• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEBERADAAN FESTIVAL PACU JALUR TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI BANTARAN BATANG KUANTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK KEBERADAAN FESTIVAL PACU JALUR TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI BANTARAN BATANG KUANTAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBERADAAN FESTIVAL PACU JALUR TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

DI BANTARAN BATANG KUANTAN

(Studi di Desa Koto Taluk Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi)

ARTIKEL

ALI SUTRISNO 11070157

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2016

(2)
(3)

DAMPAK KEBERADAAN FESTIVAL PACU JALUR TERHADAP SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT DI BANTARAN BATANG KUANTAN DI DESA KOTO TALUK KECAMATAN KUANTAN TENGAH

KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Ali Sutrisno, Drs. Ardi Abbas, MT, Ikhsan Muharma Putra, M.S.i

Program Studi Pendidikan Sosiologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat email: Alisutrisno45@yahoo.co.id

ABSTRACT

Pacu jalur festival in Kuantan Singingi regency is one of national tourism agenda. It gives effect to local societies, because tourists will come to watch it. Good effect of pacu jalur to societies is open the way to get opportunity to sell foods or supplyingthe place for parking their car and motor cycle. And the purpose of this research is to know the existence of pacu jalur in Kuantan Singingi regency gives effect to social economy of local societies. This reseach use theory from Niklas Luhmann. Reseach also use a qualitative approach with descriptive type. Mechanical selection carried information is done by way “sumpling purposive”. The kind of data are used primery data and secondary data. The method to collect the data in this reseach is with observation, interview, and document study. Analysis unit is an individual and this reseach use data analysis such as interactive data analysis from Milles and Heberman. Reseach result is: 1). The local society has many time to gather and have relationship with their family. 2). The societies get an in crease in in come from parking and selling food. 3). Perserving cultural heritage.

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia banyak memiliki keunikan seni budaya, banyak corak dan ragamnya yang menjadi ciri khas disetiap daerah tersebut. Umumnya festival semacam itu muncul atau ditampilkan pada waktu upacara keagamaan, musim panen, atau upacara selamatan dan pesta (Yoeti, 1986: 5-43). Seni budaya ini memiliki nilai kebersamaan dalam masyarkat untuk mensukseskan suatu acara yang ada pada setiap daerah tersebut. Seni budaya ini memiliki potensi yang baik untuk dijadikan sebagai peluang wisata bagi orang yang ingin melakukan wisata. Provinsi Riau juga memiliki keunikan pada seni budaya dan memiliki potensi sama halnya dengan budaya tersebut.

Potensi ini dapat dilihat pada festival pacu jalur yang dilaksanakan setiap tahun di Batang Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Kuantan Singingi adalah sebuah daerah yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Riau.

Kegiatan festival pacu jalur juga disebut sebagai suatu pesta rakyat Kabupaten Kuantan Singingi. Karena acaranya yang meriah dan hadiah yang diberikan kepada pemenang juga cukup besar. Hal ini diperkuat dengan survei awal yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2015, diperoleh informasi bahwa peristiwa pacu jalur yang diselenggarakan setiap tahun, Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi memerlukan biaya sebesar Rp. 682.500.000 untuk penyelenggaran festival pacu jalur pada tahun 2014.

Sosiologi melihat kemungkinan tipe tindakan ekonomi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. Menurut Weber, tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional. Tindakan ekonomi rasional

adalah individu melihat

mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada. Tindakan

ekonomi tradisional adalah pertukaran hadiah diantara komunitas atau konvensi. Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional merupakan tindakan berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada dengan tujuan yang hendak dicapai (Damsar, 2011: 42-43). Artinya ketika pacu jalur dilaksanakan tentunya ada orientasi tertentu yang melatar belakangi kucuran dana dari Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.

Festival Pacu Jalur dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: (1) Pacu antar banjar atau dusun; (2) Pacu antar desa atau kelurahan; dan (3) Pacu antar kecamatan yang ada di Wilayah Kuantan Singingi. Aturan dalam ketiga tingkatan perlombaan pacu jalur tersebut tergolong mudah, yaitu regu jalur yang dapat mencapai garis finish terlebih dahulu dari regu lain, dinyatakan sebagai pemenangnya. Pertandingan pacu jalur biasanya dilakukan dengan dua sistem yaitu: setengah kompetisi dan sistem gugur untuk menentukan pemenang pertama hingga keempat dan sepuluh besar. Perlombaan, baik antar dusun, antar desa, maupun antar kecamatan, diawali dengan membunyikan meriam (Dokmentasi Laporan Pelaksanaan Data Sekunder dari Kantor Camat Kabupaten Kuantan Singingi).

Peserta dari setiap anak pacuan ini dari pemuda-pemuda yang ada di desa tersebut. Pertandingan jalur, apabila menerapkan sistem gugur, maka peserta yang kalah tidak boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Namun apabila menggunakan sistem setengah kompetisi, setiap regu akan bermain beberapa kali dan pada akhirnya regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juara (Dokmentasi Laporan Pelaksanaan Data Sekunder dari Kantor Camat Kabupaten Kuantan Singingi).

(5)

Kegiatan festival pacu jalur sudah masuk dalam agenda pariwisata nasional. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.

Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Dengan adanya festival pacu jalur yang diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab), masyarakat menangkap berbagai peluang usaha seperti membuka warung makanan, menyediakan jasa parkir, tribun penonton, transportasi dan lain sebagainya. Selama kegiatan festival pacu jalur yang berlangsung 4 hari aktivitas jasa dan perdagangan semakin mengeliat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Dampak Keberadaan Festival Pacu Jalur Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Bantaran Batang Kuantan” (studi di Desa Koto Taluk, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantang Singingi, Provinsi Riau).

Festival pacu jalur banyak memiliki dampak bagi masyarakat. Seperti dampak sosial, dampak ekonomi, dan dampak warisan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Dampak Keberadaan Festival Pacu Jalur terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Bantaran Batang Kuantan, Desa Koto Taluk Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (dalam Patilima, 2011: 61) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses investigasi. Secara bertahap peneliti berusaha

memahami fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogkan, dan mengelompokkan objek studi. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif adalah untuk mengetahui, mengungkapkan mendeskripsikan, dan untuk mengetahui situasi secara mendalam tentang dampak keberadaan festival pacu jalur terhadap sosial ekonomi masyarakat di Bantaran Batang Kuantan di Desa Koto Taluk Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.

informan diperoleh melalui purpossive sampling. Purpossive sampling merupakan teknik penentuan informan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.

Penelitian kualitatif terdapat dua data yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh orang yang melakukan penelitian (Mahmud, 2011: 146). Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian dan dokumen-dokumen (Lufri, 2007: 98).

Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari (1) Observasi, adalah suatu teknik atau cara untuk mengumpulkan data dilapangan yang dilakukan untuk memahami realitas intrasubjektif dan intersubjektif dari tindakan sosial dan interaksi sosial secara aktual. (2) Wawancara, merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. (3) Studi Dokumen, Penelitian ini diperlukan adanya dokumen sebagai bukti dari adanya suatu penelitian di daerah yang diteliti (Sugiyono, 2010: 82-83).

Proses penelitian ini dimulai dengan mengurus surat izin penelitian yang ditujukan kepada Kantor Penyuluhan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Riau.

(6)

Pada tanggal 29 Agustus 2015 melakukan observasi dan wawancara sampai pada tanggal 8 September 2015. Kesulitan yang didapatkan pada penelitian ini adalah mengurus surat izin penelitian yang banyak menyita waktu untuk melakukan penelitian. Pada tanggal 20 November 2015 barulah lengkap semua data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek. Unit analisis dapat berupa kelompok, individu dan keluarga (Arikunto, 2010:187). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu masyarakat Desa Koto Taluk yang mengambil peluang usaha dari kegiatan festival pacu jalur.

Menurut Milles dan Huberman bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik analisis sebagaimana dalam tipe penelitian deskriptif. Prosedur analisis data penelitian deskriptif bersifat kepada menuturkan dan menafsirkan data.

Penelitian ini dilakukan di Desa Koto Taluk, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi. Tepatnya di Bantaran Batang Kuantan. Lokasi ini dipilih karena festival pacu jalur tersebut diselenggarakan setiap tahun di Batang Kuantan yang memiliki panjang lintasan pacuan dari titik start sampai finish sepanjang satu kilo meter.

Penelitian lapangan dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai November. Dalam penelitian ini, data yang telah didapatkan kemudian diolah untuk dijabarkan dalam bentuk tulisan yang telah ditentukan. Selesai pengolahan data, baru peneliti melakukan bimbingan skripsi dengan pembimbing 1 dan 2 sampai ke tahap kompre atau ujian skripsi.

DESKRIPSI LOKASI

Desa Koto Taluk terletak dipusat Kota Teluk Kuantan yang terletak di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Tahun 2014 Desa Koto Taluk mempunyai jumlah penduduk terbesar diantara desa-desa yang lain yang ada di Kecamatan Kuantan Tengah, dimana jumlah penduduk Desa Koto Taluk berjumlah 7.249 jiwa.

Desa Koto Taluk terdapat beberapa sarana dan prasarana yang membantu aktifitas yang diperlukan oleh masyarakat setempat. Adapun sarana dan prasarana adalah Sekolah, Mesjid dan Mushollah, Puskesmas dan Klinik, Industri Kecil, dan Olahraga.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Sejarah Festival Pacu Jalur

Kabupaten Kuantan Singingi memiliki Sungai dengan panjang ± 75 km terhitung dari Kecamatan Kuantan Mudik sampai dengan Kecamatan Cerenti dengan lebar ± 100 meter, masyarakat menyebut sungai tersebut dengan sebutan Sungai Batang Kuantan. Kecamatan Cerenti ini pertama sekali jalur-jalur berasal. Dahulu pada abad ke-17 belum berkembang transportasi darat maka jalur digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang. Masih pada abad ke-17 kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik dibagian lambung maupun selembayungnya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali menali, selendang tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekedar alat angku, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan dan datuk-datuk yang mengendarai jalur hias tersebut (Dokumentasi Data Sekunder dari

(7)

Kantor Camat Kabupaten Kuantan Singingi).

Pada tahun 1800 perkembangan selanjutnya jalur tidak hanya sebagai alat angkut hasil bumi dan status sosial saja, melainkan diadu kecepatan jalur tersebut. Masyarakat setempat menyebut lomba tersebut sebagai pacu jalur. Lomba pacu jalur pertama sekali diadakan di Desa Cerenti Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 1800 yang dilaksanakn di Sungai Batang Kuantan di Kecamatan Cerenti.

Pada tahun 1903, ketika Belanda masuk ke Kabupaten Kuantan Singingi pacu jalur tidak lagi dilaksanakan untuk memperingati hari Islam. Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat dan memperingati hari kelahiran Ratu Belanda Wilhelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus.

Hingga tahun 1950 jalur dengan pacu jalur nya belum kembali ke dalam kehidupan budaya masyarakat kuantan singingi, dan pada tahun 1951 dan 1952 sesudah zaman Jepang dan agresi Belanda, jalur kembali ke kehidupan masyarakat kuantan singingi, dimana waktu pelaksanaan dan tujuan melaksanakan dilakukan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Cerenti, Teluk kuantan dan Baserah yaitu tiga kecamatan yang selalu mengadakan pacu jalur setiap ulang tahun kemerdekaan.

Kabupaten Kuantan Singingi pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Indragiri Hulu. Wacana otonomi daerah yang berkembang pada tahun 1999 telah melahirkan terbentuknya sebuah kabupaten baru sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten Indragiri Hulu, yakni Kabupaten Kuantan Singingi atau Kuansing yang memiliki ibu kota di Taluk Kuantan.

Pada tahun 2000 setahun setelah pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi

festival pacu jalur menjadi kegiatan wisata nasional sampai sekarang dan digeser harinya pada tanggal 23 sampai 26 Agustus setiap tahun.

2. Dampak Sosial

festival pacu jalur ini mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat. Sebelum festival pacu jalur masyarakat hanya mementingkan diri sendiri, tidak ada kebersamaan yang terjalin di desa tersebut. Dengan adanya festival pacu jalur ini masyarakat berbondong-bondong untuk mencari kayu yang nantinya dijadikan sebuah jalur. Selain untuk menyaksikan festival pacu jalur masyarakat juga menyempatkan untuk memperkuat kebersamaan antara masyarakat dan saling silahturahmi antara masyarakat, maupun dengan sanak saudara yang pulang dari rantau untuk meyempatkan melihat festival pacu jalur ini.

Masyarakat yang berjualan saling bekerja sama dalam pembuatan pondok tempat mereka berjualan ketika festival pacu jalur, dan masyarakat juga bekerja sama dalam pembuatan tempat menonton (tribun). serta saling memberikan peluang usaha bagi msayarakat yang ingin bekerja sebagai penyedia jasa parkir dengan ketentuan membagai hasil.

3. Dampak Ekonomi

Sebelum festival pacu jalur pendapatan masyarakat di Desa Koto Taluk hanya pas-pasan untuk makan sehari hari-hari, dengan adanya festival pacu jalur masyarakat yang mengambil peluang usaha seperti pedagang, jasa parkir, dan jasa tempat menonton (tribun) serta menjual makanan dan minuman mengalami kenaikan pendapatan yang sangat signifikan.

Kenaikan pendapatan masyarakat hampir mencapai 90% dari biasanya. Kenaikan pendapatan yang dirasakan oleh masyarakat yang mengambil peluang usaha tersebut dipergunakan untuk menambah modal usaha mereka dan juga untuk membuka usaha yang baru.

(8)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Dampak Keberadaan Festival Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Bantaran Batang Kuantan dalam pembahasan dan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Festival pacu jalur melibatkan masyarakat yang tinggal di Kecamatan dimana festival pacu jalur berlangsung, serta partisipasi masyarakat Desa yang ingin mengikuti lomba festival pacu jalur. Sebuah jalur yang mengikuti lomba harus memiliki panjang sekitar 25-30 meter, dan lebar 1,5 meter. Biasanya jauh sebelum festival pacu jalur berlangsung masyarakat desa mulai mencari pohon yang akan dijadikan sebuah jalur. Setelah mendapatkan pohon yang akan dijadikan sebuah jalur masyarakat melakukan upacara tradisional untuk meminta izin sebelum pohon tersebut ditebang. Kemudian diukir untuk dijadikan sebuah jalur tanpa dipotong-potong dan disambung-sambung. Setelah jalur selesai maka jalur harus diasapkan agar jalur tahan lama dan tidak mudah lapuk. Dalam acara pengasapan jalur atau masyarakat setempat menyebutny “mendiang jalur”, ada upacara tradisional yang dilakukan untuk memanggil makhluk gaib agar pohon yang ditebang tadi tunbuh dengan sendirinya. Sebelum fetival pacu jalur diadakan ada acara pembukaan yang dilakukan oleh pemerintah setempat seperti tarian daerah, acara terjun payung, pawai budaya dan pelepasan pacu jalur. Dalam perlombaan pacu jalur menggunakan sistem gugur, jalur yang kalah tidak boleh ikut perlombaan selanjutnya dan bagi jalur yang menang akan diadu

kembali sampai menentukan siapa yang menjadi juaranya.

2. Dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat pada acara festival pacu jalur juga baik. Hal ini dapat dilihat dari awal festival pacu jalur akan diadakan masyarakat masyarakat sudah saling bergotong royong untuk mencari kayu yang akan dijadikan jalur, dan juga saling tolong menolong dalam membangun tempat lapangan usaha. Hal ini dilakukan untuk memeriahkan festival pacu. Ketika festival pacu jalur diadakan banyak sanak saudara yang menyempatkan untuk saling bersilahturahmi ke Desa Koto Taluk.

3. Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat pada acara festival pacu jalur sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peluang usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang sangat dibutuhkan bagi wisatawan dalam menyaksikan festival pacu jalur. Lapangan usaha yang dilakukan masyarakat seperti membuka tempat jasa parkir, membuka tempat menonton serta berjualan makanan dan minuman didalamnya, berjualan assesoris, berjualan buah-buahan, dan berjualan pakaian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi

Ekonomi. Jakarta: Kencana. Lufri. 2007. Kiat Memahami dan

Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Sutrisno, Ali 2016. Dampak Keberadaan Festival Pacu Jalur Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat. Padang: STKIP PGRI

(9)

Yoeti, Oka A. 1986. Melestarikan seni budaya yang hampir punah. Jakarta: proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/Majalah

Referensi

Dokumen terkait

Judul rancangan aktualisasi : Penyusunan Panduan Sosialisasi Pengarusutamaan Gender (PUG) Melalui Kampanye Publik untuk Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Bidang

Berdasarkan teori dari para pakar dan temuan penelitian sebagai mana dikemukakan diatas serta masih adanya gap khususnya pada objek penelitian, maka penulis

Tertarik dengan masalah peningkatan strategi pemasaran dalam meberikan kepuasan kepada konsumen CV Mulia Grafika, maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai

Walaubagaimanapun, gas rumah hijau yang bertapak dalam lapisan stratosfera bumi dengan suhu sekitar -60 ° C yang lebih sejuk daripada permukaan bumi.. Adakah anda fikir

On the other hand, students that already have the proper understanding may hesitate in asking for feedback from the teaching staff when they realise that the staff

Saran dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagi perusahaan yang memiliki prospek yang baik hendaknya menggunakan hutang dalam menambahkan modal karena hal itu bisa menjadi

Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi sebagai pelaksana dari Festival Pacu Jalur setiap tahunnya dengan didukungnya oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau melakukan

In contrast, more than 30 percent of the respondents indicate that their internal audit activities do not bring a systematic approach to evaluate the effectiveness of