• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Tinjauan Pustaka"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

Tinjauan Pustaka

Dalam bab dua ini Penulis berfokus untuk memaparkan teori-teori yang digunkan dalam melakukan analisis terhadap isu penerapan sistem E-Court di Mahkamah Agung, khususnya diwilayah hukum Pengadilan Negeri Jombang. Dengan itu penulis mencantukan beberapa sub bab sebagai landasan untuk menganalisis beberapa data yang sudah didapatkan oleh Penulis. Yaitu asas-asas perlindungan Hukum Acara Perdata, Pentingnya sistem E-Court, dan Teori Efektifitas.

A. Asas-Asas Perlindungan Hukum Acara Perdata

Pada hakikatnya terdapat asas-asas dalam hukum acara perdata yang mendasari pelaksanaan sebuah peradilan. Asas-asas berikut meliputi :

a. Hakim bersifat menunggu. b. Hakim bersifat pasif . c. Persidangan yang terbuka.

d. Hakim mendengar kedua belah pihak (“audi et alteram partem” atau “lines mannes redeist keines mannes rede, man soll sie horen alle beide”).

e. Putusan yang disertai alasan-alasan. f. Beracara yang dikenakan biaya-biaya. g. Pihak tidak harus diwakilkan.

(2)

13

Dari kedelapan asas diatas penulis hanya befokus pada pembahasan asas peradilan dilakukan dengan sederhana cepat dan biaya ringan.

Dalam hal ini keberadaan asas ini didasarkan pada Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan “Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan”, yang dalam penjelasan umum undang-undang ini menyatakan bahwa :

Pasal 2 :

……….

Ayat (4) :

Yang dimaksud dengan “sederhana” adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efesien dan efektif.

Yang dimaksud dengan “biaya ringan” adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Namun demikian, asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara di pengadilan tidak mengesampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan.

Menurut Zaenal Asikin makna dari asas sederhana adalah hukum acara yang jelas mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Semakin sedikit dan sederhana sebuah formalitas dalam beracara maka akan semakin baik. Sebaliknya apabila terlalu banyak formalitas atau peraturan, maka akan akan sulit dipahami dan memimbulkan berbagai

(3)

14

ragam menafsiran, sehingga kurang menjamin adanya kepastian hukum. Sedangkan asas cepat menunjuk pada cepatnya proses peradilan dimana dalam penyelesaian sengketa tidak berlarut-larut yang terkadang harus dilanjutkan oleh ahli warisnya. dan asas biaya ringan merupakan asas yang menekankan bahwa biaya perkara dalam persidangan sebisa mungkin dapat dijangkau oleh masyarakat umum. mengingat bila biaya perkara yang tinggi akan membuat masyarakat enggan beracara di pengadilan.1

Dengan kata lain makna dari asas peradilan yang sederhana adalah adanya mekanisme pemeriksaan yang efisien (tidak berbelit-belit) dalam jalanya proses pemeriksaan sedangakan asas cepat dalam proses peradilan artinya penyelesaian perkara memakan waktu tidak terlalu lama, peradilan cepat ini bukan bertujuan untuk menyuruh Hakim memeriksa dan memutuskan perkara misalnya dalam tempo satu jam atau setengah jam, yang dicita-citakan ialah suatu proses pemeriksaan yang relatif tidak memakan jangka waktu yang lama sampai bertahuntahun sesuai dengan kederhanaan peradilan itu sendiri dan asas biaya ringan menekankan bahwa tidak dibutuhkan biaya lain kecuali benar-benar diperlukan secara rill untuk penyelesaian perkara. Biaya harus ada tarif yang jelas dan seringan-ringannya. Segala pembayaran di pengadilan harus jelas kegunaannnya dan diberi tanda terima uang.2

1 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata, edisi pertama, Penerbit Kencana, Jakarta, 2015,

Hlm.14.

2 Nia Sari Sihotang, Penerapan Asas Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan Di Pengadilan Negeri Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Jom Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016, Hlm.6.

(4)

15

B. Sistem E-Court

a. Pengertian Sistem E-Court

Dalam melaksanakan asas peradilan sederhana, cepat dan murah diatas, maka diperlukannya pembaruan administrasi dan persidangan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam proses penyelenggaraan peradilan, serta untuk menjawab perkembangan zaman mengharuskan adanya pelayanan administrasi perkara dan persidangan di pengadilan yang lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan perkembangan teknogi informasi . Maka, Mahkamah Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang membawahi peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama, lingkungan peradilan tata usaha Negara, telah menetapkan penggunaan sistem E-Court sebagai perangkat yang disediakan untuk membantu mempercepat masyarakat dalam proses administrasi perkara di pengadilan, yang meliputi pendaftaran perkara (e-filing), pembayaran (e-payment), dan panggilan/pemberitahuan (e-summons) secara elektronik (online). Maka, dengan kata lain, E-Court merupakan aplikasi yang digunakan untuk memproses, gugatan atau permohonan, pembayaran biaya perkara secara elektronik, melakukan panggilan sidang dan pemberitahuan secara elektronik serta aplikasi layanan perkara lainnya yang bersifat elektronik.

Penerapan sistem E-Court di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan badan peradilan Indonesia yang agung, dimana visi tersebut dimanifestasikan dalam bentuk peradilan yang modern berbasis teknologi informasi dalam melayani masyarakat dimana tidak hanya terbatas pada

(5)

16

administrasi perkara secara elektronik, namun dengan persidangan secara elektronik. Dengan adanya sistem E-Court yang telah diluncurkan sejak tahun 2018 ini telah merubah paradigma berperkara selama ini yang mengharuskan para pihak datang ke pengadilan untuk mendaftarkan perkaranya. Hanya dengan bermodalkan perangkat teknologi informasi yang dimiliki, seperti ponsel pintar (smart phone), pengguna terdaftar dapat mendaftarkan perkara kliennya, tanpa perlu mendatangi ke pengadilan secara langsung .

Landasan hukum tentang penerapan E-Court sudah cukup kuat dilihat dari terbitnya beberapa aturan hukum yang terkait dengan penerapan E-Court dalam proses peradilan di Indonesia antara lain :

a. Peraturan Mahkamah Agung R.I No.3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik

b. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik

c. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia No.26/KMA/SK/II/2012 tentang Standar Pelayanan Peradilan.

d. Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum No.77/DJU/SK/HM.02.3/2/2018 tentang Standar Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

e. Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung Republik Indonesia No 271/DJU/SK//PS01/4/2018 tanggal 17 April 2018 tentan Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung R.I No.3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

(6)

17

f. Surat Direktur Jendral Badan Peradilan Umum No.272/DJU/HM02.3/3/2019 tanggal 8 Maret 2019 tentang Akselerasi Pendaftaran Perkara Melalui E-Court.

Dalam mekanisme E-Court pengguna yang telah terdaftar harus mendaftar dan mendapatkan Akun, melalui mekanisme validasi Advokat oleh Pengadilan Tinggi tempat dimana Advokat disumpah, sedangkan pendaftaran dari Perseorangan atau Badan Hukum akan diatur lebih lanjut. Layanan dan Penjelasan singkat Pendaftaran Perkara Online. Untuk lebih jelasnya mekanisme E-Court.

b. Ruang Lingkup Sistem E-Court

Dalam penerapannya, sistem E-Court tidak hanya digunakan oleh pengguna terdaftar (advokat) saja tetapi juga untuk pengguna insidentil (pengguna non advokat). Pengguna insidentil ini terdiri dari perseorangan, pemerintahan, dan badan hukum Dalam hal ini berkaitan dengan ruang lingkup sistem E-Court diawali dari pendataran perkara hingga acara persidangan. Dalam hal ini Mahkamah Agung lebih mengutamakan sistem ini diakses oleh Advokat dikarenakan Advokat diangap dan diharapkan lebih siap untuk merespon dan membiasakan diri dengan penggunaan aplikasi ini sebagai bagian dari manajemen perubahan yang bertahap pada bidang manajemen perkara dari manual ke elektronik. Untuk saat ini pengguna yang bisa melakukan akses pendaftaran perkara sampai saat ini hanya advokat yang telah mendapat validasi oleh Mahkamah Agung, dan aplikasi e-court tersebut baru akan bisa terlaksana secara efektif apabila seluruh advokat di Indonesia telah terdaftar dam memiliki akun nya sendiri.

(7)

18

Berikut merupakan beberapa hal singkat tentang mekanisme dalam penggunaan sistem E-Court itu sendiri :

1. Pendaftaran Perkara Online (E-Filing)

Pendaftaran Perkara Online dalam aplikasi e-Court untuk saat ini baru dibuka jenis pendaftaran untuk perkara gugatan, bantahan, gugatan sederhana, dan permohonan. Pendaftaran Perkara ini adalah jenis perkara yang didaftarkan di Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan TUN yang dalam pendaftarannya memerlukan effort atau usaha yang lebih, dan hal ini yang menjadi alasan untuk membuat e-Court salah satunya adalah kemudahan berusaha.

Keuntungan Pendaftaran Perkara secara online melalui Aplikasi E-Court yang bisa diperoleh dari aplikasi ini adalah :

1. Menghemat Waktu dan Biaya dalam proses pendaftaran perkara.

2. Pembayaran Biaya Panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi chanel atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.

3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan media. 4. Proses Temu Kembali Data yang lebih cepat

2. Pembayaran Panjar Biaya Online (E-Payment)

Dalam pendaftaran perkara, pengguna terdaftar akan langsung mendapatkan SKUM yang digenerate secara elektronik oleh aplikasi e-Court. Dalam proses generate tersebut sudah akan dihitung berdasarkan Komponen Biaya apa saja yang telah ditetapkan dan dikonfigurasi oleh Pengadilan, dan Besaran Biaya Radius yang juga

(8)

19

ditetapkan oleh Ketua Pengadilan sehingga perhitungan taksiran biaya panjar sudah diperhitungkan sedemikian rupa dan menghasilkan elektronik SKUM atau eSKUM. Pengguna Terdaftar setelah mendapatkan Taksiran Panjar atau e-SKUM akan mendapatkan Nomor Pembayaran (Virtual Account) sebagai rekening virtual untuk pembayaran Biaya Panjar Perkara.

3. Pemanggilan Elektronik (E-Summons)

Sesuai dengan Perma No.3 Tahun 2018 bahwa Pemanggilan yang pendaftarannya dilakukan dengan menggunakan e-Court, maka pemanggilan kepada Pengguna Terdaftar dilakukan dilakukan secara elektronik yang dikirimkan ke alamat domisili elektronik pengguna terdaftar. Akan tetapi untuk pihak tergugat untuk pemanggilan pertama dilakukan dengan manual dan pada saat tergugat hadir pada persidangan yang pertama akan diminta persetujuan apakah setuju dipanggilan secara elektronik atau tidak, jika setuju maka akan pihak tergugat akan dipanggil secara elektronik sesuai dengan domisili elektronik yang diberikan dan apabila tidak setuju pemanggilan dilakukan secara manual seperti biasa.

4. Persidangan Elektronik (E-Litigasi)

Aplikasi E-Court juga mendukung dalam hal persidangan secara elektronik sehingga dapat dilakukan pengiriman dokumen persidangan seperti Replik, Duplik, Kesimpulan dan atau Jawaban secara elektronik yang dapat diakses oleh Pengadilan dan para pihak.

(9)

20

C. Teori Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan keberhasilan kerja yang telah ditetapkan. Sarwoto mengistilahkan efktifitas dengan “berhasil guna” yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya benar-benar sesuai kebutuhan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.3

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) sejak dimulai berlakunya suatu Undang-Undang atau peraturan.4

Sedangkan efektivitas itu sendiri adalah keadaan dimana dia diperankan untuk memantau.5 Jika dilihat dari sudut hukum, yang dimaksud dengan “dia” disini adalah pihak yang berwenang yaitu polisi. Kata efektifitas sendiri berasal dari kata efektif, yang berarti terjadi efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien berarti efektif karena dilihat dari segi hasil tujuan yang hendak dicapai atau dikehendaki dari perbuatan itu. Pada dasarnya efektivitas merupakan tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam sosiologi

3 Sarwoto, Dasar-Dasar organisasi dan Manegemen, ghala Indonesia, Jakarta,1990, Hlm.126. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.2002, Hlm.284.

(10)

21

hukum, hukum memiliki fungsi sebagai a tool of social control yaitu upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat, yang bertujuan terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Selain itu hukum juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai a tool of social engineering yang maksudnya adalah sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat. Hukum dapat berperan dalam mengubah pola pemikiran masyarakat dari pola pemikiran yang tradisional ke dalam pola pemikiran yang rasional atau modern. Efektivikasi hukum merupakan proses yang bertujuan agar supaya hukum berlaku efektif.

Efektifitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.6 Selain itu efektivitas juga dapat diartikan sebagai pencapaian tujuan dan sasaran yang telah disepakati untuk mencapai tujuan usaha bersama. Tingkat tujuan dan sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Tercapainya tujuan dan sasaran itu akan ditentukan oleh tingkat pengorbanan yang telah dikeluarkan.7

6 Hidayat, Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press.,

Yogyakarta, 1986,Hlm30.

7 Apsari, Ajeng Dwi Efektivitas Pelayanan Publik Satuan Penyelenggara Administrasi Sim Dalam Pelayanan Sim Online Di Kota Tarakan. Undergraduate (S1) Thesis, Universitas Of

(11)

22

a. Indikator Teori Efektivitas

Menurut Soerjono Soekanto menggunakan tolak ukur efektivitas dalam penegakan hukum ada lima hal yakni :8

1. Faktor Hukum

Hukum berfungsi untuk memastikan tercapainya keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Untuk mencapai ketiga hal tersebut diperlukan kesesuaian agar semua peraturan perundang dapat harmonis dan tidak bertentangan dengan undang-undang lain. Namun dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan.

Kepastian Hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara secara penerapan undang-undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak tercapai. Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama. Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja.9

2. Faktor Penegakan Hukum

Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Selama ini ada kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat untuk mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum

8 Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta.

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.2007, Hlm.5.

(12)

23

diidentikkan dengan tingkah laku nyata petugas atau penegak hukum. Sayangnya dalam melaksanakan wewenangnya sering timbul persoalan karena sikap atau perlakuan yang dipandang melampaui wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap melunturkan citra dan wibawa penegak hukum. Hal ini disebabkan oleh kualitas yang rendah dari aparat penegak hukum tersebut.10

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras, Menurut Soerjono Soekanto bahwa para penegak hukum tidak dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat-alat komunikasi yang proporsional. Oleh karena itu, sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.11

4. Faktor Masyarakat

Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaiandi dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum. Persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

10 Ibid Hlm 21. 11 Ibid Hlm.37.

(13)

24

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsikonsepsi yang abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap buruk (sehinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia merupakan dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Disamping itu berlaku pula hukum tertulis (perundangundangan), yang dibentuk oleh golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum perundang-undangan tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat, agar hukum perundangundangan tersebut dapat berlaku secara aktif.12

Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, karena menjadi hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolok ukur dari efektifitas penegakan hukum. Dari lima faktor penegakan hukum tersebut faktor penegakan hukumnya sendiri merupakan titik sentralnya. Hal ini disebabkan oleh baik undang-undangnya disusun oleh penegak hukum, penerapannya pun dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegakan hukumnya sendiri juga merupakan panutan oleh masyarakat luas.13

Selain itu juga terdapat teori dari P. Siagian yang menyatakan terdapat 5 indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur keefektivan yaitu:14

12 Iffa Rohmah. 2016. Penegakkan Hukum. http://pustakakaryaifa.blogspot.com. Diakses

Tanggal 16 Juni 2020, Pukul 16.30 WIB.

13 Ibid Hlm. 53.

14 Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja., PT. Rineka Cipta, 2002,

(14)

25 a) Kejelasan dari tujuan yang ingin dicapai

Dimaksudkan agar karyawan dalam melaksanaan tugas tugasnya dapat mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai sesuai rencana.

b) Kejelasan dari strategi pencapaian tujuan strategi

Adalah usaha dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c) Proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap

Berhubungan dengan kejelasan tujuan yang ingin dicapai dan kejelasan strategi yang telah di tetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan –tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

d) Perencanaan yang matang

Perencanaan yang matang berarti memutuskan sekarang apa yang direncanakan ingin di capai oleh organisasi di masa yang akan datang.

e) Penyusunan program yang tepat

Dalam penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dan dijelaskan dalam program-program pelaksanaan yang tepat, karena bila tidak dilakukan, maka para pelaksana kurang memiliki pedoman dalam bertindak dan bekerja.

(15)

26

Salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien

Efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil.

h) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

Mengingat bahwa sifat manusia yang tidak sempurna, maka efektivitas organisasi menuntut adanya sistem pengawasan dan pengendalian, agar semua kegiatan operasional berjalan sesuai standar yang telah ditentukan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyamaratakan perlakuan maka pada pemberian ekstrak etanol akar tembelekan juga diberi sekali dalam sehari seperti pemberian glibenklamid agar dapat dibandingkan

Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

a. Sub tahap sementara, usia 15 – 17 tahun, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengkristalisasi pilihan pekerjaan. Perkembangan karir bersifat lebih

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukan nilai yang drastis antara pemahaman awal dengan pemahaman sesudah pembelajaran dan hasil angket self regulated learning sehingga media

Dengan demikian, pembelajaran menulis makalah ilmiah dengan model workshop dan kolaborasi dapat meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah (makalah) mahasiswa

Pada tabel 1 menunjukkan sampel bukan perokok A dan C memiliki vital capacity yang lebih tinggi dari sampel B dan D hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pada sampel B

Diagnosis asbestosis dapat ditegakkan dengan adanya riwayat Pajanan asbestos, adanya selang waktu yang sesuai antara Pajanan dengan timbulnya manifestasi klinis, gambaran