• Tidak ada hasil yang ditemukan

Final Report Studi tentang Nilai Ekonomi, Pemetaan HHBK dan KPH Terkait Inventarisasi Sumberdaya Hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Final Report Studi tentang Nilai Ekonomi, Pemetaan HHBK dan KPH Terkait Inventarisasi Sumberdaya Hutan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Final Report

Studi tentang Nilai Ekonomi, Pemetaan HHBK dan KPH

Terkait Inventarisasi Sumberdaya Hutan

(

Study on Economic Value, Mapping of Selected NTFP and FMU

Related Inventory of Forest Resources

)

(2)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Kata Pengantar

Laporan ini disusun sebagai output kegiatan Working Package 5: “Peningkatan

Sumber Penghidupan Masyarakat Desa”, dan Kegiatan Utama 5.1: “Identifikasi

Tindakan-tindakan Penciptaan Pendapatan untuk Masyarakat” melalui kegiatan “Studi

tentang Nilai Ekonomi dan Pemetaan HHBK dan KPH terpilih terkait Inventarisasi

Sumberdaya Hutan.”

Kegiatan studi ini menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif dan

kualitatif dengan menggunakan alat bantu CLAPS (Community Livelihood Aprraisal and

Product Scanning) dengan tujuan untuk mengidentifikasi sumberdaya hutan atau

produk-produk potensial bagi penghidupan masyarakat, khususnya Hasil Hutan Bukan

Kayu (HHBK), termasuk identifikasi prioritas/skala komersial dari HHBK prioritas yang

akan digunakan untuk pemilihan bentuk usaha kemasyarakatan.

Pendapat, pandangan dan rekomendasi yang disampaikan pada laporan ini

adalah pendapat, pandangan dan rekomendasi dari penulis dan tidak mencerminkan

pendapat resmi dari BMU dan/atau GIZ.

Palembang, August 2015

Tim Penyusun

(3)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Ucapan Terima Kasih

Kegiatan studi tentang nilai ekonomi dan pemetaan Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) dan Kesaatuan Pengelolaan Hutan (KPH) terkait inventarisasi sumberdaya hutan

ini telah dilaksanakan melalui kegiatan CLAPS (Community Livelihood Aprraisal and

Product Scanning). Pengumpulan data di lapangan telah dilakukan melalui kegiatan

pelatihan untuk fasilitator pada tanggal 17–20 Maret 2015, yakni data di Desa Jajaran

Baru I KPHP Lakitan; Desa Karang Panggung KPH Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS);

dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) KPHP Benakat Bukit Cogong. Selain itu pengumpulan

data dilakukan melalui kunjungan lapangan di Desa Pangkalan Bulian KPHP Meranti pada

tanggal 5–1 Mei 2015, Desa Napalicin KPHP Rawas/KPH TNKS pada tanggal 17–23 Mei

2015, Desa Muara Sungsang KPHL Banyuasin pada tanggal 24–30 Mei 2015, dan Desa

Kepayang KPHP Lalan pada tanggal 28 Agustus – 1 September 2015.

Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala KPHP Lakitan, KPHP Rawas, KPHP

Lalan, KPHP Meranti, KPHP Benakat Bukit Cogong dan KPH TNKS yang telah memberikan

masukan dan arahan terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Terima kasih kami ucapkan

kepada Kepala Desa Karang Panggung, Kepala Desa Pangkalan Bulian, Kepala Desa

Napalicin, Kepala Desa Muara Sungsang, dan Kepala Desa Kepayang yang telah

membantu pelaksanaan kegiatan di lapangan. Terima kasih kami ucapkan juga kepada

Ketua Lembaga Hutan Desa Jajaran Baru I Musi Rawas, Ketua HKM Bukit Cogong Musi

Rawas dan Pengurus Lembaga Hutan Desa Kepayang yang telah memberikan dukungan

dan partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Laporan ini disusun untuk menyajikan data dasar yang terkait dengan nilai

ekonomi dan pemetaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai referensi bagi upaya

peningkatan sumber penghidupan masyarakat desa di beberapa wilayah KPH prioritas

proyek Bioclime.

Semoga laporan ini bermanfaat.

Palembang, Agustus 2015

Tim Penyusun

(4)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Executive Summary

Executive summary ………..

(5)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Ringkasan (Indonesia)

Ringkasan indonesia …………

(6)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Singkatan/Akronim

Bappeda

Provincial/District Development Planning Agency

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bapeluh

Implementation Extension Agency

Badan Penyuluh

BIOCLIME

Biodiversity and Climate Change Project

Proyek Biodiversitas dan Perubahan Iklim

BKSDA

Natural Resource Conservation Service

Balai Konservasi Sumber Daya Alam

CLAPS

Community Livelihood Appraisal and Product Scanning

Penilaian Mata pencaharian Masyarakat dan Pemindaian Produk

Disbun

Provincial/District Plantation Agency

Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten

KPHK

Conservation Forest Management Unit

Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi

KPHL

Protection Forest Management Unit

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

KPHP

Production Forest Management Unit

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi

LSM

Non Governmental Organization

Lembaga Swadaya Masyarakat

Dishut

Provincial/District Forestry Service

Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten

HHBK/NTFP

Non-Timber Forest Products

Hasil Hutan Bukan Kayu

ICRAF

World Agroforestry Centre

Pusat Perhutanan Sosial Dunia

JDSK

Forestry Spatial Data Network

Jaringan Data Spatial Kehutanan

KPH

Forest Management Unit

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

TN

Nasional Park

Taman Nasional

UPT

Technical Implementation Unit

(7)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Daftar Isi

Kata Pengantar ...i

Ucapan Terima Kasih ... ii

Executive Summary ... iii

Ringkasan (Indonesia) ... iv

Singkatan/Akronim ... v

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar... viii

Daftar Lampiran ... ix

I.

Pendahuluan ... 1

1.1.

Latar Belakang... 1

1.2.

Tujuan ... 1

II.

Metode ... 2

2.1.

Pendekatan ... 2

2.2.

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ... 2

2.3.

Pengumpulan Data ... 2

2.4.

Analisis Data ... 3

III.

KPHP Meranti: Desa Pangkalan Bulian ... 4

3.1.

Sumber Penghidupan Masyarakat ... 4

3.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 6

3.3.

Produk Prioritas ... 12

IV.

KPHP Lalan: Desa Kepayang ... 16

4.1.

Sumber Penghidupan Masyarakat ... 16

4.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 19

4.3

Produk Prioritas ... Error! Bookmark not defined.

V.

KPHP Rawas dan TNKS: Desa Napalicin ... 48

5.1.

Sumber Penghidupan Masyarakat ... 48

5.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 50

5.3.

Produk Prioritas ... 59

VI.

KPHP Lakitan: Desa Jajaran Baru I ... 63

6.1.

Sumber Penghidupan Masyarakat ... 63

6.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 64

6.3.

Produk Prioritas ... 71

VII.

KPHP BBC: HKm Bukti Cogong ... 73

7.1.

Sumber Penghidupan Masyarakat ... 73

7.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 75

7.3.

Produk Prioritas ... 81

VIII.

KPHL Banyuasin: Desa Muara Sungsang ... 83

8.1.

Sumber Penghidupan Masyarakat ... 83

8.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 85

8.3.

Produk Prioritas ... 93

IX.

TNKS: Desa Karang Panggung ... 94

(8)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

9.2.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 96

9.3.

Produk Prioritas ... 102

X.

Kesimpulan ... 103

(9)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Daftar Tabel

No table of figures entries found.

(10)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Daftar Gambar

No table of figures entries found.

(11)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Daftar Lampiran

No table of figures entries found.

(12)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

I. Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang

Salah satu area strategis dari proyek Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) adalah

Mengidentifikasi dan mengembangkan berbagai sumber pendapatan alternatif untuk

masyarakat pedesaan yang tinggal di dalam dan di sekitar daerah yang dilindungi.

Tujuan dari area strategis ini adalah untuk mendukung alternatif sumber pendapatan

bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitar kawasan lindung yang telah diidentifikasi

dan dikembangkan. Secara umum, Proyek BIOCLIME akan membantu pemerintah

daerah di Sumatera Selatan untuk merancang kehidupan penduduk pedesaan di sekitar

ekosistem hutan yang terancam punah dapat meningkat dan aspek konservasi dan

pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem hutan merupakan bagian dari sistem

ekonomi lokal.

Pada tahap pelaksanaan, proyek akan melakukan studi tentang nilai ekonomi dan

sumber daya hutan baik kayu maupun non kayu beserta keanekaragaman hayatinya.

Selain itu dilakukan juga pemetaan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan tingkat kesiapan

dari masyarakat pengelola usaha berbasis HHBK yang terseleksi di Kesatuan Pengelolaan

Hutan (KPH) di wilayah intervensi proyek. Studi ini dilakukan dalam bentuk lokalatih

yaitu lokalatih CLAPS (Community Livelihood Appraisal and Product Scanning), dimana

penilaian dilakukan bersama dengan stakeholder yang ada di kawasan KPH yaitu

masyarakat yang ada diwilayah KPHP/L, perwakilan staff dari KPHP Meranti, KPHP Lalan,

KPHP Lakitan, KPHP Rawas dan KPHL Banyuasin.

1.2.

Tujuan

Tujuan :

• Mengidentifikasi potensi sumberdaya hutan / produk / layanan yang ada di

masyarakat dampingan yang menjadi mata pencaharian, khususnya hasil hutan

bukan kayu (HHBK) di wilayah KPH, meliputi identifikasi skala prioritas HHBK

tertentu, pemetaan dan memvalidasi HHBK yang akan digunakan dalam

pemilihan produk.

• Menilai situasi sumberdaya alam saat ini dan kegiatan mata pencaharian

masyarakat yang bergantung pada hutan, khususnya bergantung pada potensi

sumberdaya alam prioritas yang berkelanjutan dan menilai kesiapan masyarakat

pengelola usaha berbasis HHBK.

• Memilih minimal 3 prioritas HHBK kunci yang tersedia dalam wilayah KPH di

wilayah intervensi proyek.

(13)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

II. Metode

2.1. Pendekatan

Untuk mendapatkan gambaran dan informasi serta sebaran potensi HHBK pada

level masyarakat di wilayah KPH, digunakan alat pemindai cepat CLAPS.

CLAPS atau Community Livelihood Appraisal and Product Scanning adalah alat yang

digunakan untuk mengetahui/mengidentifikasi sumberdaya HHBK potensial dan

berkelanjutan di suatu kawasan dan mengidentifikasi persyaratan apa yang harus

dipenuhi untuk membangun usaha yang berbasis HHBK dan masyarakat serta menilai

sejauh apa kesiapan masyarakat yang akan membangun usaha berbasis HHBK tersebut.

Sumberdaya potensial adalah sumberdaya yang ketersediannya berlimpah,

regenerasinya mudah dan tidak lama, mudah dipanen dan mempunyai kemudahan

akses dalam mengeksploitasinya. Sumberdaya yang berkelanjutan adalah sumberdaya

yang mempunyai tingkat regenerasinya yang cepat dan mudah sehingga terjaga

kelestarianya walaupun dimanfaatan secara terus menerus. Dalam membangun sebuah

usaha komunitas, diperlukan juga kemampuan analisa masyarakat dari

pengalaman-pengalaman yang ada sebelumnya, sehingga usaha yang akan dibangun adalah usaha

usaha yang layak, sukses dan bekelanjutan. Disamping itu, alat CLAPS juga mampu

menilai tingkat kesiapan dan kapasitas masyarakat dalam merencanakan sebuah usaha.

Alat ini juga membantu masyarakat dalam menentukan peran individu atau kelompok

dalam usaha yang akan dikembangkan.

2.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Studi ini dilakukan dalam bentuk lokalatih CLAPS (Community Livelihood

Appraisal and Product Scanning), dimana penilaian dilakukan bersama dengan

stakeholder yang ada di kawasan KPH yaitu masyarakat yang ada diwilayah KPHP/L,

perwakilan staff dari KPHP Meranti (Desa Pangkalan Bulian), KPHP Lalan (Desa

Kepayang), KPHP Lakitan (Desa Jajaran Baru I), KPHP Rawas (Napalicin) dan KPHL

Banyuasin (Desa Muara Sunsang), KPHP BBC (HKM Bukit Cogong) dan TNKS (Karang

Panggung)

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dari bulan Maret – Agustus 2015 dengan

rincian kegiatan:

1.

Pelatihan CLAPS dilakukan pada bulan Maret 2015 yang diikuti oleh staff dari 5

KPHP, LSM mitra BioClime, staff Dinas Kehutanan Provinsi.

2.

Pengumpulan data CLAPS di lapangan oleh staff KPHP bersama masyarakat April –

Agustus 2015

3.

Kompilasi data dan Analisa data Agustus.

2.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dilakukan secara bersama oleh staff KHPP dengan

masyarakat (Pemerintah Desa, lembaga-lembaga desa, tokoh masyarakat, tokoh

pemuda, kelompok perempuan). Data yang dikumpulkan adalah:

1. Aset komunitas (SDA, SDM, Finansial, Fisik & Sosial)

2. Daftar HHBK yang berada di area hutan dan non hutan

(14)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

4. Melakukan matrik HHBK priritas (informasi mengenai praktek pemanfaatan dan

praktek pengelolaan HHBK prioritas yang sudah dilakukan)

5. Memetakan HHBK prioritas yang sudah di dapat (3-5 HHBK prioritas)

6. Melakukan validasi terhadap hasil HHBK prioritas hasil scoring dan sudah dipetakan

dengan cara melakukan pengecekan ke lapangan secara random dari HHBK

prioritas.

7. Mengumpulkan informasi mengenai produk prioritas (input, kapasitas, pasar dan

infrastruktur)

2.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data yang dikumpulkan oleh staff KPHP

bersama dengan masyarakat dikumpulkan dan diolah/analisa untuk mengetahui:

1. Sumber penghidupan masyarakat

2. HHBK prioritas

(15)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

III. Desa Pangkalan Bulian: KPHP Meranti

Kondisi umum Desa Pangkalan Bulian. Merupakan desa yang terletak di Wilayah

KPHP Meranti.

3.1. Sumber Penghidupan Masyarakat

a. Sumber Daya Alam

Desa Pangkalan Bulian memiliki kekayaan yang beragam, mulai dari hutan

dengan hasil buah-buahan & sayuran (makanan), obat-obatan, madu, bahan

bangunan (kayu) dan ada aliran sungai di dalamnya.Ada juga hasil tambang yaitu

minyak bumi dan juga lahan perkebunan karet. Tambang minyak merupakan

kekayaan alam yang membeda desa Pangkalan Bulian dengan desa lain yang di

assessment.

b. Sumber Daya Manusia

Secara pendidikan masyarakat desa Pangkalan Bulian memiliki kapasitas rendah

karena sebagian besar hanya mengenyam pendidikan sampai SD (tamat).

Mata pencaharian utama mereka berbasis dari hasil alam yaitu petani karet dan

penambang minyak alam tradisional. Beberapa diantara mereka ada yang

berprofesi sebagai pengerajin dan pemanen madu, namun ini sifatnya tidak

tetap (musiman). Keahlian yang mereka miliki terkait dengan sumber mata

pencaharian utama mereka yaitu berkebun karet dan cukup banyak juga yang

memiliki keahlian menambang minyak secara tradisional. Beberapa masyarakat

memiliki keahlian memanen madu sialang dan membuat kerajinan rotan.

Secara kualitas kesehatan masyarakat desa ini rentan untuk terpapar penyakit

karena kondisi lingkungan yang tidak sehat (masyarakat belum mengenal

sanitasi yang baik) dan ancaman asap kebakaran lahan yang terjadi hampir

setiap tahunnya. Dan belum di ketahui dampak dari kegiatan penambangan

minyak yang dilakukan masyarakat terhadap lingkungan, seperti kualitas air dan

kualitas udara.

c. Sosial

Tidak telalu banyak informasi yang di ketahui mengenai kondisi asest sosial di

masyarakat desa Pangkalan Bulian. Pemerintah desa yang berperan melakukan

pembangunan di desa tampak tidak melakukan perannya dengan baik terlihat

dengan lambatnya pembangunan di desa. KPH dan Bioclime merupakan

lembaga dari luar pemerintahan desa yang saat ini berperan dalam

membangung disektor kehutanan.

d. Finansial

Sumber uang yang beredar dikampung berasal dari hasil penjualan (pendapatan)

karet dan minyak bumi. Tidak ada bank maupun pelayanan lembaga keuangan

non perbankan seperti kelompok simpan pinjaman, koperasi. Ada jasa

peminjaman uang secara personal (toke), toke biasa memberikan modal kepada

petani karet dan pembayaran dengan hasil karet.

e. Fisik

Aset fisik yang dimiliki oleh desa ini adalah bagunan yang terkait dengan pelayan

dasar masyarakat seperti sekolah PAUD & SD (pelayanan pendidikan dasar),

(16)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

rumah dinas bidan (kesehatan), toilet umum, dan balai desa. Tersedia jalan

darat dengan kualitas buruk, tidak tersedia alat transportasi darat regular.

Tabel 1. Modal penghidupan Desa Pangkalan Bulian

Modal Penghidupan Positif Negatif

Sumber daya Alam

Apa ada sumber mata air? Apa ada lahan pertanian?

- Sumber daya hutan (bahan kerajinan, sumber makanan, obat-obatan, rotan, madu sialang /hutan, durian, bambu, pasak bumi dan lain-lain - Aliran sungai

- Minyak bumi

- Lahan perkebunan karet

Bagaimana dengan dampak pengeboran minyak yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lingkungan?

Sumber daya Manusia Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam:

- Berkebun karet, - Kerajinan,

- Memanen madu sialang, - Menambang/megebor

minyak.

(apakah saya bias menambahkan bagian yang di blok diatas? Saya mendapatkan dari table produk prioritas)

- Sebagian besar hanya lulus SD

- Rentan terhadap penyakit karena belum mengenal sanitasi yang baik, lingkungan tidak bersih dan kekurangan air bersih

Sosial

Apa ada kelompok formal dan non formal di kampong? Apa ada jaringan komunikasi

- Adanya pendampingan dari KPH dan BIOCLIME

- Peran serta pemerintah masih kurang dalam pembangunan desa

Finansial

Apa ada kelompok Simpan pinjam? Koperasi?

- Penghasilan besar dari Minyak bumi (apa ini tambang liar?)

- Penghasilan utama dari kebun karet

- Modal awal untuk karet dari pengumpul karet (hutang kepada pengumpul/toke)

Fisik

Apa ada jaringan komunikasi Apa ada akses lewat sungai Ada ada transportasi regular? Bagaimana dengan listrik? Sumber air?

Saran kesehatan

- Gedung SD - Toilet umum - Gedung PAUD

- Perumahan bidan desa - Balai desa

- Kondisi jalan buruk

- Lebih banyak

menggunakan motor untuk transportasi darat

Desa Pangkalan Bulian, kekayaan alamnya tidak saja yang ada di atas bumi tapi

juga di dalam bumi (minyak). Pengetahuan yang terbatas menyebabkan pengelolaan

(17)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

sumber daya alam yang merupakan sumber mata pencaharin mereka tidak maksimal

dan terancam tak berkelanjutan. Masih ada hasil-hasil alam yang belum termanfaat

secara maksimal seperti rotan.

Peran pemerintah yang kurang menyebabkan pembangunan desa yang tidak

berkembang. Minimnya saran mempengaruhi terhadap kualitas manusia dari sisi

pendidikan dan kesehatan.

Tabel 2. Faktor kerentanan Desa Pangkalan Bulian

Tren Bencana Musim Perubahan

- Penambahan populasi penduduk - Penambangan

minyak bumi

- Kebakaran - Musim hujan menyebabkan kesulitan transportasi - Musim kemarau menyebabkan kekeringan - TIdak ada penanaman di lahan bekas kebakaran setelah kebakaran

Penambahan jumlah penduduk meningkatkan tekanan terhadap keberadaan

sumber daya alam sebagai sumber pendapatan masyarakat dan juga kualitas hidup

dimana ketersediaan saran fisik penunjang hidup masyarakat tersedia sedara minim.

Bencana kebakaran yang terjadi hampir secara periodik setiap setahun sekali

dan tidak ada kegiatan penanaman di lahan bekas kebakaran mengancam keberadaan

sumber daya alam sebagai sumber penghidupan dan juga kualitas lingkungan desa

Pangkalan Bulian ditambah aktifitas tambang yang dilakukan secara tradisional, dampak

lanjutanya berpengaruh pada kualitas manusia sebagai salah satu aset

3.2. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas

Daftar hasil hutan bukan kayu desa Pangkalan Bulian (hutan dan hutan) di

dominasi oleh tumbuhan yang pemanfaatannya untuk kerajinan. Sebagian dimanfaatkan

untuk sumber makanan. Secara ekonomis HHBK menjadi bahan komoditi yang

diperdagangkan.

Tabel 3. Daftar hasil hutan bukan kayu Desa Pangkalan Bulian (hutan & non hutan)

No Jenis hhbk Manfaat

1 Rotan Bahan kerajinan (ambung, kunju), dijual

2 Cikai Perabot rumah tangga (Nyiru, tampah), dipakai sendiri

3 Rumbai Bahan kerajinan

4 Pandan Bahan kerajinan

5 Bambu Bahan kerajinan

6 Karet Dijual

7 Madu sialang Dijual

8 Durian Bahan makanan

9 Pasak Bumi Obat – obatan

10 Karet (non hutan) Dijual (getah)

(18)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Tabel 4. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian (Hutan)

No HHBK Kelimpahan dan distribusi Tingkat kesulitan saat panen Jarak dari masyarakat Mudah untuk berkembang biak Hubungan dengan pengelolaan hutan Skor 1 Rotan 3 3 3 3 3 15 2 Madu Sialang 2 3 3 3 3 14 3 Cikai 1 3 3 3 3 13 4 Rumbai 1 3 3 3 3 13 5 Pandan 1 3 3 3 3 13 6 Bambu 3 3 1 3 3 13 7 Pasak bumi 1 3 3 1 3 11

Tabel 5. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian (Non hutan)

N o HHB K Kelimpa han dan distribus i Kesesua ian tanah dan biofisik Tingkat ketahan an terhada p kekerin gan Pengetah uan budidaya dan pemelihar aan Ketersedi aan akses/inp ut (Saprodi) Sumb er benih Cara pan en Bia ya Sk or 1 Kare t 3 5 1 1 1 5 5 3 24 2 Duri an 1 5 5 1 5 5 5 3 30

Dari hasil skoring, HHBK prioritas desa Pangkalan Bulian adalah rotan & madu

sialang untuk area hutan, karet dan durian untuk area non hutan. Rotan mempunyai

nilai tertinggi untuk semua indikator (kelimpahan & distribusi, tingkat kesulitan panen,

jarak dari kampong, kemampuan berkembang biak, hubungan dengan pengelolaan

hutan). Untuk area non hutan durian terpilih menjadi HHBK prioritas dengan nilai

tertinggi untuk kesesuain tanah dan biofisik, tingkat ketahanan terhadapa kekeringan,

ketersediaan saprodi, sumber benih dan cara panen.

(19)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Tabel 6. Matriks sumberdaya prioritas Desa Pangkalan Bulian (hutan & non hutan)

N

o

HHBK Praktek/Upaya pemanfaatan Praktek/Upaya pengelolaan

Bagian yang digunaka n Pemanfaata n Jumlah produk/ perpohn/ rumpun/ rambatan Jumlah pohon/rumpu n per-Ha Luas area hhbk (Ha) Musim berbunga , berbuah, panen Sumberday a hhbk digunakan (dijual/ subsisten/ budaya) Dampak potensial pemanfaata n hhbk terhadap ekologi Ancaman luar terhadap populasi hhbk Sistempengelolaa n yang sudah ada

1 Rotan Batang Keranjang (Ambung, Kunju), lekar 5 batang (4m) 1 batang (5m) 5000 ha - Komersil, konsumsi sendiri) - Apa tidak ada kebakarang? Belum ada 2 Madu sialan g Madu Minuman, obat-obatan Apa bisa diprediksi dalam 1 pohon ada berapa sarang, 1 sarang bisa berapa liter? 20 – 30 pohon / ha (apa ini datanya sudah benar? Banyak sekali, jika dibandingkan pengalaman di desa lain) Apa bisa diprediksi ? Jan – June Komersil, konsumsi sendiri - Berkurangny a bunga

3 Karet Getah Dijual BIsa diprediksi berapa volume getah per Ha persekali sadap? Atau

250 phn/ha 500 ha - Komersil - Hama babi,

rayap & penyakit Jamur akar putih. Masih menggunakan bibit karet dari biji

(20)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 jika ada satuan lainnya bisa disampaikan ? 4 Duria n Buah Makanan (tempoyak, lempok, gula duren) dijual BIsa diprediksi 150 phn (satuannya) Bisa diprediksi 1 tahun sekali Komersil, konsumsi sendiri - Belum ada penanaman kembali

Rotan, yang dimanfaatkan batangnya sebagai bahan baku kerajinan baik untuk penggunaan sendiri maupun untuk dijual. Luas areal tubuh

rotan diperkirakan 5.000 ha, dapat dipanen setiap saat, pemanfaatnya masih sedikit.

Madu hutan, yang dimanfaatkan madu untuk menjaga kesehatan dan obat, digunakan sendiri dan juga dijual. Panen madu setahun sekali.

Saat ini bunga-bunga hutan sebagai sumber madu mulai berkurang yang berpengaruh terhadap hasil madu (menurun).

Karet, yang dimanfaatkan getahnya. Sebagian besar masyarakat desa Pangkalan Bulian berkebun karet yang merupakan sumber pendapatan

utama mereka (menjual getah karet). Diperkirakan ada 500 ha kebun karet milik masyarakat. Panen dapat dilakukan setiap hari. Hama (babi & rayap)

dan penyakit jamur menjadi ancaman bagi perkebunan karet masyarakat.

Durian, yang dimanfaatkan buahnya menjadi bahan makanan (buah segar) maupun makanan olahan (lempok). Buah durian maupun makan

olahan dimanfaatkan sendiri dan dijual.

Kempat HHBK prioritas tersebut diatas secara pengelolaan belum ada sistem pengelolaan, HHBK prioritas hutan tidak ada pengaturan

pengelolaan hutannya dan untuk HHBK prioritas non hutan pengelolaannya masih melakukan secara konvensional, masih rendah masukkan input

(low input) dari luar.

(21)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

(22)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Tabel 7. Evaluasi pengelolaan lestari HHBK Desa Pangkalan Bulian (hutan & non hutan)

HHBK Bagian tanaman Kelimpahan (ketersediaan) dan distribusi

(penyebaran)

Pertumbuhan dan reproduksi Bagian yang digunaka n Dampak terhadap tanaman Potensi pengelolaa n lestari Kepadata n populasi local (jumlah /ha) Hasil panen /sumberday a Penyebara n regional Habitat (tempat tumbuh ) spesifik Kemampua n tumbuh kembali Tingkat pertumbuha n Umur kematia n Tingkatan (laju) reproduk si (#bibit /thn) Pola reproduk si

Rotan Batang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Madu Madu Rendah Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Karet Getah Bervarias

i

Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Duria

n

Buah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi

Tabel 8. Hasil evaluasi pengelolaan lestari Desa Panggkalan Bulian (HHBK hutan dan non Hutan)

HHBK Pengelolaan Keterangan

TInggi Sedang Rendah

Rotan 8 3 0 Potensi pengelolaan lestari tinggi

Madu 3 4 3 Potensi penglolaan lestari rendah

Karet 7 3 0 Potensi pengelolaan tinggi

Durian 5 4 1 Potensi pengelolaan sedang

Dari sisi pengelolaan lestari rotan dan rotan & karet adalah HHBK prioritas yang mempunyai potensi pengelolaan lestari yang tinggi, durian

potensi pengelolaan lestari sedang dan madu potensi pengelolaan lestarinya rendah. Rotan dan karet membutuhkan input yang kecil dalam

pengelolaan lestari HHBK-nya (menjamin keberlanjutan ketersediaan HHBK) ini berarti kedua HHBK prioritas tersebut jika dimanfaatkan untuk

produksi biaya untuk pengelolaannya rendah.

(23)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

3.3. Produk Prioritas

Dibawah ini adalah daftar produk-produk prioritas dari HHBK prioritas hutan dan non hutan

Tabel 8. Identifikasi produk hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian

HHBK Produk yang

dihasilkan

Masukan (input) Kualitas dan kapasitas produk Pemasaran

Peralatan material/fasili tas Teknolog i Kebutuh an diluar hasil hutan Keahlian yang dibutuhkan Kualitas produk Jumlah produsen Total jumlah produk saat ini Pasar yang ada Harga penjuala n saat ini Prasarana pasar saat ini (transport, pengiriman, pergudanga n, pengepaka n) Rota n - Kunju - Ambung - Lekar - Sangke - Alat gebuk kasur - Bakul/Sum pit - Pisau, - parang, kaleng, samak , - Mesin oven, - Raut - Pengawet kima Tradition al Sinar mataha ri - Memanen rotan - Meraut rotan - Menganya m rotan Bagus,mena rik Untuk se mua produk? 30 orang (semuan ya bisa membua t kerajinan yang disebutk an itu?) 1 rumah 2 produk/kunj u (ini hanya untuk produk kunju? Produk yang lain tidak ada penjelasanny a? Rp 100.000,- Rp 150.000,- Ini untuk produk yang mana? Mad u - Madu dalam kemasan gallon (madu Gallon, tali, tambang, paku Tradition al - Tanama n berbun ga sepanja - Memanen madu Bagus 10 orang 2 kwintal/poho n 3x/tahun/10 - Pengump ul dari jambi - Pembeli lokal Rp 30.000/k g (harga dimana?

(24)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 curah) ng tahun - Lebah pohon 1x/tahun/20-30 pohon Maksudnya ada 10 pohon yang bisa dipanen sebanyak 3 kali/tahun dan ada 20-30 pohon yang bisa dipanen 1 kali/tahun. Rp 60.000/k g (harga dimana? Rp 4.500/kg Harga dimana? Karet - Getah beku Pisau sadap, bak beku, gallon, cuka Alat penggiling karet mejadi selir Tradition al - - Menores pohon karet - Meramu bahan pengental getah (air, cuka) Masih dalam bentuk bokar Semua pendudu k Ada berapa KK? 1 KK berapa ha 30 ton/tahun Per ha? Pengumpul lokal Rp 4.500/kg Duria n - Tempoyak - Lempok - Gula durian Alat rumah tangga Di uraikan satu persatu Tradition al - - Membuat adonan - Memasak (jelaskan Bagus Semua KK/ khususny a ibu-ibu ? Belum produksi Pembeli lokal Rp 50.000/k g Tempoya k

(25)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 permasing-masing produk) Berapa jumlah KK Rp 150.000/ kg Lempok

Rotan, produk turunan dari HHBK ini bervariatif , tercatat ada 6 produk yaitu kunju, ambung, lekar, sangke, Aaat gebuk kasur &

bakul/sumpit, yang kesemuanya adalah kerajinan. Cara pengerjaannya masih tradisional dan peralatan produksi mudah diakses. Walau tidak produksi

secara regular dan belum ada pasar tempat mereka menjual, tapi kualitas produk kerajinan rotan desa Pangkalan Bulian baik dan bentuknya menarik,

harga kerajinan rotan berkisar Rp 100.000 – Rp 150.000. Ada 30 orang pengerajin rotan.

Madu Sialang, dijual dalam bentuk madu curah dalam gallon dengan harga berkisar Rp 30.000/kg – Rp 60.000/kg dengan kualitas baik, dijual

ke pengumpul lokal dan pengumpul dari Jambi. Produksi madu dalam setahun 1 kali, namun terkadang ada tahun tidak produksi pada saat bunga

hutan tidak terjadi. Proses panen dilakukan secara tradisional dan peralatan kerja dapat diperoleh di desa, keahlian ini dimiliki orang yang terbatas

hanya 10 orang. Kapasitas produksi berkisar 4.000 – 6.000 kg (20-30 pohon).

Karet, produk berupa getah karet dalam bentuk bokor dengan kualitas belum dapat dikatakan baik. Produksi per-tahun getah karet (bokor)

adalah 30 ton, jumlah produsen karet paling banyak diantara produk HHBK prioritas lainnya karena sebagian besar pendudu berkebun karet. Harga

karet saat ini adalah Rp 4.500 (turun) jual ditingkat penampung kampung

Durian, dijual dalam bentuk buah segar dan produk olahan seperti tempoyak, lempok dan gula durian. Karna ini adalah produk tradisional

hampir sebagian besar ibu-ibu dapat membuat produk tersebut, dan kualitas produk baik. Produk berbahan baku durian tidak dapat diproduksi secara

regular karena musim durian setahun sekali. Produk-produk durian mempunyai umur simpan (shelf life) lebih dari 1 bulan hingga 1 tahun jika proses

produksi dan pengemasannya baik. Harga produk olah durian ini bervariasi untuk tempoyak Rp 50.000/kg dan untuk lempok Rp 150.000/kg. Produk

durian saat ini masih di jual di desa.

3.4. Kesimpulan

 HHBK prioritas dan produk prioritas yang memiliki potensi pemanfaatan berkelanjutan adalah karet dengan produk getah masak (bokor) dan

rotan dengan produk kerajinan tradisional. Rotan dan karet ketersediannya berlimpah dan distribusinya luas, regenerasinya mudah, efek

pemanenan getah dan batang rotan tidak mempengaruhi keseluruhan pertumbuhan dan produktifitas pohon induknya, saat ini pemanen

rotan masih rendah dan karet tidak berlebihan (tehnik masih tradisional), habitat hidup karet tidak dalam keadaan terancam saat ini namun

(26)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

untuk rotan habitanya terancam oleh kebakaran hutan. Potensi pengelolaan lestari untuk rotan tinggi dan untuk karet sedang. Jumlah

produsen getah karet banyak dapat dilihat dari luasan kebun karet ada sekitar 500 ha, produsen kerajinan rotan cukup banyak. Pasar getah

karet ada dari tingkat kampung hingga ke propensi, sedang kan untuk kerajinan mesti melakukan penjajakan terlebih dahulu. Disarankan

untuk melakukan pemasaran bersama dalam kelompok atau membentuk koperasi hingga bisa mendapatkan harga jual yang lebih baik

(menjual ke propensi) dan juga meningkatkan kualitas dari getah. Jika kerajinan rotan akan dikembangkan menjadi produk prioritas perlu

diperhatikan kebutuhan pasar yang dapat dipenuhi oleh kerajinan rotan, pengembangan produk (peningkatan keterampilan pengerajin), dan

link dengan pasar.

 Durian, jika akan memproduksi produk berbahan baku buah durian (tempoyak) yang perlu diperhatikan adalah ketersedian HHBK prioritas ini

sangat terbatas, regenerasi lambat, tempat habitanya terancam kebakaran , potensi pengelolaan lestarinya rendah. Perlu diketahui informasi

mengenai luasan durian, kapasitas buah, kapasitas produsen serta pasar.

 Sedangkan untuk madu sialang, yang perlu diperhatikan jika memilih HHBK prioritas ini ada ketersediaannya dan distribusinya yang tidak

terlalu berlimpah dan habitannya yang yang terancam oleh kebakaran pada saat musim kering dan jumlah orang yang dapat memanen madu

yang terbatas.

 Yang perlu diperhatikan untuk semua HHBK adalah tidak adanya alat transportasi regular dan kondisi jalan darat yang tidak begitu baik (pada

musim kering) perlu menjadi pertimbangan untuk pemasaran produk ke luar desa terutama produk yang bervolume.

(27)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

IV. Desa Kepayang: KPHP Lalan

Kondisi umum Desa Kepayang. Merupakan desa yang terletak di wilayah KPHP

Lalan

4.1. Sumber Penghidupan Masyarakat

A. Sumber Daya Manusia

Desa dengan jumlah pendudk 800 KK sebagian besar penduduknya berpendidikan SD

(ini terkait dengan fasilitas sekolah minim dan jauh serta biaya transportasi menuju

sekolahan yang mahal). Pekerjaan utama masyarakat adalah bekerja di perkebunan

sawit ( 70 % dari penduduk, > 50 % perempuan) dan berkebun karet. Keterampilan

yang dimiliki warga adalah merawat dan panen kebun sawit & karet, identifikasi

tanaman kayu & menebang kayu (laki-laki). Secara kualitas kesehatan rendah karena

sanitasi yang buruk (tidak ada drainase), tidak ada sumber air bersih, air sungai

tercemar dan setiap tahun dalam jangka waktu panjang terpapar asap kebakaran

(ISPA).

B. Sumber Daya Alam

Desa Kepayang memiliki hutan Nuaran seluasan ± 5400 Ha dengan potensi tanaman

dan hewan (darat & sungai) beragam yang bermanfaat untuk sumber makanan,

obat-obatan, bahan kerajinan, bahan bangunan dan sumber pendapatan. Kebun karet

seluas minimal ± 400 Ha yang dikelola 200 KK, dan juga bangunan sarang burut

wallet yang dibangun disekitar perkampungan. Bencana kebakaran yang sering

terjadi secara rutin mengancam keberadaan sumber daya hutan (tanaman & hewan),

pembuangan limbah perusahan sawit ke sungai menyebabkan air sungai tidak dapat

digunakan untuk dikonsumsi sehari-hari. Untuk minum dan memasak masyarakat

membeli air gallon seharga Rp 10.000/galon

C. Fisik

Desa ini minin dengan saranan fisik. Untuk saranan pendidikan hanya ada bangunan

PAUD dan SD, kesehatan ada polindes, masjid & pasar. Sarana transportasi darat

jalan tanah (kualitas buruk pada saat musim hujan) tidak ada ada alat transportasi

reguler, ada alat tranportasi sungai (ketek, spead boad, kelotok – tranportasi regular).

Tidak ada pelayanan listrik PLN ataupun PLTdes yang ada pelayana listrik yang

dikelola secara perorangan (iuran Rp 300.000/rumah). Komunikasi, ada jaringan

komikasi (Indosat dan Telkomsel).

D. Finansial

Uang yang beredar dimasyarakat bersumber dari sawit (gaji) dan karet (penjualan

getah) dan burung wallet. Warung Tehnologi, lembaga keuangan non perbankan

yang memberikan jasa simpan pinjam. Tidak banyak masyarakat yang menabung,

sekitar 5 % ini dimungkikan karena lokasi bank jauh dari kampong. Masyarakat juga

sulit untuk mengakses pinjaman bank karena syarat yang sulit untuk dipenuhi. Ada 2

pasar di dekat desa yang beraktifitas pada saat hari gajian perusahan sawit yang

dikenal dengal dengan pasar gajian, pada saat gajian beroperasi terjadi peredaran

uang yang cukup banyak.

E. Sosial

Selain lembaga pemerintahan desa ada lembaga-lembaga desa lainya adalah LPM,

lembaga adat, PKK, Posyandu dan karang taruna. Ada pula lembaga bentukan dari

pihak luar seperti KBR (Kebun Bibit Rakyat), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api).

(28)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Ada pula lembaga dari luar yang bekerja dikampung tersebut seperti WBH (Wahana

Bumi Hijau), KPH Lakitan & BioClime, program PNPM (fokus pada pendidikan &

kesehatan). Lembaga yang ada di desa lebih banyak fokus pada masalah kehutanan,

pendidikan & kesehatan).

Tabel 9. Modal penghidupan Desa Kepayang

Modal Penghidupan Positif Negatif

Sumber daya manusia - Penduduk 800 KK - Kesehatan sudah baik - 70 % bekerja di

Perkebunan kelapa sawit (sebagian besar

perempuan, bagian perawatan tanaman, laki-laki lebih banyak sebagai tukang panen)

- Berkebun karet

- Ketrampilan yang dimiliki menebag kayu & identifikasi kayu (illegal logger), pemeliharaan tanaman sawit, berkebun karet

-

- Sanitasi kurang memadai - Sebagian besar

pendidikan terakhir SD (disebabkan tidak ada sekolah di kampung dan jika bersekolah harus ke kecamatan, transportasi lewat sungai biaya besar) - Potensi terkena ISPA dan

diare (sering asap dan kurang air bersih)

Sumber daya alam - Kebun karet (bibit okulasi dan cabutan) – perkiraan 200 KK (kemungkinan lebih) memiliki kebun karet dengan luasan minimal 2 Ha . Perkiraan luas kebun karet masy Kepayang minimal 400 Ha

- Kebun tanaman semusim: nanas, singkong, pisang (5 Ha) - Hutan desa Kepayang (

Nuaran) ± 5400 Ha? - Jenis ikan : Jawara, Tapa - Jenis kayu : Meranti,

Tembesu (tanaman raawa), Pentaling, Medang, Pasak bumi, umbut palas, palem merah, rotan (sego putih dan hitam), kemenyan, bambu,

- Hewan: celeng, lebah madu, harimau, rusa, kijang, babi, landak,ular sanca, wallet (ada beberapa warga yang memiliki sarang burung

- Air sungai mulai tercemar oleh limbah pabrik CPO - Kondisi udara tercemar apabila terjadi kebakaran hutan (asap)

- Tidak ada sumber air bersih (air untuk makan dan minum beli Rp 10.000/galon, untuk mandi dan cuci dari sumur galian, masih ada yang mandi disungai juga)

(29)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 wallet di kampung)

Fisik - Transportasi darat (truk,

mobil & motor) - Transportasi sungai.

(speedboat, klotok, ketek) . Transportasi umum regular speedboad, ketek dan klotok (sungai) - Bangunan yang ada :

polindes (1), PAUD (1), sekolah dasar (1), Masjid, Pasar Kepayang (hari minggu)

- Komunikasi

menggunakan jaringan selular XL (baik), Telkomsel kualitas tidak baik banyak blank spot - Listrik menggunakan

PLTD yang dikelola secara pribadi, ada 3 orang yang mengelola PLTD. Iuran Rp 300.000/rumah

- Tidak ada transportasi umum regular untuk transportasi darat - Belum adanya jembatan

yang menghubungkan Dusun 1 dan 3 sehingga masih menggunakan ponton dan klotok - Bangunan SMP belum

ada

- Jalan darat masih tanah (di kampung dan di perkebunan karet) sehingga pada saat musim hujan licin dan terkadang ambalas di beberapa titik.

- Tidak ada pengelola air bersih desa

- Saprodi tidak tersedia di kampung untuk

pemeliharaan tanaman karet

Modal - Warung Teknologi

(Warteg) simpan pinjam dari dana ADD

- Uang yang beredar di kampung bersumber dari gaji dr perusahan sawit, penjualan karet dan wallet

- Ada 2 pasar yang beraktifitas pada saat karyawan perusahaan sawit gajian, mereka menyebutnya pasar gajian, yaitu pasar….. dan pasar………

- 5 % masyarakat Kepayang menabung di Bank

- Bank agak jauh di Ibu kota kecamatan Bayung Lencir

- Syarat untuk pinjam di bank sulit, sehingga masyarakat sulit untuk mengakses pinjaman di bank

Sosial - Lembaga adat, LPM,

Lembaga Hutan Desa (LHD), Kebun Bibit Rakyat (KBR), PKK, Posyandu, Karang Taruna, Kelompok Kepayang Lestari, Perpustakaan dari Wahana Bumi Hijau (WBH), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api), program PNPM

- Lembaga-lembaga bentukan dari Dinas hanya beraktifitas selama ada biaya atau program dr Dinas masih berjalan.

(30)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 (pendidikan dan kesehatan)

- Sebagain besar lembaga yang bekerja focus pada maslaah kehutanan, pendidikan dan kesehatan

- Ada 5 perusaha yang berbatasan wilayah dengan desa Kepayang

Desa Kepayang memiliki sumber daya alam berlimpah dari hasil hutan, kebun

karet & hasil walet, yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Namun karena

keterbatasan dalam pengetahuan pengelolaan sumber daya, sarana fisik penunjang

usaha yang minim, akses modal kerja yang susah serta pelayanan perbankan yang minin

masyarakat tidak dapat mengelola sumberdaya alamnya dengan maksimal sebagai

sumber mata pencaharian.

Minimnya fasilitas fisik (modal fisik) meningkatkan biaya hidup masyarak seperti

biaya transportasi, kesehatan, pendidikan, air dan listrik.

Tabel 10. Faktor kerentanan Desa Kepayang

Tren Bencana Musim Perubahan

- Kebakaran lahan setiap musim kemarau menyebabkan kualitas udara yang memburuk - Kebakaran hutan terparah tahun 1990 - Bencana diare yang menyebabkan kematian pada tahun 1994

- Musim hujan air surut, - Musim kemarau menyebabkan kekeringan dan kebakaran lahan - Sejak adanya perkebunan kelapa sawit, banyak masyarakat yang bekerja di perkebunan sawit.

Kebakaran hutan yang terjadi secara regular setiap tahun pada saat music

kemarau panjang berdampak terhadap menurunya kualitas udara begitu pula dengan

aktifitas perusahan sawit yang mencemari sungai sebagai sumber air mereka

mengancam bagi modal kerja yaitu menurunnya kualitas kesehatan penduduk.

4.2. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas

Berikut daftar hasil hutan bukan kayu prioritas yang ada di hutan dan non hutan.

Tabel 11. Daftar hasil hutan bukan kayu Desa Kepayang (hutan/nuaran)

No Jenis hhbk Manfaat

1 Bamboo Pagar, penimbul rangka/rumah, rakit, makanan, satang (menolak rakit), bubu, sangkar, pengilar (sejenis bubu)

2 Bambu kuning Obat (umbut)

3 Kemenyan Getah (ritual adat), pengobatan tradisional, dijual 4 Rotan sego putih Dijual, keranjang keruntung, tutup saji, sapu, bubu 5 Rotan sego hitam Belum dimanfaatkan

(31)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

7 Ikan seluang Dijual (mentah, olahan), makanan (kemplang)

8 Ikan gabus Dijual (mentah, selay, asin), makanan, kerupuk kemplang

9 Ikan udeng Dijual (mentah), terasi, makanan, kerupuk kemplang

10 Pasak bumi Obat

11 Palas Makanan (Sayur, Lalap)

12 Jamur grigit Dijual, makanan (sayur), empek-empek, sambal 13 Durian daun Dijual, tempoyak, makanan

14 Cempedak Makanan

15 Tampoi Makanan

16 Petaling (Buah) Makanan

17 Gadung Mengeraskan getuk

18 Rambai (Buah) Makanan

19 Pisang Makanan

20 Karet Getah

21 Durian Dijual, makanan

22 Jeruk manis Makanan

23 Nenas Makanan

24 Cempedak Makanan

25 Nangka Makanan

26 Ubi kayu/singkong Makanan

27 Mangga/kueni Makanan

28 Jering/Jengkol Makanan

Dari daftar HHBK desa Kepayang pemanfaatan sebagian besar dimanfaatkan

secara subsisten terutama untuk makan dan sebagian kecil untuk pengobatan dan

bahan bangunan. Selain pemanfaatan secara subsisten juga dimanfaatkan untuk di jual.

Tabel....daftar HHBK desa kepayang (non hutan)

No

HHBK

Manfaat

1

Pisang

Dijual (buah), makanan (buah, gorengan, kripik)

2

Karet

Dijual (getah)

3

Durian

Dijual (buah mentah, tempoyak), makanan (tempoyak ,

empek-empek)

4

Jeruk Manis

Dijual -Makanan (buah),obat (daun)

5

Nenas

Dijual – makanan (buah)

6

Cempedak

Dijual -Makanan (buah)

7

Nangka

Dijual – makanan (buah)

8

Ubi Kayu

Dijual – makanan (buah)

9

Kueni

Dijual – makanan (buah)

10

Jering (Jengkol)

Dijual – makanan (buah)

Tabel 12. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Kepayang (hutan)

No HHBK Kelimpahan dan distribusi Tingkat kesulitan saat panen Jarak dari masyarakat Mudah untuk berkembang biak Hubungan dengan pengelolaan hutan Skor 1 Bambu 1 1 2 3 3 10

(32)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 2 Bambu kuning 2 1 2 2 3 10 3 Kemenyan 3 2 2 3 3 13 4 Rotan semut 2 1,5 2 3 3 10,5 5 Ikan seluang 1 1 2 1 3 8 6 Ikan gabus 0,5 0,5 2 0,5 3 6,5 7 Udang 2 2 2 2 3 11 8 Pasak bumi 1 1 2 0,5 3 7,5 9 Palas 2 1 2 2 3 10 10 Jamur grigit 1 2 2 1 3 9 11 Durian daun 2 3 2 1 3 11 12 Cempedak 1 2 2 2 3 10 13 Tampoi 3 1 2 1 3 10 14 Gadung 1 3 2 1 3 10 15 Jelutung 1 1 2 1 3 8 16 Asam putar 1 3 2 1 3 10 17 Asam payau 2 0,5 2 3 3 10,5 18 Jentikan 2 1 2 2 3 10 19 Gitan 2 1 2 2 3 10 20 Pandan Besar 3 2 2 3 3 13

Tabel 13. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Kepayang (Non hutan)

N o HHBK Kelimpa han dan distribu si Kesesu aian tanah dan biofisik Tingkat ketaha nan terhada p kekerin gan Pengetah uan budidaya dan pemeliha raan Ketersedi aan akses/in put (Saprodi) Sum ber beni h Cara pan en Bia ya Sk or 1 Pisang 3 5 3 5 1 5 5 5 32 2 Karet 5 5 3 5 1 5 5 1 30 3 Durian 0,5 3 5 3 1 3 3 5 22, 5 4 Jeruk Manis 1 1 1 1 1 1 5 1 12 5 Nenas 3 5 5 5 1 5 5 5 34

(33)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 6 Cempe dak 1 3 5 3 1 3 3 5 24 7 Nangka 1 3 5 3 1 3 3 5 24 8 Ubi Kayu 3 5 3 5 1 5 5 5 32 9 Kueni 1 3 5 3 1 3 3 5 24 1 0 Jering (Jengko l) 0,5 3 5 3 1 3 3 5 25, 5

HHBK prioritas hutan yang terpilih adalah kemenyan, durian daun dan pandan

besar. Pandan besar memiliki score tertinggi dalam penilaian HHBK prioritas dengan

keunggulan yaitu tersedia banyak dan terdistribusi luas serta mudah berkembang biak.

Untuk HHBK prioritas non hutan terpilih pisang, karet, nenas dan ubi kayu. Nenas

memiliki skor tertinggi dengan keunggulan yaitu sangat sesuai untuk hidup atau di

tanam di desa Kepayang, tahan terhadap musim kering, pengetahuan & keterampilan

masyarakat untuk merawatnya cukup tinggi, sumber benih berlimpah, cara panen

mudah dan biaya pemeliharaan rendah.

(34)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Tabel 14. Matriks sumberdaya prioritas Desa Kepayang (Hutan)

N

o

HHBK Praktek/Upaya pemanfaatan Praktek/Upaya pengelolaan

Bagian yang diguna kan Pemanfaata n Jumlah produk/ perpohn / rumpun/ rambata n Jumlah pohon/ru mpun per-Ha Luas area hhbk (Ha) Musim berbunga, berbuah, panen Sumberdaya hhbk digunakan (dijual/subsisten/ budaya) Dampak potensial pemanfa atan hhbk terhadap ekologi Ancama n luar terhada p populasi hhbk Sistempengelolaan yang sudah ada

1 Kemen yan Getah Pengobatan traditional 0,5 ons/ pohon/h ari (belum banyak pengala man) ± 100 pohon/ha 250 ha Bebunga & berbuah setahun sekali Tidak ada pengalaman/ pengethuan mengenai musim berbunga, berbuah dan panen Budaya (pengobatan)

Tidak ada Peneban gan liar

Belum ada

pengelolaan mengenai hutan desa (nuaran) dan pemanfaatan/ panen kemenyan 2 Pandan besar Daun - Tikar, 1 tikar (2x3 m) = 500 lenja = 80 lembar daun pandan - Sumpit, 1 sumpit =100 lenja 300 lembar daun/po hon 50 rumpun/ ha - 50 rumpun/ ha - 10 pokok/ rumpun 50 lembar/ha 10 pokok/ru mpun Dapat dipanen 15 hari (0.5 bulan) setelah di panen

Subsisten Tidak ada dampak

Bencana kebakar an

Tidak panen daur muda

(35)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 = 16 lembar daun pandan - Ambung, 1 ambung = 60 lenja = 10 lembar daun pandan - Topi, 1 topi = 50 lenja = 8 lembar daun panda 10 pokok /rumpun 3 Durian (Daun, Haji, Hantu, Payau) Buah (Durian Haji, Durian Daun) Dijual & makan (buah masak, tempoyak, dodol) Mengusir hantu (Durian hantu) 100 -500 buah / pohon Tempoya k 1 kg = 15 buah Dodol 1 loyang (2 kg) = 2 buah + 2 - 3 pohon/Ha 250 Berbunga/Berbua h/panen satu tahun sekali Subsisten, jual Budaya Tidak ada dampak Monyet (buah muda) Beruang a (buah tua) Hanya memanen yang tua

Tidak ada aturan yang mengatur pengelolaan/pema nfaatan durian Tidak ada aturan yang mengatur hutan desa Batang (Duaria n Payau, Durian Hantu) Papan (bangunan) 7 m3 (balok) 5 m3 (papan) 5 – 10 pohon/ha (Durian payau) 1 – 2 pohon/ha 700 ha (Durian Payau) 4.000 ha (Durian Selama musim hujan (Januari – Juni)

Subsisten, dijual Ketinggia n air rawa menurun (hutan rawa Mudah terbakar pada saat musim kemarau Ada pembagian wilayah di antara illegal logger Tidak ada aturan yang mengatur

(36)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 (Durian hantu) Hantu) menjadi mudah terbakar) (daerah rawa) soal pemanfaatan/pan en pohon durian. Kulit batang (durian payau) Dinding 8 m2 / pohon 5 – 10 700 ha Pada saat penebangan pohon durian (Januari Juni) Subsisten Ketinggia n air rawa menurun (hutan rawa menjadi mudah terbakar) Mudah terbakar pada saat musim kemarau (daerah rawa) Membuat dinding dari kayu yang ditebang untuk bangunan tidak khusus menebang untuk mengambil kulitnya

Tidak ada aturan yang mengatur soal penebangan dan penggunaa kulit batang durian

Kemenyan, yang diambil adalah getahnya dimanfaatan masih sebatas untuk kebutuhan pengobatan (budaya) yang digunakan oleh dukun

setempat. Pemanfaatnya yang jarang menyebabkan informasi mengenai kapasitas panen getah dari setiap pohon tidak dapat diperoleh dengan jelas.

Pengalaman dukun setempat setiap dia panen dari 1 pohon menghasilkan 5 ons dengan jarak panen yang cukup lama. Luasan lahan dengan potensi

kemenyan di hutan Nuaran seluas 250 Ha dengan jumlah pohon per ha sekitar 100 pohon/ha. Pemanfaat getah hingga saat ini tidak menyebabkan

ancaman terhadap ekologi hutan nuaran. Penebangan liar menjadi ancaman keberadaan kemenyan, dan kondisi ini diperparah dengan tidak adanya

aturan pengelolaan hutan Nuaran maupun aturan panen kemeyan.

Pandan besar, yang digunakan daunnya sebagai bahan baku kerajinan tradisional. Luasan lahan yang ditumbuhi pandan besar di hutan

nuaran tidak seluas HHBK prioritas lainnya, namun produksi daun/produk sangat tinggi. Jumlah lembar daun yang bias dipanen per ha persekali

panen dapat mencapai 150.000 lembar daun (dapat menghasilkan produk kerajinan 1800 – 15000 kerajinan dengan bentuk yang berbeda. Jarak

waktu panen tidak jauh hanya dalam 2 minggu dapat panen kembali di tempat yang sama. Selain di hutan Nuaran pandan besar dapat ditemui

sepanjang sungai dekat desa. Tidak ada dampak dari pemanfaatn daun pandan besar ini. Walau tidak ada peraturan khusus yang mengatur

pemanfaatan pandan besar di hutan Nuaran dan di sepanjang sungai, namun masyarakat mempunyai standard untuk daun pandan yang di panen

yaitu tidak memanen daun muda. Kebakaran menjadi ancaman bagi keberadaan pandan besar terutama yang berada di hutan Nuaran.

(37)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Durian yang dimanfaatkan tidak hanya buahnya tapi juga batang dan kulit batang pohon, untuk makanan (durian haji & durian daun), bahan

bangunan dan lantai rumah (durian payau & durian hantu), baik untuk kebutuhan pribadi maupun di jual. Luasan lahan durian variatif dari 250 ha

durian haji & daun, 700 ha durian payau, 1000 ha durian hantu di hutan Nuaran. Musim panen buah durian hutan setahun sekali namun untuk panen

kayu/batang dan kulit kayu durian berlangsung selama bulan Januari – Juni (musim hujan). Pemafaatan buah durian tidak memberikan dampak

negative namum pemanfaatan dalam bentuk batang dan kulit kayu menyebabkan menurunnya ketinggian air rawa (menyebabkan hutan gambut

mudah terbakar pada saat musim kering). Ancaman terbesar terhadap keberadaan durian adalah kebakaran karena durian berada diwilayah gambut

mudah terbakar dan juga penebangan liar (ada pembagian wilayah tebang dihutan nuaran diantara illegal logger). Tidak ada pengaturan dalam

pemanfaatan durian baik berupa buah maupun batang.

Tabel 15. Matriks sumberdaya prioritas Desa Kepayang (Non hutan)

N

o

HHBK Praktek/Upaya pemanfaatan Praktek/Upaya pengelolaan

Bagian yang diguna kan Pemanfaa tan Jumlah produk/perpohn/rumpun/ rambatan Jumlah pohon/rum pun per-Ha Luas area hhbk (Ha) Musim berbunga , berbuah, panen Sumberdaya hhbk digunakan (dijual/subsisten/b udaya) Dampak potensial pemanfaa tan hhbk terhadap ekologi Ancam an luar terhad ap popula si hhbk Sistempengel olaan yang sudah ada

1 Nenas Buah Makanan (selai, sambal, bahan tambaha n untuk pindang, rujak)

1 pokok nenas dapat berbuah beberapa kali, namun hasilnya akan semakin mengecil trutama jika sudah tumbuh pokok-pokok baru disekitarnya Selai 250 gram = 3 nanas

360 pokok/Ha 5 Ha (keseluru han luasan kebun Nenas di kampung Kepayang Per 8 bulan (setelah tanam, tumbuh)

Jual & subsisten Tidak ada Tupai, monye t, kupu-kupu Masih tradisional Mahko ta Perbanya kan nanas 1 mahkota = 1 pokok nanas

Jual & subsisten Tidak ada Tupai, monye t,

Masih tradisional

(38)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

kupu-kupu 2 Pisang Buah Makanan

(kripik pisang, rimpi pisang, pisang goreng, buah pisang)

1 pohon satu kali berbuah 10 pokok/Ha 5 – 6 Ha Per 3 – 12 bulan sekali, namun pisang tidak berbuah serentak sehingga setiap bulan selalu ditemui buah pisang (setiap pohon berbuah sekali setelah itu ditebang)

Jual & subsisten Tidak ada Babi, monye t Masih tradisional Daun Makanan (bungkus pepes, bungkus kue)

1 pokok pohon pisang dapat dimanfaatkan daunnya beberapa kali hingga pohon di tebang

10 pokok/ Ha 5 – 6 ha Setiap saat selama ada daun yang dapat dipanen

Jual & subsisten Tidak ada dampak

Masih tradisional

(39)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 g Pisang (pisang Gedah, Pisang kapok) (sayur) Dekorasi pernikaha n jantung ha buah sudah keluar (hanya 1 kali setiap pokok) dampak tradisional 3 Singko ng (ubi kayu) Umbi Makanan (Kripik singkong, tape, opak, segau, kolak dll) 1 pokok ubi = 3 – 5 kg singkong 1.000 pokok singkong /Ha 5 ha Setiap 6 bulan sekali

Dijual & subsisten Tidak ada dampak Babi, kambi ng Masih tradisional Daun Makanan (sayur)

Jika untuk diambil umbinya, biasanya tidak diambil daunnya

Biasanya yang diambil daunnya singkong tahunan

Tidak ada data

5 ha Setiap hari

Dijual & subsisten Tidak ada dampak Babi, kambi ng Masih tradisional

Batang Bibit 1 Batang singkong bisa menjadi 6 -10 batang bibit singkong

Subsisten

Karet Getah Getah / karet masak Dijual dalam bentuk lembaran ukuran < 1 ons/ batang/ penyadapan (untuk karet seedling)

1.5 – 2 ons/ batang/ penyadapan (untuk karet okulasi) 833 pokok (jarak tanam 3 x 4 m2) 625 pokok (jarak tanam 4 x 4 m2) 200 KK menana m karet 2 Ha/KK (minimah l) 400 Ha Setiap pohon berbunga & berbuah 1 kali setahun, namun pohon

Di jual Tidak ada dampak Babi Tikus pada waktu muda Pengelolaan masih tradisional

(40)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 40 cm x 60 cm x 40 cm (± 60 kg) Getah / karet masak harga saat ini Rp 5.000 – Rp 7.000 tidak selalu serentak berbunga & berbuah nya, sehingga sepanjan g tahun tampak berbunga & berbuah terus Anakan Menjual bibit okulasi, anakan karet yang telah dilakukan proses okulasi (penemp elan mata entres dari indukan yang bagus) Sangat banyak

1 buah karet berisi 3 biji, 1 pohon karet bisa berbuah berates-ratus buah 1 ha karet = 625 pohon ± 50 KK menana m karet bibit okulasi 400 ha kebun karet ( Berbunga dan berbuah setahun sekali namun tidak berbaren gan

Dijual, namun ini belum dilakukan Tidak ada dampak Tikus pada waktu muda Pengelolaan masih tradisional Pembuatan bibit okulasi merupakan pengetahuan berasa dari luar

(41)
(42)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Tanaman semusim nanas, singkong dan pisang di desa Kepayang di kelola oleh

beberapa masyarakat dengan total luasan lahan untuk ke tiga komoditi tersebut seluas

5-6 ha. Nenas, dimanfaatkan buah (makanan) dan mahkota (perbanyakan), dalam 1 ha

ditemui 360 pokok nanas, dimana 1 pokok nenas dapat berbuah 4 kali, dan mulai

berbuah 8 bulan setelah di tanam. Pisang kehadiran lebih sedikit dalam 1 ha sekitar 10

pokok/ha. Usia panennya bervariasi 3 – 12 bulan setelah dipanen, dan hanya bisa panen

1 kali per pokok. Singkong kehadirannya paling banyak per ha yaitu 1000 pokok, karena

jawak tanam yang rapat. Singkong telah produksi setelah 6 bulan di tanam dengan hasil

panen per pokok 5-6 kg, hanya dapat 1 kali panen. Pemanfaatan nenas, pisang dan

singkong tidak mengacam ekologi. Ancaman bagi keberadaan ke tiga komeditas adalah

hama tikus dan monyet. Pengelolaan tanaman semusim ini masih dilakukan dengan

sederhana dan tradisional.

Karet, komoditi yang banyak di tanam oleh masyarakat Kepayang, perkiraan ada

200 KK yang menanam karet dengan luasan minimal 2 ha sehingga diprediksi ada 400 ha

lahan karet di desa Kepayang dengan potensi per ha 625 – 833 pokok tanaman karet

dengan hasil 6 -15 kg/ha/panen. Tak ada ancaman terhadap ekologi dengan

pemanfaatan getah karet. Ancaman bagi karet adalah pada saat masih baru tanam yaitu

hama tikus. Pengelolaan karet masih tradisional, masyarakat lebih banyak memgunakan

bibit anakan cabutan yang hasil getahnya lebih sedikit dibandingkan bibit okulasi.

(43)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

(44)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Tabel 16. Evaluasi pengelolaan lestari Desa Kepayang (hutan & non hutan )

HHBK Bagian tanaman Kelimpahan (ketersediaan) dan distribusi (penyebaran)

Pertumbuhan dan reproduksi Bagian yang digunakan Dampa k terhad ap tanama n Potensi pengelola an lestari Kepadata n populasi local (jumlah/h a) Hasil panen/sumberd aya Penyebar an regional Habitat (tempa t tumbu h) spesifik Kemampu an tumbuh kembali Tingkat pertumbuh an Umur kemati an Tingkatan (laju) reproduk si (#bibit/th n) Pola reprodu ksi

Kemenyan Getah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Pandan besar Daun Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi

Durian Buah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang Tinggi

Nenas Buah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi

Pisang Buah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Singkong Umbi/seluruh

tanaman

Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Tinggi Karet Getah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tabel … Hasil evaluasi pengelolaan lestari HHBK Desa Kepayang (hutan & non hutan)

HHBK Pengelolaan Keterangan

TInggi Sedang Rendah

Kemenyan 5 3 2 Potensi pengelolaan lestari sedang

Pandan besar 6 4 0 Potensi pengelolaan lestari sedang

Durian 4 4 2 Potensi pengelolaan lestari rendah

Nenas 8 1 1 Potensi penglolaan lestari tinggi

Pisang 6 4 0 Potensi pengelolaan lestari sedang

Singkong 6 2 2 Potensi pengelolaan lestari sedang

(45)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015

Dari ke 7 HHBK prioritas, Karet adalah HHBK prioritas dengan potensi pengelolaan sangat tinggi, nenas pontensi pengelolaan lestari tinggi

sedangkan kemeyan, pandan besar, pisang potensi pengelolaan lestarinya sedang dan HHBK dengan potensi pengelolaan lestari rendah adalah

durian. Dari sisi potensi pengelolaan lestari HHBK prioritas yang direkomendasikan untuk di kelola adalah karet dan nenas.

4.3. Produk Prioritas

Produk-produk yang dihasilkan dari HHBK prioritas hutan dan non hutan disajikan pada tabel dibawah ini. Produk dari HHBK prioritas baik

yang di hutan maupun non hutan dikelola/produksi secara tradisional, keahlian memproduksi mereka pelajari secara turun temurun dengan input

yang berasal dari lokal (bahan baku tambahan & peralatan produksi).

Tabel 17. Identifikasi produk hhbk prioritas Desa Kepayang (hutan)

HHBK Produk

yang dihasilkan

Masukan (input Kualitas dan kapasitas produk Pemasaran

Peralatan material/fasilitas Teknologi Kebutuhan hasil diluar hutan Keahlian yang dibutuhkan Kualitas produk Jumlah produsen Total jumlah produk saat ini Pasar yang ada Harga penjualan saat ini Prasarana pasar saat ini (transport, pengiriman, pergudangan, pengepakan) Kemenyan Getah menyan Pisau, parang, plastic

Traditional Air panas - Mengetahui waktu pengambila n getah, - Menorah pohon, - menentukan ukuran pohon yang disadap (diameter 20 – 30 cm) - Aroma tahan lama, - penampila n fisik tidak berubah, - warna tidak berubah, - berat berkurang 1 orang (pak Darmin) Tidak memanen secara regular, hanya pada saat memerlukan saja 0.5 ons/ pohon/hari Belum tau Belum ada pengalaman menjual

Sukarela Prasana yang tersedia Transportasi Darat: jalan tanah, tidak ada transportasi umum regular, jika hujan licin dan kandas di

(46)

Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 Pandan besar Tikar, atap perahu, ambung Pisau kecil, parang panjang, golok, kayu (sunduk), tuai (alat membelah) / jangko, pewarna kimia,

Traditional Rotan & kayu, sinar matahari (penjemuran daun) Memilih daun siap panen, Membelah daun, Meraut daun, Mengayam daun - Tahan lama, - Tidak sampai kena panas dan air (tikar, atap perahu) - Beban maks untuk ambung 50 kg - Tikar : 10 orang, - Atap perahu : 1 orang, - Ambung : 10 orang - Tikar : 2 lembar/ hari (2x1 m), - Atap perahu : 1 atap/hari (2x3 m), - Ambung : 1/hari (60 x 40 cm) Di kampung Kepayang ? beberapa titik Transportasi sungai (umum regular): ketek, klotok dan speed boad Tidak ada gudang penyimpanan Tidak ada rumah produksi Tidak ada jasa pengiriman di desa Durian Buah Tempoyak Parang, tali, karung Toples, parang, sendok Traditional Garam (tempoyak) Keahlian untuk menyimpan dan mencampur adonan tempoyak Tempoyak bisa tahan 1 tahun Tempoyak : 20 orang 1 buah : 120 ml tempoyak Kampung Kepayang Durian : Rp 5000/buah Tempoyak : Rp 5000/ons

Kemenyan, produk yang dihasilkan adalah getah dengan kualitas cukup baik (aroma tahan lama dan tidak berubah bentuk & warna). Hanya

ada 1 orang yang mempunyai pengalaman memanen kemenyan dan belum ada pengalaman menjual kemenyan secara reguler sehingga tidak

didapat informasi mengenai kapasitas produksi kemenyan saat ini.

Pandan besar, produk yang dihasilkan adalah kerajinan lokal (tikar, ambung/keranjang, topi, sumpit dan atap perahu). Keahlian menganyam

tidak dimiliki banyak orang sekitar 10 orang dapat membuat ambung dan tikar, dan hanya satu orang yang bisa membuat atap perahu.Tidak ada

informasi mengenai kapasitas produksi, namun dapat diprediksi kapasitas produksi kerajinan 12-15 pcs/bulan per orang atau 120-15p pcs/bulan,

Gambar

Tabel 5. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian (Non hutan)  N o  HHBK  Kelimpa han  dan  distribus i  Kesesuaian tanah dan  biofisik  Tingkat  ketahanan terhadap  kekerin gan  Pengetahuan  budidaya dan  pemeliharaan  Ketersediaan  akses/input  (S
Gambar 1. Peta sebaran hasil hutan bukan kayu Desa Pangkalan Bulian
Tabel 7. Evaluasi pengelolaan lestari HHBK Desa Pangkalan Bulian (hutan &amp; non hutan)  HHBK  Bagian tanaman  Kelimpahan  (ketersediaan)  dan  distribusi
Tabel 10. Faktor kerentanan Desa Kepayang
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Setelah Guru pembimbing mendapatkan informasi dari siswa se- almamater dan ada juga dari salah seorang orang tua siswi yang terlibat kasus tersebut, maka segera membuat

Teman – teman angkatan TI 2006 dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan memberi

Tetapi walaupun mereka adalah masyarakat yang kurang mampu, tetapi mereka tetap berjuang hidup dengan membuat jajan pasar sehingga jajan pasar pun tidak akan dilupakan

Gereja HKBP ikut dalam mempersiapkan jemaat gereja HKBP untuk ikut dalam kegiatan politik termasuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu1. Dalam hal

Laporan kinerja Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah memberikan informasi tingkat pencapaian 6 sasaran kegiatan dengan 9 indikator kinerja kegiatan yang telah

Selain daripada cita-cita untuk mewujudkan “port” untuk kami sendiri, kami sedar pendekatan ini akan memberikan nilai tambah kepada ekonomi setempat kerana ianya berupaya untuk

Teman-teman seperjuangan Diploma III Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2013 yang selalu mendukung Penulis dan banyak membantu penulis memberi

Laba bersih tahun ini diperkirakan sudah mengalami peningkatan dari tahun 2009 yang sebesar Rp 700,1