• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci: penggunaan, media audio visual, pembelajaran menyimak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci: penggunaan, media audio visual, pembelajaran menyimak."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran

Menyimak Bahasa Jerman di SMA

Runi Rachmalina Utari, Ending Khoerudin, Irma Permatawati

Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sulit dikuasai siswa di SMA. Penyebab kesulitan menyimak dapat berasal dari luar maupun dalam diri siswa. Pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran menyimak dapat menjadi solusi. Salah satu media yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan menyimak adalah media audio visual. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kemampuan siswa menyimak bahasa Jerman di kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum penggunaan media audio visual, (2) kemampuan siswa menyimak bahasa Jerman di kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah penggunaan media audio visual, (3) efektivitas media audio visual dalam meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 12 Bandung tahun pelajaran 2014/2015 dan sampelnya adalah siswa kelas XII IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XII IPA 2 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen pelengkap yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai tes awal dan tes akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan uji signifikansi dengan menggunakan uji-t independen. Dari hasil analisis data diketahui bahwa: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama dalam menyimak bahasa Jerman sebelum penggunaan media audio visual, (2) kelas eksperimen memiliki kemampuan yang meningkat dalam menyimak bahasa Jerman sesudah penggunaan media audio visual, sedangkan kemampuan menyimak kelas kontrol meningkat namun sedikit, (3) setelah penghitungan data hasil tes akhir kedua kelas diperoleh thitung > ttabel (2,97 > 1.993) dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Ini berarti

bahwa hipotesis penelitian terbukti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran efektif dalam meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa. Oleh karena itu, disarankan kepada guru untuk menggunakan media audio visual sebagai salah satu alternatif media untuk meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa.

(2)

Die Anwendung der Audiovisuellen Medien beim

Hörverstehen im Deutschunterricht an der SMA.

Runi Rachmalina Utari, Ending Khoerudin, Irma Permatawati

Deutschabteilung der Fakultät für Sprachen und Kunst der Indonesischen Pädagogischen

Universität

ABSTRAKT

Hörverstehen ist eine der Sprachfertigkeiten, die für die Schüler schwierig zu lernen ist. Es gibt einige Faktoren, warum es schwierig ist, nämlich äuβere Faktoren und innere Faktoren. Um diese Schwierigkeiten zu überwinden, kann die Wahl der richtigen Medien ein Ausweg werden. Die Audiovisuellen Medien können zur Steigerung der Hörfähigkeit beitragen. Die Ziele dieser Untersuchung sind, um folgendes herauszufinden: (1) die Fähigkeit der Schüler beim Hörverstehen in Experimentsklasse und Kontrollklasse vor der Anwendung der Audiovisuellen Medien, (2) die Fähigkeit der Schüler beim Hörverstehen in Experimentsklasse und Kontrollklasse nach der Anwendung der Audiovisuellen Medien, (3) die Effektivität der Audiovisuellen Medien zur Verbesserung der Fähigkeit beim Hörverstehen. In dieser Untersuchung wurde die Quasi-Experimentsmethode mit dem Nonequivalent Control Group Design verwendet. Die Population der Untersuchung waren alle Schüller der 12. Klasse an der SMAN 12 Bandung vom Jahrgang 2014/2015 und die Probanden waren die Schüler der XII Naturwissenschaft 5 als die Experimentsklasse und XII Naturnwissenschaft 2 als die Kontrollklasse. Die Instrumente dieser Untersuchung waren das Instrument des Tests und die Ergänzung des Instrumentes nämlich der Unterrichtsplan. Um den Unterschied der durchschnittlichen Note vom Vortest und vom Nachtest zwischen Eksperimentsklasse und Kontrollklasse zu wissen, wurde die t-independent-Probe benutzt. Die Ergebnisse der Datenanalyse zeigen folgendes: (1) die Experimentsklasse und die Kontrollklasse haben vor der Anwendung der Audiovisuellen Medien gleiche Leistung beim Hörverstehen, (2) die Experimentsklasse hat nach der Anwendung der Audiovisuellen Medien Steigerung beim Hörverstehen, aber die Kontrollklasse hat nur geringe Steigerung, (3) nach den Datenberechnungen der Nachtest-Ergebnisse von beiden Klassen wurde herausgefunden, dass die Zahl der t-rechnung höher als die Zahl der t-tabelle (2,97 > 1.993)

mit dem (α) 0.05-signifikanten Wert ist. Das heiβt, dass die Hypothese dieser Untersuchung bestätigt ist. Aus den Ergebnissen lässt sich zusammenfassen, dass die Audiovisuellen Medien effektif sind, um die deutsche Fähigkeit der Schüler beim Hörverstehen zu verbessern. Deshalb wird es vorgeschlagen, dass die Lehrer die Audiovisuellen Medien als eine der Alternativen zur Verbesserung der Fähigkeit der Schüler beim Hörverstehen verwenden sollten.

(3)

Pendahuluan

Keterampilan berbahasa terdiri dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Seluruh keterampilan tersebut penting dan saling berkaitan, adapun keterampilan menyimak merupakan keterampilan dasar berupa penerimaan dan pemahaman arti informasi yang didengar. Informasi yang dimaksud dapat berupa sebuah materi pembelajaran bahasa di sekolah.

Dalam proses pembelajaran, kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang lebih dahulu dilaksanakan oleh seseorang sebelum kegiatan berbicara, maka dari itu keterampilan menyimak dalam pembelajaran bahasa perlu dipelajari secara khusus namun keterampilan berbahasa lain tetap dibutuhkan dalam proses komunikasi dan belajar. Walaupun sudah dipelajari secara khusus dalam pembelajaran bahasa, siswa masih menemukan kesulitan dalam meningkatkan keterampilan menyimak.

Keterampilan menyimak menjadi sulit karena beberapa faktor. Faktor yang berasal dari luar dan berasal dari dalam diri siswa. Faktor kesulitan dari luar misalnya Aussprache (lafal/pengucapan) penutur asli yang masih asing di telinga siswa, intonasi ritme, kecepatan berbicara penutur, belum lagi situasi ketika proses menyimak berlangsung seperti adanya suara-suara mengganggu dan kegaduhan yang tidak diinginkan, sedangkan faktor dari dalam diri siswa seperti kurangnya penguasaan kosakata, tidak terbiasanya siswa mendengarkan tuturan, kurangnya konsentrasi ketika menyimak dan rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran menyimak.

Di sisi lain menyimak dalam pembelajaran disinyalir lebih sulit dibandingkan menyimak dalam konteks proses interaksi langsung, ketika proses interaksi langsung, siswa atau pembelajar merasakan sebuah pengalaman bercakap-cakap, siswa mampu mengidentifikasi emosi, mimik muka dan gestur tubuh lawan bicaranya. Hal tersebut membantu siswa memahami apa yang lawan bicaranya maksud, tetapi terkadang dalam proses pembelajaran siswa hanya berlatih dengan mendengar sebuah audio tanpa melihat gestur dan mimik sehingga proses pemahaman menyimak kurang terlatih dengan baik. Maka dari itu diperlukan alat bantu lain untuk mengatasi terhambatnya proses menyimak.

Pemilihan media pembelajaran adalah salah satu komponen utama yang penting dalam pembelajaran. Kesalahan pemilihan media ataupun kurang maksimalnya penggunaan dapat menjadi faktor tidak tercapainya target kemampuan pembelajaran yang diinginkan. Media yang beragam menjadi sebuah kemudahan sekaligus tantangan untuk guru dalam memilih media apa saja yang tepat untuk siswa.

Media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari dan meningkatkan kemampuan menyimak adalah media yang dapat menarik minat siswa untuk membiasakan diri mendengar bahasa Jerman, media yang kaya akan kosakata dan dituturkan asli oleh penutur asal sehingga pelafalan yang didengar siswa lama kelamaan tidak terdengar asing. Media yang sifatnya bisa dilihat dan didengar seperti audio visual dianggap akan membantu.

(4)

Penggunaan media audio visual mengaktifkan indera penglihatan dan pendengaran untuk disalurkan ke otak. Ketika berbicara mengenai penglihatan dan pendengaran maka dapat dikaitkan dengan aktifitas dimana seseorang melihat langsung suatu objek dan mendengarkan bunyi atau suara yang dikeluarkan oleh objek tersebut, diharapkan kemampuan siswa menerima materi akan lebih baik karena pengalaman yang dirasakan ketika menggunakan media audio visual sebagai media pembelajaran dirasa berbeda dan lebih membekas, dibandingkan pembelajaran yang hanya menggunakan media buku atau metode ceramah. Di dalam audio visual siswa mampu melihat emosi, mimik dan jalan cerita yang tersedia.

Audio visual yang dipilih untuk pembelajaran beragam jenisnya, salah satunya adalah audio visual gerak yang memperlihatkan sebuah gambaran nyata dan menarik karena informasi di dalamnya tidak hanya mengandung nilai pengetahuan namun juga mengandung nilai budaya dan kebiasaaan. Audio visual gerak mengedepankan belajar lewat tampilan gambar bergerak dilengkapi audio, dialog dan adegan di dalamnya yang dipilih sesuai tema. Selain itu latar belakang dalam audio visual biasanya berada di tempat-tempat yang terdapat di negara asli penutur bahasa. Audio visual gerak banyak dibuat oleh tim-tim dari seluruh dunia dan diunduh melalui internet agar semua orang di dunia dapat mempelajari bahasa dan kebudayaan negara tertentu, salah satunya dapat kita lihat di situs berbagi video youtube. Pengajar atau pembelajar hanya perlu mencantumkan tema audio visual yang diinginkan di kotak pencari dan audio visual yang telah diunggah ke dalam situs tersebut akan terlihat, contoh produk audio visual gerak yang telah dibuat adalah Easy German. Audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah audio visual yang dapat kita akses melalui situs berbagi video youtube.com, terdapat 3 audio visual yang digunakan, adapun audio visual yang dimaksud adalah Learn German with Video, Easy German dan Deutsch Szene. Menarik untuk kemudian ditelusuri adalah bagaimana audio visual gerak digunakan menjadi sebuah media pembelajaran bahasa Jerman dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak.

Penelitian penggunaan media audio visual gerak untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jerman menjadi bahan yang menarik untuk dikaji dan diteliti. Atas dasar itu dalam penelitian ini akan dibahas media Audio Visual yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA untuk membantu meningkatkan keterampilan menyimak siswa.

Tinjauan Pustaka

Media pembelajaran merupakan sebuah alat bantu sekaligus juga menjadi perantara ilmu. Media pembelajaran terutama mendukung pembelajar untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, seperti yang dikemukakan oleh Steinig & Huneke (2010: 50) bahwa “In der Fremdsprachendidaktik versteht man unter Medien zumeist die Mittel, mit denen der Erwerb von Wissen und Fertigkeiten unterstützt werden kann.” Kutipan ini berarti ‘Dalam ilmu tentang pembelajaran bahasa asing media dapat mendukung pembelajar memperoleh pengetahuan dan keterampilan.’ Berdasarkan kutipan tersebut dapat dikatakan media

(5)

mendukung siswa mendapat ilmu terutama dalam pembelajaran bahasa asing. Media pembelajaran merupakan sebuah objek belajar yang mampu membawa informasi yang dibutuhkan siswa. Media pembelajaran juga merupakan alat penghubung antara guru dengan siswa, guru akan terbantu menyampaikan pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran, siswa akan terbantu menerima atau memperoleh pengetahuan tersebut sehingga diharapkan keterampilan siswa bertambah. Dalam pembelajaran bahasa asing media dapat mendukung pembelajar memperoleh pengetahuan dan meningkatkan keterampilan berbahasa.

Media menutupi hambatan yang biasanya menjadi kendala dalam pembelajaran, seperti contohnya ketika siswa belajar mengenai cara berbicara di sebuah restoran, untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu yang sulit jika harus mendatangi restoran asli Jerman maka dipakailah beberapa media yang dapat dijadikan alat bermain peran seolah-olah berada di sebuah restoran Jerman atau contoh lainnya guru dapat memperlihatkan sebuah video mengenai suasana restoran di Jerman. Disamping itu Steinig & Huneke (2010: 50) menyebutkan fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

a. Repräsentation von Sprache und Kultur in Hörtexten, Filmen oder Fernsehendungen, also Transport von Informationen.

b. Mittel, um Formen der Zielsprache zu üben, wie zum Beispiel im Sprachlabor. c. Mittel, mit denen es Lernenden möglich wird, mit anderen Lernenden oder

Sprechern der Zielsprache zu kommunizieren. Fungsi-fungsi tersebut artinya:

a. Merepresentasikan bahasa dan kebudayaan melalui teks mendengar, film atau berita televisi, juga menyalurkan informasi.

b. Sarana untuk berlatih bahasa tujuan seperti misalnya dalam laboratorium bahasa. c. Sarana yang memungkinkan pembelajar berkomunikasi dengan pembelajar lain

atau dengan penutur asli bahasa tujuan.

Media pembelajaran selain menyalurkan informasi juga mengandung unsur kebudayaan di dalamnya apalagi jika contoh media yang dimaksud dapat dilihat dan didengar dan memaparkan sesuatu seperti kenyataan, contohnya film atau video yang merupakan bagian dari media audio visual. Media pembelajaran mampu digunakan untuk berlatih kemampuan bahasa dan komunikasi baik dengan sesama pelajar maupun dengan guru atau penutur asli. Terdapat beberapa klasifikasi media, beberapa media digolongkan berdasarkan bentuk yang ditampilkan. Hoof (1997: 4) menggolongkannya menjadi 3 yaitu:

a. visuelle Medien, d.h. solchen, die ihre Information über das Augevermitteln. Artinya ‘media visual adalah media yang informasinya disalurkan secara visual.’ Seperti contohnya: buku pelajaran, buku latihan, buku referensi, papan tulis, kartu, koran, poster, foto, video atau film bisu.

b. auditive Medien, also solchen Informationsträgern, die über das Ohr wirken, Stimmen von Lehrern, Mitschülern und Besuchern als personale Medien. Artinya ‘media audio adalah media pembawa informasi yang disalurkan melalui telinga,

(6)

suara guru, teman sekelas maupun turis sebagai media pribadi.’ Contohnya: radio, rekaman dan CD, pita suara dan kaset suara, laboratorium bahasa.

c. audio -visuelle Medien, einer Kombination beider vorhergenannten Rezeptionskomponenten. Solcher also, die oft gleichzeitig sowohl über das Auge als auch das Ohr wirken, kombinierte Ton -Bild –Schau. Dalam bahasa Indonesia berarti ‘media audio-visual adalah kombinasi dari kedua komponen penerimaan yang disebutkan sebelumnya. Seperti juga sering berpengaruh serentak baik mata maupun telinga, kombinasi gambar suara dan pertunjukan suara.’ Contohnya: film suara komersial dan buatan sendiri, televisi, video, komputer, kamera dan perekam video.

Penerimaan sebuah materi dari siswa berbeda, ada yang lebih mudah jika melalui metode dengar ada yang lebih mudah dengan metode visual atau melihat, adapun media yang dianggap mampu merangkul kedua kelompok belajar tersebut adalah media audio visual. Melalui media audio visual pendidik dapat lebih mudah menyalurkan pengetahuan. Media audio visual merupakan media yang didalamnya tergabung dua unsur, yaitu gambar dan suara. Frederking dkk. mengungkapkan (2008: 141) “Audiovisuellen Medien sind technisch erzeugte Verbindungen von (in der Regel) bewegten Bildern und Tönen.” Kutipan ini berarti ‘Media audio visual adalah teknis menghasilkan hubungan dari (umumnya) menggerakkan gambar dan suara.

Terdapat berbagai fungsi media audio visual, Niegemann (dalam Falke, 2009: 51) mengungkapkan beberapa fungsi media audio visual yang antara lain:

a. Informationsdichte: Audiovisuelle Medien wie Film und Video sind als Darstellungsmedium der Sprache weit überlegen, vor allem dann, wenn es darum geht, detaillierte Informationen zu übermitteln.

b. Realitätsnähe: Film und Video bieten durch Abbildung von Form, Farbe, Bewegung und Ton, die genausten und besten Möglichkeiten Bewegungsabläufe zu konservieren.

c. Hinwendungs- und Orientierungsreaktionen: Audiovisuelle Medien bewirken durch spontane Veränderungen im Handlungsverlauf psychische Reaktionen, die zur Aktivierung und Aufmerksamkeits steigung vorteilhaft sind.

Kutipan di atas kurang lebih berarti:

a. Kepadatan informasi: Media audio visual seperti film dan video adalah media penggambaran bahasa yang luas, oleh sebab itu, mengirim informasi secara rinci. b. Dekat dengan realitas: film dan video menawarkan melalui ilustrasi dari bentuk,

warna, gerakan dan suara, yang tepat dan lebih memungkinkan

c. Reaksi ke pembalikan dan Reaksi Orientasi: media audio visual mengakibatkan reaksi tindakan psikis melalui perubahan spontan, untuk mengaktifkan dan meningkatkan perhatian.

Selain itu media audio visual diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, Djamarah & Zain (2006: 125) menjelaskan bahwa media audio visual dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

(7)

a. Media audio visual murni, yaitu baik unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber seperti film atau kaset video

b. Media audio visual tidak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya dari tape recorder, contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.

c. Media audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara.

Pada umumnya saat audio visual gerak ditayangkan siswa menyimak dengan seksama dan ditugaskan untuk mengidentifikasi bunyi, ujaran atau kata tertentu dalam audio visual gerak tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan direncanakan, namun agar perlakuan yang akan dilakukan mempunyai langkah yang jelas dan terarah langkah pembelajaran menggunakan audio visual penelitian ini berdasarkan pada teori Neuner & Hunfeld (2002: 65):

1. Die Unterrichtsinheit beginnt mit der Präsentation eines Bildes oder einer

Bilderfolge (film strip) und eines auf Tonband aufgenommenen Dialogs. Das heiβt, ein visueller Reiz wird mit einem akustischen Reiz verbunden, so daβ beide eine Bedeutungseinheit (semantische Einheit) bilden.

2. In der zweiten Unterrichtsphase werden die Bedeutungen einzelner

Gesprächseinheiten erklärt (durch Deuten, wiederholtes Anhören einzelner Passagen, Fragen und Antworten).

3. Durch mehrfaches Wiederholen von Bild und Text müssen die Dialoge in der dritten Phase auswendig gelernt werden.

4. In der vierten Phase sollen sich die Schüller allmählich von der

visuell-akustischen Vorgabe lösen. Sie werden z. B. aufgefordert, eigene Dialoge zu den Bildern zu machen oder die Szene im Rollenspiel nachzuahmen.

Dalam bahasa Indonesia kutipan di atas berarti:

1. Rangkaian pembelajaran dimulai dengan penyajian gambar atau urutan gambar (klise film) dan rekaman dialog. Artinya, stimulus visual dihubungkan dengan stimulus akustik, sehingga keduanya membentuk bagian makna (bagian semantik). 2. Pada tahap kedua dijelaskan makna bagian percakapan tertentu (melalui

penjelasan, berulang kali mendengarkan bagian tertentu, pertanyaan dan jawaban). 3. Dengan beberapa pengulangan gambar dan teks, dialog harus dihafal pada tahap

ketiga.

4. Pada tahap keempat, siswa secara bertahap menyelesaikan pengaturan visual akustik. Siswa akan diminta, misalnya untuk membuat dialog sendiri sesuai gambar atau meniru adegan dalam permainan peran.

Penggunaan audio visual sebagai media pembelajaran berdasarkan pada tahap-tahap yang dijelaskan di atas. Namun dalam penelitian ini tahap-tahap tersebut akan diadaptasi sesuai kebutuhan. Tahap penggunaan media audio visual yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Pada tahap pertama audio visual diperdengarkan dan guru mengarahkan siswa agar memperhatikan tanpa mencatat.

(8)

2. Tahap kedua, audio visual diputarkan kembali dan siswa mengisi sebuah Arbeitsblatt bertujuan agar siswa mencatat isi audio visual yang diperlihatkan. 3. Tahap berikutnya adalah guru memutar kembali audio visual namun sebelumnya

siswa diberikan arahan agar memperhatikan bagian-bagian tertentu yang menjadi tujuan pembelajaran yang harus dikuasai contohnya jika mengenai hobi siswa diarahkan agar fokus pada hal-hal yang berhubungan dengan kata kerja hobi. 4. Tahap selanjutnya siswa diberikan gambar-gambar yang berhubungan dengan

audio visual yang ditampilkan sebelumnya, siswa diminta menjelaskan apa maksud gambar tersebut, pada tahap ini diharapkan siswa hapal isi dari audio visual yang diperlihatkan. Jika siswa masih belum dapat menyebutkan gambar yang diperlihatan guru, audio visual diperlihatkan kembali.

5. Tahap terakhir adalah siswa mulai mampu mengeksplor apa yang sudah didengar dan dilihat, jika pada teori yang dicontohkan adalah membuat sebuah dialog atau bermain peran namun karena penelitian ini berkaitan dengan menyimak maka untuk tahap keempat siswa mengisi sebuah jawaban dari pertanyaan dalam audio yang akan diperdengarkan.

Menyimak adalah sebuah proses penerimaan informasi yang bersifat reseptif. Dalam pembelajaran bahasa, menyimak adalah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Keterampilan-ketermampilan tersebut saling melengkapi agar tercipta komunikasi yang lancar. Maka dari itu terdapat sebuah perbedaan antara kegiatan menyimak dan mendengar. Mendengar menurut Obermayr (2007: 16) adalah „ die physiologische Fähigkeit akustische Reize aufzunehmen und sich mit sich selbst auseinanderzusetzen.“ Kutipan ini berarti ‘kemampuan fisik menerima rangsangan akustik dan mengolahnya.’ Teori lain diungkapkan Satkauskaite (2010: 2) bahwa “dem Hören, d.h „der akustisch-phonetischen Auf-nahme des Ausgangstextes“ und dem Verstehen, d.h. „der begrifflichen AufAuf-nahme des Ausgangstextes.” Dalam bahasa Indonesia kutipan tersebut berarti ‘das Hören (mendengar) yaitu penerimaan akustik-fonetik teks sumber dan das Verstehen (pemahaman), yaitu penerimaan gagasan teks sumber.’ Maksudnya adalah mendengar merupakan proses awal penyerapan sebuah informasi dan memahami adalah buah pikiran atau gagasan yang diolah otak ketika proses mendengar terjadi. Menyimak adalah sebuah kemampuan menggambarkan sesuatu dari suara yang didengar lalu selanjutnya keluar sebuah interpretasi yang lebih rumit dan timbullah penyesuaian, sehingga selanjutnya akan keluar sebuah produk bentuk dari reaksi. Menyimak dalam pembelajaran merupakan sebuah keterampilan yang menjunjung proses komunikasi berbahasa lebih lanjut, menyimak dianggap cukup penting untuk pembelajaran dikarenakan sebab-sebab tertentu, Glaboniat (dalam Klinglmair, 2008: 23) menuturkan:

Hörverstehen als selbstständiges, in sich berechtigtes Lernziel, als Voraussetzung fürs Sprechen (als Ausgangspunkt für richtige Aussprache und als Voraussetzung für natürliche, kommunikative Sprachausübung), Rezeption vor Produktion im Sprachunterricht, Hörverstehen in Verbindung mit Landeskunde und Hörverstehen als Motivationsfaktor.

(9)

Kutipan di atas kurang lebih berarti:

‘Menyimak sebagai tujuan belajar yang mandiri, sebagai syarat untuk berbicara (sebagai titik awal untuk pelafalan yang benar dan sebagai syarat untuk latihan berbicara yang komunikatif dan alami), penerimaan sebelum produksi dalam pembelajaran bahasa, menyimak dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan tentang suatu negara dan menyimak sebagai faktor motivasi.’

Wiemann (2009: 18) mengklasifikasikan menyimak menjadi 4 jenis yaitu: 1) Globales Hören

Beim globalen Hören geht es um das Erfassen der Situation, das Erkennen der Personen, das Identifizieren der Makrostruktur des Textes, der Gesamtaussage und der Schlüsselbegriffe. Dalam bahasa Indonesia kutipan ini bermakna ‘pada kegiatan menyimak global terdapat proses memahami situasi, mengenali persona, mengidentifikasi struktur makro dari suatu teks, keseluruhan pernyataan dan dari kata-kata kunci.’ Maksud dari kutipan ini adalah pendengar tidak perlu sepenuhnya mengerti isi pembicaraan, namun cukup dengan mengerti inti dari informasi yang didengar seperti mengenali tempat di mana situasi berlangsung, maupun mengidentifikasi individu yang berbicara.

2) Selektives Hören

Oft ist es ausreichend, die wichtigsten Informationen einem Text zu entnehmen. Genauso kann aber nach bestimmten Informationen gefragt werden. Selektives Hören konzentriert sich auf einzelne, möglichst wichtige Informationen aus Texten, z.B. Daten, Namen, Zahlen. Dalam bahasa Indonesia kutipan ini kurang lebih bermakna ‘Pada menyimak jenis ini secara sama dapat ditanyakan mengenai informasi-informasi tertentu. Dalam menyimak selektif pendengar berkonsentrasi pada informasi rinci dan penting dari teks, contohnya: tanggal, nama, angka.’ Artinya dalam menyimak jenis ini informasi yang dipertanyakan lebih dalam lagi. Menyimak selektif mengacu pada informasi-informasi penting yang rinci seperti tanggal, nama, angka.

3) Selegierendes Hören

Das selegierende Hören richtet sich auf bestimmte Informationen aufgrund individueller Entscheidungen. Wir hören, was wir hören wollen, dabei müssen wir Relevantes von Irrelevantem unterscheiden. Dalam bahasa Indonesia kutipan tersebut kurang lebih berarti ‘Das selegierende Hören mengacu pada informasi tertentu atas dasar keputusan individual. Kita mendengar, apa yang ingin kita dengar, oleh sebab itu kita harus membedakan hal relevan dari hal yang tidak relevan.’ Artinya selegierendes hören adalah jenis menyimak di mana pendengar memutuskan sendiri informasi apa yang penting dan juga mampu membedakan hal-hal yang relevan dari teks suara yang didengar.

4) Detailliertes Hören

Detailliertes Hören beschreibt das Hören eines ganzen Textes im Detail. Auch diese Übungsform wird im Anfängerunterricht vernachlässigt. Dalam bahasa Indonesia kutipan tersebut adalah ‘menyimak rinci menggambarkan menyimak keseluruhan teks secara detail. Bentuk latihan ini juga diabaikan dalam

(10)

pembelajaraan pemula.’ Maksudnya menyimak jenis ini menggambarkan seluruh teks yang didengar secara rinci dan menyimak jenis ini biasanya tidak diterapkan pada pembelajaran awal.

Keterampilan menyimak memiliki sebuah kompetensi tertentu di dalam silabus pembelajaran bahasa asing di SMA. Biasanya pendidik menggunakan audio untuk melatih siswa menyimak dan memberikan tes pada siswa. Pembelajar SMA dapat dikatakan sebagai pembelajar bahasa asing pemula, adapun pembelajaran menyimak sudah dimulai sejak kelas X. Pada kelas X kompetensi menyimak yang diharapkan sudah mampu dikuasai adalah menyimak yang terkait dengan tema perkenalan diri dan sekolah. Tema dasar ini dipelajari siswa selama 2 semester, pembelajaran menyimak biasanya membutuhkan 3 hingga 4 kali pertemuan namun sejalan dengan pembelajaran diharapkan menyimak tetap dapat dipelajari secara tidak langsung. Pada kelas XI tema yang diusung untuk dapat siswa kuasai adalah Makanan, Minuman, Pakaian dan Bangunan, sama halnya dengan pembelajaran pada kelas X pembelajaran menyimak dicantumkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kurang lebih 3 hingga 4 kali pertemuan. Pada kelas XII tema yang diharapkan mampu siswa kuasai adalah Hobi dan Perjalanan. Alokasi pertemuan yang dilaksanakan oleh pembelajar kelas XII hampir sama dengan kelas X dan XI hanya saja pada akhir semester 2 biasanya kelas XII sudah diarahkan untuk fokus pada mata pelajaran yang akan diuji secara nasional. Dalam penelitian ini digunakan beberapa jenis penilaian menyimak yang berbeda. Jenis tes yang dipilih adalah tes dengan CD, adapun kegiatan penilaiannya adalah menjodohkan informasi, menentukan benar – salah (richtig – falsch), menjodohkan gambar – teks dan menjawab pertanyaan. Diharapkan melalui jenis tes yang telah ditentukan kemampuan menyimak siswa dapat diketahui.

Media pembelajaran yang merangkul kedua kelompok tipe belajar yang menggunakan audio maupun dengan visual salah satunya adalah media audio visual, karena media audio visual tidak hanya mengaktifkan pendengaran siswa namun juga penglihatan. Selain itu, bentuk media audio visual yang bergerak dan diisi oleh penutur asli diduga dapat menarik perhatian dan minat siswa untuk menyimak. Media audio visual merupakan produk yang dapat disimpan dan diputar kembali secara mandiri, sehingga dapat juga dimanfaatkan untuk belajar menyimak tanpa didampingi pendidik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran menyimak, khususnya penggunaan media audio visual gerak diduga dapat memengaruhi kemampuan dan hasil menyimak siswa.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan eksperimen semu dengan satu kelas perlakuan dan satu kelas kontrol. Dalam penelitian ini digunakan media audio visual dalam pembelajaran menyimak. Untuk mengetahui kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa sebelum perlakuan, pembelajar diminta untuk mengerjakan soal tes awal. Setelah itu dilakukan perlakuan sebanyak tiga kali.

(11)

Sebagai langkah akhir, siswa diminta mengerjakan soal tes akhir untuk mengetahui kemampuan menyimak bahasa Jerman mereka setelah perlakuan. Setelah diperoleh data hasil tes awal dan tes akhir, data dibandingkan dan dianalisis secara statistik. Variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan media audio visual dan variabel terikatnya adalah kemampuan menyimak bahasa Jerman. Desain dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design yaitu desain penelitian yang menggunakan kelas eksperimen (dikenai perlakuan) dan kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 12 Bandung pada semester ganjil tahun ajaran 2014-2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMAN 12 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 5 sebanyak 37 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XII IPA 2 sebanyak 37 siswa sebagai kelas kontrol.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil perhitungan secara statistik nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen pada saat tes awal sebelum penggunaan media audio visual adalah sebesar 47,16 dan kelas kontrol sebesar 49,86. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan menyimak bahasa Jerman yang sama. Setelah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak di kelas eksperimen, nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen meningkat menjadi 64,32, sedangkan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda dari tes awal yaitu 54,32. Perbedaan kemampuan menyimak bahasa Jerman juga terlihat dari hasil uji t independen yang menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (2.97 > 1.993). Hal ini berarti terdapat perbedaan antara kemampuan

menyimak bahasa Jerman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah menerima perlakuan.

Di dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak memiliki pengaruh terhadap kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal positif yang dikandung media audio visual. Pertama, tampilan gambar bergerak yang berwarna menarik perhatian siswa, selain itu pelafalan penutur asli dari audio yang kadang-kadang diselingi musik membuat media audio visual diminati. Jika bagian awal penggunaan media sudah mulai menarik minat siswa, maka diharapkan isi dari audio visual dapat lebih mudah diserap siswa. Walaupun media audio visual tergolong media yang sudah lama ada, namun pada kenyataannya, media audio visual tergolong media yang jarang digunakan guru, sehingga bagi siswa media ini merupakan sebuah angin segar. Hal positif lain adalah ketika guru dapat dengan kreatif memilih audio visual yang menarik untuk siswa amati contohnya audio visual yang mengandung sedikit komedi. Hal tersebut terlihat pada perlakuan kedua dan ketiga ketika audio visual yang digunakan mengandung sedikit komedi, siswa menunjukkan ketertarikan yang tinggi. Selain itu penutur di dalam media audio visual membuat sebuah gerakan dan memiliki mimik muka yang dapat siswa baca, dengan begitu walaupun siswa tidak mengerti keseluruhan kosakata bahasa Jerman yang disebutkan, siswa dapat menangkap apa yang dimaksud dalam audio visual melalui gerakan dan mimik

(12)

penutur. Melalui media audio visual siswa terbantu dalam menyimak dengan lebih aktif, ditambah lagi dengan penggunaan Arbeitsblatt. Arbeitsblatt membantu siswa fokus pada hal-hal tertentu yang sesuai dengan tujuan dari menyimak. Arbeitsblatt juga berfungsi sebagai batasan agar siswa tidak salah menangkap bagian audio visual yang harus dipelajari.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak bahasa Jerman di SMA. Pernyataan di atas didukung teori fungsi yang diungkapkan oleh Frederking dkk. (2008: 141) “Im Zentrum eines didaktischen Interesses stehen Audiovisuelle Medien als Medienangebote und als kulturelle Phänomene.” Kutipan ini kurang lebih berarti ‘Pada pusat minat didaktik media audio visual berfungsi sebagai media penawaran dan sebagai fenomena budaya‘. Media audio visual adalah sebuah media alternatif yang ditawarkan dalam sebuah pembelajaran.

Simpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak bahasa Jerman di SMA, maka dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Pada tes awal, siswa kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi sebesar 85 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 15 dengan rata-rata 47,16, sedangkan siswa kelas kontrol memperoleh nilai tertinggi sebesar 85 dan nilai terendah 20 dengan rata-rata 49.86. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki kemampuan menyimak bahasa Jerman hampir sama dengan siswa kelas kontrol.

2. Pada tes akhir, siswa kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi sebesar 90 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 40 dengan rata-rata 64,32, sedangkan siswa kelas kontrol memperoleh nilai tertinggi sebesar 85 dan nilai terendah 20 dengan rata-rata 54,32. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki kemampuan menyimak bahasa Jerman yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol.

3. Berdasarkan selisih nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai uji t independen sebesar 2,97. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,97 > 1,997). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah menerima perlakuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran menyimak bahasa Jerman.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa saran, yakni sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penghitungan uji-t diketahui bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman. Oleh karena

(13)

itu, media ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk mengajarkan menyimak bahasa Jerman.

2. Berdasarkan kendala yang ditemukan di lapangan, sebaiknya sebelum menggunakan media ini pastikan media pendukung seperti infocus dan speaker telah siap digunakan.

3. Guru yang ingin menerapkan atau mencoba memakai media audio visual untuk pembelajaran selalu siapkan bentuk soft file yang dapat siswa bawa pulang untuk berlatih.

4. Selain di sekolah, siswa hendaknya juga melatih kemampuan menyimak bahasa Jerman di rumah dengan cara menyaksikan audio visual berbahasa Jerman. Media audio visual dapat diperoleh melalui internet, perpustakaan, pusat kebudayaan Jerman (Goethe-Institut) maupun dari guru.

5. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti bidang yang sama, penggunaan media audio visual dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lain seperti berbicara dan menulis.

Daftar Pustaka

Djamarah, S, B & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Falke, T. 2009. Audiovisuellen Medien in E-Learning-Szenarien. Masterarbeit bei der

Masterstudiengang Medienwissenschaft Hochschüle für Film und Fernsehen „Konrad Wolf“ : tidak diterbitkan

Frederking, V., Krommer, A & Maiwald, K. 2008. Mediendidaktik Deutsch eine Einführung. Berlin: Ericht Schmidt Verlag

Hoof, D. 1997. Medien im Fremdsprachenunterricht Hardware, Software und Methodik.

[online]http://rzbl04.biblio.etc.tu-bs.de:8080/docportal/servlets/MCRFileNodeServlet/DocPortal_derivate_0000 1158/Document.pdf [7 Mei 2014]

Klinglmair, A. 2008. Zur Rolle des Hörens im Deutsch als Zweitspracheunterricht. Diplomarbeit bei der Philosophie Fakultät an der Universität Wien: tidak diterbitkan

Neuner, G & Hunfeld, H. 2002. Methoden des Fremdsprachlichen Deustchunterrichts eine Einführung. Berlin: Langendscheit

Obermayr, K. 2007. Hören und Verstehen. Sprechanlässe für das kommunikative Handeln im Deutschunterricht. Diplomarbeit an der Universität Wien: Tidak Diterbitkan

Satkauskaite, D. 2010. Zur Fertigkeit des Hörverstehens im DaF-Unterricht und bei der Vermittlung der Dolmetschkompetenzen. In: (2010). Studies About Language No. 17.

[Online].Tersedia: http://www.kalbos.lt/zurnalai/17_numeris/17a.pdf[13. Juli 2014]

(14)

Steinig, W & Huneke, H. 2010. Deutsch Als Fremdsprache Eine Einführung. Berlin: Ericht Schmidt Verlag

Wiemann, B. 2009. Evaluation und Verbesserungsvorschläge für Hörverstehensaufgaben im Anfängerunterricht der Erwachsenenbildung. Magisterarbeit bei der Philosophie Fakultät an der Technische Universität Chemnitz: Tidak Diterbitkan

Referensi

Dokumen terkait

a. Menjamin bahwa barang-barang, hak-hak atas barang/tagihan, surat-surat berharga*), tersebut pada butir 1 di atas, adalah benar-benar milik/hak saya pribadi yang

Profil Tingkat Penalaran Dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Menggunakan Ranking Task Exercise.. Universitas Pendidikan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi TBS (Tandan Buah Segar) perkebunan kelapa sawit rakyat di

b) Rumus nilai jumlah. Untuk menulis rumus selalu diawali dengan tanda = , tulis = kemudian pilih cells yang akan dijumlah dengan menkliknya lalu beri tanda +, lanjutkan hingga

Dalam konteks pendidikan karakter, kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai

[r]

Masa prapeneluran, peneluran dan pasca

Mengutip pendapat pakar lain (Tulving & Mandigan, 1970, dalam Sternberg, 2005), menyangkut kontribusinya bagi pengetahuan, artikel-artikel psikologi yang dikirim