• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 580 TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 580 TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
390
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR : KP 580 TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

139-01, SERTIFIKASI DAN REGISTRASI SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN

OPERASI BANDAR UDARA (STAFF INSTRUCTION 139-01).)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang

: a. bahwa dalam Pasal 217

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan telah mengatur bahwa setiap Bandar udara

yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan

penerbangan dengan diterbitkan sertifikat atau register bandar udara;

b. bahwa dalam Pasal 312 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

tentang Penerbangan telah mengatur bahwa pengawasan

keselamatan merupakan kegiatan berkelanjutan untuk melihat

pemenuhan peraturan keselamatan penerbangan yang dilaksanakan

oleh penyedia jasa penerbangan dan pemangku kepentingan lainnya;

c. bahwa dalam Sub Bagian 139B dan Sub Bagian 139B dan C

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang

Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil

Aviation Safety Regulations Part 139) tentang bandar udara

(Aerodrome), mengatur mengenai sertifikat dan register bandar udara;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal

Perhubungan Udara tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan

Penerbangan Sipil Bagian 139-05, Sertifikasi Dan Registrasi Bandar

Udara serta Pengawasan (Staff Instruction 139 – 01).

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan

Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

(2)

Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4075);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang

Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4146);

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

17 Tahun 2007;

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 48 Tahun 2002 tentang

Penyelenggaraaan Bandar Udara Umum;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety Management

System);

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang

Peraturan Keselamatn Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation

Safety Regulation part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome);

10. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :KP 39 Tahun

2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan

Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – 139)

Volume I Bandar Udara (Aerodromes);

11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :KP 40 Tahun

2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan

Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard CASR – 139)

Volume II Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas Helikopter

(Heliports);

12. Peraturan

Direktur

Jenderal

Perhubungan

Udara

Nomor :SKEP/227/VIII/2010 tentang Persyaratan Standar Teknis dan

Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139

(Manual Of Standard CASR Part 139) Volume III Bandar Udara

Perairan (Waterbase);

13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 14

Tahun 2015 Tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard

CASR Part 139) Volume IV Pelayanan Pertolongan Kecelakaan

Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK);

(3)

14. Peraturan

Direktur

Jenderal

Perhubungan

Udara

Nomor :SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management

Safety) Operasi Bandar Udara Bagian 01, (Advisory Circular

139-01, Airport Safety Management System).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TENTANG PETUNJUK TEKNIS SERTIFIKASI DAN REGISTRASI

BANDAR UDARA SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI

BANDAR UDARA BAGIAN 139-01 (STAFF INSTRUCTION 139-01).

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

(1). Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas

tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas,

naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan

antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan

penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

(2). Bandar udara umum adalah bandar udara yang digunakan untuk melayani

kepetingan umum.

(3). Bandar udara khusus adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani

kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.

(4). Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut

pembayaran;

(5). Angkutan Udara Bukan Niaga adalah angkutan udara yang digunakan untuk

melayani kepentingan sendiri yang dilakukan untuk mendukung kegiatan yang usaha

pokoknya selain di bidang angkutan udara;

(6). Inspektur Penerbangan adalah personel yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak

secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan

keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan.

(7). Penyelenggara bandar udara adalah unit penyelenggara bandar udara, badan usaha

bandar udara, dan/atau badan hukum Indonesia yang mengoperasikan bandar udara

khusus

(8). Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara adalah wilayah daratan dan/atau perairan

yang digunakan secara langsung untuk kegaiatan bandar udara.

(4)

(9). Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau

perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan

operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.

(10). Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan

keselamatan dan pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,

angkutan udara, navigasi penerbangan serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum

lainnya.

(11). Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi

persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangya dalam jangka waktu

tertentu.

(12). Sertifikat Bandar Udara (Airport Certificate) adalah tanda bukti terpenuhinya

persyaratan keselamatan penerbangan dalam pengoperasian bandar udara yang

diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk bandar udara yang

melayani pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 (tiga puluh) tempat duduk.

(13). Register Bandar Udara (Airport Register) adalah tanda bukti terpenuhinya

persyaratan keselamatan penerbangan dalam pengoperasian bandar udara yang

diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk bandar udara yang

melayani pesawat udara dengan kapasitas maksimum 30 (tiga puluh) tempat duduk.

(14). Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara adalah semua fasilitas dan peralatan baik di

dalam maupun di luar daerah lingkungan kerja bandar udara, yang dibangun atau

dipasang (diinstalasi) dan dipelihara untuk tujuan melayani kedatangan,

keberangkatan dan pergerakan permukaan pesawat udara, termasuk pelayanan

darat pesawat udara.

(15). Personel Bandar Udara adalah personel yang terkait langsung dengan

pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas dan peralatan

bandar udara;

(16). Sertifikat kompetensi adalah tanda bukti seseorang telah memenuhi persyaratan

pengetahuan, keahlian dan kualifikasi di bidangnya.

(17). Pengelolaan keselamatan (Safety Plan) adalah dokumentasi identifikasi hazard,

penilaian resiko dan mitigasi terhadap penyimpangan atau tidak terpenuhinya standar

teknis pengoperasian bandar udara (Manual of Standard / MOS) atau perubahan

fasilitas dan prosedur pengoperasian bandar udara.

(18). Manual of Standard (MOS) adalah suatu dokumen yang dinamakan “Standar Teknis

dan Operasi (Manual of Standard/MOS) Bagian 139” Volume I Bandar Udara

(Aerodrome), Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliport),

Volume III Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome), Volume IV Pertolongan

Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) yang diterbitkan oleh

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, dan sewaktu-waktu dapat mengalami

perubahan.

(19). Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

(20). Direktur adalah Direktur Bandar Udara.

(5)

(21). Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara.

BAB II

SERTIFIKASI ATAU REGISTRASI BANDAR UDARA

Pasal 2

(1). Setiap bandar udara yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan

keamanan penerbangan, serta ketentuan pelayanan jasa bandar udara.

(2). Bandar udara yang dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Bandar Udara;

b. Tempat pendaratan dan lepas landas helikopter (heliport); dan

c. Bandar udara perairan (water aerodrome)

(3). Bandar udara yang telah memenuhi keselamatan operasi bandar udara diberikan

sertifikat atau register bandar udara

Pasal 3

(1). Guna mendapatkan sertifikat atau register bandar udara sebagaimana dimaksud

pada Pasal 2 ayat (3), pemohon wajib mengajukan permohonan penerbitan sertifikat

atau register bandar udara.

(2). Setelah penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

pemeriksaan berupa :

a. pemeriksaan administrasi, dan

b. audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara..

(3). Apabila hasil audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara..sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a dinyatakan telah lengkap serta sesuai dengan

ketentuan, dituangkan dalam berita acara pemeriksaan administrasi. dan

dilanjutkan dengan audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara.

(4). Audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b dilaksanakan berdasarkan Manual Of Standard (MOS) dan buku

pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) dan dituangkan

dalam berita acara audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara.

Pasal 4

(1). Direktur Jenderal menerbitkan sertifikat bandar udara, penerimaan (acceptance)

buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) dan

penerimaan (acceptance) sistem manajemen keselamatan operasi bandar

udara (Aerodrome SMS) atau register bandar udara dan penerimaan (acceptance)

buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) apabila

berdasarkan hasil audit penerbitan sertifikat atau register bandar udara telah

memenuhi Manual Of Standard (MOS) yang dituangkan dalam Laporan akhir.

(6)

(2). Sertifikat atau register bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan

paling lambat 14 hari kerja sejak bandar udara dinyatakan memenuhi ketentuan

Manual Of Standard (MOS).

Pasal 5

(1). Apabila hasil pemeriksaan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(2) huruf a dinyatakan belum lengkap dan belum sesuai dengan ketentuan,

Direktur akan menyampaikan pemberitahuan kepada pemohon guna perbaikan.

(2). Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diterima oleh Direktur paling

lambat 3 (tiga) bulan sejak pemberitahuan diterima oleh pemohon.

(3). Pemohon yang tidak melakukan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

maka permohonan penerbitan sertifikat atau register bandar udara dinyatakan

gugur dan perlu diulang kembali.

Pasal 6

(1)

Apabila hasil audit penerbitan sertifikat/register bandar udara sebagaimana dalam

Pasal 3 ayat (2) huruf b ditemukan ketidaksesuaian (non-compliance) dengan

Manual of Standard (MOS),

pemohon harus membuat dan menyampaikan

pengelolaan keselamatan (Safety Plan) kepada Direktur.

(2)

Pengelolaan keselamatan (Safety Plan) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

disampaikan pemohon kepada Direktur paling lambat 3 (tiga) bulan sejak

pemberitahuan diterima oleh pemohon.

(3)

Pemohon yang tidak membuat pengelolaan keselamatan (Safety Plan)

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka permohonan penerbitan sertifikat atau

register bandar udara dinyatakan gugur.

Pasal 7

Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (2) huruf b dilakukan oleh tim yang ditugaskan dengan surat perintah Direktur Jenderal.

BAB III

PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA

Pasal 8

(1). Guna menjamin keselamatan operasi bandar udara serta pemenuhan standar dan

ketentuan secara berkelanjutan, maka setelah diberikan sertifikat atau register bandar

(7)

udara, Direktur dan/atau Kepala Kantor melakukan pengawasan keselamatan operasi

bandar udara.

(2). Pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana pada ayat (1) dapat juga

dilaksanakan berdasarkan laporan dari masyarakat mengenai terganggunya

keselamatan dan keamanan penerbangan dalam pengoperasian bandar udara.

(3). Pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana pada ayat (2) maka

Direktur dan/atau Kepala Kantor dapat memerintahkan dilaksanakan pengawasan

keselamatan pengoperasian bandar udara yang bersifat khusus.

Pasal 9

(1). Pelaksanaan pengawasan keselamatan pengoperasian bandar udara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan oleh tim yang ditugaskan dengan surat perintah

Direktur dan/atau Kepala Kantor.

(2). Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas pengawasan tidak

boleh mengganggu pengoperasian bandar udara.

Pasal 10

(1). Ruang lingkup pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 terdiri dari:

a. Audit;

b. Inspeksi;

c. Pengamatan (surveillance); dan

d. Pemantauan (monitoring).

(2). Dasar pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Audit dilaksanakan sebagai kegiatan pengawasan yang bersifat rutin, terjadwal dan

menyeluruh;

b. Inspeksi dilaksanakan apabila ditemukenali adanya indikasi penyimpangan

terhadap ketentuan perundang-undangan atau yang akan berdampak pada

keselamapatan operasi bandar udara;

c. Pengamatan (surveillance) dilaksanakan sebagai lanjutan evaluasi terhadap

pemenuhan rencana tindak lanjut hasil audit oleh penyelenggara bandar udara;

d. Pemantauan (monitoring) dilaksanakan untuk mengevaluasi data, laporan, dan

informasi yang terkait dengan keselamatan operasi bandar udara

(3). Kegiatan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dan menjadi

tanggung jawab Direktorat.

(4). Kegiatan inspeksi, pengamatan dan pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, c dan d dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab Kantor Otoritas

(5). Direktorat dapat melimpahkan pelaksanaan audit kepada Kepala Kantor Otoritas yang

terkait dalam program pengawasan keselamatan operasi Bandar Udara.

(6). Direktorat dapat melaksanakan inspeksi, pengamatan dan pemantauan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b, c dan d apabila terjadi kondisi sebagai berikut :

(8)

a. Keterbatasan kemampuan Kantor Otoritas Untuk melaksanakan inspeksi,

pengamatan dan pemantauan;

b. Kepentingan keselamatan penerbangan yang bersifat prioritas dan strategis.

Pasal 10

Dalam melaksanakan pengawasan, harus memenuhi prinsip – prinsip pengawasan sebagai

berikut :

a. Melaksanakan kegiatan pengawasan secara berkala dengan bagian fungsi pembinaan

dan manajemen keselamatan.

b. Melakukan pengawasan pada sistem keselamatan penerbangan yang disebut sebagai

pengawasan “eksternal sedangkan penyelenggara bandar udara melakukan

pengawasan “internal”

c. Apabila diperlukan inspektur bandar udara dapat meminta hasil pengawasn internal

sebagai bagian pengawasan eksternal.

d. Memastikan bahwa standard dan prosedur telah diimplementasikan sesuai dengan

peraturan perundang – undangan.

e. Menyediakan waktu bagi penyelenggara bandar udara untuk mereview, memberikan

tanggapan dan tindak lanjut terhadap temuan eksternal.

Pasal 11

(1). Kantor Otoritas melaporkan pelaksanaan kegiatan audit, inspeksi, pengamatan dan

pemantauan kepada Direktur Jenderal Up. Direktur sebagai hubungan fungsional paling

lama 7 (tujuh) hari setelah menemukan pelanggaran peraturan perundang-undangan

atau minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk kegiatan pengawasan rutin.

(2). Koordinasi pelaksanaan pengawasan, pelaporan hasil pengawasan dan pengelolaan

data keselamatan antara Direktorat dan Kantor Otoritas dilakukan secara harmonis dan

berjenjang sesuai dengan kewenangannya melalui sistem database pengawasan

keselamatan operasi Bandar Udara.

(3). Sistem database pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana

dimaksud dengan ayat (2) terintregrasi dengan sistem program keselamatan dan

keamanan penerbangan nasional.

BAB IV

INSPEKTUR BANDAR UDARA

Pasal 12

(1). Sertifikasi atau registrasi bandar udara serta pengawasan keselamatan operasi bandar

udara dilaksanakan oleh Inspektur Bandar Udara.

(2). Inspektur Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai bidang

sebagai berikut

(9)

a. Inspektur kelaikan fasilitas bandar udara

b. Inspektur operasi bandar udara

(3). Kriteria, tugas, wewenang, tingkatan, penetapan dan pengembangan inspektur bandar

udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

Pasal 13

Dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi dan registrasi, serta pengawasan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 3 dan Pasal 8, harus menghindari hal-hal :

a. Penafsiran pribadi;

b. Pengaruh individu;

c. Perbedaan budaya; dan/atau

d. Tindakan penyimpangan.

Pasal 14

(1). Dalam melaksanakan audit penerbitan sertifikat atau register Bandar udara dan

pengawasan keselamatan operasi Bandar udara, temuan diklasifikasikan berdasarkan

metode safety risk assessment.

(2). Metode safety risk assessment sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari penilaian risk

severity dan risk probability sebagaimana pada lampiran I peraturan ini.

Pasal 15

Direktur menyampaikan data bandar udara yang sudah bersertifikat dan beregister beserta

hasil audit penerbitan sertifikat dan/atau register kepada Kepala Kantor untuk ditindaklanjuti

pengawasannya terhadap temuan yang belum dapat dipenuhi karena memerlukan biaya

besar atau waktu yang lama.

Pasal 16

Sertifikasi dan registrasi bandar udara untuk penerbitan maupun perpanjangan serta

pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan

Pasal 8 dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bandar

udara serta pengawasan keselamatan operasi bandar udara sebagaimana tercantum dalam

lampiran II dan lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 17

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan

Udara Udara Nomor : SKEP/293/XII/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan

Keselamatan Operasi Bandar Udara dan Tempat Pendaratan dan Lepas landas Helikopter

Bagian 139-01 (Staff Instruction 139-01) dinyatakan tidak berlaku.

(10)

Pasal 18

Direktur Bandar Udara mengawasi pelaksanaan peraturan ini.

Pasal 19

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal disahkan.

Disahkan di

J A K A R T A

Pada tanggal September 2015

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

Ir. SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan, kepada:

1. Menteri Perhubungan;

2. Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan;

3. Inspektur Jenderal, Kementerian Perhubungan;

4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

6. Para Kepala Otoritas Bandar Udara;

7. Para Kepala Bandar Udara dan Heliport.

Salinan sesuai dengan aslinya,

SEKRETARIAT DIREKTORAT

JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Kepala Bagian Hukum

(11)

LAMPIRAN I

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR

: KP 580TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

SIPIL BAGIAN 139-01, SERTIFIKASI DAN REGISTRASI SERTA

PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA (STAFF

INSTRUCTION 139-01)

TANGGAL : 07 OKTOBER 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI DAN

REGISTRASI BANDAR UDARA SERTA PENGAWASAN

KESELAMATAN OPERASI BANDAR UDARA

DAN TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS

HELIKOPTER BAGIAN 139-01

(STAFF INSTRUCTION 139-01)

(12)

SAFETY RISK ASSESMENT

Penentuan kategori temuan dilakukan dengan menggunakan penilaian risiko

(

risk assessment) kondisi fasilitas yang ada terhadap keselamatan pengoperasian

pesawat udara seperti pada tabel di bawah.

TABEL MATRIK RISIKO

RISK

PROBABILITAS

RISK SEVERITY

TINGGI

A

MENENGAH

B

RENDAH

C

SERING

3

JARANG

2

MUNGKIN

1

Risk severity ditentukan dengan tingkat keparahan dampak operasional

keselamatan pesawat udara, sebagai berikut:

-

TINGGI apabila temuan yang ada dapat secara langsung berdampak

terhadap keselamatan pesawat udara pada saat beroperasi di fasilitas

tersebut.

-

MENENGAH apabila temuan yang ada tidak secara langsung berdampak

terhadap keselamatan pesawat udara pada saat beroperasi di fasilitas

tersebut.

-

RENDAH apabila temuan yang ada bersifat minor, tidak secara langsung

berdampak terhadap operasi pesawat udara tetapi apabila dibiarkan tidak

dilakukan perbaikan lanjut dapat menimbulkan risk severity di tingkat

yang lebih tinggi, menengah atau tinggi.

Risk probabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

-

SERING apabila temuan yang pernah terjadi > 3 kali pada fasilitas

tersebut.

-

JARANG apabila temuan yang pernah terjadi < 3 kali pada fasilitas

tersebut.

-

MUNGKIN apabila temuan tersebut belum pernah terjadi.

Setelah diperoleh indeks dari matriks penilaian risiko, hasilnya dimasukkan

dalam matrik toleransi sebagai berikut:

INDEKS PENILAIAN RISIKO

KRITERIA

3A, 2A, 1A

Safety Alerts

3B, 2B, 3C

Pemberitahuan

Tidakterpenuhinya Peraturan(PTP)

(13)

Contoh:

a. Ditemukan adanya

pothole di taxiway A

Risk Probability

: Jarang

Risk Severity

: Tinggi, karena bisa ada FOD yang masuk

mesin pesawat udara.

Indeks Penilaian Resiko : 2 A

Kategori

: Safety Alerts (SA)

b. Tidak ada Tanda/signage di holding position

Risk Probability

: Jarang

Risk Severity

: Menengah, karena ada marka holding

Position dan alat komunikasi dengan ATC.

Indeks Penilaian Resiko : 2 B

Kategori

: Pemberitahuan Tidak terpenuhinya

Peraturan (PTP).

c. Adanya kejadian tumpahan bahan bakar (fuel spillage) tidak

didokumentasikan

dalam

log book.

Risk Probability

: Sering

Risk Severity

: Rendah, karena ada tumpahan bahan

bakar Sudah dibersihkan, hanya tidak di

Dokumentasikan.

Indeks Penilaian Resiko : 3 C

Kategori

: Observasi.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TTD

SUPRASETYO

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS

HEMI PAMURAHARJO

Pembina Tk.I/(IV/d)

NIP. 19660508 199003 1 001

(14)

Contoh:

a. Ditemukan adanya

pothole di taxiway A

Risk Probability

: Jarang

Risk Severity

: Tinggi, karena bisa ada FOD yang masuk

mesin pesawat udara.

Indeks Penilaian Resiko : 2 A

Kategori

: Safety Alerts (SA)

b. Tidak ada Tanda/signage di holding position

Risk Probability

: Jarang

Risk Severity

: Menengah, karena ada marka holding

Position dan alat komunikasi dengan ATC.

Indeks Penilaian Resiko : 2 B

Kategori

: Pemberitahuan Tidak terpenuhinya

Peraturan (PTP).

c. Adanya kejadian tumpahan bahan bakar (fuel spillage) tidak

didokumentasikan

dalam

log book.

Risk Probability

: Sering

Risk Severity

: Rendah, karena ada tumpahan bahan

bakar Sudah dibersihkan, hanya tidak di

Dokumentasikan.

Indeks Penilaian Resiko : 3 C

Kategori

: Observasi.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

SUPRASETYO

(15)

Contoh:

a. Ditemukan adanya

pothole di taxiway A

Risk Probability

: Jarang

Risk Severity

: Tinggi, karena bisa ada FOD yang masuk

mesin pesawat udara.

Indeks Penilaian Resiko : 2 A

Kategori

: Safety Alerts (SA)

b. Tidak ada Tanda/signage di holding position

Risk Probability

: Jarang

Risk Severity

: Menengah, karena ada marka holding

Position dan alat komunikasi dengan ATC.

Indeks Penilaian Resiko : 2 B

Kategori

: Pemberitahuan Tidak terpenuhinya

Peraturan (PTP).

c. Adanya kejadian tumpahan bahan bakar (fuel spillage) tidak

didokumentasikan

dalam

log book.

Risk Probability

: Sering

Risk Severity

: Rendah, karena ada tumpahan bahan

bakar Sudah dibersihkan, hanya tidak di

Dokumentasikan.

Indeks Penilaian Resiko : 3 C

Kategori

: Observasi.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

SUPRASETYO

(16)

LAMPIRAN II

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR

: KP 580 TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

BAGUAN 139-01, SERTIFIKASI DAN REGISTRASI SERTA PENGAWASAN

KESELAMATAN OPERASI BANDAR UARA (STAFF INSTRUCTION 139-01)

TANGGAL

: 07 OKTOBER 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI DAN REGISTRASI

BANDAR UDARA

SERTA PENGAWASAN KESELAMATAN OPERASI BANDAR

UDARA

DAN TEMPAT PENDARATAN DAN LEPAS LANDAS

HELIKOPTER

BAGIAN 139-01

(17)

DAFTAR ISI

1.

UMUM

1.1 REFERENSI ... 1

2.2 TUJUAN ... 1

3.3 RUANG LINGKUP ... 1

1.4 PERUBAHAN AMANDEMEN ... 2

2.

SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA

2.1

JENIS DAN PENGERTIAN SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA

3

2.2

UNSUR DAN JENIS KEGIATAN SERTIFIKASI DAN

REGISTRASI BANDAR UDARA

... 3

2.3 PERSONEL DAN TIM SERTIFIKASI DAN REGISTRASI ... 4

3.

PENGAWASAN KESELAMATAN

3.1 JENIS DAN PENGERTIAN PENGAWASAN ... 4

3.2 UNSUR PENGAWASAN DAN JENIS KEGIATAN PENGAWASAN ... 5

3.3 KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM

PENGAWASAN ... 5

3.4 PENDEKATAN PENGAWASAN ... 6

3.5 PERSONEL DAN TIM PENGAWASAN ... 6

4.

TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

4.1 PERENCANAAN ... 6

4.2 PERSIAPAN ... 6

4.3 PELAKSANAAN ... 7

4.4 PELAPORAN ... 11

4.5 MONITORING ... 12

5.

STANDAR UMUM PELAKSANAAN PENGAWASAN

5.1 AUDIT KESELAMATAN ... 12

5.2 INSPEKSI KESELAMATAN ... 13

5.3 PENGAMATAN KESELAMATAN ... 14

5.4 PEMANTAUAN KESELAMATAN ... 14

5.5 VERIFIKASI KESELAMATAN ... 15

6.

PEMBIAYAAN ... 15

7.

TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN ... 16

8.

PENUTUP ... 16

(18)

1

1.

UMUM

1.1 Referensi

a. Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan.

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015

tentang Peraturan Keselamatn Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil

Aviation Safety Regulation part 139) tentang Bandar Udara

(Aerodrome).

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 tahun 2009

tentang

Safety Management System (SMS).

d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 39

Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard

CASR Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes).

e. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 40

Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standard

CASR Part 139) Volume II Tempat Pendaratan Dan Lepas Landas

Helikopter (Heliports)

f. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :

SKEP/227/VIII/2010 tentang Persyartan Standar Teknis dan

Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139

(Manual Of Standard CASR Part 139) Volume III Bandar Udara

Perairan (

Waterbase).

g. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 14

Tahun 2015 Tentang Standar Teknis Dan Operasi Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard

CASR Part 139) Volume IV Pelayanan Pertolongan Kecelakaan

Penerbangan Dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).

h. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :

SKEP/223/X/2009 Tentang Petunjuk Dan Tata Cara Pelaksanaan

Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System)

Operasi Bandar Udara, Bagian 139-01 (Advisory Circular 139-01,

Airport Safety Management System)

i. Annex 14 Aerodrome Volume I dan Volume II.

1.2 Tujuan

a. Sebagai upaya standardisasi pelaksanaan sertifikasi dan registrasi

bandar udara serta pengawasan keselamatan bandar udara.

b. Sebagai acuan pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi dan

registrasi bandar udara serta perencanaan, pelaksanaan dan

tindak lanjut hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara

oleh Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara

c. Dalam rangka pemenuhan regulasi terkait keselamatan bandar

udara.

d. Sebagai referensi penyelenggara bandar udara dalam pelaksanaan

pengawasan internal keselamatan bandar udara.

(19)

2

1.3 Ruang Lingkup

a. Petunjuk sertifikasi dan registrasi bandar udara dipergunakan

untuk pelaksanaan penerbitan dan perpanjangan sertifikasi dan

registrasi bandar udara oleh Direktorat Bandar Udara.

b. Petunjuk ini diberlakukan untuk pelaksanaan sertifikasi dan

registrasi bandar udara oleh Direktorat Bandar serta pengawasan

keselamatan operasi bandar udara oleh Direktorat Bandar Udara

dan Kantor Otoritas Bandar Udara, namun dapat juga

dipergunakan sebagai referensi bagi penyelenggara bandar udara

dalam melaksanakan kewajiban pengawasan internal.

c. Petunjuk pengawasan keselamatan operasi bandar udara ini

diprioritaskan pada bandar udara bersertifikat dan dapat juga

dilaksanakan untuk pengawasan keselamatan bandar udara

register.

d. Unsur sertifikasi dan registrasi bandar udara dan pengawasan

keselamatan terdiri atas personel, fasilitas, dan prosedur.

1.4 Perubahan/Amendemen

a. Penanggung jawab

Tanggung jawab terhadap setiap perubahan yang diperlukan

untuk pembaharuan pedoman ini, maupun kebutuhan terhadap

adanya perubahan berada pada Kepala Subdirektorat Personel dan

Operasi Bandar Udara. Kepala Kantor dapat mengajukan usulan

perubahan terhadap pedoman ini kepada Kepala Subdirektorat

Personel dan Operasi Bandar Udara melalui Direktur.

b. Jenis Perubahan

1)

Perubahan sementara, yaitu perubahan yang bersifat

sementara dengan batasan waktu dan/atau tujuan yang jelas,

yang antara lain untuk menguji suatu hal sebelum

diberlakukan permanen, ataupun adanya hal-hal yang bersifat

khusus.

2)

Perubahan periodik, yaitu perubahan yang bersifat mengikat

dan permanen karena perubahan standar, ketentuan atau hasil

dari pengembangan kegiatan pengawasan sebelumnya.

c. Proses dan Pengesahan

1)

Konsep perubahan disiapkan oleh Kepala Subdirektorat

Personel dan Operasi Bandar Udara, dengan disertai

kajian/telaah perlunya perubahan, yang dilengkapi dengan

data dukung/referensi terkait.

2)

Konsep perubahan diajukan oleh Kepala Subdirektorat

Personel dan Operasi Bandar Udara kepada Direktur, untuk

dievaluasi sebelum diteruskan kepada Direktur Jenderal.

3)

Pengesahan usulan perubahan oleh Direktur Jenderal, sebelum

dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertfikasi,

registrasi maupun pengawasan keselamatan operasi bandar

(20)

3

udara dan tempat pendaratan dan lepas landas helikopter, baik

bersifat sementara maupun tetap.

2. SERTIFIKASI DAN REGISTRASI BANDAR UDARA

2.1 Jenis dan Pengertian Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara

a. Sertifikasi atau registrasi adalah suatu system yang jelas dan

terukur dalam menilai pemenuhan keselamatan, terkait

kepatuhan terhadap standar, kecukupan prosedur, jumlah dan

kompetensi personel serta keakuratan data.

b. Sertifikasi dan registrasi bandar udara (termasuk heliport dan

water aerodrome) merupakan kegiatan berkelanjutan yang

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara c.q

Direktorat Bandar Udara melalui inspektur bandar udara atau

personel yang ditugaskan untuk itu, guna melihat pemenuhan

peraturan dan ketentuan standar keselamatan penerbangan oleh

penyelenggara bandar udara.

c. Sertifikasi dan registrasi meliputi kegiatan penerbitan atau

perpanjangan sertifikat atau register bandar udara.

d. Bandar udara wajib memiliki sertifikat bilamana digunakan oleh

pesawat udara yang melayani angkutan udara niaga dengan rute

penerbangan dari dan ke luar negeri atau mempunyai runway

yang melayani pesawat udara yang memiliki kapasitas lebih dari

30 (tiga puluh) tempat duduk.

e. Register bandar udara terdiri dari :

-

Register Bandar Udara, yaitu bandar udara yang mempunyai

runway yang dapat melayani pesawat udara dengan kapasitas

maksimum 30 (tiga puluh) tempat duduk untuk angkutan

udara niaga dan angkutan udara bukan niaga;

-

Register Khusus Bandar Udara non penumpang, yaitu bandar

udara yang mempunyai runway yang dapat melayani pesawat

udara dengan kapasitas maksimum 30 (tiga puluh) tempat

duduk untuk kegiatan pemupukan, perikanan, dan kehutanan

termasuk flying shcool;

-

Register Heliport, yaitu tempat pendaratan dan lepas landas

helikopter yang memiliki final approach and take off area

(FATO) dan touch down lift off area (TLOF) yang melayani

pesawat udara yang memiliki kapasitas masimum 30 (tiga

puluh) tempat duduk untuk angkutan udara bukan niaga; dan

-

Register Bandar Udara Perairan (Water Aerodrome), yaitu

bandar udara yang mempunyai water operating area yang

dapat

melayani pesawat udara dengan kapasitas maksimum

30 (tiga puluh) tempat duduk untuk angkutan udara bukan

niaga

f. Register tempat pendaratan dan lepas landas helikopter dibedakan

menjadi 4 (empat) yang terdiri dari : surface level heliport, helideck,

elevated heliport dan shipboard heliport.

(21)

4

g. Inspektur bandar udara adalah staf atau pejabat di lingkungan

Direktorat Bandar Udara yang ditunjuk dan diberi tugas serta

kewenangan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau

Direktur Bandar Udara untuk melaksanakan Sertifikasi dan

Registrasi Bandar Udara setelah memenuhi persyaratan dan

tingkat kompetensi tertentu.

2.2 Unsur dan Jenis Kegiatan Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara

a. Unsur Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara :

- Pemeriksaan dalam pelaksanaan sertifikasi dan registrasi

bandar udara yang tercantum dalam pedoman pengoperasian

bandar udara (aerodrome manual) meliputi unsur personel,

fasilitas, dan prosedur operasi bandar udara, sedangkan untuk

bandar udara bersertifikat ditambah sistem manajemen

keselamatan serta prosedur, fasilitas, dan personel terkait

pengoperasian tempat pendaratan dan lepas landas helikopter

jika tersedia.

- Unsur personel mencakup personel bandar udara yang terkait

langsung dengan pengoperasian dan pemeliharaan bandar

udara serta personel untuk pendaratan helicopter helikopter

jika melayan.

- Unsur fasilitas mencakup prasarana dan peralatan bandar

udara yang terdiri atas fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok

bandar udara serta prasarana dan fasilitas tempat pendaratan

dan lepas landas helikopter.

- Unsur prosedur mencakup prosedur pengoperasian bandar

udara sebagaimana dalam pedoman pengoperasian bandar

udara (aerodrome manual), standard operating procedure (SOP)

untuk di bandar udara maupun tempat pendaratan dan lepas

landas helikopter jika melayani.

b. Kegiatan Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara meliputi :

- Kegiatan sertifikasi dan registrasi bandar udara meliputi

kegiatan audit penerbitan/perpanjangan sertifikat dan register

bandar udara.

- Pemeriksaan

administrasi

untuk

audit

penerbitan/perpanjangan sertifikat/register bandar udara

adalah pemeriksaan terkait keberadan, kelengkapan dan

kesesuaian

dokumen

berupa

:

akta

pendirian

perusahaan/lembaga,

Aerodrome

Manual/Heliport

Manual/Water Aerodrome Manual, Aerodrome SMS Manual

(tidak wajib untuk register), bukti pembayaran PNBP sesuai

peraturan yang berlaku, sertifikat atau register bandar udara

yang akan berakhir masa berlakunya (untuk perpanjangan),

hasil pemeriksaan teknis operasional berkala tahunan dan atau

hasil pengawasan keselamatan operasi bandar udara (untuk

perpanjangan), khusus bandar udara yang melayani angkutan

udara niaga dengan rute penerbangan dari dan ke luar negeri

(22)

5

ditambahkan

lampiran

bukti

persyaratan

kelestarian

lingkungan yang ditunjukan dengan adanya izin lingkungan

atau dokumen lingkungan yang disahkan oleh instansi yang

berwenang.

c. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan

mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi

organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat

kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

e. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur Sertifikasi,

Registrasi dan jenis kegiatan Sertifikasi, Registrasi seperti pada

Formulir I dengan contoh checklist pemeriksaan seperti Formulir II

2.3 Personel dan Tim Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara

a. Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bandar udara dilaksanakan

oleh personel sertifikasi dan registrasi bandar udara atau Tim

sertifikasi dan registrasi bandar udara yang khusus ditugaskan

untuk melaksanakan sertifikasi dan registrasi bandar udara.

b. Personel sertifikasi dan registrasi bandar udara merupakan

Inspektur Bandar Udara atau pegawai Direktorat Bandar Udara

atau personel lain yang telah mempunyai kompetensi tertentu

dan/atau lisensi.

c. Tim sertifikasi dan registrasi bandar udara dari Inspektur Bandar

Udara atau pegawai Direktorat Bandar Udara atau personel lain

yang mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi, dan

dibentuk oleh Direktur Bandar Udara.

d. Susunan Tim sertifikasi dan registrasi terdiri atas ketua tim dan

anggota tim, dengan seorang pengendali sertifikasi/registrasi

bandar udara.

e. Pengendali sertifikasi dan registrasi bandar udara minimal

Inspektur Bandar Udara level 3 atau pejabat Eselon IV Direktorat

Bandar Udara.

f. Ketua Tim Pelaksana minimal inspektur level 2.

g. Anggota Tim Pelaksana minimal inspektur level 1 atau pegawai

Direktorat Bandar Udara yang mempunyai kompetensi di bidang

teknis operasi bandar udara dan tempat pendaratan dan lepas

landas helikopter

3. PENGAWASAN KESELAMATAN

3.1

Jenis dan Pengertian Pengawasan

a. Pengawasan keselamatan operasi bandar udara yang selanjutnya

disebut sebagai pengawasan merupakan kegiatan pengawasan

berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara c.q Direktorat Bandar Udara dan Kantor

Otoritas Bandar Udara melalui Inspektur Bandar Udara atau

(23)

6

personel yang ditugaskan untuk itu, guna melihat pemenuhan

peraturan dan ketentuan standar keselamatan penerbangan pada

umumnya dan keselamatan operasi bandar udara pada

khususnya yang dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara

dan pemangku kepentingan lainnya yang meliputi audit, inspeksi,

pengamatan dan pemantauan, khusus tempat pendaratan dan

lepas landas helikopter maka audit dan pengamatan tidak

dilakukan.

b. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan

mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi

organisasi penyedia jasa penerbangan untuk melihat tingkat

kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

c. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan

standar suatu produk akhir objek tertentu.

d. Pengamatan adalah kegiatan penelusuran yang mendalam atas

bagian tertentu dari prosedur, fasilitas, personel, dan dokumentasi

organisasi penyedia jasa penerbangan dan pemangku kepentingan

lainnya untuk melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan

peraturan yang berlaku.

e. Pemantauan adalah kegiatan evaluasi terhadap data, informasi

dan laporan bandar udara untuk mengetahui kecenderungan

kinerja keselamatan penerbangan di tiap-tiap bandar udara.

3.2 Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan

a. Pemeriksaan dalam pelaksanaan pengawasan yang tercantum

dalam pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual)

meliputi unsur personel, fasilitas, dan prosedur objek pengawasan

operasi bandar udara, sedangkan untuk bandar udara

bersertifikat ditambah sistem manajemen keselamatan serta

prosedur, fasilitas, dan personel terkait pengoperasian tempat

pendaratan dan lepas landas helikopter jika melayani helikopter.

b. Unsur personel mencakup personel bandar udara yang terkait

langsung dengan pengoperasian dan pemeliharaan bandar udara

serta personel untuk pendaratan helikopter.

c. Unsur fasilitas mencakup prasarana dan peralatan bandar udara

yang terdiri atas fasilitas keselamatan dan fasilitas pokok bandar

udara serta prasarana dan fasilitas tempat pendaratan dan lepas

landas helikopter.

d. Unsur prosedur mencakup prosedur pengoperasian bandar udara

sebagaimana dalam pedoman pengoperasian bandar udara

(aerodrome manual), standard operating procedure (SOP) untuk di

bandar udara maupun tempat pendaratan dan lepas landas

helikopter.

e. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur pengawasan dan

jenis kegiatan pengawasan seperti pada Formulir I dengan contoh

checklist pemeriksaan seperti Formulir II.

(24)

7

3.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pengawasan

a. Memastikan

terpenuhinya

regulasi

penerbangan

nasional

Standards and Recommended Practices (SARPs) ICAO dalam

rangka menjaga dan meningkatkan keselamatan operasi bandar

udara.

b. Berdasarkan Undang-Undang nomor : 1 tahun 2009 tentang

Penerbangan, tanggung jawab keselamatan bandar udara yang

mencakup tanggung jawab regulasi dan tanggung jawab

pengawasan keselamatan berada pada Menteri Perhubungan, dan

sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM. 20

tahun 2008 dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM. 22

tahun 2015, tanggung jawab tersebut diamanahkan kepada

Direktur Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara,

sebagai bagian unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara yang bertanggung jawab di bidang bandar

udara.

c. Untuk memenuhi tanggung jawab terhadap keselamatan bandar

udara, maka Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar

Udara wajib melaksanakan pengawasan keselamatan bandar

udara, termasuk dalam hal ketersediaan program pengawasan dan

sumber

daya

untuk

pelaksanaan

program

pengawasan

keselamatan bandar udara.

d. Tanggung jawab pengawasan keselamatan oleh Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara juga berlaku untuk bandar udara

yang masih diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah

daerah, dalam rangka untuk menjaga ketegasan dan kejelasan

fungsi

regulasi

sebagai

kewajiban

Direktorat

Jenderal

Perhubungan Udara dan fungsi operasi sebagai kewajiban

operator dalam penyelenggaraan bandar udara.

e. Tanggung jawab dan kewajiban Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara

dalam

bidang

pengawasan

keselamatan

tidak

menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab dan kewajiban

penyelenggara bandar udara untuk tetap melaksanakan

pengawasan keselamatan internal sesuai peraturan dan ketentuan

di bidang penerbangan pada umumnya dan bidang bandar udara

pada khususnya.

3.4 Pendekatan Pengawasan

a. Pengawasan keselamatan dilandasi prinsip pencegahan terhadap

timbulnya risiko keselamatan yang melampaui batas-batas risiko

yang dapat diterima.

b. Pelaksanaan pengawasan menganut sistem check and balance,

sebagai pendekatan terhadap asas keadilan dan keterbukaan.

c. Pelaksanaan pengawasan menggunakan pendekatan sistem

(system approach) untuk mengetahui apakah sistem yang berjalan

di penyelenggara bandar udara sudah dapat menjamin

keselamatan operasi bandar udara secara berkesinambungan.

(25)

8

d. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mempergunakan

standar

yang

jelas,

terencana,

terkontrol,

dapat

dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan.

e. Hasil pelaksanaan pengawasan dipergunakan untuk bahan

penyempunaan standar dan regulasi keselamatan bandar udara.

3.5 Personel dan Tim Pengawasan

a. Pelaksanaan pengawasan dilaksanakan oleh personel pengawasan

atau Tim Pengawasan Keselamatan yang khusus ditugaskan untuk

melaksanakan pengawasan keselamatan operasi bandar udara.

b. Personel Pengawasan Keselamatan merupakan Inspektur Bandar

Udara atau personel Direktorat Bandar Udara atau Personel

Kantor Otoritas Bandar Udara atau personel lain yang telah

mempunyai kompetensi tertentu dan/atau lisensi.

c. Tim Pengawasan Keselamatan terdiri atas Inspektur Bandar Udara

atau pegawai Direktorat Bandar Udara atau personel lain yang

mempunyai

kompetensi

tertentu

dan/atau

lisensi,

dan

dibentuk/ditugaskan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

d. Susunan Tim Pengawasan terdiri atas ketua tim dan anggota tim,

dengan seorang pengendali pengawasan.

e. Pengendali pengawasan minimal pejabat Eselon IV Direktorat

Bandar Udara atau pejabat Eselon IV Kantor Otoritas Bandar

Udara

f. Ketua Tim Pengawasan minimal inspektur tingkat ahli dan

merupakan inspektur dengan level tertinggi pada tim tersebut.

g. Anggota Tim Pengawasan minimal inspektur tingkat asisten atau

pegawai Direktorat Bandar Udara atau pegawai Kantor Otoritas

Bandar Udara yang mempunyai kompetensi di bidang teknis

operasi bandar udara dan tempat pendaratan dan lepas landas

helikopter.

4

TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

4.1 Perencanaan

4.1.1 Perencanaan sertifikasi dan registrasi

Direktur Bandar udara wajib membuat alokasi ketersediaan

anggaran (DIPA) tahunan guna mengantisipasi permohonan

sertifikasi dan atau registrasi bandar udara.

4.1.2 Perencanaan pengawasan

a. Direktur Bandar udara wajib membuat rencana pengawasan

untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (rencana pengawasan 5

tahunan) dan rencana tahunan.

b. Rencana 5 tahunan disusun sesuai periode Rencana Stratejik

(RENSTRA) dan rencana tahunan disusun berdasarkan rencana

5 tahunan dan ketersediaan anggaran (DIPA) tahun

(26)

9

bersangkutan maupun sumber dana lain sesuai peraturan

perundang-undangan.

c. Perencanaan pengawasan 5 tahunan mencakup rencana lokasi

bandar udara atau tempat pendaratan dan lepas landas

helikopter serta alokasi dana yang diperlukan, sedang untuk

rencana tahunan harus mencakup pula rencana jadwal waktu

pelaksanaan sertifikasi, registrasi dan pengawasan dan rencana

Tim sertifikasi, registrasi dan pengawasan yang akan

melakukan sertifikasi, registrasi dan pengawasan.

d. Hasil perencanaan pengawasan dituangkan dalam ketetapan

tersendiri yang berupa program pengawasan keselamatan

bandar udara, dan merupakan satu kesatuan acuan dengan

petunjuk pelaksanaan pengawasan ini.

e. Perencanaan yang disusun oleh Direktur Bandar Udara

sehingga pengawasan keselamatan operasi bandar udara dapat

berjalan efektif.

4.2 Persiapan

a. Tim yang ditugaskan untuk melakukan sertifikasi, registrasi dan

pengawasan

harus

melaksanakan

persiapan

pelaksanaan

sertifikasi, registrasi dan pengawasan dengan mengisi

format-format seperti pada Formulir III.

b. Formulir III.1 merupakan format perencanaan ruang lingkup

pengawasan yang diisi berdasarkan data/catatan pengawasan

sebelumnya, perubahan organisasi, informasi lain terkait

operasional Objek Pengawasan/OP (bandar udara atau tempat

pendaratan dan lepas landas helikopter) yang berasal dari airline

atau pihak lain (laporan adanya foreign object damage/debris

(FOD), bird strike, dll) maupun data laporan kejadian

(accident/incident). Format Formulir III.1 disusun oleh Tim

sertifikasi, registrasi dan pengawasann dan diketahui/disahkan

oleh Pengendali Tim atau Ketua Tim. Hasil perencanaan ruang

lingkup sertifikasi, registrasi dan pengawasan tersebut dituangkan

dalam Formulir III.2 yang merupakan ruang lingkup dan jenis

pengawasan yang akan dilakukan. Tiap elemen dalam sistem ruang

lingkup pengawasan dijabarkan dalam tiap lembar kerja seperti

dalam Formulir III.3 dengan pengisian data diambil dari Formulir

III.1 (data-data foreign object damage/debris (FOD), bird strike,

kejadian, dll) maupun dari checklist Formulir II yang dianggap

penting untuk diperiksa pada Objek sertifikasi, registrasi dan

pengawasan.

c. Setelah Formulir III.1, III.2, dan III.3 diselesaikan, untuk

pelaksanaan audit, rencana kegiatan sertifikasi, registrasi dan

pengawasan keselamatan tersebut harus disampaikan dahulu

secara tertulis kepada penyelenggara bandar udara Objek

sertifikasi, registrasi dan pengawasan, meliputi maksud, tujuan,

(27)

10

lingkup, jenis pengawasan, beserta Tim Pengawasan dalam jangka

waktu paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan

pengawasan. Contoh surat pemberitahuan pelaksanaan sertifikasi,

registrasi dan pengawasan seperti pada Formulir III.4 – III.6.

d. Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau Direktur Bandar Udara

atau Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara

dapat memerintahkan

dilaksanakannya pengawasan keselamatan operasi bandar udara

yang bersifat insidentil atau khusus.

4.3 Pelaksanaan

4.3.1 Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi

a. Sertifikasi dan registrasi dilaksanakan oleh Tim sertifikasi dan

registrasi yang namanya tercantum dalam Surat Perintah Tugas

Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau Direktur Bandar

Udara dan disampaikan melalui surat pemberitahuan sertifikasi

dan registrasi kepada bandar udara terkait Objek sertifikasi /

registrasi seperti pada Formulir III.4 – III.6.

b. Jadwal pelaksanaan sertifikasi dan registrasi berlaku pada

seluruh Objek sertifikasi dan registrasi.

c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan sertifikasi dan

registrasi dapat dilihat pada Formulir IV yang secara prinsip,

meliputi :

1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum

pelaksanaan sertifikasi dan registrasi, perkenalan Tim

sertifikasi dan registrasi, penjelasan maksud, tujuan,

lingkup, dan jangka waktu serta jenis sertifikasi dan

registrasi

(penrbitan/perpanjangan)

yang

akan

dilaksanakan, mengkaji ulang (review) terhadap temuan

pengawasan sebelumnya (untuk perpanjangan), penjelasan

lingkup pelaksanaan sertifikasi dan registrasi, diskusi isu

terkait lingkup sertifikasi dan registrasi jika ada, klarifikasi

dokumen-dokumen untuk pelaksanaan sertifikasi dan

registrasi serta penjelasan proses laporan hasil pelaksanaan

sertifikasi dan registrasi dan temuannya. Lihat Formulir

IV.1 Checklist Agenda Rapat Pembukaan.

2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap sistem untuk

pengoperasian Objek sertifikasi dan registrasi yang meliputi

buku pedoman pengoperasian bandar udara (

aerodrome

manual), sms manual (untuk sertifikat bandara), standard

operating procedure (SOP), logbook, dan catatan-catatan lain

yang diperlukan.

3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel

pelaksanaan sistem pengoperasian Objek sertifikasi dan

registrasi yang meliputi proses pelaksanaan prosedur dan

hasil (output)nya.

4) Klarifikasi

dan/atau

konfirmasi

atas

draft

hasil

(28)

11

penyelenggara Objek sertifikasi dan registrasi untuk

menanggapi dan/atau menjelaskan setiap temuan yang

dihasilkan.

5) Berita Acara sertifikasi dan registrasi seperti Formulir IV.4,

merupakan draft laporan hasil sertifikasi dan registrasi serta

ringkasan temuan. Berita Acara sertifikasi dan registrasi

ditandatangani oleh seluruh Tim sertifikasi dan registrasi

dan pihak bandar udara Objek sertifikasi dan registrasi.

6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk

merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan

Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance

Notification/NCN)

serta kapan hasil akhir laporan

pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist

Agenda Rapat Penutupan.

4.3.2 Pelaksanaan pengawasan

a. Pengawasan dilaksanakan oleh pengawasan yang namanya

tercantum dalam Surat Perintah Tugas Direktur Jenderal

Perhubungan Udara atau Direktur Bandar Udara atau Kepala

Kantor Otoritas Bandar Udara dan disampaikan melalui surat

pemberitahuan pengawasan keselamatan kepada bandar udara

Objek Pengawasan (OP) seperti pada Formulir III.4 – III.6.

b. Jadwal pelaksanaan pengawasan keselamatan pada satu Objek

Pengawasan (OP) tertentu harus diupayakan tidak tumpang

tindih dengan jadwal pelaksanaan pengawasan bidang lainnya

terkait pengoperasian Objek Pengawasan (OP).

c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan pengawasan dapat

dilihat pada Formulir IV yang secara prinsip, meliputi:

1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum

pelaksanaan pengawasan, perkenalan Tim Pengawasan,

penjelasan maksud, tujuan, lingkup, dan jangka waktu

serta jenis pengawasan yang akan dilaksanakan, mengkaji

ulang (review) terhadap temuan pengawasan sebelumnya,

penjelasan lingkup pelaksanaan pengawasan, diskusi isu

terkait lingkup pengawasan jika ada, klarifikasi

dokumen-dokumen untuk pelaksanaan pengawasan serta penjelasan

proses laporan hasil pelaksanaan pengawasan dan

temuannya. Lihat Formulir IV.1 Checklist Agenda Rapat

Pembukaan.

2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap sistem untuk

pengoperasian Objek Pengawasan (OP) yang meliputi buku

pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual),

standard operating procedure (SOP), logbook, dan

catatan-catatan lain yang diperlukan.

3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel

pelaksanaan sistem pengoperasian Objek Pengawasan (OP)

(29)

12

yang meliputi proses pelaksanaan prosedur dan hasil

(output)nya.

Untuk

pelaksanaan

inspeksi,

kegiatan

pengecekan menggunakan checklist seperti yang tercantum

dalam Formulir II.3 untuk bandar udara dan seperti pada

Formulir II.4 untuk inspeksi tempat pendaratan dan lepas

landas helikopter.

4) Klarifikasi

dan/atau

konfirmasi

atas

draft

hasil

pemeriksaan,

guna

memberi

kesempatan

kepada

penyelenggara Objek Pengawasan (OP) untuk menanggapi

dan/atau menjelaskan setiap temuan yang dihasilkan.

5) Berita Acara Pengawasan seperti Formulir IV.5, merupakan

draft laporan hasil pengawasan keselamatan dan ringkasan

temuan. Berita Acara Pengawasan ditandatangani oleh

seluruh Tim Pengawasan dan pihak bandar udara Objek

Pengawasan.

6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk

merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan

Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance

Notification/NCN) serta kapan hasil akhir laporan

pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist

Agenda Rapat Penutupan.

4.4 Hasil Sertifikasi dan registrasi serta Pengawasan

a. Hasil sertifikasi dan registrasi serta pengawasan berupa temuan

audit bukan merupakan hasil opini tetapi harus didasarkan

kepada fakta yang ada serta dasar regulasinya

b. Temuan hasil checklist inspeksi dikategorikan sebagai satisfactory

(S) yang berarti memenuhi standar, dan unsatisfactory (U) untuk

temuan yang tidak memenuhi standar.

c. Temuan hasil audit bandar udara dikategorikan menjadi Observasi,

Pemberitahuan

Tidak

terpenuhinya

Peraturan/PTP

(Non

Compliance Notification/NCN), atau Safety Alerts (SA).

1) Observasi merupakan temuan yang bersifat minor tetapi dapat

berkontribusi

terhadap

tidak

terpenuhinya

ketentuan

peraturan. Walaupun begitu, perhatian tetap diperlukan

untuk tindakan perbaikan dan menghindari terulang lagi di

kemudian hari. Penyelenggara bandar udara diminta untuk

mengambil langkah peningkatan/ perbaikan sistem secara

berkelanjutan.

Tindakan

tersebut

dilaporkan

kepada

Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas Bandar Udara

seperti pada Formulir V.4 Tindak Lanjut Temuan, dan menjadi

perhatian dalam pelaksanaan pengawasan di kemudian hari.

2) Pemberitahuan

Tidakterpenuhinya

Peraturan/PTP

(Non

Compliance Notification/NCN) merupakan temuan tidak

dipenuhinya (non compliance) ketentuan peraturan (Formulir

Gambar

TABEL MATRIK RISIKO
gambar 9.7.2  d.  Lokasi berawal 60 m dari runway threshold

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat kemampuan sesungguhnya dari Bandar Udara dalam menghadapi keadaan darurat maka sesuai dengan ketentuan ICAO dalam Peraturan Direktur Jenderal

bahwa rencana penanggulangan keadaan darurat untuk pelayanan menyelamatkan jiwa dan harta dari kejadian dan/atau kecelakaan pesawat udara di bandar udara disusun dalam

melaksanakan evaluasi terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang personel operasi pesawat udara dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana

Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dalam melakukan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat tetap atau sementara sesuai dengan

Untuk menjamin keselamatan pengoperasian bandar udara, maka pembuatan buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) harus sesuai dengan standar teknis operasional

Inspeksi keselamatan yang menjadi tanggung jawab penyelenggara heliport sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 pada huruf d, wajib dilakukan oleh inspektur bandar udara atau orang

Perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara harus 1 (satu) jam diNOTAMkan sebelum keberangkatan pesawat udara dari bandar udara asal oleh Kepala Badan Usaha Bandar

Pelaksanaan audit kinerja Airport lighting sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur