Final Report
Studi tentang Nilai Ekonomi, Pemetaan HHBK dan KPH
Terkait Inventarisasi Sumberdaya Hutan
(
Study on Economic Value, Mapping of Selected NTFP and FMU
Related Inventory of Forest Resources
)
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Kata Pengantar
Laporan ini disusun sebagai output kegiatan Working Package 5: “Peningkatan
Sumber Penghidupan Masyarakat Desa”, dan Kegiatan Utama 5.1: “Identifikasi
Tindakan-tindakan Penciptaan Pendapatan untuk Masyarakat” melalui kegiatan “Studi
tentang Nilai Ekonomi dan Pemetaan HHBK dan KPH terpilih terkait Inventarisasi
Sumberdaya Hutan.”
Kegiatan studi ini menggunakan pendekatan analisis data kuantitatif dan
kualitatif dengan menggunakan alat bantu CLAPS (Community Livelihood Aprraisal and
Product Scanning) dengan tujuan untuk mengidentifikasi sumberdaya hutan atau
produk-produk potensial bagi penghidupan masyarakat, khususnya Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK), termasuk identifikasi prioritas/skala komersial dari HHBK prioritas yang
akan digunakan untuk pemilihan bentuk usaha kemasyarakatan.
Pendapat, pandangan dan rekomendasi yang disampaikan pada laporan ini
adalah pendapat, pandangan dan rekomendasi dari penulis dan tidak mencerminkan
pendapat resmi dari BMU dan/atau GIZ.
Palembang, August 2015
Tim Penyusun
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Ucapan Terima Kasih
Kegiatan studi tentang nilai ekonomi dan pemetaan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) dan Kesaatuan Pengelolaan Hutan (KPH) terkait inventarisasi sumberdaya hutan
ini telah dilaksanakan melalui kegiatan CLAPS (Community Livelihood Aprraisal and
Product Scanning). Pengumpulan data di lapangan telah dilakukan melalui kegiatan
pelatihan untuk fasilitator pada tanggal 17–20 Maret 2015, yakni data di Desa Jajaran
Baru I KPHP Lakitan; Desa Karang Panggung KPH Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS);
dan Hutan Kemasyarakatan (HKm) KPHP Benakat Bukit Cogong. Selain itu pengumpulan
data dilakukan melalui kunjungan lapangan di Desa Pangkalan Bulian KPHP Meranti pada
tanggal 5–1 Mei 2015, Desa Napalicin KPHP Rawas/KPH TNKS pada tanggal 17–23 Mei
2015, Desa Muara Sungsang KPHL Banyuasin pada tanggal 24–30 Mei 2015, dan Desa
Kepayang KPHP Lalan pada tanggal 28 Agustus – 1 September 2015.
Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala KPHP Lakitan, KPHP Rawas, KPHP
Lalan, KPHP Meranti, KPHP Benakat Bukit Cogong dan KPH TNKS yang telah memberikan
masukan dan arahan terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Terima kasih kami ucapkan
kepada Kepala Desa Karang Panggung, Kepala Desa Pangkalan Bulian, Kepala Desa
Napalicin, Kepala Desa Muara Sungsang, dan Kepala Desa Kepayang yang telah
membantu pelaksanaan kegiatan di lapangan. Terima kasih kami ucapkan juga kepada
Ketua Lembaga Hutan Desa Jajaran Baru I Musi Rawas, Ketua HKM Bukit Cogong Musi
Rawas dan Pengurus Lembaga Hutan Desa Kepayang yang telah memberikan dukungan
dan partisipasinya dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Laporan ini disusun untuk menyajikan data dasar yang terkait dengan nilai
ekonomi dan pemetaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai referensi bagi upaya
peningkatan sumber penghidupan masyarakat desa di beberapa wilayah KPH prioritas
proyek Bioclime.
Semoga laporan ini bermanfaat.
Palembang, Agustus 2015
Tim Penyusun
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Executive Summary
Executive summary ………..
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Ringkasan (Indonesia)
Ringkasan indonesia …………
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Singkatan/Akronim
Bappeda
Provincial/District Development Planning Agency
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bapeluh
Implementation Extension Agency
Badan Penyuluh
BIOCLIME
Biodiversity and Climate Change Project
Proyek Biodiversitas dan Perubahan Iklim
BKSDA
Natural Resource Conservation Service
Balai Konservasi Sumber Daya Alam
CLAPS
Community Livelihood Appraisal and Product Scanning
Penilaian Mata pencaharian Masyarakat dan Pemindaian Produk
Disbun
Provincial/District Plantation Agency
Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten
KPHK
Conservation Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
KPHL
Protection Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
KPHP
Production Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
LSM
Non Governmental Organization
Lembaga Swadaya Masyarakat
Dishut
Provincial/District Forestry Service
Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten
HHBK/NTFP
Non-Timber Forest Products
Hasil Hutan Bukan Kayu
ICRAF
World Agroforestry Centre
Pusat Perhutanan Sosial Dunia
JDSK
Forestry Spatial Data Network
Jaringan Data Spatial Kehutanan
KPH
Forest Management Unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
TN
Nasional Park
Taman Nasional
UPT
Technical Implementation Unit
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Daftar Isi
Kata Pengantar ...i
Ucapan Terima Kasih ... ii
Executive Summary ... iii
Ringkasan (Indonesia) ... iv
Singkatan/Akronim ... v
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar... viii
Daftar Lampiran ... ix
I.
Pendahuluan ... 1
1.1.
Latar Belakang... 1
1.2.
Tujuan ... 1
II.
Metode ... 2
2.1.
Pendekatan ... 2
2.2.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ... 2
2.3.
Pengumpulan Data ... 2
2.4.
Analisis Data ... 3
III.
KPHP Meranti: Desa Pangkalan Bulian ... 4
3.1.
Sumber Penghidupan Masyarakat ... 4
3.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 6
3.3.
Produk Prioritas ... 12
IV.
KPHP Lalan: Desa Kepayang ... 16
4.1.
Sumber Penghidupan Masyarakat ... 16
4.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 19
4.3
Produk Prioritas ... Error! Bookmark not defined.
V.
KPHP Rawas dan TNKS: Desa Napalicin ... 48
5.1.
Sumber Penghidupan Masyarakat ... 48
5.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 50
5.3.
Produk Prioritas ... 59
VI.
KPHP Lakitan: Desa Jajaran Baru I ... 63
6.1.
Sumber Penghidupan Masyarakat ... 63
6.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 64
6.3.
Produk Prioritas ... 71
VII.
KPHP BBC: HKm Bukti Cogong ... 73
7.1.
Sumber Penghidupan Masyarakat ... 73
7.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 75
7.3.
Produk Prioritas ... 81
VIII.
KPHL Banyuasin: Desa Muara Sungsang ... 83
8.1.
Sumber Penghidupan Masyarakat ... 83
8.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 85
8.3.
Produk Prioritas ... 93
IX.
TNKS: Desa Karang Panggung ... 94
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
9.2.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas ... 96
9.3.
Produk Prioritas ... 102
X.
Kesimpulan ... 103
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Daftar Tabel
No table of figures entries found.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Daftar Gambar
No table of figures entries found.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Daftar Lampiran
No table of figures entries found.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
I. Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Salah satu area strategis dari proyek Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) adalah
Mengidentifikasi dan mengembangkan berbagai sumber pendapatan alternatif untuk
masyarakat pedesaan yang tinggal di dalam dan di sekitar daerah yang dilindungi.
Tujuan dari area strategis ini adalah untuk mendukung alternatif sumber pendapatan
bagi penduduk yang tinggal di daerah sekitar kawasan lindung yang telah diidentifikasi
dan dikembangkan. Secara umum, Proyek BIOCLIME akan membantu pemerintah
daerah di Sumatera Selatan untuk merancang kehidupan penduduk pedesaan di sekitar
ekosistem hutan yang terancam punah dapat meningkat dan aspek konservasi dan
pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem hutan merupakan bagian dari sistem
ekonomi lokal.
Pada tahap pelaksanaan, proyek akan melakukan studi tentang nilai ekonomi dan
sumber daya hutan baik kayu maupun non kayu beserta keanekaragaman hayatinya.
Selain itu dilakukan juga pemetaan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan tingkat kesiapan
dari masyarakat pengelola usaha berbasis HHBK yang terseleksi di Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH) di wilayah intervensi proyek. Studi ini dilakukan dalam bentuk lokalatih
yaitu lokalatih CLAPS (Community Livelihood Appraisal and Product Scanning), dimana
penilaian dilakukan bersama dengan stakeholder yang ada di kawasan KPH yaitu
masyarakat yang ada diwilayah KPHP/L, perwakilan staff dari KPHP Meranti, KPHP Lalan,
KPHP Lakitan, KPHP Rawas dan KPHL Banyuasin.
1.2.
Tujuan
Tujuan :
• Mengidentifikasi potensi sumberdaya hutan / produk / layanan yang ada di
masyarakat dampingan yang menjadi mata pencaharian, khususnya hasil hutan
bukan kayu (HHBK) di wilayah KPH, meliputi identifikasi skala prioritas HHBK
tertentu, pemetaan dan memvalidasi HHBK yang akan digunakan dalam
pemilihan produk.
• Menilai situasi sumberdaya alam saat ini dan kegiatan mata pencaharian
masyarakat yang bergantung pada hutan, khususnya bergantung pada potensi
sumberdaya alam prioritas yang berkelanjutan dan menilai kesiapan masyarakat
pengelola usaha berbasis HHBK.
• Memilih minimal 3 prioritas HHBK kunci yang tersedia dalam wilayah KPH di
wilayah intervensi proyek.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
II. Metode
2.1. Pendekatan
Untuk mendapatkan gambaran dan informasi serta sebaran potensi HHBK pada
level masyarakat di wilayah KPH, digunakan alat pemindai cepat CLAPS.
CLAPS atau Community Livelihood Appraisal and Product Scanning adalah alat yang
digunakan untuk mengetahui/mengidentifikasi sumberdaya HHBK potensial dan
berkelanjutan di suatu kawasan dan mengidentifikasi persyaratan apa yang harus
dipenuhi untuk membangun usaha yang berbasis HHBK dan masyarakat serta menilai
sejauh apa kesiapan masyarakat yang akan membangun usaha berbasis HHBK tersebut.
Sumberdaya potensial adalah sumberdaya yang ketersediannya berlimpah,
regenerasinya mudah dan tidak lama, mudah dipanen dan mempunyai kemudahan
akses dalam mengeksploitasinya. Sumberdaya yang berkelanjutan adalah sumberdaya
yang mempunyai tingkat regenerasinya yang cepat dan mudah sehingga terjaga
kelestarianya walaupun dimanfaatan secara terus menerus. Dalam membangun sebuah
usaha komunitas, diperlukan juga kemampuan analisa masyarakat dari
pengalaman-pengalaman yang ada sebelumnya, sehingga usaha yang akan dibangun adalah usaha
usaha yang layak, sukses dan bekelanjutan. Disamping itu, alat CLAPS juga mampu
menilai tingkat kesiapan dan kapasitas masyarakat dalam merencanakan sebuah usaha.
Alat ini juga membantu masyarakat dalam menentukan peran individu atau kelompok
dalam usaha yang akan dikembangkan.
2.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Studi ini dilakukan dalam bentuk lokalatih CLAPS (Community Livelihood
Appraisal and Product Scanning), dimana penilaian dilakukan bersama dengan
stakeholder yang ada di kawasan KPH yaitu masyarakat yang ada diwilayah KPHP/L,
perwakilan staff dari KPHP Meranti (Desa Pangkalan Bulian), KPHP Lalan (Desa
Kepayang), KPHP Lakitan (Desa Jajaran Baru I), KPHP Rawas (Napalicin) dan KPHL
Banyuasin (Desa Muara Sunsang), KPHP BBC (HKM Bukit Cogong) dan TNKS (Karang
Panggung)
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dari bulan Maret – Agustus 2015 dengan
rincian kegiatan:
1.
Pelatihan CLAPS dilakukan pada bulan Maret 2015 yang diikuti oleh staff dari 5
KPHP, LSM mitra BioClime, staff Dinas Kehutanan Provinsi.
2.
Pengumpulan data CLAPS di lapangan oleh staff KPHP bersama masyarakat April –
Agustus 2015
3.
Kompilasi data dan Analisa data Agustus.
2.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dilakukan secara bersama oleh staff KHPP dengan
masyarakat (Pemerintah Desa, lembaga-lembaga desa, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda, kelompok perempuan). Data yang dikumpulkan adalah:
1. Aset komunitas (SDA, SDM, Finansial, Fisik & Sosial)
2. Daftar HHBK yang berada di area hutan dan non hutan
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
4. Melakukan matrik HHBK priritas (informasi mengenai praktek pemanfaatan dan
praktek pengelolaan HHBK prioritas yang sudah dilakukan)
5. Memetakan HHBK prioritas yang sudah di dapat (3-5 HHBK prioritas)
6. Melakukan validasi terhadap hasil HHBK prioritas hasil scoring dan sudah dipetakan
dengan cara melakukan pengecekan ke lapangan secara random dari HHBK
prioritas.
7. Mengumpulkan informasi mengenai produk prioritas (input, kapasitas, pasar dan
infrastruktur)
2.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengumpulan data yang dikumpulkan oleh staff KPHP
bersama dengan masyarakat dikumpulkan dan diolah/analisa untuk mengetahui:
1. Sumber penghidupan masyarakat
2. HHBK prioritas
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
III. Desa Pangkalan Bulian: KPHP Meranti
Kondisi umum Desa Pangkalan Bulian. Merupakan desa yang terletak di Wilayah
KPHP Meranti.
3.1. Sumber Penghidupan Masyarakat
a. Sumber Daya Alam
Desa Pangkalan Bulian memiliki kekayaan yang beragam, mulai dari hutan
dengan hasil buah-buahan & sayuran (makanan), obat-obatan, madu, bahan
bangunan (kayu) dan ada aliran sungai di dalamnya.Ada juga hasil tambang yaitu
minyak bumi dan juga lahan perkebunan karet. Tambang minyak merupakan
kekayaan alam yang membeda desa Pangkalan Bulian dengan desa lain yang di
assessment.
b. Sumber Daya Manusia
Secara pendidikan masyarakat desa Pangkalan Bulian memiliki kapasitas rendah
karena sebagian besar hanya mengenyam pendidikan sampai SD (tamat).
Mata pencaharian utama mereka berbasis dari hasil alam yaitu petani karet dan
penambang minyak alam tradisional. Beberapa diantara mereka ada yang
berprofesi sebagai pengerajin dan pemanen madu, namun ini sifatnya tidak
tetap (musiman). Keahlian yang mereka miliki terkait dengan sumber mata
pencaharian utama mereka yaitu berkebun karet dan cukup banyak juga yang
memiliki keahlian menambang minyak secara tradisional. Beberapa masyarakat
memiliki keahlian memanen madu sialang dan membuat kerajinan rotan.
Secara kualitas kesehatan masyarakat desa ini rentan untuk terpapar penyakit
karena kondisi lingkungan yang tidak sehat (masyarakat belum mengenal
sanitasi yang baik) dan ancaman asap kebakaran lahan yang terjadi hampir
setiap tahunnya. Dan belum di ketahui dampak dari kegiatan penambangan
minyak yang dilakukan masyarakat terhadap lingkungan, seperti kualitas air dan
kualitas udara.
c. Sosial
Tidak telalu banyak informasi yang di ketahui mengenai kondisi asest sosial di
masyarakat desa Pangkalan Bulian. Pemerintah desa yang berperan melakukan
pembangunan di desa tampak tidak melakukan perannya dengan baik terlihat
dengan lambatnya pembangunan di desa. KPH dan Bioclime merupakan
lembaga dari luar pemerintahan desa yang saat ini berperan dalam
membangung disektor kehutanan.
d. Finansial
Sumber uang yang beredar dikampung berasal dari hasil penjualan (pendapatan)
karet dan minyak bumi. Tidak ada bank maupun pelayanan lembaga keuangan
non perbankan seperti kelompok simpan pinjaman, koperasi. Ada jasa
peminjaman uang secara personal (toke), toke biasa memberikan modal kepada
petani karet dan pembayaran dengan hasil karet.
e. Fisik
Aset fisik yang dimiliki oleh desa ini adalah bagunan yang terkait dengan pelayan
dasar masyarakat seperti sekolah PAUD & SD (pelayanan pendidikan dasar),
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
rumah dinas bidan (kesehatan), toilet umum, dan balai desa. Tersedia jalan
darat dengan kualitas buruk, tidak tersedia alat transportasi darat regular.
Tabel 1. Modal penghidupan Desa Pangkalan Bulian
Modal Penghidupan Positif Negatif
Sumber daya Alam
Apa ada sumber mata air? Apa ada lahan pertanian?
- Sumber daya hutan (bahan kerajinan, sumber makanan, obat-obatan, rotan, madu sialang /hutan, durian, bambu, pasak bumi dan lain-lain - Aliran sungai
- Minyak bumi
- Lahan perkebunan karet
Bagaimana dengan dampak pengeboran minyak yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lingkungan?
Sumber daya Manusia Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam:
- Berkebun karet, - Kerajinan,
- Memanen madu sialang, - Menambang/megebor
minyak.
(apakah saya bias menambahkan bagian yang di blok diatas? Saya mendapatkan dari table produk prioritas)
- Sebagian besar hanya lulus SD
- Rentan terhadap penyakit karena belum mengenal sanitasi yang baik, lingkungan tidak bersih dan kekurangan air bersih
Sosial
Apa ada kelompok formal dan non formal di kampong? Apa ada jaringan komunikasi
- Adanya pendampingan dari KPH dan BIOCLIME
- Peran serta pemerintah masih kurang dalam pembangunan desa
Finansial
Apa ada kelompok Simpan pinjam? Koperasi?
- Penghasilan besar dari Minyak bumi (apa ini tambang liar?)
- Penghasilan utama dari kebun karet
- Modal awal untuk karet dari pengumpul karet (hutang kepada pengumpul/toke)
Fisik
Apa ada jaringan komunikasi Apa ada akses lewat sungai Ada ada transportasi regular? Bagaimana dengan listrik? Sumber air?
Saran kesehatan
- Gedung SD - Toilet umum - Gedung PAUD
- Perumahan bidan desa - Balai desa
- Kondisi jalan buruk
- Lebih banyak
menggunakan motor untuk transportasi darat
Desa Pangkalan Bulian, kekayaan alamnya tidak saja yang ada di atas bumi tapi
juga di dalam bumi (minyak). Pengetahuan yang terbatas menyebabkan pengelolaan
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
sumber daya alam yang merupakan sumber mata pencaharin mereka tidak maksimal
dan terancam tak berkelanjutan. Masih ada hasil-hasil alam yang belum termanfaat
secara maksimal seperti rotan.
Peran pemerintah yang kurang menyebabkan pembangunan desa yang tidak
berkembang. Minimnya saran mempengaruhi terhadap kualitas manusia dari sisi
pendidikan dan kesehatan.
Tabel 2. Faktor kerentanan Desa Pangkalan Bulian
Tren Bencana Musim Perubahan
- Penambahan populasi penduduk - Penambangan
minyak bumi
- Kebakaran - Musim hujan menyebabkan kesulitan transportasi - Musim kemarau menyebabkan kekeringan - TIdak ada penanaman di lahan bekas kebakaran setelah kebakaran
Penambahan jumlah penduduk meningkatkan tekanan terhadap keberadaan
sumber daya alam sebagai sumber pendapatan masyarakat dan juga kualitas hidup
dimana ketersediaan saran fisik penunjang hidup masyarakat tersedia sedara minim.
Bencana kebakaran yang terjadi hampir secara periodik setiap setahun sekali
dan tidak ada kegiatan penanaman di lahan bekas kebakaran mengancam keberadaan
sumber daya alam sebagai sumber penghidupan dan juga kualitas lingkungan desa
Pangkalan Bulian ditambah aktifitas tambang yang dilakukan secara tradisional, dampak
lanjutanya berpengaruh pada kualitas manusia sebagai salah satu aset
3.2. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas
Daftar hasil hutan bukan kayu desa Pangkalan Bulian (hutan dan hutan) di
dominasi oleh tumbuhan yang pemanfaatannya untuk kerajinan. Sebagian dimanfaatkan
untuk sumber makanan. Secara ekonomis HHBK menjadi bahan komoditi yang
diperdagangkan.
Tabel 3. Daftar hasil hutan bukan kayu Desa Pangkalan Bulian (hutan & non hutan)
No Jenis hhbk Manfaat
1 Rotan Bahan kerajinan (ambung, kunju), dijual
2 Cikai Perabot rumah tangga (Nyiru, tampah), dipakai sendiri
3 Rumbai Bahan kerajinan
4 Pandan Bahan kerajinan
5 Bambu Bahan kerajinan
6 Karet Dijual
7 Madu sialang Dijual
8 Durian Bahan makanan
9 Pasak Bumi Obat – obatan
10 Karet (non hutan) Dijual (getah)
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Tabel 4. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian (Hutan)
No HHBK Kelimpahan dan distribusi Tingkat kesulitan saat panen Jarak dari masyarakat Mudah untuk berkembang biak Hubungan dengan pengelolaan hutan Skor 1 Rotan 3 3 3 3 3 15 2 Madu Sialang 2 3 3 3 3 14 3 Cikai 1 3 3 3 3 13 4 Rumbai 1 3 3 3 3 13 5 Pandan 1 3 3 3 3 13 6 Bambu 3 3 1 3 3 13 7 Pasak bumi 1 3 3 1 3 11Tabel 5. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian (Non hutan)
N o HHB K Kelimpa han dan distribus i Kesesua ian tanah dan biofisik Tingkat ketahan an terhada p kekerin gan Pengetah uan budidaya dan pemelihar aan Ketersedi aan akses/inp ut (Saprodi) Sumb er benih Cara pan en Bia ya Sk or 1 Kare t 3 5 1 1 1 5 5 3 24 2 Duri an 1 5 5 1 5 5 5 3 30Dari hasil skoring, HHBK prioritas desa Pangkalan Bulian adalah rotan & madu
sialang untuk area hutan, karet dan durian untuk area non hutan. Rotan mempunyai
nilai tertinggi untuk semua indikator (kelimpahan & distribusi, tingkat kesulitan panen,
jarak dari kampong, kemampuan berkembang biak, hubungan dengan pengelolaan
hutan). Untuk area non hutan durian terpilih menjadi HHBK prioritas dengan nilai
tertinggi untuk kesesuain tanah dan biofisik, tingkat ketahanan terhadapa kekeringan,
ketersediaan saprodi, sumber benih dan cara panen.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Tabel 6. Matriks sumberdaya prioritas Desa Pangkalan Bulian (hutan & non hutan)
No
HHBK Praktek/Upaya pemanfaatan Praktek/Upaya pengelolaan
Bagian yang digunaka n Pemanfaata n Jumlah produk/ perpohn/ rumpun/ rambatan Jumlah pohon/rumpu n per-Ha Luas area hhbk (Ha) Musim berbunga , berbuah, panen Sumberday a hhbk digunakan (dijual/ subsisten/ budaya) Dampak potensial pemanfaata n hhbk terhadap ekologi Ancaman luar terhadap populasi hhbk Sistempengelolaa n yang sudah ada
1 Rotan Batang Keranjang (Ambung, Kunju), lekar 5 batang (4m) 1 batang (5m) 5000 ha - Komersil, konsumsi sendiri) - Apa tidak ada kebakarang? Belum ada 2 Madu sialan g Madu Minuman, obat-obatan Apa bisa diprediksi dalam 1 pohon ada berapa sarang, 1 sarang bisa berapa liter? 20 – 30 pohon / ha (apa ini datanya sudah benar? Banyak sekali, jika dibandingkan pengalaman di desa lain) Apa bisa diprediksi ? Jan – June Komersil, konsumsi sendiri - Berkurangny a bunga
3 Karet Getah Dijual BIsa diprediksi berapa volume getah per Ha persekali sadap? Atau
250 phn/ha 500 ha - Komersil - Hama babi,
rayap & penyakit Jamur akar putih. Masih menggunakan bibit karet dari biji
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 jika ada satuan lainnya bisa disampaikan ? 4 Duria n Buah Makanan (tempoyak, lempok, gula duren) dijual BIsa diprediksi 150 phn (satuannya) Bisa diprediksi 1 tahun sekali Komersil, konsumsi sendiri - Belum ada penanaman kembali
Rotan, yang dimanfaatkan batangnya sebagai bahan baku kerajinan baik untuk penggunaan sendiri maupun untuk dijual. Luas areal tubuh
rotan diperkirakan 5.000 ha, dapat dipanen setiap saat, pemanfaatnya masih sedikit.
Madu hutan, yang dimanfaatkan madu untuk menjaga kesehatan dan obat, digunakan sendiri dan juga dijual. Panen madu setahun sekali.
Saat ini bunga-bunga hutan sebagai sumber madu mulai berkurang yang berpengaruh terhadap hasil madu (menurun).
Karet, yang dimanfaatkan getahnya. Sebagian besar masyarakat desa Pangkalan Bulian berkebun karet yang merupakan sumber pendapatan
utama mereka (menjual getah karet). Diperkirakan ada 500 ha kebun karet milik masyarakat. Panen dapat dilakukan setiap hari. Hama (babi & rayap)
dan penyakit jamur menjadi ancaman bagi perkebunan karet masyarakat.
Durian, yang dimanfaatkan buahnya menjadi bahan makanan (buah segar) maupun makanan olahan (lempok). Buah durian maupun makan
olahan dimanfaatkan sendiri dan dijual.
Kempat HHBK prioritas tersebut diatas secara pengelolaan belum ada sistem pengelolaan, HHBK prioritas hutan tidak ada pengaturan
pengelolaan hutannya dan untuk HHBK prioritas non hutan pengelolaannya masih melakukan secara konvensional, masih rendah masukkan input
(low input) dari luar.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Tabel 7. Evaluasi pengelolaan lestari HHBK Desa Pangkalan Bulian (hutan & non hutan)
HHBK Bagian tanaman Kelimpahan (ketersediaan) dan distribusi(penyebaran)
Pertumbuhan dan reproduksi Bagian yang digunaka n Dampak terhadap tanaman Potensi pengelolaa n lestari Kepadata n populasi local (jumlah /ha) Hasil panen /sumberday a Penyebara n regional Habitat (tempat tumbuh ) spesifik Kemampua n tumbuh kembali Tingkat pertumbuha n Umur kematia n Tingkatan (laju) reproduk si (#bibit /thn) Pola reproduk si
Rotan Batang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Madu Madu Rendah Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Karet Getah Bervarias
i
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Duria
n
Buah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi
Tabel 8. Hasil evaluasi pengelolaan lestari Desa Panggkalan Bulian (HHBK hutan dan non Hutan)
HHBK Pengelolaan Keterangan
TInggi Sedang Rendah
Rotan 8 3 0 Potensi pengelolaan lestari tinggi
Madu 3 4 3 Potensi penglolaan lestari rendah
Karet 7 3 0 Potensi pengelolaan tinggi
Durian 5 4 1 Potensi pengelolaan sedang
Dari sisi pengelolaan lestari rotan dan rotan & karet adalah HHBK prioritas yang mempunyai potensi pengelolaan lestari yang tinggi, durian
potensi pengelolaan lestari sedang dan madu potensi pengelolaan lestarinya rendah. Rotan dan karet membutuhkan input yang kecil dalam
pengelolaan lestari HHBK-nya (menjamin keberlanjutan ketersediaan HHBK) ini berarti kedua HHBK prioritas tersebut jika dimanfaatkan untuk
produksi biaya untuk pengelolaannya rendah.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
3.3. Produk Prioritas
Dibawah ini adalah daftar produk-produk prioritas dari HHBK prioritas hutan dan non hutan
Tabel 8. Identifikasi produk hhbk prioritas Desa Pangkalan Bulian
HHBK Produk yangdihasilkan
Masukan (input) Kualitas dan kapasitas produk Pemasaran
Peralatan material/fasili tas Teknolog i Kebutuh an diluar hasil hutan Keahlian yang dibutuhkan Kualitas produk Jumlah produsen Total jumlah produk saat ini Pasar yang ada Harga penjuala n saat ini Prasarana pasar saat ini (transport, pengiriman, pergudanga n, pengepaka n) Rota n - Kunju - Ambung - Lekar - Sangke - Alat gebuk kasur - Bakul/Sum pit - Pisau, - parang, kaleng, samak , - Mesin oven, - Raut - Pengawet kima Tradition al Sinar mataha ri - Memanen rotan - Meraut rotan - Menganya m rotan Bagus,mena rik Untuk se mua produk? 30 orang (semuan ya bisa membua t kerajinan yang disebutk an itu?) 1 rumah 2 produk/kunj u (ini hanya untuk produk kunju? Produk yang lain tidak ada penjelasanny a? Rp 100.000,- Rp 150.000,- Ini untuk produk yang mana? Mad u - Madu dalam kemasan gallon (madu Gallon, tali, tambang, paku Tradition al - Tanama n berbun ga sepanja - Memanen madu Bagus 10 orang 2 kwintal/poho n 3x/tahun/10 - Pengump ul dari jambi - Pembeli lokal Rp 30.000/k g (harga dimana?
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 curah) ng tahun - Lebah pohon 1x/tahun/20-30 pohon Maksudnya ada 10 pohon yang bisa dipanen sebanyak 3 kali/tahun dan ada 20-30 pohon yang bisa dipanen 1 kali/tahun. Rp 60.000/k g (harga dimana? Rp 4.500/kg Harga dimana? Karet - Getah beku Pisau sadap, bak beku, gallon, cuka Alat penggiling karet mejadi selir Tradition al - - Menores pohon karet - Meramu bahan pengental getah (air, cuka) Masih dalam bentuk bokar Semua pendudu k Ada berapa KK? 1 KK berapa ha 30 ton/tahun Per ha? Pengumpul lokal Rp 4.500/kg Duria n - Tempoyak - Lempok - Gula durian Alat rumah tangga Di uraikan satu persatu Tradition al - - Membuat adonan - Memasak (jelaskan Bagus Semua KK/ khususny a ibu-ibu ? Belum produksi Pembeli lokal Rp 50.000/k g Tempoya k
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 permasing-masing produk) Berapa jumlah KK Rp 150.000/ kg Lempok
Rotan, produk turunan dari HHBK ini bervariatif , tercatat ada 6 produk yaitu kunju, ambung, lekar, sangke, Aaat gebuk kasur &
bakul/sumpit, yang kesemuanya adalah kerajinan. Cara pengerjaannya masih tradisional dan peralatan produksi mudah diakses. Walau tidak produksi
secara regular dan belum ada pasar tempat mereka menjual, tapi kualitas produk kerajinan rotan desa Pangkalan Bulian baik dan bentuknya menarik,
harga kerajinan rotan berkisar Rp 100.000 – Rp 150.000. Ada 30 orang pengerajin rotan.
Madu Sialang, dijual dalam bentuk madu curah dalam gallon dengan harga berkisar Rp 30.000/kg – Rp 60.000/kg dengan kualitas baik, dijual
ke pengumpul lokal dan pengumpul dari Jambi. Produksi madu dalam setahun 1 kali, namun terkadang ada tahun tidak produksi pada saat bunga
hutan tidak terjadi. Proses panen dilakukan secara tradisional dan peralatan kerja dapat diperoleh di desa, keahlian ini dimiliki orang yang terbatas
hanya 10 orang. Kapasitas produksi berkisar 4.000 – 6.000 kg (20-30 pohon).
Karet, produk berupa getah karet dalam bentuk bokor dengan kualitas belum dapat dikatakan baik. Produksi per-tahun getah karet (bokor)
adalah 30 ton, jumlah produsen karet paling banyak diantara produk HHBK prioritas lainnya karena sebagian besar pendudu berkebun karet. Harga
karet saat ini adalah Rp 4.500 (turun) jual ditingkat penampung kampung
Durian, dijual dalam bentuk buah segar dan produk olahan seperti tempoyak, lempok dan gula durian. Karna ini adalah produk tradisional
hampir sebagian besar ibu-ibu dapat membuat produk tersebut, dan kualitas produk baik. Produk berbahan baku durian tidak dapat diproduksi secara
regular karena musim durian setahun sekali. Produk-produk durian mempunyai umur simpan (shelf life) lebih dari 1 bulan hingga 1 tahun jika proses
produksi dan pengemasannya baik. Harga produk olah durian ini bervariasi untuk tempoyak Rp 50.000/kg dan untuk lempok Rp 150.000/kg. Produk
durian saat ini masih di jual di desa.
3.4. Kesimpulan
HHBK prioritas dan produk prioritas yang memiliki potensi pemanfaatan berkelanjutan adalah karet dengan produk getah masak (bokor) dan
rotan dengan produk kerajinan tradisional. Rotan dan karet ketersediannya berlimpah dan distribusinya luas, regenerasinya mudah, efek
pemanenan getah dan batang rotan tidak mempengaruhi keseluruhan pertumbuhan dan produktifitas pohon induknya, saat ini pemanen
rotan masih rendah dan karet tidak berlebihan (tehnik masih tradisional), habitat hidup karet tidak dalam keadaan terancam saat ini namun
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
untuk rotan habitanya terancam oleh kebakaran hutan. Potensi pengelolaan lestari untuk rotan tinggi dan untuk karet sedang. Jumlah
produsen getah karet banyak dapat dilihat dari luasan kebun karet ada sekitar 500 ha, produsen kerajinan rotan cukup banyak. Pasar getah
karet ada dari tingkat kampung hingga ke propensi, sedang kan untuk kerajinan mesti melakukan penjajakan terlebih dahulu. Disarankan
untuk melakukan pemasaran bersama dalam kelompok atau membentuk koperasi hingga bisa mendapatkan harga jual yang lebih baik
(menjual ke propensi) dan juga meningkatkan kualitas dari getah. Jika kerajinan rotan akan dikembangkan menjadi produk prioritas perlu
diperhatikan kebutuhan pasar yang dapat dipenuhi oleh kerajinan rotan, pengembangan produk (peningkatan keterampilan pengerajin), dan
link dengan pasar.
Durian, jika akan memproduksi produk berbahan baku buah durian (tempoyak) yang perlu diperhatikan adalah ketersedian HHBK prioritas ini
sangat terbatas, regenerasi lambat, tempat habitanya terancam kebakaran , potensi pengelolaan lestarinya rendah. Perlu diketahui informasi
mengenai luasan durian, kapasitas buah, kapasitas produsen serta pasar.
Sedangkan untuk madu sialang, yang perlu diperhatikan jika memilih HHBK prioritas ini ada ketersediaannya dan distribusinya yang tidak
terlalu berlimpah dan habitannya yang yang terancam oleh kebakaran pada saat musim kering dan jumlah orang yang dapat memanen madu
yang terbatas.
Yang perlu diperhatikan untuk semua HHBK adalah tidak adanya alat transportasi regular dan kondisi jalan darat yang tidak begitu baik (pada
musim kering) perlu menjadi pertimbangan untuk pemasaran produk ke luar desa terutama produk yang bervolume.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
IV. Desa Kepayang: KPHP Lalan
Kondisi umum Desa Kepayang. Merupakan desa yang terletak di wilayah KPHP
Lalan
4.1. Sumber Penghidupan Masyarakat
A. Sumber Daya Manusia
Desa dengan jumlah pendudk 800 KK sebagian besar penduduknya berpendidikan SD
(ini terkait dengan fasilitas sekolah minim dan jauh serta biaya transportasi menuju
sekolahan yang mahal). Pekerjaan utama masyarakat adalah bekerja di perkebunan
sawit ( 70 % dari penduduk, > 50 % perempuan) dan berkebun karet. Keterampilan
yang dimiliki warga adalah merawat dan panen kebun sawit & karet, identifikasi
tanaman kayu & menebang kayu (laki-laki). Secara kualitas kesehatan rendah karena
sanitasi yang buruk (tidak ada drainase), tidak ada sumber air bersih, air sungai
tercemar dan setiap tahun dalam jangka waktu panjang terpapar asap kebakaran
(ISPA).
B. Sumber Daya Alam
Desa Kepayang memiliki hutan Nuaran seluasan ± 5400 Ha dengan potensi tanaman
dan hewan (darat & sungai) beragam yang bermanfaat untuk sumber makanan,
obat-obatan, bahan kerajinan, bahan bangunan dan sumber pendapatan. Kebun karet
seluas minimal ± 400 Ha yang dikelola 200 KK, dan juga bangunan sarang burut
wallet yang dibangun disekitar perkampungan. Bencana kebakaran yang sering
terjadi secara rutin mengancam keberadaan sumber daya hutan (tanaman & hewan),
pembuangan limbah perusahan sawit ke sungai menyebabkan air sungai tidak dapat
digunakan untuk dikonsumsi sehari-hari. Untuk minum dan memasak masyarakat
membeli air gallon seharga Rp 10.000/galon
C. Fisik
Desa ini minin dengan saranan fisik. Untuk saranan pendidikan hanya ada bangunan
PAUD dan SD, kesehatan ada polindes, masjid & pasar. Sarana transportasi darat
jalan tanah (kualitas buruk pada saat musim hujan) tidak ada ada alat transportasi
reguler, ada alat tranportasi sungai (ketek, spead boad, kelotok – tranportasi regular).
Tidak ada pelayanan listrik PLN ataupun PLTdes yang ada pelayana listrik yang
dikelola secara perorangan (iuran Rp 300.000/rumah). Komunikasi, ada jaringan
komikasi (Indosat dan Telkomsel).
D. Finansial
Uang yang beredar dimasyarakat bersumber dari sawit (gaji) dan karet (penjualan
getah) dan burung wallet. Warung Tehnologi, lembaga keuangan non perbankan
yang memberikan jasa simpan pinjam. Tidak banyak masyarakat yang menabung,
sekitar 5 % ini dimungkikan karena lokasi bank jauh dari kampong. Masyarakat juga
sulit untuk mengakses pinjaman bank karena syarat yang sulit untuk dipenuhi. Ada 2
pasar di dekat desa yang beraktifitas pada saat hari gajian perusahan sawit yang
dikenal dengal dengan pasar gajian, pada saat gajian beroperasi terjadi peredaran
uang yang cukup banyak.
E. Sosial
Selain lembaga pemerintahan desa ada lembaga-lembaga desa lainya adalah LPM,
lembaga adat, PKK, Posyandu dan karang taruna. Ada pula lembaga bentukan dari
pihak luar seperti KBR (Kebun Bibit Rakyat), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api).
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Ada pula lembaga dari luar yang bekerja dikampung tersebut seperti WBH (Wahana
Bumi Hijau), KPH Lakitan & BioClime, program PNPM (fokus pada pendidikan &
kesehatan). Lembaga yang ada di desa lebih banyak fokus pada masalah kehutanan,
pendidikan & kesehatan).
Tabel 9. Modal penghidupan Desa Kepayang
Modal Penghidupan Positif Negatif
Sumber daya manusia - Penduduk 800 KK - Kesehatan sudah baik - 70 % bekerja di
Perkebunan kelapa sawit (sebagian besar
perempuan, bagian perawatan tanaman, laki-laki lebih banyak sebagai tukang panen)
- Berkebun karet
- Ketrampilan yang dimiliki menebag kayu & identifikasi kayu (illegal logger), pemeliharaan tanaman sawit, berkebun karet
-
- Sanitasi kurang memadai - Sebagian besar
pendidikan terakhir SD (disebabkan tidak ada sekolah di kampung dan jika bersekolah harus ke kecamatan, transportasi lewat sungai biaya besar) - Potensi terkena ISPA dan
diare (sering asap dan kurang air bersih)
Sumber daya alam - Kebun karet (bibit okulasi dan cabutan) – perkiraan 200 KK (kemungkinan lebih) memiliki kebun karet dengan luasan minimal 2 Ha . Perkiraan luas kebun karet masy Kepayang minimal 400 Ha
- Kebun tanaman semusim: nanas, singkong, pisang (5 Ha) - Hutan desa Kepayang (
Nuaran) ± 5400 Ha? - Jenis ikan : Jawara, Tapa - Jenis kayu : Meranti,
Tembesu (tanaman raawa), Pentaling, Medang, Pasak bumi, umbut palas, palem merah, rotan (sego putih dan hitam), kemenyan, bambu,
- Hewan: celeng, lebah madu, harimau, rusa, kijang, babi, landak,ular sanca, wallet (ada beberapa warga yang memiliki sarang burung
- Air sungai mulai tercemar oleh limbah pabrik CPO - Kondisi udara tercemar apabila terjadi kebakaran hutan (asap)
- Tidak ada sumber air bersih (air untuk makan dan minum beli Rp 10.000/galon, untuk mandi dan cuci dari sumur galian, masih ada yang mandi disungai juga)
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 wallet di kampung)
Fisik - Transportasi darat (truk,
mobil & motor) - Transportasi sungai.
(speedboat, klotok, ketek) . Transportasi umum regular speedboad, ketek dan klotok (sungai) - Bangunan yang ada :
polindes (1), PAUD (1), sekolah dasar (1), Masjid, Pasar Kepayang (hari minggu)
- Komunikasi
menggunakan jaringan selular XL (baik), Telkomsel kualitas tidak baik banyak blank spot - Listrik menggunakan
PLTD yang dikelola secara pribadi, ada 3 orang yang mengelola PLTD. Iuran Rp 300.000/rumah
- Tidak ada transportasi umum regular untuk transportasi darat - Belum adanya jembatan
yang menghubungkan Dusun 1 dan 3 sehingga masih menggunakan ponton dan klotok - Bangunan SMP belum
ada
- Jalan darat masih tanah (di kampung dan di perkebunan karet) sehingga pada saat musim hujan licin dan terkadang ambalas di beberapa titik.
- Tidak ada pengelola air bersih desa
- Saprodi tidak tersedia di kampung untuk
pemeliharaan tanaman karet
Modal - Warung Teknologi
(Warteg) simpan pinjam dari dana ADD
- Uang yang beredar di kampung bersumber dari gaji dr perusahan sawit, penjualan karet dan wallet
- Ada 2 pasar yang beraktifitas pada saat karyawan perusahaan sawit gajian, mereka menyebutnya pasar gajian, yaitu pasar….. dan pasar………
- 5 % masyarakat Kepayang menabung di Bank
- Bank agak jauh di Ibu kota kecamatan Bayung Lencir
- Syarat untuk pinjam di bank sulit, sehingga masyarakat sulit untuk mengakses pinjaman di bank
Sosial - Lembaga adat, LPM,
Lembaga Hutan Desa (LHD), Kebun Bibit Rakyat (KBR), PKK, Posyandu, Karang Taruna, Kelompok Kepayang Lestari, Perpustakaan dari Wahana Bumi Hijau (WBH), KMPA (Kelompok Masyarakat Peduli Api), program PNPM
- Lembaga-lembaga bentukan dari Dinas hanya beraktifitas selama ada biaya atau program dr Dinas masih berjalan.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 (pendidikan dan kesehatan)
- Sebagain besar lembaga yang bekerja focus pada maslaah kehutanan, pendidikan dan kesehatan
- Ada 5 perusaha yang berbatasan wilayah dengan desa Kepayang
Desa Kepayang memiliki sumber daya alam berlimpah dari hasil hutan, kebun
karet & hasil walet, yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Namun karena
keterbatasan dalam pengetahuan pengelolaan sumber daya, sarana fisik penunjang
usaha yang minim, akses modal kerja yang susah serta pelayanan perbankan yang minin
masyarakat tidak dapat mengelola sumberdaya alamnya dengan maksimal sebagai
sumber mata pencaharian.
Minimnya fasilitas fisik (modal fisik) meningkatkan biaya hidup masyarak seperti
biaya transportasi, kesehatan, pendidikan, air dan listrik.
Tabel 10. Faktor kerentanan Desa Kepayang
Tren Bencana Musim Perubahan
- Kebakaran lahan setiap musim kemarau menyebabkan kualitas udara yang memburuk - Kebakaran hutan terparah tahun 1990 - Bencana diare yang menyebabkan kematian pada tahun 1994
- Musim hujan air surut, - Musim kemarau menyebabkan kekeringan dan kebakaran lahan - Sejak adanya perkebunan kelapa sawit, banyak masyarakat yang bekerja di perkebunan sawit.
Kebakaran hutan yang terjadi secara regular setiap tahun pada saat music
kemarau panjang berdampak terhadap menurunya kualitas udara begitu pula dengan
aktifitas perusahan sawit yang mencemari sungai sebagai sumber air mereka
mengancam bagi modal kerja yaitu menurunnya kualitas kesehatan penduduk.
4.2. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Prioritas
Berikut daftar hasil hutan bukan kayu prioritas yang ada di hutan dan non hutan.
Tabel 11. Daftar hasil hutan bukan kayu Desa Kepayang (hutan/nuaran)
No Jenis hhbk Manfaat
1 Bamboo Pagar, penimbul rangka/rumah, rakit, makanan, satang (menolak rakit), bubu, sangkar, pengilar (sejenis bubu)
2 Bambu kuning Obat (umbut)
3 Kemenyan Getah (ritual adat), pengobatan tradisional, dijual 4 Rotan sego putih Dijual, keranjang keruntung, tutup saji, sapu, bubu 5 Rotan sego hitam Belum dimanfaatkan
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
7 Ikan seluang Dijual (mentah, olahan), makanan (kemplang)
8 Ikan gabus Dijual (mentah, selay, asin), makanan, kerupuk kemplang
9 Ikan udeng Dijual (mentah), terasi, makanan, kerupuk kemplang
10 Pasak bumi Obat
11 Palas Makanan (Sayur, Lalap)
12 Jamur grigit Dijual, makanan (sayur), empek-empek, sambal 13 Durian daun Dijual, tempoyak, makanan
14 Cempedak Makanan
15 Tampoi Makanan
16 Petaling (Buah) Makanan
17 Gadung Mengeraskan getuk
18 Rambai (Buah) Makanan
19 Pisang Makanan
20 Karet Getah
21 Durian Dijual, makanan
22 Jeruk manis Makanan
23 Nenas Makanan
24 Cempedak Makanan
25 Nangka Makanan
26 Ubi kayu/singkong Makanan
27 Mangga/kueni Makanan
28 Jering/Jengkol Makanan
Dari daftar HHBK desa Kepayang pemanfaatan sebagian besar dimanfaatkan
secara subsisten terutama untuk makan dan sebagian kecil untuk pengobatan dan
bahan bangunan. Selain pemanfaatan secara subsisten juga dimanfaatkan untuk di jual.
Tabel....daftar HHBK desa kepayang (non hutan)
No
HHBK
Manfaat
1
Pisang
Dijual (buah), makanan (buah, gorengan, kripik)
2
Karet
Dijual (getah)
3
Durian
Dijual (buah mentah, tempoyak), makanan (tempoyak ,
empek-empek)
4
Jeruk Manis
Dijual -Makanan (buah),obat (daun)
5
Nenas
Dijual – makanan (buah)
6
Cempedak
Dijual -Makanan (buah)
7
Nangka
Dijual – makanan (buah)
8
Ubi Kayu
Dijual – makanan (buah)
9
Kueni
Dijual – makanan (buah)
10
Jering (Jengkol)
Dijual – makanan (buah)
Tabel 12. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Kepayang (hutan)
No HHBK Kelimpahan dan distribusi Tingkat kesulitan saat panen Jarak dari masyarakat Mudah untuk berkembang biak Hubungan dengan pengelolaan hutan Skor 1 Bambu 1 1 2 3 3 10Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 2 Bambu kuning 2 1 2 2 3 10 3 Kemenyan 3 2 2 3 3 13 4 Rotan semut 2 1,5 2 3 3 10,5 5 Ikan seluang 1 1 2 1 3 8 6 Ikan gabus 0,5 0,5 2 0,5 3 6,5 7 Udang 2 2 2 2 3 11 8 Pasak bumi 1 1 2 0,5 3 7,5 9 Palas 2 1 2 2 3 10 10 Jamur grigit 1 2 2 1 3 9 11 Durian daun 2 3 2 1 3 11 12 Cempedak 1 2 2 2 3 10 13 Tampoi 3 1 2 1 3 10 14 Gadung 1 3 2 1 3 10 15 Jelutung 1 1 2 1 3 8 16 Asam putar 1 3 2 1 3 10 17 Asam payau 2 0,5 2 3 3 10,5 18 Jentikan 2 1 2 2 3 10 19 Gitan 2 1 2 2 3 10 20 Pandan Besar 3 2 2 3 3 13
Tabel 13. Sumberdaya hhbk prioritas Desa Kepayang (Non hutan)
N o HHBK Kelimpa han dan distribu si Kesesu aian tanah dan biofisik Tingkat ketaha nan terhada p kekerin gan Pengetah uan budidaya dan pemeliha raan Ketersedi aan akses/in put (Saprodi) Sum ber beni h Cara pan en Bia ya Sk or 1 Pisang 3 5 3 5 1 5 5 5 32 2 Karet 5 5 3 5 1 5 5 1 30 3 Durian 0,5 3 5 3 1 3 3 5 22, 5 4 Jeruk Manis 1 1 1 1 1 1 5 1 12 5 Nenas 3 5 5 5 1 5 5 5 34Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 6 Cempe dak 1 3 5 3 1 3 3 5 24 7 Nangka 1 3 5 3 1 3 3 5 24 8 Ubi Kayu 3 5 3 5 1 5 5 5 32 9 Kueni 1 3 5 3 1 3 3 5 24 1 0 Jering (Jengko l) 0,5 3 5 3 1 3 3 5 25, 5
HHBK prioritas hutan yang terpilih adalah kemenyan, durian daun dan pandan
besar. Pandan besar memiliki score tertinggi dalam penilaian HHBK prioritas dengan
keunggulan yaitu tersedia banyak dan terdistribusi luas serta mudah berkembang biak.
Untuk HHBK prioritas non hutan terpilih pisang, karet, nenas dan ubi kayu. Nenas
memiliki skor tertinggi dengan keunggulan yaitu sangat sesuai untuk hidup atau di
tanam di desa Kepayang, tahan terhadap musim kering, pengetahuan & keterampilan
masyarakat untuk merawatnya cukup tinggi, sumber benih berlimpah, cara panen
mudah dan biaya pemeliharaan rendah.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Tabel 14. Matriks sumberdaya prioritas Desa Kepayang (Hutan)
No
HHBK Praktek/Upaya pemanfaatan Praktek/Upaya pengelolaan
Bagian yang diguna kan Pemanfaata n Jumlah produk/ perpohn / rumpun/ rambata n Jumlah pohon/ru mpun per-Ha Luas area hhbk (Ha) Musim berbunga, berbuah, panen Sumberdaya hhbk digunakan (dijual/subsisten/ budaya) Dampak potensial pemanfa atan hhbk terhadap ekologi Ancama n luar terhada p populasi hhbk Sistempengelolaan yang sudah ada
1 Kemen yan Getah Pengobatan traditional 0,5 ons/ pohon/h ari (belum banyak pengala man) ± 100 pohon/ha 250 ha Bebunga & berbuah setahun sekali Tidak ada pengalaman/ pengethuan mengenai musim berbunga, berbuah dan panen Budaya (pengobatan)
Tidak ada Peneban gan liar
Belum ada
pengelolaan mengenai hutan desa (nuaran) dan pemanfaatan/ panen kemenyan 2 Pandan besar Daun - Tikar, 1 tikar (2x3 m) = 500 lenja = 80 lembar daun pandan - Sumpit, 1 sumpit =100 lenja 300 lembar daun/po hon 50 rumpun/ ha - 50 rumpun/ ha - 10 pokok/ rumpun 50 lembar/ha 10 pokok/ru mpun Dapat dipanen 15 hari (0.5 bulan) setelah di panen
Subsisten Tidak ada dampak
Bencana kebakar an
Tidak panen daur muda
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 = 16 lembar daun pandan - Ambung, 1 ambung = 60 lenja = 10 lembar daun pandan - Topi, 1 topi = 50 lenja = 8 lembar daun panda 10 pokok /rumpun 3 Durian (Daun, Haji, Hantu, Payau) Buah (Durian Haji, Durian Daun) Dijual & makan (buah masak, tempoyak, dodol) Mengusir hantu (Durian hantu) 100 -500 buah / pohon Tempoya k 1 kg = 15 buah Dodol 1 loyang (2 kg) = 2 buah + 2 - 3 pohon/Ha 250 Berbunga/Berbua h/panen satu tahun sekali Subsisten, jual Budaya Tidak ada dampak Monyet (buah muda) Beruang a (buah tua) Hanya memanen yang tua
Tidak ada aturan yang mengatur pengelolaan/pema nfaatan durian Tidak ada aturan yang mengatur hutan desa Batang (Duaria n Payau, Durian Hantu) Papan (bangunan) 7 m3 (balok) 5 m3 (papan) 5 – 10 pohon/ha (Durian payau) 1 – 2 pohon/ha 700 ha (Durian Payau) 4.000 ha (Durian Selama musim hujan (Januari – Juni)
Subsisten, dijual Ketinggia n air rawa menurun (hutan rawa Mudah terbakar pada saat musim kemarau Ada pembagian wilayah di antara illegal logger Tidak ada aturan yang mengatur
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 (Durian hantu) Hantu) menjadi mudah terbakar) (daerah rawa) soal pemanfaatan/pan en pohon durian. Kulit batang (durian payau) Dinding 8 m2 / pohon 5 – 10 700 ha Pada saat penebangan pohon durian (Januari Juni) Subsisten Ketinggia n air rawa menurun (hutan rawa menjadi mudah terbakar) Mudah terbakar pada saat musim kemarau (daerah rawa) Membuat dinding dari kayu yang ditebang untuk bangunan tidak khusus menebang untuk mengambil kulitnya
Tidak ada aturan yang mengatur soal penebangan dan penggunaa kulit batang durian
Kemenyan, yang diambil adalah getahnya dimanfaatan masih sebatas untuk kebutuhan pengobatan (budaya) yang digunakan oleh dukun
setempat. Pemanfaatnya yang jarang menyebabkan informasi mengenai kapasitas panen getah dari setiap pohon tidak dapat diperoleh dengan jelas.
Pengalaman dukun setempat setiap dia panen dari 1 pohon menghasilkan 5 ons dengan jarak panen yang cukup lama. Luasan lahan dengan potensi
kemenyan di hutan Nuaran seluas 250 Ha dengan jumlah pohon per ha sekitar 100 pohon/ha. Pemanfaat getah hingga saat ini tidak menyebabkan
ancaman terhadap ekologi hutan nuaran. Penebangan liar menjadi ancaman keberadaan kemenyan, dan kondisi ini diperparah dengan tidak adanya
aturan pengelolaan hutan Nuaran maupun aturan panen kemeyan.
Pandan besar, yang digunakan daunnya sebagai bahan baku kerajinan tradisional. Luasan lahan yang ditumbuhi pandan besar di hutan
nuaran tidak seluas HHBK prioritas lainnya, namun produksi daun/produk sangat tinggi. Jumlah lembar daun yang bias dipanen per ha persekali
panen dapat mencapai 150.000 lembar daun (dapat menghasilkan produk kerajinan 1800 – 15000 kerajinan dengan bentuk yang berbeda. Jarak
waktu panen tidak jauh hanya dalam 2 minggu dapat panen kembali di tempat yang sama. Selain di hutan Nuaran pandan besar dapat ditemui
sepanjang sungai dekat desa. Tidak ada dampak dari pemanfaatn daun pandan besar ini. Walau tidak ada peraturan khusus yang mengatur
pemanfaatan pandan besar di hutan Nuaran dan di sepanjang sungai, namun masyarakat mempunyai standard untuk daun pandan yang di panen
yaitu tidak memanen daun muda. Kebakaran menjadi ancaman bagi keberadaan pandan besar terutama yang berada di hutan Nuaran.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Durian yang dimanfaatkan tidak hanya buahnya tapi juga batang dan kulit batang pohon, untuk makanan (durian haji & durian daun), bahan
bangunan dan lantai rumah (durian payau & durian hantu), baik untuk kebutuhan pribadi maupun di jual. Luasan lahan durian variatif dari 250 ha
durian haji & daun, 700 ha durian payau, 1000 ha durian hantu di hutan Nuaran. Musim panen buah durian hutan setahun sekali namun untuk panen
kayu/batang dan kulit kayu durian berlangsung selama bulan Januari – Juni (musim hujan). Pemafaatan buah durian tidak memberikan dampak
negative namum pemanfaatan dalam bentuk batang dan kulit kayu menyebabkan menurunnya ketinggian air rawa (menyebabkan hutan gambut
mudah terbakar pada saat musim kering). Ancaman terbesar terhadap keberadaan durian adalah kebakaran karena durian berada diwilayah gambut
mudah terbakar dan juga penebangan liar (ada pembagian wilayah tebang dihutan nuaran diantara illegal logger). Tidak ada pengaturan dalam
pemanfaatan durian baik berupa buah maupun batang.
Tabel 15. Matriks sumberdaya prioritas Desa Kepayang (Non hutan)
No
HHBK Praktek/Upaya pemanfaatan Praktek/Upaya pengelolaan
Bagian yang diguna kan Pemanfaa tan Jumlah produk/perpohn/rumpun/ rambatan Jumlah pohon/rum pun per-Ha Luas area hhbk (Ha) Musim berbunga , berbuah, panen Sumberdaya hhbk digunakan (dijual/subsisten/b udaya) Dampak potensial pemanfaa tan hhbk terhadap ekologi Ancam an luar terhad ap popula si hhbk Sistempengel olaan yang sudah ada
1 Nenas Buah Makanan (selai, sambal, bahan tambaha n untuk pindang, rujak)
1 pokok nenas dapat berbuah beberapa kali, namun hasilnya akan semakin mengecil trutama jika sudah tumbuh pokok-pokok baru disekitarnya Selai 250 gram = 3 nanas
360 pokok/Ha 5 Ha (keseluru han luasan kebun Nenas di kampung Kepayang Per 8 bulan (setelah tanam, tumbuh)
Jual & subsisten Tidak ada Tupai, monye t, kupu-kupu Masih tradisional Mahko ta Perbanya kan nanas 1 mahkota = 1 pokok nanas
Jual & subsisten Tidak ada Tupai, monye t,
Masih tradisional
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
kupu-kupu 2 Pisang Buah Makanan
(kripik pisang, rimpi pisang, pisang goreng, buah pisang)
1 pohon satu kali berbuah 10 pokok/Ha 5 – 6 Ha Per 3 – 12 bulan sekali, namun pisang tidak berbuah serentak sehingga setiap bulan selalu ditemui buah pisang (setiap pohon berbuah sekali setelah itu ditebang)
Jual & subsisten Tidak ada Babi, monye t Masih tradisional Daun Makanan (bungkus pepes, bungkus kue)
1 pokok pohon pisang dapat dimanfaatkan daunnya beberapa kali hingga pohon di tebang
10 pokok/ Ha 5 – 6 ha Setiap saat selama ada daun yang dapat dipanen
Jual & subsisten Tidak ada dampak
Masih tradisional
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 g Pisang (pisang Gedah, Pisang kapok) (sayur) Dekorasi pernikaha n jantung ha buah sudah keluar (hanya 1 kali setiap pokok) dampak tradisional 3 Singko ng (ubi kayu) Umbi Makanan (Kripik singkong, tape, opak, segau, kolak dll) 1 pokok ubi = 3 – 5 kg singkong 1.000 pokok singkong /Ha 5 ha Setiap 6 bulan sekali
Dijual & subsisten Tidak ada dampak Babi, kambi ng Masih tradisional Daun Makanan (sayur)
Jika untuk diambil umbinya, biasanya tidak diambil daunnya
Biasanya yang diambil daunnya singkong tahunan
Tidak ada data
5 ha Setiap hari
Dijual & subsisten Tidak ada dampak Babi, kambi ng Masih tradisional
Batang Bibit 1 Batang singkong bisa menjadi 6 -10 batang bibit singkong
Subsisten
Karet Getah Getah / karet masak Dijual dalam bentuk lembaran ukuran < 1 ons/ batang/ penyadapan (untuk karet seedling)
1.5 – 2 ons/ batang/ penyadapan (untuk karet okulasi) 833 pokok (jarak tanam 3 x 4 m2) 625 pokok (jarak tanam 4 x 4 m2) 200 KK menana m karet 2 Ha/KK (minimah l) 400 Ha Setiap pohon berbunga & berbuah 1 kali setahun, namun pohon
Di jual Tidak ada dampak Babi Tikus pada waktu muda Pengelolaan masih tradisional
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 40 cm x 60 cm x 40 cm (± 60 kg) Getah / karet masak harga saat ini Rp 5.000 – Rp 7.000 tidak selalu serentak berbunga & berbuah nya, sehingga sepanjan g tahun tampak berbunga & berbuah terus Anakan Menjual bibit okulasi, anakan karet yang telah dilakukan proses okulasi (penemp elan mata entres dari indukan yang bagus) Sangat banyak
1 buah karet berisi 3 biji, 1 pohon karet bisa berbuah berates-ratus buah 1 ha karet = 625 pohon ± 50 KK menana m karet bibit okulasi 400 ha kebun karet ( Berbunga dan berbuah setahun sekali namun tidak berbaren gan
Dijual, namun ini belum dilakukan Tidak ada dampak Tikus pada waktu muda Pengelolaan masih tradisional Pembuatan bibit okulasi merupakan pengetahuan berasa dari luar
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Tanaman semusim nanas, singkong dan pisang di desa Kepayang di kelola oleh
beberapa masyarakat dengan total luasan lahan untuk ke tiga komoditi tersebut seluas
5-6 ha. Nenas, dimanfaatkan buah (makanan) dan mahkota (perbanyakan), dalam 1 ha
ditemui 360 pokok nanas, dimana 1 pokok nenas dapat berbuah 4 kali, dan mulai
berbuah 8 bulan setelah di tanam. Pisang kehadiran lebih sedikit dalam 1 ha sekitar 10
pokok/ha. Usia panennya bervariasi 3 – 12 bulan setelah dipanen, dan hanya bisa panen
1 kali per pokok. Singkong kehadirannya paling banyak per ha yaitu 1000 pokok, karena
jawak tanam yang rapat. Singkong telah produksi setelah 6 bulan di tanam dengan hasil
panen per pokok 5-6 kg, hanya dapat 1 kali panen. Pemanfaatan nenas, pisang dan
singkong tidak mengacam ekologi. Ancaman bagi keberadaan ke tiga komeditas adalah
hama tikus dan monyet. Pengelolaan tanaman semusim ini masih dilakukan dengan
sederhana dan tradisional.
Karet, komoditi yang banyak di tanam oleh masyarakat Kepayang, perkiraan ada
200 KK yang menanam karet dengan luasan minimal 2 ha sehingga diprediksi ada 400 ha
lahan karet di desa Kepayang dengan potensi per ha 625 – 833 pokok tanaman karet
dengan hasil 6 -15 kg/ha/panen. Tak ada ancaman terhadap ekologi dengan
pemanfaatan getah karet. Ancaman bagi karet adalah pada saat masih baru tanam yaitu
hama tikus. Pengelolaan karet masih tradisional, masyarakat lebih banyak memgunakan
bibit anakan cabutan yang hasil getahnya lebih sedikit dibandingkan bibit okulasi.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Tabel 16. Evaluasi pengelolaan lestari Desa Kepayang (hutan & non hutan )
HHBK Bagian tanaman Kelimpahan (ketersediaan) dan distribusi (penyebaran)
Pertumbuhan dan reproduksi Bagian yang digunakan Dampa k terhad ap tanama n Potensi pengelola an lestari Kepadata n populasi local (jumlah/h a) Hasil panen/sumberd aya Penyebar an regional Habitat (tempa t tumbu h) spesifik Kemampu an tumbuh kembali Tingkat pertumbuh an Umur kemati an Tingkatan (laju) reproduk si (#bibit/th n) Pola reprodu ksi
Kemenyan Getah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Pandan besar Daun Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Durian Buah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang Tinggi
Nenas Buah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi
Pisang Buah Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Singkong Umbi/seluruh
tanaman
Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Tinggi Karet Getah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tabel … Hasil evaluasi pengelolaan lestari HHBK Desa Kepayang (hutan & non hutan)
HHBK Pengelolaan Keterangan
TInggi Sedang Rendah
Kemenyan 5 3 2 Potensi pengelolaan lestari sedang
Pandan besar 6 4 0 Potensi pengelolaan lestari sedang
Durian 4 4 2 Potensi pengelolaan lestari rendah
Nenas 8 1 1 Potensi penglolaan lestari tinggi
Pisang 6 4 0 Potensi pengelolaan lestari sedang
Singkong 6 2 2 Potensi pengelolaan lestari sedang
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015
Dari ke 7 HHBK prioritas, Karet adalah HHBK prioritas dengan potensi pengelolaan sangat tinggi, nenas pontensi pengelolaan lestari tinggi
sedangkan kemeyan, pandan besar, pisang potensi pengelolaan lestarinya sedang dan HHBK dengan potensi pengelolaan lestari rendah adalah
durian. Dari sisi potensi pengelolaan lestari HHBK prioritas yang direkomendasikan untuk di kelola adalah karet dan nenas.
4.3. Produk Prioritas
Produk-produk yang dihasilkan dari HHBK prioritas hutan dan non hutan disajikan pada tabel dibawah ini. Produk dari HHBK prioritas baik
yang di hutan maupun non hutan dikelola/produksi secara tradisional, keahlian memproduksi mereka pelajari secara turun temurun dengan input
yang berasal dari lokal (bahan baku tambahan & peralatan produksi).
Tabel 17. Identifikasi produk hhbk prioritas Desa Kepayang (hutan)
HHBK Produkyang dihasilkan
Masukan (input Kualitas dan kapasitas produk Pemasaran
Peralatan material/fasilitas Teknologi Kebutuhan hasil diluar hutan Keahlian yang dibutuhkan Kualitas produk Jumlah produsen Total jumlah produk saat ini Pasar yang ada Harga penjualan saat ini Prasarana pasar saat ini (transport, pengiriman, pergudangan, pengepakan) Kemenyan Getah menyan Pisau, parang, plastic
Traditional Air panas - Mengetahui waktu pengambila n getah, - Menorah pohon, - menentukan ukuran pohon yang disadap (diameter 20 – 30 cm) - Aroma tahan lama, - penampila n fisik tidak berubah, - warna tidak berubah, - berat berkurang 1 orang (pak Darmin) Tidak memanen secara regular, hanya pada saat memerlukan saja 0.5 ons/ pohon/hari Belum tau Belum ada pengalaman menjual
Sukarela Prasana yang tersedia Transportasi Darat: jalan tanah, tidak ada transportasi umum regular, jika hujan licin dan kandas di
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project 2015 Pandan besar Tikar, atap perahu, ambung Pisau kecil, parang panjang, golok, kayu (sunduk), tuai (alat membelah) / jangko, pewarna kimia,
Traditional Rotan & kayu, sinar matahari (penjemuran daun) Memilih daun siap panen, Membelah daun, Meraut daun, Mengayam daun - Tahan lama, - Tidak sampai kena panas dan air (tikar, atap perahu) - Beban maks untuk ambung 50 kg - Tikar : 10 orang, - Atap perahu : 1 orang, - Ambung : 10 orang - Tikar : 2 lembar/ hari (2x1 m), - Atap perahu : 1 atap/hari (2x3 m), - Ambung : 1/hari (60 x 40 cm) Di kampung Kepayang ? beberapa titik Transportasi sungai (umum regular): ketek, klotok dan speed boad Tidak ada gudang penyimpanan Tidak ada rumah produksi Tidak ada jasa pengiriman di desa Durian Buah Tempoyak Parang, tali, karung Toples, parang, sendok Traditional Garam (tempoyak) Keahlian untuk menyimpan dan mencampur adonan tempoyak Tempoyak bisa tahan 1 tahun Tempoyak : 20 orang 1 buah : 120 ml tempoyak Kampung Kepayang Durian : Rp 5000/buah Tempoyak : Rp 5000/ons