 82 hari. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, salinitas, pH, dan amonia. Satuan dan alat pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Satuan dan alat ukur kualitas air pada parameter suhu, salinitas, pH, dan amonia.

Parameter Satuan Alat Kisaran Terendah Kisaran Tertinggi SNI 2006 Suhu oC Termometer 28 30 26-30 oC pH ppt Refraktometer 7,7 8,3 7 s.d. 9 Salinitas - pH-meter 28 30 5-35 ppt TAN mg/L Spektrometer 0,12 0,13 <1 mg/l 5

(16)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan parameter kualitas air yang terdapat di tambak udang masih berada dalam kisaran optimal dalam pemeliharaan udang menurut SNI 01-7246-2006 sehingga diasumsikan perubahan parameter misal sintasan, pertumbuhan, dan respon imun bukan diakibatkan oleh kualitas air yang terdapat di tambak. Berdasarkan pernyataan Masser et al., (1999) pada parameter yang optimal ikan tumbuh lebih cepat, memiliki nilai rasio konversi pakan yang lebih baik, dan lebih tahan dari serangan penyakit.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel 2010, selanjutnya data ini kecuali kualitas air dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range dengan menggunakan program SPSS 17.0 untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Hemosit

Hasil pengamatan total hemosit udang vaname sangat penting untuk melihat peranannya dalam sistem imun udang. Nilai total hemosit udang vaname pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Total hemosit udang vaname pada akhir pemeliharaan. mm(pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 10 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 20 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 30 mg/kg pakan) dan (kontrol).

Hasil pengamatan total hemosit pada penelitian ini menunjukkan nilai yang tinggi pada perlakuan pakan yang diberi ekstrak meniran serta menunjukkan berbeda nyata (Lampiran 1) dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga bahwa meniran yang ditambahkan pada pakan mampu berperan aktif dalam menstimulasi respon imun udang dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan pernyataan Sidik dan Subarnas (1993) bahwa senyawa kimia yang terdapat pada meniran selain flavonoid juga terdapat golongan lignin seperti filantin dan hipoflantin yang memiliki fungsi sebagai antihepatotoksik, antiinfeksi, dan antivirus. Menurut Wardani (2008) senyawa flavonoid pada meniran mencapai 9% yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi sehingga mampu meningkatkan nilai total hemosit pada perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol menjelaskan bahwa

(17)

9 terbentuknya sel-sel fagositik memiliki peluang lebih tinggi dalam pengendalian dari serangan patogen baik bakteri maupun virus dan mampu meningkatkan sistem imun udang. Mekanisme flavonoid sebagai antivirus dan antibakteri ada beberapa teori. Pertama, flavonoid sebagai oksidan melalui mekanisme pengaktifan jalur apoptosis sel merupakan akibat fragmentasi DNA. Fragmentasi ini diawali dengan dilepasnya rantai proksimal DNA oleh senyawa oksigen reaktif seperti radikal hidroksil. Kedua, flavonoid dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi sel fagosit (makrofag dan monosit). Ketiga, flavonoid memiliki gugus OH- yang berikatan dengan protein integral membran sel. Ikatan tersebut menyebabkan terbendungnya transpor Na+ dan K+ sehingga pemasukan ion Na+ ke dalam sel tidak terkendali dan meyebabkan pecahnya membran sel. Pecahnya membran sel inilah yang menyebabkan kematian sel bakteri (Smith et al. 2003).

Diferensial Hemosit

Parameter diferensial hemosit udang vaname sangat penting untuk melihat peranan penting yang dilakukan sel hialin sebagai fagositosis, sel semi granulosit berperan dalam enkapsulasi sitoksis dan melepaskan sistem proPO, sedangkan sel granulosit memiliki fungsi untuk menyimpan dan melepaskan sistem proPO dan sebagai sitoksis bersama-sama dengan sel semi granulosit (Johansson et al. 2000). Pada perhitungan diferensial hemosit ini sel semi granulosit dikategorikan menjadi sel granulosit karena teknis pengamatannya sulit dibedakan antara sel hialin dan sel semi granulosit. Nilai diferensial hemosit udang vaname pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diferensial hemosit udang vaname pada akhir pemeliharaan. mm(pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 10

mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 20 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 30 mg/kg pakan) dan (kontrol)

Hasil pengamatan sel hialin pada penelitian ini menunjukkan nilai yang tinggi pada perlakuan pakan yang diberi ekstrak meniran serta menunjukkan berbeda nyata (Lampiran 1) dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga bahwa meniran yang ditambahkan pada pakan mampu bersinergi dan berperan aktif dalam menstimulasi respon imun udang dibandingkan dengan kontrol. Sel hialin pada udang vaname ini memiliki peranan sangat penting dalam pertahanan selular udang yaitu reaksi fagositis (Martinez 2007). Berdasarkan pernyataan Cook et al. 7

(18)

(2003) reaksi fagositosis merupakan proses mengurangi benda asing yang masuk ke dalam tubuh udang dengan membran sel dan membentuk fagosom internal sehingga daya tahan udang akan meningkat.

Hasil pengamatan sel granulosit pada penelitian ini menunjukkan nilai yang rendah pada perlakuan pakan yang diberi ekstrak meniran serta menunjukkan berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Sel granulosit juga memliki peranan penting pada tubuh udang vaname dalam meningkatnya aktivitas PO (phenoloxydase). Pernyataan Johansson et al. (2000) menyebutkan bahwa perubahan proPO menjadi PO meliputi dari beberapa reaksi yang sering disebut sebagai proPO activating system yang hanya bisa diaktifkan oleh β-glukan, peptidoglikan, dan lipo poly saccharide (LPS). Ketiga bahan yang bisa mengaktifkan enzim tersebut berasal dari dinding sel bakteri non patogenik dan jamur (Smith et al. 2003). Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pemberian ekstrak meniran tidak mempengaruhi total sel granulosit pada udang vaname.

Sintasan Udang

Hasil pengamatan pada penelitian ini terhadap sintasan udang dapat dilihat dari presentase jumlah udang vaname yang hidup pada akhir pemeliharaan terhadap jumlah udang vaname yang ditebar pada awal pemeliharaan. Nilai presentase sintasan udang vaname pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Sintasan udang vaname pada akhir pemeliharaan. mm(pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 10

mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 20 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 30 mg/kg pakan) dan (kontrol)

Uji statistika menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh berbeda nyata (Lampiran 1) pada nilai sintasan udang dibandingkan dengan kontrol di tambak. Hal ini diduga karena pada penelitian ini tidak dilakukan uji tantang dan parameter lingkungan yang tidak dapat dikontrol dibandingkan penelitian pada skala laboratorium. Penempatan jaring yang digunakan pada penelitian ini pada satu tambak memungkinkan pencampuran tepung meniran antar perlakuan sehingga beberapa parameter tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Muntamah (2012) yang menunjukan bahwa pemberian ekstrak meniran 20 mg/kg pakan mampu menghasilkan tingkat sintasan udang vaname sebesar 90% setelah diinfeksi penyakit IMNV, sedangkan kontrol positif hanya mencapai 43,33%. Hasil penelitian Sari (2010) yang hanya dilakukan pemberian ekstrak meniran 20 mg/kg

(19)

11 pakan juga menunjukan bahwa perlakuan mampu menghasilkan tingkat sintasan udang vaname sebesar 86.67% setelah diinfeksi penyakit IMNV, sedangkan kontrol positif hanya mencapai 66,67%. Kematian yang sering terjadi pada penelitian ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan, nutrisi, penyakit, maupun kanibalisme yang biasanya terjadi pada saat udang sedang molting (ganti kulit). Meniran yang diberikan melalui pakan ditujukan sebagai immunostimulan herbal untuk mencegah serangan patogen pada udang vaname sehingga mampu meningkatkan tingkat sintasan. Hal ini didukung oleh pendapat dari Bricknell dan Dalmo (2005) bahwa tepung meniran berfungsi sebagai immunostimulan herbal, yaitu senyawa kimia alami yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh inang dengan meningkatkan resistensi inang terhadap serangan penyakit yang disebabkan sebagian besar oleh patogen baik virus maupun bakteri.

Laju Pertumbuhan Harian

Hasil pengamatan pada penelitian ini terhadap laju pertumbuhan harian udang vaname dapat dilihat dari pertambahan bobot udang vaname yang hidup dalam suatu periode tertentu. Nilai laju pertumbuhan harian udang vaname pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Laju pertumbuhan harian udang vaname selama masa pemeliharaan. mm(pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 10 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 20 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 30 mg/kg pakan) dan (kontrol)

Uji statistika menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh berbeda nyata (Lampiran 1) pada nilai laju pertumbuhan harian udang dibandingkan dengan kontrol di tambak. Hal ini diduga karena tidak dilakukan uji tantang dan parameter lingkungan yang tidak dapat dikontrol dibandingkan penelitian pada skala laboratorium. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Muntamah (2012) yang menunjukan bahwa pemberian ekstrak meniran 20 mg/kg pakan mampu menghasilkan laju pertumbuhan harian udang vaname berbeda nyata sebesar 4% setelah diinfeksi penyakit IMNV, sedangkan kontrol positif hanya mencapai 2,81%. Hasil penelitian Sari (2010) yang hanya dilakukan pemberian ekstrak meniran 20 mg/kg pakan juga menunjukan mampu menghasilkan laju pertumbuhan harian udang vaname berbeda nyata sebesar 5% setelah diinfeksi penyakit IMNV, sedangkan kontrol positif hanya mencapai 4,5%. Berdasarkan pendapat Herper dan Pruginin (1981) 9

(20)

bahwa pertumbuhan ikan bergantung kepada beberapa faktor, seperti jenis ikan, sifat genetis, kecernaan makanan, ketahanan terhadap penyakit, serta lingkungan.

Rasio Konversi Pakan

Hasil pengamatan pada penelitian ini terhadap rasio konversi pakan udang vaname dapat dilihat dari jumlah pakan yang dibutuhkan untuk pertambahan 1 kg bobot udang vaname. Nilai rasio konversi pakan udang vaname pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rasio konversi pakan pada udang vaname selama pemeliharaan. Perlakuan Bobot Awal

(gram) Bobot Akhir (gram) Total Pakan (gram) FCR K 280 885,53 1210,59 2,01 A 264,67 910,45 1214,4 1,89 B 261,67 902,36 1310,73 2,05 C 244 872,00 1215,16 1,95

Uji statistika pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh berbeda nyata (Lampiran 1) pada nilai rasio konversi pakan udang dibandingkan dengan kontrol di tambak. Semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin besar pula nilai efesiensi pakan komersil yang diberikan. Menurut Suprapto (2006) kandungan flavonoid yang terdapat pada meniran merupakan antioksidan yang mampu merangsang sistem kekebalan ikan.

Size (Ukuran Udang)

Hasil pengamatan pada penelitian ini terhadap size (ukuran) udang vaname dilakukan pada akhir pemeliharaan udang vaname. Perbandingan size (ukuran) udang vaname antar perlakuan ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Perbandingan size (ukuran) udang vaname pada akhir pemeliharaan. mm(pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 10

mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 20 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 30 mg/kg pakan) dan (kontrol)

Size (ukuran) udang vaname berbanding terbalik dengan bobot rata-rata akhir panen, kepadatan, harga jual, dan laju pertumbuhan spesifik udang vaname. Semakin rendah nilai size maka bobot rata-rata akhir panen, harga jual, dan laju 10

(21)

13 pertumbuhan spesifik pada udang vaname akan semakin tinggi. Hasil pengamatan size (ukuran) udang pada penelitian ini pada perlakuan B menunjukkan nilai yang rendah pada perlakuan pakan yang diberi ekstrak meniran serta menunjukkan berbeda nyata (Lampiran 1) dibandingkan dengan perlakuan lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol. Berbeda dengan nilai kepadatan dan sintasan pada udang vaname yang semakin tinggi nilai tersebut maka semakin tinggi pula nilai ukuran udang vaname. Perlakuan B memiliki ukuran yang paling besar diduga tepung meniran yang ditambahkan pada pakan bekerja secara optimal sebagai imunostimulan guna mengaktifkan kekebalan tubuh ikan sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk pertumbuhan secara maksimal (Muntamah 2012).

Biomassa Panen

Hasil pengamatan pada penelitian ini terhadap biomassa panen udang vaname dilakukan pada akhir pemeliharaan udang vaname. Biomassa panen udang vaname ditentukan dari banyaknya populasi dan bobot akhir tiap individu udang vaname. Perbandingan biomassa panen udang vaname antar perlakuan ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Perbandingan biomassa panen udang vaname pada akhir pemeliharaan. mm(pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 10 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 20 mg/kg pakan), (pemberian pakan komersil dengan penambahan meniran 30 mg/kg pakan) dan mm (kontrol)

Uji statistika menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh berbeda nyata (Lampiran 1) pada nilai biomassa panen udang dibandingkan dengan kontrol di tambak. Hal ini diduga karena pada penelitian ini erat kaitannya dengan parameter sebelumnya seperti sintasan, laju pertumbuhan spesifik, dan size (ukuran udang). Parameter yang tidak berbeda nyata dari parameter sintasan dan laju pertumbuhan spesifik, tetapi hanya berbeda nyata pada parameter size (ukuran) udang. Biomassa panen udang vaname didukung oleh hasil bobot rata-rata akhir udang vaname dan sintasan akhir panen.

a

b

(22)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dosis tepung meniran 20 mg/kg pakan memberikan hasil terbaik terhadap respon imun udang vaname dengan nilai total hemosit tertinggi 2,93 + 0,33 x 104 sel/ml3.

Saran

Pada penelitian selanjutnya mengenai penambahan ekstrak meniran melalui pakan pada budidaya udang vaname skala petakan tambak dan diuji tantang menggunakan virus yang sering menyerang tambak udang. Analisis kandungan bahan aktif dalam pakan perlu dianalisis sehingga dapat memperkuat dugaan yang berkaitan dengan performa pertumbuhan udang vaname.

DAFTAR PUSTAKA

Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine haematological methods for use with fish blood. Journal Fish Biology. 5:771-781

Bricknell I, Dalmo RA. 2005. The use of immunostimulant in fish larvae. Aquaculture. 19:457-472.

Coecho MGL, Silva ACG, Nova CMVV, Neto JMO, Lima ACN, Feijo RG, Apolinario DF, Maggioni R, Gesteria TCV. 2009. Susceptibility of the wild southern brown shrimp (Farfantepenaeus subtilis) to infectious hypodermal and hematopoietic necrosis (IHHN) and infectious myonecrosis (IMN). Aquaculture. 291:1-4.

Cook MT, Hayball PJ, Hutchinson W, Nowak BF, Hayball JD. 2003. Administration of a commercial immunostimulant preparation EcoActivaTM as a feed supplement enhances macrophage respiratory burst and the growth rate a snapper (Pagrus auratus, Sparidae (Bloch and Schenider)) in winter. Fish and Shellfish Imonology 14: 333-345.

Fauziah RN. 2012. Penggunaan campuran ekstrak bawang putih Allium sativum – meniran Phyllanthus niruri dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Streptococcus agalactiae pada ikan nila Oreochromis niloticus. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herper B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. New York (US): John Willey and Sons.

Johansson MW, Keyser P, Sritunyalucksana K, Soderhall K. 2000. Crustasean haemocytes and haemotopoiesis. Aquaculture. 191:122-124

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010a. Bali Produksi Terbesar di Dunia. KKP [Internet]. [diunduh 2013 Februari 1]: Bogor. www.dkp.go.id

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010b. Target Produksi Udang Indonesia. KKP [Internet]. [diunduh 2013 Februari 3]: Bogor (ID):

www.dkp.go.id

Kurniawan D. 2010. Efektivitas tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(23)

15 Marlinah. 2003. Pengaruh penambahan ekstrak meniran dalam pakan buatan terhadap kelangsungan hidup benih udang windu (Penaeus monodon Fabr.) yang diinfeksi virus WSSV (White Spot Syndrome Virus). [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran Bandung.

Martin GG, Graves LB. 1985. Structure and classification of shrimp haemocytes. J Morfology. 185: 339-348

Martinez SF. 2007. The immune system of shrimp. Technical Bulletin. 1:16 Masser MP, James, R, Thomas ML. 1999. Recirculating aquaculture tank

production systems, management of recirculating systems. Southern Regional Aquaculture Center. 452:1-4

Miranti S. 2012. Penggunaan campuran tepung meniran dan bawang putih dalam pakan untuk pengendalian infeksi bakteri Vibrio alginolyticus pada benih ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Muntamah. 2012. Pemberian meniran Phyllanthus niruri dengan dosis berbeda untuk pencegahan infeksi IMNV (Infectious Myo Necrosis Virus) pada udang vanname Litopenaeus vannamei [skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Sari IK. 2010. Pemberian meniran Phyllanthus niruri untuk pencegahan infeksi IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname Litopenaeus vannamei. [skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Sidik, Subarnas. 1993. Phyllanthus niruri L. ; Kimia, Farmakologi dan Penggunaan dalam Obat Tradisional. Di dalam: Sidik, Subarnas, editor. Seminar Meniran dan Kedawung. 1993 Agustus 13-14; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID): Kementerian Kesehatan. hlm 151-159

Smith VJ, Janet HB, Hauton C. 2003. Immunostimulation in crustaceass: dose it really protect againts infection. Fish and Shellfish Immunology 15: 71-90. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak dengan teknologi intensif. Jakarta (ID): Badan Standarilisasi Nasional.

Suman BC, Csaba H. 2011. Application of phytochemicals as immunostimulant, antipathogenic, and antistress agents in finfish culture. Reviews in Aquaculture. 3:103-119.

Suprapto. 2006. Tubuh Kebal dengan Herbal. Departemen Kesehatan [Internet]. [diunduh 2013 Februari 3]: Bogor (ID): http://kesehatannews.com

Tacchi L, Ralph B, Alex D, Christoper JS, Samuel AMM. 2011. Transcriptomic responses to functional feeds in Atlantic salmon (Salmon solar). Fish and Shellfish Immunology. 31:704-715.

Tang KFJ, Pantoja CR, Poulos BT, Redman RM, Lightner DV. 2005. In situhybridization demonstrates that Litopenaeus vannamei, L. stylirostis and Penaeus monodon are susceptible to experimental infection with infectious myonecrosis virus (IMNV). Diseases of Aquatic Organisme. 63:261-265

Triarsani D. 2009. Aneka Ramuan Pencegah SARS. Departemen Kesehatan [Internet]. [diunduh 2013 Februari 3]: Bogor (ID):

http://kesehatannews.com

(24)

Wardani CGT. 2008. Potensi ekstrak tempuyung dan meniran sebagai antiasam urat: aktivitas inhibisinya terhadap xantin oksidase. [skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

Zonneveld N, Huissman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Umum.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis statistik terhadap parameter penelitian (sintasan udang, laju petumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, total hemosit, diferensial hemosit, biomassa panen, dan ukuran udang).

ANOVA

Sintasan Udang

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 68.667 3 22.889 .615 .622

Within Groups 296.000 8 37.000

Total 364.667 11

Laju Pertumbuhan Harian

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .052 3 .017 .134 .937

Within Groups 1.030 8 .129

Total 1.082 11

Rasio Konversi Pakan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .041 3 .014 .360 .784

Within Groups .304 8 .038

Total .345 11

Total Hemosit

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.324 3 1.108 8.266 .008

Within Groups 1.072 8 .134

Total 4.397 11

Diferensial Hemosit (Hialin)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 909.667 3 303.222 11.335 .003

Within Groups 214.000 8 26.750

Total 1123.667 11

Diferensial Hemosit (Granulosit)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 909.667 3 303.222 11.335 .003

Within Groups 214.000 8 26.750

Total 1123.667 11

(25)

17

Biomassa Panen

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2638.000 3 879.333 .255 .856

Within Groups 27556.667 8 3444.583

Total 30194.667 11

Ukuran Udang (size)

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 123.583 3 41.194 2.716 .115 Within Groups 121.333 8 15.167 Total 244.917 11 Total Hemosit Duncana Ulangan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Kontrol 3 1.50 10 mg 3 1.88 1.88 30 mg 3 2.25 2.25 20 mg 3 2.93 Sig. .245 .245 .054

Diferensial Hemosit (Hialin) Duncana

Ulangan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 Kontrol 3 41.6667 20 mg 3 56.0000 10 mg 3 61.3333 30 mg 3 64.3333 Sig. 1.000 .095

Diferensial Hemosit (Granulosit) Duncana

Ulangan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 30 mg 3 35.6667 10 mg 3 38.6667 20 mg 3 44.0000 Kontrol 3 58.3333 Sig. .095 1.000 15

(26)
(27)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya tanggal 9 Agustus 1991 dari Bapak Hasyim dan Ibu Supriatun. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 1 Pangandaran dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Unit Pembenihan Udang Galah Pamarican pada tahun 2010 dengan memilih komoditas Pembenihan Udang Galah. Tahun 2012 penulis pernah juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Universitas Brawijaya. Tahun 2012 penulis juga pernah mengikuti magang di Balai Besar Benih Ikan Air Payau dan Laut Situbondo dengan memilih komoditas ikan kerapu. Tahun 2012 penulis melakukan magang wajib di Tambak Pinang Gading, Bakauheni, Lampung dengan memilih komoditas udang vaname. Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik semester genap tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, Penyakit Organisme Akuatik tahun ajaran 2012/2013, Manajemen Kesehatan Organisme Akuatik tahun ajaran 2012/2013. Selain itu penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2011/2012. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Tepung Meniran (Phyllanthus niruri) sebagai Immunostimulan Herbal pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak”. 16

Gambar

Tabel 2. Satuan dan alat ukur kualitas air pada parameter suhu, salinitas, pH, dan  amonia

Referensi

Dokumen terkait

Peran Gender atau Gender role dalam rumah tangga Bastian dan Bintang masih memperlihatkan bahwa seorang perempuan sebagai istri melakukan pekerjaannya dalams sektor

Dalam operasi penambangan yang dilakukan oleh PT Cipta Kridatama mengalami beberapa kendala, sehingga penulis melakukan penelitian mengenai “Perencanaan Produksi

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang

Setelah node menerima data dari gateway, node akan mengirimkan ”n” pada channel yang sama saat node mengirimkan ”gate”.. Diagram siklus

 PT Medco Power Indonesia, anak usaha dari PT Medco Energi Internasi onal Tbk (MEDC), INPEX Corp dan mitra lain menyatakan, sejak 2 Oktober 2017, pembangkit listrik tenaga

Pada pelatihan tersebut dijelaskan mengenai penggunaan terpal plastik yang bersih dan kering, pencucian ikan teri dengan air laut yang bersih dan tidak keruh agar ikan

Dalam hal kepemimpinan kelompok, pendekatan yang dilakukan oleh perempuan cenderung menunjukkan suatu perhatian dan pemahaman terhadap orang-orang berusaha untuk