• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Informasi akuntansi merupakan salah satu informasi utama yang dapat diakses oleh investor, kreditor maupun pemegang saham. Informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan antara lain sebagai alat penilai kinerja perusahaan, alat bantu pengambilan keputusan operasional taktis, stratejik manajerial, alat prediksi kinerja ekonomis di masa depan dan lain-lain. Informasi akuntansi ini dapat dilihat dalam laporan keuangan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan revisi 2009 paragraf 7 menyatakan bahwa :

“Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.”

Harahap (2002:105) menyatakan bahwa laporan keuangan yaitu:

“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu informasi yang digunakan sebagai alat untuk menginformasikan kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan, serta catatan atas laporan keuangan.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009) adalah :

“Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagaian besar kalangan pengguna laporan dan pembuat keputusan ekonomi”.

(2)

Prinsip Akuntansi Indonesia (1984) melalui Harahap (2002:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

b. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan

dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktiva pembiayaan dan investasi.

e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2008) selain tujuan laporan keuangan tersebut, akan lebih bermanfaat jika laporan keuangan memenuhi karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu:

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar

(3)

pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

b. Relevan

Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi mempunyai kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Materialitas

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.

d. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi harus andal (reliable). Informasi harus memiliki kualitas keandalan juga bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful and representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

e. Penyajian jujur

Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya

(4)

dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.

f. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memakai laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

g. Substansi mengungguli bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu perusahaan mungkin menjual suatu aktiva kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuaan yang memastikan bahwa perusahaan dapat terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang ada transaksi).

h. Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan .

i. Pertimbangan sehat

Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan

(5)

atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal.

j. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

h. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

(6)

2.1.3 Pengguna Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia (2008) mengemukakan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

a. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih

(7)

pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.4 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap dapat dilihat dalam Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2009) yang terdiri dari :

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode c. Laporan perubahan ekuitas selama periode d. Laporan arus kas selama periode

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan

(8)

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.5 Keterbatasan Laporan Keuangan

Harahap (2002:17-18) mengemukakan bahwa laporan keuangan mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini.

2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak akan membeli perusahaan.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporakan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisir tidak dapat dicatat namun rugi kendati pun belum direalisir tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan di pasar berada di bawah harga

(9)

pokok maka perbedaan ini dapat dicatat sebagai rugi namun jika harga melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas) (Subtance over form).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antara perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh menggunakan metode LIFO (Last In First Out), FIFO (First In First Out), Average yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga metode penyusutan : Garis lurus, saldo menurun, Sum of the years digit, dan sebagainya.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

2.2 Analisis Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan

Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2002:190), yaitu : “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan yang lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan melalui informasi yang terdapat didalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini membantu mendapatkan pengertian keuangan yang lebih baik tentang keadaan keuangan perusahaan. Para pengambil keputusan memerlukan

(10)

informasi-informasi yang tepat dan relevan sebelum sesuatu keputusan diambil dan informasi dalam bentuk “mentah” sering tidak menunjukan hubungan-hubungan yang penting.

Karena analisis ini digunakan sebagai satu dasar untuk pengambilan keputusan, maka hasil analisis harus disajikan dengan jelas dan dapat dimengerti.

2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap menurut Harahap (2002:195-197), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern. laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:

1. Dapat menilai prestasi perusahaan 2. Dapat memproyeksi laporan perusahaan

(11)

3. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:

a. Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal) b. Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Biaya) c. Likuiditas

d. Solvabilitas e. Aktivitas

f. Rentabilitas atau Profitabilitas g. Indikator Pasar Modal

4. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu 5. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

2.2.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo (2005:54) adalah :

1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan

Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis

(12)

merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan.

2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan

Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi, dan pajak dan perubahan yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci. 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan

Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

4. Menganalisis laporan keuangan

Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisi tersebut (bila perlu disertai dengan rekomendasi).

Prosedur analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk mempermudah dalam pelaksanaan analisis laporan keuangan, karena prosedur ini memberikan urutan langkah-langkah dalam pelaksanaan analisis laporan keuangan.

(13)

2.2.4 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya.

Wild (2005:30) menyatakan bahwa ada lima teknik untuk analisis laporan keuangan, yakni:

1. Analisis Laporan Keuangan Komparatif 2. Analisis Laporan Keuangan Common Size 3. Analisis Rasio

4. Analisis Arus Kas 5. Penilaian

Kelima teknik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis laporan keuangan komparatif yang lebih dikenal dengan metode analisis horizontal, yaitu dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Ada dua teknik analisis yang biasa digunakan yaitu analisis perubahan dari tahun ke tahun dan analisis trend angka index.

2. Analisis laporan keuangan common size yang lebih dikenal dengan metode analisis vertikal, yaitu dengan menganalisis laporan keuangan untuk satu periode dengan cara membandingkan pos yang satu dengan pos lainnya. Untuk analisis laba rugi, penjualan biasanya ditetapkan 100% sedangkan untuk analisis secara total aktiva ditetapkan 100%. 3. Analisis rasio yaitu menggunakan data perusahaan untuk menghitung

rasio-rasio yang mencerminkan kondisi perusahaan terkini. Analisis rasio melibatkan dua jenis perbandingan yaitu: internal (membandingkan rasio saat ini, masa lalu dan masa yang akan datang)

(14)

dan eksternal (melibatkan perbandingan rasio perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri dengan titik waktu yang sama).

4. Analisis arus kas merupakan analisis terhadap laporan arus kas perusahaan. Analisis arus kas mencerminkan sumber penerimaan dan tujuan pengeluaran kas perusahaan. Analisis arus penerimaan dan pengeluaran kas ini akan dilakukan terhadap tiga aktivitas yang ada dalam laporan arus kas yaitu aktivitas operasi, pendanaan dan investasi.

5. Penilaian merupakan penilaian atas laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Jenis analisis ini jarang digunakan namun analisis ini dapat menambah informasi bagi pengguna dan pembaca laporan keuangan perusahaan.

2.3 Rasio Keuangan

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa mengenai baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pebanding yang digunakan sebagai standar.

2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Irawati (2006:22), rasio keuangan adalah :

“Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laporan laba rugi”.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik dalam manajemen keuangan yaitu dengan

(15)

membandingkan dua buah variabel yang dapat diambil dari neraca ataupun laporan laba rugi.

2.3.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Harahap (2002:301-313) mengelompokkan rasio keuangan menjadi 8 golongan yaitu :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut :

a. Rasio lancar, rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.

b. Rasio cepat, rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.

c. Rasio kas atas aktiva lancar, rasio ini menunjukan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar.

d. Rasio kas atas hutang lancar, rasio ini menunjukan porsi kas yang dapat menutupi hutang lancar.

e. Rasio aktiva lancar dan total aktiva, rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total aktiva.

f. Rasio aktiva lancar dan total hutang, rasio ini menunjukan porsi aktiva lancar atas total kewajiban perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari :

(16)

a. Rasio hutang atas modal, rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar.

b. Rasio pelunasan hutang, rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bungan dan penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewaijban bunga dan pinjaman.

c. Rasio hutang atas aktiva, rasio ini menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.

3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Beberapa jenis rasio rentabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Margin laba (Profit margin), angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba cukup tinggi.

b. Asset turn over (Return on asset), rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Rasio ini disebut juga sebagai return on investment.

c. Return on equity, rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.

d. Return on total asset, rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.

e. Basic earning power, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.

(17)

f. Earning per share, rasio ini menunjukan berapa besar kemampuan perlembar saham menghasilkan laba.

g. Contribution margin, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.

4. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini terdiri dari :

a. Rasio leverage, rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).

b. Capital adequacy ratio (CAR) (rasio kecukupan modal), rasio ini menunjukan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada dibawah pengawasan pemerintah misalnya Bank dan Asuransi. Rasio ini dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan perusahaan dari sisi modal pemiliknya.

c. Capital formation, rasio ini mengukur tingkat pertumbuhan suatu perusahaan (khususnya usaha bank) sehingga dapat bertahan tanpa merusak capital adequancy ratio.

5. Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini terdiri dari :

a. Inventory turn over, rasio ini menunjukan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

(18)

b. Receivable turn over, rasio ini menunjukan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

c. Fixed asset turn over, rasio ini menunjukan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan.

d. Total asset turn over, rasio ini menunjukan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan.

e. Periode penagihan piutang, angka ini menunjukan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan dengan yang digambarkan receivable turn over.

6. Rasio Pertumbuhan

Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Semua rasio atau informasi penting yang terdapat dalam laporan keuangan dapat dihitung pertumbuhannya seperti: ROI, ROA, Aktiva, Aktiva Tetap, Biaya, Modal dan lain sebagainya. Beberapa diantaranya yaitu :

a. Rasio kenaikan penjualan, rasio ini menunjukan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

b. Rasio kenaikan laba bersih, rasio ini menunjukan perusahaan meningkatkan laba bersih dibanding tahun lalu.

c. Rasio kenaikan earning per share, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan meningkatkan EPS dari tahun lalu. d. Kenaikan dividend per share, rasio ini menunjukan

kemampuan perusahaan meningkatkan dividen per share dari tahun lalu.

7. Market Based (Penilaian pasar)

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/ keadaan prestasi

(19)

perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai. Rasio ini terdiri dari :

a. Price earning ratio, rasio ini menunjukan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

b. Market to book value ratio, rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca.

8. Rasio produktivitas

Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai, misalnya :

a. Rasio karyawan atas penjualan, rasio ini menunjukan sejauh mana kemampuan karyawan menghasilkan laba. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap lebih produktif.

b. Rasio biaya per karyawan, rasio ini menunjukan biaya yang diukur dari jumlah karyawan.

2.3.3 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Rasio likuiditas terdiri dari Current ratio, Quick ratio, Rasio kas atas aktiva lancar, Rasio kas atas hutang lancar, Rasio aktiva lancar dan total aktiva, Rasio aktiva lancar dan total hutang (Harahap, 2002:301-302).

Current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam

(20)

bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar (Harahap, 2002:301).

Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum (Darsono,2005:52). Rumus untuk menghitung current ratio adalah sebagai berikut:

Current Ratio = 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔

𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔

2.3.4 Rasio Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2002:304).

Menurut Gitman (2006:218) :

“Rasio profitabilitas diperlukan untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh setiap saham yang terdapat di bursa, serta harga saham dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain laba bersih per tahun dan dividen yang dibayarkan setiap tahun”. Menurut Harahap (2002:304-306) rasio profitabilitas secara umum meliputi Profit margin, Asset turn over, Return on Asset/Return on investment, Return on total asset, Basic earning power, Earning per share,dan contribution margin. Rasio profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment atau pengembalian investasi, dalam referensi lain rasio ini

(21)

juga ditulis dengan return on total asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Jogiyanto (2003:387) untuk dapat mejaga kelangsungan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar, seperti penjualan saham di pasar modal. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap minat investor untuk membeli saham perusahaan, hal ini akan mempengaruhi naik turunnya harga saham. Rumus return on investment adalah :

Return on Investment = 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒙 (𝑬𝑨𝑻)

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔

2.3.5 Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity), perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang (Harahap, 2002:306). Penggunaan utang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut (Fahmi,2011:127). Debt to equity ratio yang menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono,2005:54). Rumus debt to equity ratio adalah :

Debt to Equity Ratio = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔

(22)

2.3.6 Rasio Penilaian Pasar (Market Based Ratio)

Rasio penilaian pasar (market based ratio) merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Menurut Harahap (2002:310-311) rasio penilaian pasar terdiri dari Price Earning Ratio (PER) dan Market to book value ratio. Price Earning Ratio (PER) adalah penilaian prediksi dari para investor saham, terutama untuk menilai saham yang undervalue (dibawah book value nya) dengan harapan bisa memberikan capital gain yang besar dimasa yang akan datang. PER merupakan ukuran kepercayaan pasar terhadap nilai saham yang secara teoritis semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Price earning ratio merupakan salah satu rasio yang paling diminati oleh para investor. Angka rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) di masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat tergantung pada prospek perusahaan.

Menurut Warren dkk melalui Suryani (2009:12) :

“Price earning ratio (PER) merupakan rasio yang dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham biasa pada tanggal tertentu dengan laba per lembar saham tahunan”.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:104) pengertian price earning ratio adalah sebagai berikut :

“Price earning ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukan harga saham terhadap earning, dan menunjukan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.”

Rumus price earning ratio (PER) adalah sebagai berikut :

PER = 𝐒𝐭𝐨𝐜𝐤 𝐩𝐫𝐢𝐜𝐞

(23)

2.4 Saham dan Harga Saham 2.4.1 Pengertian Saham

Menurut Darmaji (2006:5) :

“Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut”.

Sedangkan menurut Harjito (2002:230), adalah :

“Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT (Perusahaan Terbatas).”

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan perusahaan.

2.4.2 Pengertian Harga Saham

Dalam melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham, perubahan harga saham menjadi perhatian penting bagi investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal adalah harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Jadi harga saham yang digunakan bukanlah harga nominal dari saham tersebut.

Menurut Sartono (2001:41) :

“Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diterima”.

Sedangkan menurut Darmaji (2006:1) :

“Harga saham adalah saham yang nilai perlembarnya telah tercantum dalam akta pendirian perusahaan.”

(24)

2.4.3 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Darmaji (2006:9) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu :

1. Penawaran dan permintaan

Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran di pasar modal. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa minat investor terhadap saham suatu perusahaan. Oleh karena itu harga saham suatu saat bisa berubah seiring dengan minat investor untuk menginvestasikan modalnya pada saham.

2. Harapan dan perilaku investor

Harga saham dapat dipengaruhi oleh harapan investor atau perkiraan investor mengenai keputusan manajemen tentang kebijakan dividennya.

3. Kondisi keuangan perusahaan

Nilai suatu perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Kondisi perusahaan yang baik biasanya akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham sehingga harga saham naik atau sebaliknya, jika kondisi perusahaan buruk maka akan mempengaruhi harga saham.

2.4.4 Risiko dan Return Saham 2.4.4.1 Risiko

Risiko dalam investasi saham jauh lebih tinggi dibandingkan tabungan atau deposito yang saat ini dijamin pemerintah. Namun saham juga memiliki potensi keuntungan yang lebih besar. Tingkat keuntungan dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisahkan karena pertimbangan suatu investasi merupakan pertukaran (trade off) dari kedua faktor tersebut.

Dalam dunia investasi ada dua jenis risiko yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). Risiko sistematik mengacu kepada risiko pasar yaitu ketidakpastian hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku

(25)

bunga dan keadaan politik. Risiko sistematik ini mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan.

Risiko tidak sistematik mengacu pada faktor risiko yang unik pada setiap perusahaan. Contohnya, karyawan yang mogok kerja di suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan berhentinya proses produksi perusahaan tersebut. Risiko tidak sistematik ini dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi investasi di sejumlah perusahaan yang tidak berasal dari sektor yang sejenis.

Risiko sistematik dan tidak sistematik diatas dapat menimbulkan kerugian invetasi yang biasa disebut capital loss. Capital loss terjadi jika harga beli suatu saham lebih tinggi dari harga jual saham tersebut.

2.4.4.2 Return Saham

Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (1998) melalui Fauzy (2012:43) return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.

Return realisasi ini penting untuk mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada saat pasar yang tidak rasional.

(26)

Return yang diterima investor dipasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka

pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss.

Pengukuran return realisasi yang banyak salah satunya digunakan selain relative return, return kumulatif, dan return yang disesuaikan (adjusted return) adalah return total (total returns). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan dividen yield.

Return total = capital gain (loss) + dividend yield Rt = Pt – Pt-1 + dividen yield

Pt-1

Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Menurut Ang (1997) melalui Fauzy (2012:44)menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dividend yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga saham investasi periode

(27)

tertentu dari suatu investasi. Saham yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya.

2.4.4.3 Return Saham yang Digunakan Dalam Penelitian

Penelitian ini menggunakan return saham akhir tahun yang merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode tahun lalu tanpa memasukan dividend yield ke dalam perhitungan return saham. Alasan digunakan return saham akhir tahun karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Current Ratio, Return on Investment, Debt to Equity Ratio, dan Price Earning Ratio mampu mempengaruhi Return Saham perusahaan Otomotif dan Komponen, karena itu yang digunakan adalah Return saham akhir tahun yang menggunakan data harga saham penutupan (closing price) tanggal 31 desember. Return saham dalam penelitian ini dihitung dengan cara :

Rt = Pt – Pt-1

Pt-1

Dimana :

Rt = Return pada tahun ke t

Pt = Closing price pada tahun ke t

Pt-1 = Closing price pada tahun t-1

2.5 Pengaruh Current Ratio, Return on Investment, Debt to Equity Ratio dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2002:301). Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas

(28)

sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum (Darsono,2005:52). Menurut Gitman (2009) melalui Deitiana (2011:59) perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran dividen dengan lebih baik pula.

Modigliani dan miller (MM) dalam Djajadikarta (2009:36) menyatakan bahwa perubahan ROI akan berpengaruh terhadap harga saham dan menerapkan hubungan ROI dengan harga saham, sehingga dapat diperoleh taksiran harga saham yang disepakati. Bila ROI suatu perusahaan menurun dibandingkan periode sebelumnya, maka harga sahamnya juga akan menurun. Sebaliknya perusahaan yang memiliki ROI yang meningkat, maka harga sahamnya akan meningkat. Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan dapat memberikan keuntungan bagi investor maka transaksi saham perusahaan mengalami kenaikan dan tingkat harga saham akan mengikuti laju perkembangan dan kondisi perusahaan tersebut. Husan (2005:317) menyatakan :

“Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas mempengaruhi harga saham”.

Rasio leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity), perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang (Harahap, 2002:306). Menurut Kurniati (2003:19) penggunaan leverage keuangan yang terlalu tinggi akan dapat menggangu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Akhirnya perusahaan dengan jumlah utang tinggi akan mengalami kondisi keuangan yang buruk dan terancam pailit. Akibatnya investor akan cenderung menghindari saham-saham perusahaan dengan nilai leverage yang tinggi yang pada akhirnya

(29)

menurunkan harga saham yang berimbas pada penurunan return saham. Hal ini menunjukan leverage berpengaruh negatif terhadap terhadap return saham.

Price earning ratio (PER) sering dikelompokan sebagai rasio nilai pasar perusahaan yang dibandingkan antara harga saham perusahaan dengan earning per share. Hal ini berarti price earning ratio menunjukan tingkat pengembalian per lembar saham yang akan diterima pemegang saham dari pembelian satu lembar saham. Price earning ratio dapat diartikan sebagai gambaran dari apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Price earning ratio juga sebagai ukuran nilai relatif perusahaan karena price earning ratio menunjukan seberapa besar investor ingin membayar untuk memperoleh laba perusahaan tersebut (Sidabutar,2011:51).

Jika rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas perusahaan semuanya bagus maka rasio nilai pasarnya akan tinggi dan harga sahamnya mungkin akan setinggi yang diperkirakan (Fauzy,2012:38).

Banyak variabel yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik yang datang dari lingkungan eksternal ataupun yang datangnya dari lingkungan internal perusahaan itu sendiri. Menurut penelitian Gordon (Bolten 1976) melalui Deitiana (2011:58) variabel yang datang dari internal perusahaan seperti dividen, pertumbuhan pendapatan, likuiditas, ukuran perusahaan dan debt ratio atau rasio keuangan lain bisa mempengaruhi harga saham.

Berdasarkan penjelasan parsial mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas diatas, maka dapat disimpulkan variabel Current ratio, Return on investment, Debt to equity ratio dan Price earning ratio secara bersama-sama diperkirakan memiliki pengaruh terhadap return saham.

2.6 Kerangka Pemikiran

Saham biasa merupakan sekuritas yang banyak diperdagangkan di pasar modal. Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari pembayaran dividen dan kenaikan harga saham. Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan. Kalau prospek perusahaan membaik harga saham tersebut akan

(30)

meningkat. Kalau perusahaan berkembang baik, maka nilai perusahaan mungkin meningkat. Sebagai akibatnya nilai investasi pada perusahaan tersebut mungkin juga menjadi meningkat. Dalam keadaan tersebut harga saham mungkin naik, menjadi lebih tinggi dari harga waktu pertama kali membeli (capital gains). Dengan demikian dipandang dari segi kepastian, maka penghasilan pemilik saham menjadi lebih tidak pasti. Hal ini disebabkan karena pembayaran dividen sendiri akan dipengaruhi oleh prospek perusahaan yang tidak pasti (Husnan, 2005:338).

Prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan sehingga analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhitungakan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dalam melakukan penilaian saham, investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi investor (Tandelilin, 2010:338).

Menurut Irawati (2006:22), rasio keuangan adalah:

“Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laporan laba rugi”.

Menurut Harahap (2002:301) rasio keuangan terdiri dari Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas/Rentabilitas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pertumbuhan (Growth), dan Rasio Penilaian Pasar (Market Based Ratio), Rasio Produktivitas.

Rasio likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas perusahaan juga

(31)

merupakan pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas adalah dengan menggunakan current ratio. Menurut Djajadikarta (2009:8) semakin tinggi rasio likuiditas akan mengurangi ketidakpastian yang tanggung oleh investor dalam penginvestasian modalnya kepada perusahaan.

Rasio return on investment ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Jogiyanto (2003:387) untuk dapat mejaga kelangsungan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar, seperti penjualan saham di pasar modal. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap minat investor untuk membeli saham perusahaan, hal ini akan mempengaruhi naik turunnya harga saham.

Debt to equity ratio yang menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono,2005:54). Menurut Kurniati (2003:19) penggunaan leverage keuangan yang terlalu tinggi akan dapat menggangu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Akhirnya perusahaan dengan jumlah utang tinggi akan mengalami kondisi keuangan yang buruk dan terancam pailit. Akibatnya investor akan cenderung menghindari saham-saham perusahaan dengan nilai leverage yang tinggi yang pada akhirnya menurunkan harga saham yang berimbas pada penurunan return saham. Hal ini menunjukan leverage berpengaruh negatif terhadap terhadap return saham.

Price earning ratio menunjukan tingkat pengembalian per lembar saham yang akan diterima pemegang saham dari pembelian satu lembar saham. Price earning ratio dapat diartikan sebagai gambaran dari apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Price earning ratio juga

(32)

sebagai ukuran nilai relatif perusahaan karena price earning ratio menunjukan seberapa besar investor ingin membayar untuk memperoleh laba perusahaan tersebut (Sidabutar,2011:51).

Untuk melengkapi penelitian ini, penulis mengambil beberapa rujukan dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang diangkat penulis, diantaranya :

1. Jonarto (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh Return on Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode verifikatif. Kemudian menggunakan laporan keuangan perusahaan dari tahun 2007-2009 sebagai data yang ditelaah. Sedangkan pengaruh ROI dan EPS terhadap Return Saham adalah sebesar 19,7% sedangkan sisanya 80,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar ROI dan EPS. Pengujian secara parsial, diperoleh nilai thitung untuk masing-masing variabel yaitu 1,343 dan 1,707, terlihat

bahwa thitung untuk variabel independen ROI dan EPS lebih kecil dari

ttabel 2,034 maka H0 diterima artinya variabel independen Return On

Investment dan Earning Per Share secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham. Pengujian secara simultan, diperoleh nilai fhitung yaitu 4,045 lebih besar dari nilai ftabel

yaitu 3,284, maka H0 ditolak yaitu variabel independen Return On

Investment dan Earning Per Share terdapat pengaruh yang siginifikan terhadap Return Saham.

2. Fauzy (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui analisis kegunaan rasio keuangan dalam mempengaruhi return saham perusahaan tambang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian uji hubungan dengan pendekatan time series method. Metode statistik yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data adalah analisis regresi berganda, uji F dan uji t. Objek penelitian ini adalah rasio keuangan untuk perusahaan tambang. Pada tingkat signifikansi 5%, hasil penelitian uji F dan uji T menunjukan

(33)

bahwa untuk periode satu tahun kedepan rasio keuangan (current ratio, quick ratio, debt ratio, time-interest-earned ratio, turn asset turnover ratio, inventory turnover ratio, profit margin on sales ratio, return on equity ratio, return on asset ratio, price earning ratio dan price-to-book-value ratio ) tidak mampu menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan tambang.

3. Ulupui (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi di BEJ). Uji t variabel current ratio dan return on asset berpengaruh signifikan pada tingkat 5% terhadap return saham. Rasio asset turn over dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham satu tahun ke depan. Nilai F hitung sebesar 12,086 (p<0.000) jauh lebih besar dari nilai F-tabel. Hal ini dapat menyatakan bahwa variable independen (current ratio, debt to equity ratio, total asset turn over, dan return on asset) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham satu tahun kedepan. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,446 menyatakan bahwa variable independen yang ada pada regresi ini mampu menjelaskan sebesar 44,6% pola pergerakan harga saham pada kelompok industri ini, sedangkan 55,4% kemungkinan dijelaskan oleh faktor lain yang belum masuk ke dalam model ini.

Dari analisis tersebut para investor dapat mengetahui kesehatan dan kinerja suatu perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang, sehingga investor dapat menilai manakah yang baik dan yang tidak untuk kemudian membuat keputusan investasi pada perusahaan yang dianggap memiliki kinerja yang baik dan memberikan hasil (return) investasi yang yang layak. Banyak variabel yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, baik yang datang dari lingkungan eksternal ataupun yang datangnya dari lingkungan internal perusahaan itu sendiri. Menurut penelitian Gordon (Bolten 1976) melalui Deitiana (2011:58) variabel yang datang dari internal perusahaan seperti dividen,

(34)

pertumbuhan pendapatan, likuiditas, ukuran perusahaan dan debt ratio atau rasio keuangan lain bisa mempengaruhi harga saham.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model Penelitian

Hubungan variabel secara parsial Hubungan variabel secara simultan

2.7 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2007:93) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang dikemukakan baru berdasarkan pada teori yang peneliti peroleh belum berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan dan analisis data. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 H2 H3 H4 : : : :

Current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Return on investment berpengaruh siginifikan terhadap return saham.

Debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Price earning ratio berpengaruh signifikan terhadap return Current Ratio

Return on Investment Debt to Equity Ratio

Price Earning Ratio

Return Saham H1 H2 H3 H5 H4

(35)

H5 :

saham.

Current ratio, Return on investment, Debt to equity ratio,dan Price earning ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Gambar

Gambar 2.1  Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

dan Reva Maymi Srengga (2012) Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan (X) sebagai variabel independen dan kinerja keuangan dengan alat ukur Return On Assets (ROA)

Rasio keuangan adalah yang mengambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio

Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melalukan analisis,

Dapat dikatakan bahwa analisis rasio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang

Ada bidang yang mengurus personalia (manajemen personalia), keuangan (manajemen keuangan), logistik-obat dan peralatan (manajemen logistik), pelayanan

Untuk menilai keadaan dibutuhkan alat analisis yaitu rasio keuangan (rasio profitabilitas) serta dasar teori yang kuat. Rasio profitabilitas melihat kemampuan perusahaan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Rentabilitas merupakan suatu alat analisis rasio keuangan yang digunakan untuk melihat dan mengukur kemampuan perusahaan atas hasilnya dalam mendapatkan