• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISHIHARA NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Efrin Nurisma Eva Supriyanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISHIHARA NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Efrin Nurisma Eva Supriyanto"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ISHIHARA

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Efrin Nurisma Eva Supriyanto

08.11.2369

kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2015

(2)
(3)

1

APLIKASI TES BUTA WARNA BERBASIS WEB DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ISHIHARA

Efrin Nurisma Eva Supriyanto1), Melwin Syafrizal2),

1)

Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta 2)

Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta

Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283

Email : efrin.s@students.amikom.ac.id1), melwin@amikom.ac.id2)

Abstract - Color vision is a vision that is a very important function in everyday life. People with color blindness more often know the circumstances at the time followed the health test. There are many tests to detect color blindness, one of them by using the method of Ishihara. Not many assays are available which can be used independently (self-testing). Based on the above background, it can be a formulation of the problem as follows: How to create a color-blind test applications using a web-based method of Ishihara, so as to serve as the basis for the implementation of color-blind test independently (Self-Testing)? How to design applications of web-based color blind test effective and efficient?

The benefits offered from the system to be built as an alternative to getting the color blind free status (normal) is as follows: the user can perform independently test (self testing) without having accompanied the doctor, the user does not need to go to a health institution if want information free status of color blindness that they need. So as to save time, effort and expense, test result information can be obtained at any time and is not bound by office hours. The analysis used in this study is a SWOT analysis.

The conclusion of this study is to determine whether someone has color blindness can be done by one of the methods Ishihara. Applications color-blind test with Ishihara method using a computer can be used for color blind test results are the same as the Ishihara test manually. Color blind test with Ishihara method using a computer can identify patients with total color blindness, partial color blindness, and normal.

Keywords - Color Blind Test Application, Web Based,

Ishihara

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penglihatan warna merupakan salah satu fungsi penglihatan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Penglihatan-penglihatan tertentu juga sangat membutuhkan daya beda warna yang baik. Sayangnya tidak semua orang dikaruniai kemampuan penglihatan warna yang normal. Akibatnya, orang tersebut menderita

buta warna yang dapat menghambat kegiatannya sehari-hari.

Buta warna merupakan suatu kondisi dimana orang tidak dapat membedakan antara 2 (dua) warna atau lebih. Istilah buta warna sebenarnya kurang tepat. Sesungguhnya orang-orang yang mempunyai kelainan tersebut masih dapat mengenal warna, hanya saja pembedaanya lemah. Oleh sebab itu, sebenarnya lebih tepat disebut kelemahan penglihatan warna, namun saat ini tampaknya istilah buta warna telah lazim digunakan[1].

Penderita buta warna lebih sering mengetahui keadaannya pada saat mengikuti uji kesehatan. Uji kesehatan diperlukan sebagai syarat untuk melanjutkan sekolah ataupun melamar pekerjaan maupun pembuatan surat ijin mengemudi. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang menderita kelainan ini tidak akan mengalami kesulitan namun mungkin menjadi masalah sewaktu akan melanjutkan studi atau melamar pekerjaan.

Tersedia banyak tes untuk mendeteksi kebutaan warna, salah satunya dengan menggunakan metode Ishihara. Dalam tes semacam ini pengguna atau user diminta untuk membaca sebuah gambar yang tersusun dari titik-titik berwarna dengan latar belakang titik lain, atau dengan istilah lain mirip model gambar polkadot maupun seperti kulit hewan tokek. Warna- warna tersebut dipilih sedemikian rupa untuk membingungkan subjek yang mempunyai kebutaan warna berbagai macam.

Metode Ishihara ini dipilih karena kepopulerannya dan sudah umum digunakan. Kelemahan dalam metode ishihara adalah sifatnya yang statis, sehingga ada kemungkinan untuk dihafal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perangkat lunak yang dapat menjawab masalah mendasar tersebut dengan memanfaatkan metode Ishihara. Implementasi dalam bentuk program memungkinkan gambar-gambar yang dimunculkan memuat angka dengan pola yang berbeda-beda.

Mengacu pada uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web Dengan Menggunakan Metode Ishihara “.

(4)

2 1.2 Pengertian Buta Warna

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetik.

Buta warna merupakan kelainan genetik atau bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah pembawa sifat hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna[2].

1.3 Tes Buta Warna Berdasarkan Ishihara

Gambar 1. Contoh Tes Buta Warna Dengan Metode

Ishihara

Metode Ishihara ini di kembangkan menjadi Tes Buta Warna Ishihara oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang dan terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism). Gambar 1 menunjukan contoh kartu tes buta warna dengan metode ishihara. Dalam aplikasi tes buta warna ishihara berbasis web ini digunakan 14 plate atau lembar gambar. Di mana gambar-gambar tersebut berupa angka dan pola.

1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Warna

Setiap orang normal harus dapat mencocokan dan membandingkan serta dapat membedakan warna, seseorang yang normal harus dapat menjelaskan 3 sifat khusus yaitu: corak warna (Hue), satuarasi (Saturation) dan kecerahan warna (brightness)[3].

Kecerahan pada warna dipengaruhi oleh 5 faktor utama, yaitu:

a. Kecerahan (phenomena Bezad-Bricke), dengan bertambahnya kecerahan, warna yang terlihat akan berubah.

b. Saturasi (efek Abney), bila pada suatu warna ditambah warna putih maka warna tersebut akan menjadi lebih muda (Desaturasi warna)

c. Keadaan adaptasi gelap (efek Purkinye), ketika siang hari, warna kuning, kuning-hijau dan oranye akan terlihat lebih cerah dari pada warna biru, hijau dan merah.

d. Warna yang berdekatan, jika lingkaran warna dikelilingi oleh latar belakang merah, membuat warna ungu (kombinasi merah dan ungu) akan tampak lebih biru. Hal sebaliknya jika latar belakangnya biru akan terlihat lebih merah.

e. Fatique dan after image, bila suatu warna dilihat terus menerus selama beberapa detik maka warna yang terlihat akan semakin memucat (Desaturasi) tetapi bila melirik pada latar belakang warna putih, maka warna pertama tadi akan terlihat.

2. Dasar Teori 2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pengetesan buta warna sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Geri Gunawan pada tahun 2010 dengan judul Aplikasi Tes Buta Warna Menggunakan Visual Basic.Net 2005. VB.Net mendukung OOP (Object Oriented Programing), yaitu metode pemograman yang mengutamakan orientasi pada objek yang dibuat dalam struktur perangkat lunak lunak tersebut didasarkan pada interaksi objek di dalam penyelesaian suatu proses tes buta warna.[4]

Penelitian lainnya pernah dilakukan oleh Ratri Widianingsih, Awang Harsa Kridalaksana, dan Ahmad Rofiq Hakim, dengan judul Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut untuk tes buta warna adalah metode Ishihara, tidak menggunakan metode tes buta warna lain. Output dari aplikasi yang dibangun berupa surat keterangan terhadap hasil tes. Aplikasi tes buta warna hanya member output kesimpulan mata normal, buta warna parsial dan buta warna total.[5]

Hari Murti dan Rina Candra Noor Santi) pada tahun 2011 dari Universitas Universitas Stikubank Semarang menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi, dengan judul tulisan Aplikasi Pendiagnosa Kebutaan Warna dengan Menggunakan Pemrograman Borland Delphi. Penelitian tersebut membahas aplikasi dekstop dengan melibatkan satu entitas dengan bahasa pemrograman Borland Delphi.[6]

2.2 Teori Penglihatan

Salah satu dari teori terbaru tentang penglihatan warna dikemukakan oleh psikiater Inggris, Thomas Young pada tahun 1802 dan dimodifikasi oleh seorang ahli ilmu faal (Physiologist) Herman Von Helmholtz setengah abad kemudian. Teori Young-Helmholtz mengemukakan bahwa tiga macam reseptor warna yang

(5)

3

berbeda diwakili oleh warna merah, hijau dan biru, sehingga semua warna dapat dihasilkan dari stimulasi gabungan reseptor ini. Warna kuning terjadi bila reseptor merah dan hijau distimulasi bersama-sama. Warna putih dihasilkan dari menstimulasi ketiga reseptor tersebut[7].

Namun demikian, teori Young-Helmholtz belum mampu menerangkan beberapa fakta tentang kebutawarnaan dan penampilan warna. Apabila warna kuning memang dihasilkan dari kegiatan reseptor merah dan hijau, bagaimana halnya dengan seorang buta warna merah hijau tetapi tidak mendapat kesulitan melihat warna kuning[7].

Teori warna lain diformulasikan oleh Ewald Hering pada tahun 1870, mencoba mengatasi masalah ini. Hering merasa bahwa teori Young-Helmholtz belum cukup merefleksikan pengalaman visual. Hering lebih mendasarkan teori penglihatan warnanya pada fenomologi pengalaman warna, daripada fakta pencampuran warna dan menandaskan bahwa warna kuning adalah a warna dasar seperti halnya warna merah, biru atau hijau. Warna itu bukan hasil pencampuran warna-warna lain, seperti warna jingga karena pencampuran merah dan kuning atau ungu karena pencampuran merah dan biru[7].

2.3 Metodologi Waterfall

Untuk mengatasi kendala-kendala menggunakan salah satu model rekayasa perangkat lunak yang dipilih adalah model air terjun (waterfall) sebagai metodologi penyelesaian masalah. Metodologi waterfall adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengembangan sistem. Tahapan dari metode waterfall menurut Pressman yang dikutip oleh Kusniyati, antara lain.[8]

2.3.1 Tahapan Rekayasa Sistem

Tahapan ini sangat menekan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan system dengan menentukan konsep sistem beserta antarmuka yang menghubungkannya dengan lingkungan sekitar. Hasilnya berupa spesifikasi sistem.

2.3.2 Tahapan Analisis

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan elemen-elemen di tingkat perangkat lunak. Dengan analisis harus dapat ditentukan domain-domain data atau informasi, fungsi, proses, atau prosedur yang diperlukan beserta unjuk kerjanya, dan antarmuka. Hasilnya berupa spesifikasi kebutuhan perangkat lunak.

2.3.3 Tahapan Perancangan

Pada tahap perancangan, kebutuhan-kebutuhan perangkat lunak, yang dihasilkan pada tahap analisis, ditransformasikan ke dalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit untuk diterapkan.

2.3.4 Tahapan Pemrograman

Tahap ini melakukan penerapan hasil rancangan ke dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh komputer.

2.3.5 Tahapan Pengujian

Setelah perangkat lunak selesai diterapkan, pengujian dapat segera dimulai. Pengujian terlebih dahulu dilakukan pada setiap modul. Jika tidak ada masalah,

modul tersebut akan diintegrasikan hingga membentuk perangkat lunak secara utuh. Kemudian dilakukan pengujian di tingkat perangkat lunak yang memfokuskan pada masalahmasalah logika internal, fungsi internal, potensi masalah yang mungkin terjadi dan pemeriksaan hasil apakah sudah sesuai dengan permintaan.

2.4 Analisis Masalah

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis SWOT. Analisa SWOT adalah analisa yang mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threat). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak mendukung dalam mencapai tujuan tersebut.

Tabel 1. Analisis SWOT

Kondisi Internal Strength (Kekuatan ) Weakness (Kelemahan) - Bisa diakses kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. - Memiliki tampilan responsif, sehingga dapat diakses melalui mobile dengan mudah. - Sistem ini menggunaka n desain modern dan lebih ringan ketika diakses dibanding website yang sejenis. - Sistem hanya terdiri dari test dan informasi test buta warna. - Tidak support dengan browser versi tertentu. Strategi Opportunities Strength (OS) Strategi Opportunities Weakness (OW) - Dengan masih sedikitnya aplikasi tes buta warna sejenis, dapat mengurangi persaingan. - Membuat sistem untuk tes buta warna agar lebih efisien waktu dan hemat biaya.

(6)

4 Kondisi Eksternal - Dengan banyaknya keinginan orang untuk melakukan tes secara mandiri, maka dapat meningkatkan daya tarik pengguna. Strategi Threats Strength (TS) Strategi Threats Weakness (TW) - Dengan banyaknya aplikasi sejenis maka harus dimanfaatkan pengembang untuk meningkatkan aplikasi dengan inovasi baru. - Dengan banyaknya gangguan server, maka harus dilakukan monitoring. - Pengembang harus mengembangkan aplikasi agar tidak kalah saing dengan aplikasi sejenis. - Meningkatkan pemeliharaan server secara berkala

2.5 Analisis Kebutuhan Fungsional

Setelah menganalisa kasus diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. User dapat melakukan tes secara mandiri (self testing) tanpa di dampingi dokter.

2. User umumnya harus mendatangi layanan kesehatan ataupun lainnya untuk mendapatkan tes buta warna, sehingga menghabiskan waktu, tenaga dan biaya.

3. Informasi hasil tes tidak bisa di dapat sewaktu-waktu karena ikatan jam kerja instansi.

2.6 Analisis Kebutuhan Non-Fungsional

Banyak orang mengabaikan akan status buta warna. Akan tetapi status buta warna diperlukan dalam memasuki sekolah tertentu, pekerjaan. Permasalahan disini media tes buta warna hanya dimiliki instansi kesehatan dan harus di damping dokter. Bagaimana di ciptakan sistem test secara mandiri (self testing) tanpa di dampingi dokter dan dapat dilakukan kapanpun dimanapun tanpa harus datang ke instansi kesehatan.

Dengan di bangunnya aplikasi test buta warna berbasis web ini, diharapkan mampu menjawab permasalahan user. Sistem ini akan menciptakan media tes secara mandiri dalam bentuk digital di mana tanpa

harus di dampingi dokter dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun.

2.7 Rancangan Halaman Antarmuka (Interface)

Antarmuka aplikasi ini lebih ditekankan pada fungsinya sebagai aplikasi tanpa mengedepankan desain dan keindahan dari suatu halaman website. Terdapat beberapa halaman web sebagai antarmuka aplikasi yang memiliki fungsi untuk input data maupun output data. Berikut rancangan dan desain dari antarmuka aplikasi berbasis web pengetesan buta warna menggunakan metode Ishihara.

Information Test About Statistic

Color Blindless Test Deskripsi

Gambar 2. Interface Halaman Depan 2.8 Implementasi

1. Halaman Home

Gambar 3. Halaman Tampilan Home

Pada halaman utama website, terdapat 4 menu yang tampil pada halaman home yaitu information, Test, About, dan Statistic.

2. Halaman Information

(7)

5

Halaman information berupa informasi tentang pengertian buta warna dan metode ishihara.

3. Halaman Test

Gambar 5. Halaman Tes Buta Warna

Halaman test menampilkan soal-soal tes berupa gambar. Pengguna diminta menjawab soal dan menginputkan jawaban, sampai soal terakhir. Untuk pertanyaan yang tidak dapat terjawab atau kosong dianggap salah dan tidak dapat di ulang.

4. Halaman About

Gambar 6. Halaman Informasi Pembuat Aplikasi

Halaman about berisi tentang sekilas informasi mengenai aplikasi dan pembuat aplikasi.

5. Halaman Hasil Tes

Gambar 7. Halaman Hasil Tes

Halaman ini berisi hasil tes yang dilakukan pengguna setelah menjawab semua soal.

6. Halaman Statistic

Gambar 8. Halaman Statistik

Halaman ini menampilkan data statistik dari jumlah hasil tes yang pernah dilakukan pada aplikasi ini.

3. Penutup 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di bab sebelumnya, tentang Aplikasi Tes Buta Warna Berbasis Web dengan metode Ishihara, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat suatu Aplikasi tes buta warna berbasis web menggunakan metode Ishihara, sehingga mampu dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan tes buta warna secara mandiri (Self-Testing)?

a. Analisis : Mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem dan mencari masalah yang muncul serta solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah.

b. Perancangan : Melakukan perancangan sistem dengan membuat rancangan tabel dengan DFD serta rancangan tatap muka yang akan diimplementasikan.

c. Implementasi : Sistem dibuat menggunakan bahasa pemrograman php versi 5, untuk tatap muka menggunakan bootstrap, aplikasi xampp sebagai virtual server dan melakukan pengkodingan menggunakan SublimeText. d. Testing : Melakukan pengujian dengan

blackbox testing dan whitebox testing, mencoba fungsi soal tes. Fungsi yang dibuat telah berjalan dengan baik dan sesuai. 2. Aplikasi tes buta warna berbasis web yang

dibuat memiliki tampilan responsif dan fitur pada menu data statistik pengguna, sehingga dapat diketahui berapa jumlah persentase dari orang yang melakukan tes.

(8)

6 3.2 Saran

Saran-saran dalam penelitian ini antara lain, sebagai berikut:

1. Aplikasi Tes Buta Warna dapat dibangun menjadi Aplikasi Tes yang berbasis jaringan. Sehingga tes buta warna bisa dilakukan lebih dari satu orang. 2. Tes aplikasi buta warna dalam penelitian ini

berbasis web dengan menggunakan metode Ishihara. Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dengan metode-metode lain, yang nantinya hasil penelitian dapat lebih bervariasi. 3. Tes buta warna termasuk bagian dari tes kesehatan.

Oleh sebab itu bagi pekerjaan di bidang kesehatan dapat dibuatkan aplikasi tes kesehatan yang mencakup beberapa tes. Salah satunya tes buta warna dengan memanfaatkan jaringan komputer. 4. Aplikasi tes buta warna dapat dibuat menggunakan

keypad atau touchscreen.

Daftar Pustaka

[1] Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 2008.

[2] Widianingsih, Ratri, Awang Harsa Kridalaksana, Ahmad Rofiq Hakim. Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika Mulawarman. Vol 5 No. 1. Hal. 51-69. 2010.

[3] Ananto, Bayu Sri. Implementasi Sistem Bantuan Penderita Buta Warna: Desain Antarmuka Pengguna, Sistem Tes Buta Warna dengan Ishihara dan Tranformasi Warna Pada Sistem Realitas Bertambah. Skripsi. Universitas Indinesia Jakarta. 2011.

[4] Geri Gunawan. Aplikasi Tes Buta Warna Menggunakan Visual Basic.Net 2005. Jurnal Teknologi. Volume 1, No.2 Hal. 1-14. 20110. [5] Widianingsih, Ratri, Awang Harsa Kridalaksana,

Ahmad Rofiq Hakim. Aplikasi Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika Mulawarman. Vol 5 No. 1. Hal. 36-41. 2010.

[6] Murti, Hari dan Rina Candra Noor Santi. Aplikasi Pendiagnosa Kebutaan Warna dengan Menggunakan Pemrograman Borland Delphi. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. Volume 16, No.2 Hal. 160-170. 2011.

[7] Kurnia, Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis HIS pada Citra Ishihara. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta. 2009.

[8] Kusniyati, Harni. Metodologi SDLC Untuk Membangun Sistem Informasi Web UMB. Jurnal Penelitian. Universitas Padjajaran Bandung. 2011.

Biodata Penulis

Efrin Nurisma Eva Supriyanto, memperoleh gelar

Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2015. Saat ini menjadi Publisher Website.

Melwin Syafrizal, memperoleh gelar Sarjana Komputer

(S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2004. Memperoleh gelar Master of Engineering (M.Eng) Program Pasca Sarjana Magister Teknologi Informasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, lulus tahun 2008. Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Analisis SWOT
Gambar 3. Halaman Tampilan Home
Gambar 5. Halaman Tes Buta Warna

Referensi

Dokumen terkait

9 Harga shampoo pantene yang saya ketahui selalu setabil tidak berubah-ubah 10 Produk Pantene memiliki banyak pilihan jenis yang dapat saya pilih sesuai dengan

Metode dan strategi yang dilakukan dalam pembelajaran Aswaja yaitu metode ceramah yang dipadukan dengan metode tanya jawab, metode resitasi, metode diskusi, metode

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, perihal "Perubahan ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Adapun faktor lain yang tidak kalah pentingnya berpengaruh terhadap prestasi belajar anak adalah faktor masyarakat. Masyarakat dalam pengertian luas adalah lingkungan

Mitos dari dari iklan Oreo versi Hiu adalah adanya menandakan suatu keajaiban yang terdapat dalam sebuah biskuit yang memiliki daya magis dan dipercaya mampu merubah

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi secara bermakna antara tingkat adiksi internet dan prestasi belajar tetapi tidak terdapat

Selatan yaitu dengan membentuk tim tindak lanjut yang saat ini sifatnya pasif dengan menerima laporan yang masuk yang kemudian akan ditindak lanjuti. Implikasi dari hasil

Justeru, kajian ini bertujuan mengkaji dan mengenal pasti nilai-nilai uslub baginda berkomunikasi dengan para sahabat dan menganalisis pendekatan hadith tersebut