• Tidak ada hasil yang ditemukan

[1] Brown,K.E., The Technology of Artificial Lift Methods Volume 2a, Petroleum Publishing Company, Tulsa, 1982.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[1] Brown,K.E., The Technology of Artificial Lift Methods Volume 2a, Petroleum Publishing Company, Tulsa, 1982."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

[1] Brown,K.E., The Technology of Artificial Lift Methods Volume 2a, Petroleum Publishing Company, Tulsa, 1982.

[2] Brown,K.E., The Technology of Artificial Lift Methods Volume 4, Petroleum Publishing Company, Tulsa, 1982.

[3] Nishikori, N., Redrer, R.A., Doty, D.R., Schmidt, Z., An Improved Method for

Gas Lift Allocation Optimization, SPE Paper 19711, 1989.

[4] Asheim, Heralds., Criteria for Gas-Lift Stability, SPE Paper 016468, 1987. [5] Alhanati, F.J.S., Schmidt, Z. and Doty, D.R., Continous Gas Lift Instability:

Diagnosis, Criteria, and Solutions, SPE Paper 26554, 1993.

[6] Deni S., Edy S., Kuntjoro A.S., Agus Y.G., Septoratno S., Pudjo S., An

Inves-tigation on Gas Lift Performance Curve in an Oil Producing Well, International

Journal of Mathematics and Mathematical Sciences 81519, volume 2007. [7] Gisle O.E et.al, Stabilization of Gas Lifted Wells, IFAC, 2002.

[8] E. Pablano., R. Camacho., Y.V.Fairuzov., Stability Analysis of Continous-Flow

Gas Lift Wells, SPE Paper 77732, 2005.

(2)

[9] Gisle O.E., Ole M.A., Bjarne A.F., Stabilization of Gas-Distribution Instability

in Single-Point Dual Gas Lift Wells, SPE Paper 97731, 2006.

[10] Gen, M. dan R. Cheng, 1997, Genetic Algorithms and Engineering Design, New York: John Wiley and Sons.

[11] Goldberg, D.E., 1989, Genetic Algorithms in Search, Optimization and

Ma-chine Learning, Canada: Addison-Wesley.

[12] Beggs, H.D., 1985, Gas Production Operations, Tulsa: OGCI Publications [13] McCain, W.D., 1990, The Properties of Petroleum Fluids 2nd Edition, Tulsa:

PennWell Publishing co.

(3)

Lampiran - Daftar Simbol

Input atau data masukan bagi persamaan kehilangan tekanan dengan menggunakan

korelasi Hagedorn and Brown adalah:

a. d : Diameter pipa produksi (tubing), in

b. P : Tekanan sepanjang pipa produksi, psia

c. T : Suhu sepanjang pipa produksi, F

d. γg: Berat jenis spesifik gas (gas specific gravity)

e. γw: Berat jenis spesifik air (water specific gravity)

f. WC : Perbandingan air terhadap cairan.

g. GLRf : Perbandingan gas dan cairan dalam reservoir,S CF/S T B

h. gc: factor konversi gaya gravitasi, lbm f ts2lb f

i. L : Kedalaman tubing sumur, f t

j. Li: Kedalaman injeksi, f t

k. Pr: Tekanan reservoir, psia

(4)

l. Pwh: Tekanan kepala sumur, psia

m. J : Productivity Index, blpd/psia

n. qg: Jumlah injeksi gas, sc f d

(5)

Lampiran - Prosedur Perhitungan

Prosedur Perhitungan Kehilangan Tekanan

1. Menghitung besar laju alir cairan, qLdaystb

qL= qo(1+ WOR)

dengan WOR= 1−WCWC

2. Menghitung suhu pada tiap segmen

T = Twh+ h · gradT

dengan (Tr−Twh)

L

3. Menghitung total perbandingan gas dan cairan

GLRt= GLRf +qg

qL

4. Menghitung faktor pemampatan gas, gas compressibility factor,

(6)

Z Perhitungan Z faktor menggunakan korelasi Standing Katz, berdasarkan rujukan [11]: z= 1+A1+ A2/Tpr+ A3/Tpr3 + A4/T4pr+ A5/Tpr5  ρpr+A6+ A7/Tpr+ A8/T2pr ρ2 pr− A9  A7/Tpr+ A8/Tpr2  ρ5pr+A101+ A11ρ2pr ρ2pr/T3pre−A11ρ2pr dimana ρpr = 0.27h Ppr/ZTpri Dengan konstanta: A1 = 0.3265, A2 = −1.0700, A3 = −0.5339, A4= 0.01569, A5= −0.05165, A6 = 0.5475, A7 = −0.7361, A8 = 0.1844, A9 = 0.1056, A10 = 0.6134, A11 = 0.7210. 5. Mencari total massa gabungan

m= γo(350) 1 1+ WOR ! +γw(350)  WOR 1+ WOR  +0.0764(GLRt)γg

6. Menghitung besar laju alir massa atau mass flow rate

w = qLm.

7. Menghitung jumlah gas terlarut dalam minyak, Rs, Dengan meru-juk pada [11] maka nilai Rs diperoleh dengan menggunakan per-samaan: Rs = γg API0.989 (T − 460)0.172 ! Pb !1.2255

(7)

8. Menghitung nilai faktor volume formasi, Bo dengan menggu-nakan persamaan: Bo = 0.9759 + 0.000120        Rs γg γo !0 .5 + 1.25(T − 460)        1.2

9. Menghitung besar kerapatan fasa cairan

ρL= γo62.4+ Rsγg0.0764 5.614 ! Bo ! 1 1+ WOR ! +γw62.4  WOR 1+ WOR 

10. Menghitung besar kerapatan fasa gas

ρg = γg0.0764  P 14.7  520 T ! 1 Z !

11. Menghitung besar kekentalan gas

µg = Ae  B  rhog 62.37 C10−4 dimana: A=(9.379+0.01607γg29)T1.5 (209.2+19.26γg29+T) , B= 3.448+986.4/T +0.01009γg29, dan C = 2.447 − 0.224B

12. Berdasarkan rujukan [11], besar kekentalan minyak dihitung melalui: a. Korelasi Beal dihitung berdasarkan dead oil viscosity

µod = 0.32+1.8 × 10 7 API4.53 ! 360 (T + 460) − 260 !a

(8)

dengan a= 10



0.43+8.33API

dimana µod: kekentalan minyak mati diukur pada tekanan 14.7 psia dan suhu reservoir.

b. Korelasi chew-connally untuk menghitung besar saturated crude oil viscosity

µob = 10a(µ od)b dengan: a= Rs  2.2 × 10−7Rs− 7.4 × 10−4  , b= 0.6810c +0.2510d +0.06210e , c= 8.6210−5Rs, d= 1.110−3Rs, e= 3.7410−3Rs Dimana µob: kekentalan minyak pada tekanan bubble point. c. Korelasi Beal untuk menghitung besar undersaturated oil vis-cosity

µo = µob+ 0.001(P − Pb)



0.024µ1.6ob + 0.0380.560b  dimana Pb: tekanan bubble point.

13. Menghitung besar kekentalan air.

µw = e



1.003−1.479×10−2×(T −460)+1.982×10−5×(T −460)2

14. Menghitung besar kekentalan campuran cairan.

µL = µo 1 1+ WOR ! + µw  WOR 1+ WOR 

(9)

15. Menghitung besar tegangan permukaan minyak.

σo = C × σt

dimana, C = 1.0 − 0.024 × P0.45 dan σt yang bergantung pada suhu.

16. Menghitung besar tegangan permukaan air, berdasarkan kondisi tekanan dan suhu. (Lihat pada lampiran listing program).

17. Menghitung besar tegangan permukaan campuran

σL = σo× 1 1+ WOR ! + σw×  WOR 1+ WOR 

18. Menghitung nilai bilangan viskositas cairan

NL= 0.15726 × µL×         1 ρLσ3L          1/4

19. Menghitung besar nilai CNL

CNL= −0.0633 × N2L+ 0.0487 × NL+ 0.0019

20. Menghitung luas lingkaran tubing

Ap = πd

2

(10)

21. Menghitung besar faktor volume formasi air. Berdasarkan [11], korelasi yang digunakan:

Bw= Bwp×1+ X × Y × 10(−4) dimana C1= 0.9911 + 6.35 × 10(−5)× (T − 460)+ 8.5 × 10(−7)× ((T − 460)2), C2 = 1.093 × 10(−6)− 3.497 × 10(−9)× (T − 460)+ 4.57×10(−12)× ((T −460)2), C3= −5×10(−11)+6.429×10(−13)× (T − 460) − 1.43 × 10(−15)× ((T − 460)2), Bwp = C1 + C2 × P + C3 × P2, X = 5.1×10(−8)× P+(T −520)×(5.47×10(−6)− 1.95 × 10(−10)× P)+ (T − 520)(2)× (−3.23 × 10(−8)+ 8.5 × 10(−13)× P), Y= (−137.000075+312.3555356×(−0.2069672177+0.00640296× ρw)(0.5))/1000000.

22. Menghitung besar superficial liquid velocity

vsL= 5.61qL 86400Ap Bo 1 1+ WOR ! + Bw  WOR 1+ WOR !

23. Menghitung nilai bilangan kecepatan cairan

NLv = 1.938vsL ρL

σL !1/4

(11)

24. Menentukan besar superficial gas velocity vsg = qLGLRt− Rs1+WOR1  86400Ap 14.7 P (T + 460)Z 520 25. Menghitung nilai bilangan kecepatan gas

NGv = 1.938vsG ρL

σL !0.25

26. Menguji daerah aliran (flow regime) untuk menentukan apakah prosedur perhitungan tetap dilanjutkan dengan korelasi

Hage-dorn and Brown atau dengan menggunakan korelasi griffith and wallis untuk aliran bubble. Prosedur pengujiannya adalah

sebagai berikut: a. Menentukan bilangan A A= 1.071 −  0.2218vsL+ vsg2  d

Jika A ≥ 0.13 maka nilai A yang telah dihitung berdasarkan for-mulasi diatas digunakan, akan tetapi jika nilai A < 0.13, maka nilai A yang digunakan adalah A= 0.13.

b. Menghitung nilai bilangan B

B= vsg vsL+ vsg

(12)

Jika B− A ≥ 0 maka proses perhitungan dilanjutkan dengan meng-gunakan korelasi Hagedorn and Brown. Sedangkan jika B − A < 0 maka proses perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan korelasi Griffith and wallis yang akan dijelaskan pada lampiran berikut.

27. Menghitung nilai bilangan diameter pipa

Nd = 120.872d

L

σL

28. Menghitung nilai fungsi korelasi holdup

Φ =        NLv NGv0.575         P 14.7 0.10 CN L Nd ! 29. Menentukan besar HL φ Nilai HL

φ ditentukan oleh persamaan regresi sebagai berikut:

a. Jika φ < 10−5 maka HL φ =−5 × 108φ2+ 16,915φ + 0.0121 b. Jika 10−5≤φ < 2 × 10−5 maka HL φ =−3 × 108φ2+ 13,805φ + 0.0267

(13)

c. Jika 2 × 10−5≤φ < 10−3 maka HL φ =−2 × 1012φ4+ 4 × 109φ3− 4 × 106φ2+ 1,978.6φ + 0.1459 d.Jika 10−3≤φ < 6 × 10−3maka HL φ =−2 × 109φ4+ 3 × 107φ3− 151, 133φ2+ 419.32φ + 0.4996

30. Menentukan nilai parameter koreksi bagi kedua korelasi

φ∗=        NGvNL0.380 Nd2.14        31. Menentukan besar ψ

Nilai ψ ditentukan oleh persamaan regresi berikut: a. Jika φ∗ < 0.02 maka ψ = 728.37 φ∗2 − 11.014φ∗+ 1.0228 b. Jika 0.02 ≤ φ∗< 0.03 maka ψ = 936.57 φ∗2− 13.756φ∗+ 0.987 c. Jika 0.03 ≤ φ∗< 0.04 maka ψ = −726.52 φ∗2+ 69.62φ∗+ 0.0214

(14)

d.Jika 0.04 ≤ φ∗< 0.05 maka ψ = −422.06 φ∗2+ 46.678φ∗+ 0.4096 e.Jika 0.05 ≤ φ∗< 0.06 maka ψ = 5.4447 φ∗+ 1.4219 f.Jika φ∗≥ 0.06 maka ψ = 3.4651 φ∗+ 1.5403

32. Menghitung nilai holdup cairan

HL = HL

ψ !

ψ

33. Menentukan nilai bilangan Reynolds untuk dua fasa

NRe= 2.2 × 10 −2w dHL L  µ 1−HL g 

34. Menentukan faktor gesekan

Berdasarkan rujukan [11], faktor gesekan ditentukan berdasarkan: a.Jika NRe< 2000 maka

(15)

b.Jika 2000 ≤ NRe < 4000 maka f = 0.5/NR0.3e c.Jika NRe≥ 4000 maka f = 1.14 − 2 log e d+ 21.25 NR0.9e !!−2 35. Menetukan nilai λ λ = vsL vsL+ vsg

36. Menghitung besar kerapatan campuran fluida dua fasa Jika HL≥λ

ρm= ρLHL+ ρg(1 − HL) Sedangkan jika HL < λ

ρm = ρLλ + ρg(1 − λ) 37. Menentukan kecepatan campuran dua fasa

vm= vsL+ vsg

(16)

Untuk aliran bubble digunakan prosedur perhitungan penurunan tekanan yaitu:

1. Menentukan laju alir air

qw = qoWOR

2. Menentukan laju alir cairan

qL = 6.49 × 10−5(qoBo+ qwBw)

3. Menentukan laju alir gas

3.27 × 10−7ZqL(GLRt− Rs) (T+ 460) P

4. Menghitung laju alir massa dari cairan

wL = 4.05 × 10−3qoγo+ qwγw+ 8.85 × 107qLγgRs 5. Menghitung laju alir massa gas

(17)

6. Menghitung besar kerapatan cairan

ρL = wL

qL 7. Menghitung besar kerapatan gas

ρg = wg

qg 8. Pilih nilai vs = 0.8

9. Menghitung besar gas holdup

Hg = 0.5          1+ qt vsAp ! − s 1+ qt vsAp !!2 − 4qg vsAp         

10. Menghitung besar kerapatan total

ρ =

1 − Hg ρL+ Hgρg

11. Menghitung besar kerapatan cairan

vL = qL/  Ap  1 − Hg 

12. Menghitung besar bilangan Reynold

NRe = 1488dρL vL

µL !

(18)

13. Menentukan besar faktor gesekan. Faktor gesekan ditentukan seperti dalam prosedur sebelumnya.

14. Menentukan nilai perbedaan tekanan berdasarkan gaya gravitasi

PGF = f ρLv

2

L 2gcd

15. Menentukan besar gradien tekanan dengan menggunakan per-samaan dP dh = 1 144 !             ρ + PGF 1−((wL+wg)qg) 4637A2 pρ            

Prosedur Perhitungan Kriteria Kestabilan

Berikut adalah prosedur perhitungan kriteria kestabilan untuk for-masi, titik injeksi dan choke injeksi dipermukaan, [4]dan[5].

1. Menghitung luas permukaan tubing injeksi, f t2 Ati = Π

4

ID2tubing 144 2. Menghitung volume tubing injeksi, m3

(19)

3. Menghitung volume casing

Vc = 0.02831685 × Π ×



ID2casing− OD2tubingLi 4 ∗ 144

4. Menghitung Z faktor, seperti pada perhitungan sebelumnya. 5. Menghitung nilai faktor volume formasi gas

Bg = 0.028269 ×Zti(Tti) Pti

6. Menghitung nilai faktor volume formasi air dengan perhitungan sebelumnya.

7. Menghitung besar kerapatan air

ρw=

350γg 5.615. ∗ Bw 8. Menghitung faktor volume formasi gas, Rs

Rs = γg  P 18.2+ 1.4  100.0125API−0.00091T 1.2048

9. Menghitung oil formation volume factor, Bo. Berdasarkan ru-jukan [11], Bo dihitung berdasarkan korelasi standing.

Bo= 0.9759 + 0.00012       Rs γg γo !0.5 + 1.25T        1.2

(20)

10. Menghitung nilai kerapatan minyak

ρo =

350γo+ 0.0764γg

5.615Bo 11. Menghitung laju cairan pada titik injeksi

QL

ti =

QLti0.1589873 86400

12. Menghitung nilai kerapatan cairan pada titik injeksi

ρL = ρo 1

1+ WOR+ ρw

WOR

1+ WOR

13. Menghitung nilai kerapatan gas pada titik injeksi

ρgti =

0.0764γgPti520 14.7 (Tti) Zti

14. Menghitung fungsi korelasi holdup, HL. (Lihat prosedur perhi-tungan pada lampiran sebelumnya).

15. Menghitung kerapatam fluida

ρf i = 16.01846(ρLHL)+ρgti(1 − HL)



16. Menghitung nilai Z faktor dari gas injeksi. (seperti dalam lam-piran sebelumnya).

(21)

17. Menghitung gas injeksi factor volume formation Bggi

Bggi = (0.028269)Zgiti(Tti− 1.5) Pti+ 50 18. Menghitung kerapatan gas injeksi

ρggi =

0.0764γg× Pti× 520 × 0.4535924

14.7 × TtiZgiti× 0.02831685

19. Menghitung kerapatan gas injeksi pada kondisi standard

ρgsc = ρggiBggi

20. Konversi laju alir cairan dalam m3/s qL= qLti× 0.1589873 86400 ! +  qosc+ WC×qosc 1−WC  0.07 (GOR − Rs) Bg0.02831685  86400 21. Konversi laju alir gas injeksi dalam m3/s

qgi=

qgsc× 1000 × 0.02831685

86400

!

Bggi

22. Konversi nilai PI dalam m3/s • Pa

PI = J 0.1589873 86400 × 6894.757

(22)

23. Menghitung luas diameter valve (port) injeksi

Ai = d

2

portΠ 4 × 1550.003 24. Menghitung nilai kestabilan F1

F1 =

ρgscBggiQ2gscΠ qLsc(EAi)2

25. Menghitung D1 berdasarkan persamaan (2.22) 26. Menghitung D2 berdasarkan persamaan (2.23) 27. Menghitung D3 berdasarkan persamaan (2.24) 28. Menghitung D4 berdasarkan persamaan (2.25)

Metode Shooting

Metode shooting merupakan salah satu metode numerik yang digu-nakan untuk menyelesaikan permasalahan nilai batas. Permasala-han alokasi gas injeksi pada sumur dual gas lift metode Shooting digunakan untuk menyelesaikan persamaan differential (2.11), yang merepresentasikan aliran fluida di reservoir dan di dalam tubing. Metode ini digunakan sebab pada persamaan (2.11) terdapat dua variabel yang terkait, yaitu variabel jumlah liquid dan variabel laju gas injeksi. Dalam

(23)

hal ini, nilai laju gas injeksi akan diberikan terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai laju liquid atau cairannya.

Berikut langkah-langkah metode Runge Kutta dan metode shooting untuk mendapatkan nilai produksi cairan (qL):

1. Pilih suatu nilai laju injeksi gas qg

2. Berikan tebakan awal bagi laju produksi cairan qL

3. Mencari solusi persamaan (2.11) dengan menggunakan metode Runge Kutta orde 4, dengan nilai awal, P (0)= Pwh.

4. Diperoleh solusi tekanan dasar sumur, Pw f.

5. Penentuan besar laju produksi cairan qL, untuk suatu nilai laju gas injeksi qg akan dilakukan melalui metode Shooting. Dalam metode ini, dilakukan pengujian terhadap nilai tebakan awal qL mulai dari batas atas P (0) = Pwh hingga batas bawah P (L) = Pw f, sehingga diperoleh nilai qL yang bersesuaian dengan syarat batas tersebut.

Pengujian dilakukan sebagai berikut:

a. Jika Pw f hasil perhitungan lebih kecil dari Pw f hasil per-samaan Darcy, Pw f < Pw fDarcymaka pilih qL lebih besar dari qL tebakan awal.

(24)

b. Jika Pw f hasil perhitungan lebih besar dari Pw f hasil per-samaan Darcy, Pw f > Pw fDarcymaka pilih qL lebih kecil dari qL tebakan awal.

Pengujian tersebut dilakukan berulang-ulang hingga Pw f hasil perhi-tungan mendekati nilai Pw f dari perhitungan dengan menggunakan persamaan Darcy. Nilai produksi cairan qL saat mencapai kondisi dimana Pw f ≈ PDarcyw f merupakan nilai laju produksi cairan yang di-harapkan.

Hubungan Pw f terhadap q yang dihasilkan dengan prosedur ini meru-pakan performansi outflow di dasar sumur.

(25)

Lampiran - Pembuktian Kriteria

Kestabilan

1. Kriteria Kestabilan pada Formasi, [4]

Penurunan tekanan tubing di dasar sumur akan menyebabkan peningkatan aliran fluida reservoir dan aliran injeksi gas. Jika peningkatan aliran gas relatif lebih tinggi daripada aliran cairan, maka densitas fluida campuran di dalam tubing akan turun. Hal ini akan menurunkan ketinggian statis fluida dan menurunkan friksi aliran, yang akhirnya menyebabkan gangguan stabilitas. Sebaliknya jika densitas fluida campuran meningkat sebagai re-spon terhadap atas penurunan tekanan, maka ketinggian statis fluida dan friksi aliran akan meningkat dan sistem akan menjadi stabil oleh pengaruh umpan balik negatif. Jadi, parameter stabil-itas datang dari:

dρi dPti < 0

(26)

Densitas campuran yang masuk (inflow) dinyatakan sebagai jum-lah dari densitas fluida dan densitas injeksi gas:

ρi= ρLqL+ ρgqg

qL+ qg

Perubahan densitas fluida campuran yang masuk (inflow) yang dihasilkan dari perubahan (gangguan) dari laju alir inflow dapat dinyatakan secara matematis dengan turunan persamaan densi-tas:

qt= qL+ qg

∆ρ

qg,qL

∆qt

Jika∆ -nya sangat kecil, maka dapat dinyatakan:

qg+ qL dqg+ qL  = d ρ LqLgqg qL+qg  dqg+ qL  i= ρg dqg+ ρLdqL qL+ qg−ρgqg+ ρLqL dqL+ dqg  qL+ qg 2 i= ρL−ρg  qL+ qg 2  qgdqL− qLdqg

Dari persamaan diatas, terlihat bahwa parameter stabilitas da-pat dipostulatkan secara leng-kap untuk: Dengan mengabaikan aliran transien, aliran fluida reservoir dapat diasumsikan

(27)

propor-sional terhadap perbedaan tekanan antara reservoir dan bawah sumur:

qL = BfJPr− Pw f

dqL

dPti = −BfJ

Aliran injeksi gas dapat dijabarkan dengan persamaan orifice un-tuk aliran dengan temperatur konstan:

qg = EAi" 2ZRT

M ln (Pt/Pc)

#0.5

Asumsi bahwa temperatur aliran gas yang melewati port adalah konstan menyatakan secara tidak langsung suatu pendekatan, karena gas mungkin menjalani ekspansi pendinginan. Karena perbedaan tekanan diantara katup relatif kecil jika dibandingkan dengan tekanan total (tekanan injeksi), maka kesalahan ini dapat diabaikan. Perubahan laju aliran injeksi gas yang disebabkan

(28)

perubahan tekanan tubing dapat dinyatakan secara matematis Maka, dqg dPti = − (EAi)2 ρgqg

Di sini, volume annulus casing-tubing cukup besar untuk mence-gah penurunan tekanan yang signifikan. Menurunkan tekanan annulus casing-tubing akan ada efek stabilisasi ekstra, yang di-anggap terpisah di pembuktian kriteria kestabilan formasi Den-gan penurunan persamaan di atas, parameter stabilitas untuk per-forma aliran inflow dinyatakan sebagai:

F1 = ρgq 2 g qL BfJ (EAi)2 > 1

2. Kriteria Kestabilan pada Titik Injeksi, [4]

Dengan menganggap bahwa sistem tidak stabil dengan parame-ter seperti yang diturunkan pada kriparame-teria kestabilan pada formasi, lalu penurunan tekanan tubing akan mengakibatkan peningkatan aliran injeksi gas ke dalam tubing. Namun hal ini akan

(29)

men-gakibatkan terjadinya penurunan tekanan di annulus. Jika penu-runan tekanan annulus lebih cepat dibandingkan dengan tekanan tubing, maka aliran gas akan segera menstabilkan aliran*

dqg dt < 0

Dengan menggunakan persamaan orrifice, kebutuhan untuk menu-runkan laju aliran adalah dengan penurunan rasio tekanan antara tekanan annulus dengan tekanan tubing. Jadi aliran injeksi gas akan menurun ketika:

F2 = 1 Pci 1 Pti∂Pci ∂t∂Pti ∂t > 1 F2 = Pti Pci∂Pci ∂t∂Pti ∂t > 1

Perubahan tekanan gas di annulus dinyatakan dengan persamaan gas umum:

∂Pci

∂t =δ(wci− wti)

ZciRTci VcM

Aliran gas ke dalam annulus (volume gas) diasumsikan kon-stan. Laju alir masa dikonversikan menjadi laju alir volume pada tekanan tubing untuk berhubungan dengan sistem param-eter yang digunakan di sini: Dengan mengabaikan percepatan, tekanan tubing dapat dideskripsikan dengan persamaan

(30)
(31)

keseim-bangan momentum umum:

Pti = Pw f + ρgDi+ ∆Pf

Dengan∆Pf menyatakan kehilangan tekanan akibat adanya gaya gesekan fluida dengan pipa.

Dengan menganggap bahwa hanya ada perubahan kecil dalam perbandingan gas - cairan input, akan terjadi aliran yang kon-tinyu tanpa pengurangan faktor gesekan. Respon tekanan ter-hadap perubahan seperti ini didapatkan dengan menurunkan per-samaan aliran di atas. Dengan asumsi bahwa tekanan kepala sumur konstan dan tidak ada pengurangan faktor gesekan dalam gelombang kontinyu dalam tubing, respon tekanan ditentukan dengan persamaan:

∆Pt

∆t = gDi

∂ρ ∂t

dengan ρ menyatakan densitas campuran.

Untuk menjumlahkan perubahan variasi pada densitas rata-rata

di dalam tubing, digunakan persamaan kontinuitas. Dengan mengabaikan percepatan, persamaan kontinuitas dinyatakan sebagai:

∂ρ ∂t +v

∂ρ

∂x =0

(32)

berta-hap dari densitas fluida input. Sebelum aliran secara kontinyu mencapai kepala sumur, densitas fluida outflow tidak akan berubah seperti sebelumnya. Variasi densitas rata-rata fluida di dalam tubing dapat diturunkan dari persamaan kontinuitas seperti di atas:

∂ρ ∂t =

qL+ qg At ∆ρ Dengan At menyatakan luas tubing. Dengan mensubstitusikan persamaan ∆Pt

∆t = gDi∂ρ∂t pada persamaan ∂ρ ∂t = qL+qg At ∆ρi, ρi = ρLqLgqg qL+qg dan persamaan F1 = −∆qL∆qg qg qL > 1.

Maka respon tekanan pada tubing yang disebabkan oleh peruba-han aliran injeksi gas yang masuk dapat dinyatakan dengan per-samaan:

Parameter stabilitas karena pengaruh penurunan tekanan dalam annulus dapat dinyatakan dengan menggabungkan persamaan:

(33)

Parameter C adalah faktor volume gas antara annulus dan tubing. Untuk semua kasus-kasus yang dapat diduga, nilai ini mendekati satu.

3. Kriteria Kestabilan pada Choke Injeksi di Permukaan

Kriteria ini merupakan perluasan untuk mengakomodasi flow regimes di permukaan (choke injeksi) dan valve gas lift. Hubungan antara variasi tekanan tubing terhadap laju alir dari reservoir diberikan oleh:

Pt = qL BfJ

Untuk menurunkan hubungan antara laju alir gas injeksi melalui gas lift valve dan tekanan tubing, maka akan diturunkan model

(34)

yang berhubungan dengan gas-lift valve response dan choke re-sponse untuk variasi tekanan tubing dan casing.

Persamaan aliran adiabatik (tidak keluar panas) untuk valve adalah:

m0= √ 2CDApY r M zRT p Pc0(Pc0− Pt0)

Asumsi yang digunakan: tekanan konstan dapat ditentukan dari distribusi gas sejak dari choke injeksi, dan pendekatan linear yang dipenuhi untuk choke injeksi permukaan:

mch1(t) m0 = K c ch Pc1(t) Pc0

Dan laju alir gas injeksi yang melalui gas-lift valve mv1(t) m0 = K c v Pc1(t) Pco + K t v Pt1(t) Pto

Koefisien K menggambarkan variasi relatif dalam aliran massa melalui choke dan gas lift valve disebabkan karena variasi pada tekanan tubing dan casing. Pendekatan ini beralasan untuk flow regime pada choke dan valve. Nilai Kchc yang digunakan pada thesis ini selalu negatif karena aliran gas melalui choke menu-run seiring dengan peningkatan tekanan casing. Sedangkan nilai Kvc akan selalu positive karena aliran yang melalui gas lift valve meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan casing.

(35)

Den-gan kata lain, Kvt mungkin positive atau negative, bergantung terhadap karakteristik dan flow regime pada valve.

Perubahan tekanan gas di annulus dinyatakan dengan persamaan gas umum:

∂Pci

∂t =δ(wci− wti)

zciRTci VcM

Persamaan mass-balance diturunkan dari perubahan tekanan gas di annulus. Dengan mendifinisikan m = δ. Hukum kekekalan massa pada casing diberikan oleh persamaan:

(36)

vari-asi jumlah cairan dan gas, di hilangkan pengaruh efek percepatan dan efek gesekan dan diasumsikan bahwa tubingnya adalah ver-tikal. Maka hanya gaya gravitasi saja yang berpengaruh:

Pt1(t)= Z t 0 " δρM(t)gqL+ qg At # dt

Dimana δρM adalah variasi dari densitas campuran pada titik injeksi saat steady state. Variasi ini disebabkan karena variasi yang telah diprediksi, variasi dari gas injeksi yang melalui gas lift valve atau aliran perturbasi yang tak terprediksi.

Untuk analisa kestabilan.Transformasi persamaan-persamaan di-atas dari persamaan time space ke persamaan state space. Akan

(37)

diperoleh:

Agar mempunyai solusi maka matriks 3 × 3 tersebut harus memi-liki invers. Punya invers artinya determinannya tidak sama den-gan 0. Artinya tidak ada nilai-nilai singularnya. Nilai singu-lar disini bergantung pada s. Maka akan dicari nilai-nilai yang menyebabkan singularitas. Yaitu dicari determinan dari matriks 3 × 3 yang nilainya 0. Dan diperoleh:

Kondisi untuk sistem akan stabil jika akar2 persamaan dari per-samaan diatas negatif. Hal ini merupakan syarat dari theorema

(38)

Routh-Hurwitz. Dalam kasus ini, untuk menjamin kestabilan

dari sistem maka,

        BfJqg+ qgK t v Pt0qL ! +  qL+ qgAt gf −ρg a         > 0 Dan, " BfJqg+ qg K t v Pt0qL ! + qg Kvc Pc0bqL # > 0 Jika persamaan  BfJqg+ qgKvt Pt0qL  +(qL+qg)At gf−ρg)a  > 0 dibagi den-gan Pt0 aqgqL, diperoleh:

Maka, persamaan umum dari kriteria adalah:

Kasus khusus Kvt tak negatif

Jika Kvt positive atau nol, maka kedua persamaan diatas akan selalu terpenuhi. Hal ini terjadi, jika choke beroperasi untuk

(39)

aliran kritis. Dalam kedua situasi ini, penurunan tekanan tubing tidak menyebabkan peningkatan rate gas yang melalui valve.

Kasus khusus Kvt negatif

Kvt dimungkinkan untuk negative. Saat keadaan ini choke berop-erasi pada aliran subcritic. Untuk kasus ini, aliran yang melalui valve meningkat seiring dengan penurunan tekanan tubing. Den-gan menggunakan persamaan adiabatic untuk valve, diperoleh:

m0= √ 2CDApY r M zRT p Pc0(Pc0− Pt0)

Untuk aliran stady state mv1(t) m0 = 1 2 Pc0(Pc1(t) − Pt1(t)) Pc1(t) (Pc0− Pt0) Pc0(Pc0− Pt0)

Untuk variasi aproksimasi dari mass flow rate dengan variasi tekanan tubing dan casing.

(40)

Konstan gas yang melalui choke injeksi permukaan dapat ter-jadi untuk aliran yang konstan, atau jika operator choke injeksi dibawah aliran kritis. Untuk kasus ini, aliran yang melalui choke adalah saling bebas dari tekanan dan sebaliknya.

(41)
(42)
(43)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Jogiyanto (2007) variabel moderasi (moderating variabel) atau (VMO) adalah suatu variabel independen lainnya yang dimasukkan ke dalam model karena mempunyai

Belum adanya data kongkrit mengenai jenis-jenis bambu yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terutama yang terdapat di Blok Pendidikan dan Penelitian

 Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat kateter

Rumah sakit sebagai unit sosio-ekonomis yang memberikan pelayanan kesehatan tetap harus memperhatikan prinsip “fungsi sosial”.Dalam kaitan ini pengertian fungsi sosial

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis genre dan memberikan tes 4 (empat) kali dalam 3 (tiga) siklus. Tes

asam memiliki nilai viskositas yang jauh lebih tinggi 10 kali lipat dari alginat komersial yaitu sebesar 127,17±11,50 cps, sehingga natrium alginat hasil ekstraksi melalui

Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian dan pembahasan pada Standar Kompetensi Rancang Bangun Jaringan, maka akan diperoleh beberapa kesimpulan

(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha jasa Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan di bidang lainnya yang secara langsung berkaitan dengan