• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 609 TAHUN 2015 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 609 TAHUN 2015 TENTANG"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 609 TAHUN 2015

TENTANG PETUNJUK TEKNIS

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07,

PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL

(STAFF INSTRUCTION 139-07)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.55 Tahun

2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) telah mengatur mengenai setiap pengoperasian bandar udara harus dilakukan pengawasan keselamatan operasi bandar udara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas, perlu mengatur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-07, Pengawasan Alat Bantu Pendaratan Visual (Staff Instruction 139-07)

dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perhubungan;

(2)

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009

tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety

Management System);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan

sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor PM 68 Tahun 2013;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 22 Tahun 2015

tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan

Kantor Otoritas Bandar Udara;

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar

Udara (Aerodrome);

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2015 tentang Standarisasi dan Sertifikasi Fasilitas Bandar Udara;

11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara

Pelaksanaan

Sistem

Manajemen

Keselamatan

(Safety

Management System) Operasi Bandar Udara Bagian 139-01,

(Advisory Circular 139-01, Airport Safety Management System);

12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 2 Tahun 2013 tentang Kriteria Penempatan Peralatan dan

Utilitas Bandar Udara;

13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - bagian 139

(Manual Of Standar CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes);

14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

KP 43 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Dan Operasi Bandar

Udara;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN

PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07, PENGAWASAN ALAT

(3)

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1.

Bandar

udara

adalah

lapangan

terbang

yang

dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat

udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat

kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan

penerbangan

dan

sebagai

tempat

perpindahan antar moda transportasi.

2.

Penyelenggara

bandar

udara

umum

adalah

unit

penyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara

dan/atau

badan

hukum

Indonesia

yang

menyelenggarakan atau mengoperasikan bandar udara

u m u m .

3.

Penyelenggara bandar udara khusus adalah Pemerintah,

Pemerintah daerah dan/atau badan hukum Indonesia

yang mengoperasikan bandar udara khusus.

4.

Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan

dengan batasbatas

tertentu yang hanya digunakan

sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas

landas.

5.

Keselamatan penerbangan adalah suatu kondisi untuk

mewujudkan penerbangan dilaksanakan secara selamat

sesuai dengan rencana penerbangan.

6.

Alat Bantu Pendaratan Visual yang selanjutnya disebut

Airport Lighting adalah semua peralatan baik yang

dibangun dan beroperasi secara individu atau secara

sistem yang dipergunakan untuk keperluan operasional

bandar udara dan pesawat udara.

7. Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual adalah

kegiatan perawatan terhadap peralatan, instalasi Alat

Bantu Pendaratan Visual yang bertujuan untuk menjaga

kinerja Alat Bantu Pendaratan Visual agar selalu dapat

beroperasi dengan baik sesuai persyaratan.

8.

Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang

yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk

melakukan pekerjaan di bidangya dalam jangka waktu

tertentu.

9.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

10. Direktur adalah Direktur Bandar Udara.

11. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar

(4)

Pasal 2

(1) Untuk menjamin keselamatan penerbangan, setiap

pengoperasian

bandar

udara

harus

dilakukan

pengawasan terhadap Airport Lightning.

(2) Pengawasan terhadap Airport Lightning

bandar udara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan terhadap

Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud

dalam lampiran I dan lampiran II yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 3

(1) Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport

Lightning paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) L?PhtninK&nt°T m6lakukan Pen§awasan terhadap Airport

(3) Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport

Lightning bandar udara

tidak boleh

mengganggu

pengoperasian bandar udara.

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tanggal

: 20 oktober 2015

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :

1- Menteri Perhubungan Republik Indonesia;

2.

Sekretaris Jenderal, Kementerian

Perhubungan-3.

Inspektur Jendera.l Kementerian Perhubungan-'

4.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara-65: IZ K^ToS^r SET*Jenderal p"hubungan

Uda-9. iir»b-+n,- lit rvr » ~

10.

Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero); dan

_ «J « " \ f w OV.1UI , UCU1

SatiLn P.

."^ Udara KhU8US yan§ mela>'ani Penerbangan sipil

balinan sesuai dengan aslinya

5

P

PAii^BM^Jsi^KUM DAN HUMAS,

\

fURAHARJO

(5)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTQRAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR : KP 609 TAHUN 2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07 (STAFF INSTRUCTION CASRPART 139-07) TENTANG

PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil

Bagian 139 {Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang

Bandar Udara (Aerodrome) telah mengatur mengenai setiap

pengoperasian bandar udara harus dilakukan pengawasan keselamatan operasi bandar udara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

diatas, perlu mengatur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-07 (Staff

Instruction CASR Part 139-07) Tentang Pengawasan Alat

Bantu Pendaratan Visual dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

Mengingat : 1. Undang-undang

Nomor Nomor

1 Tahun

2009

tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4956);

2.

Peraturan

Pemerintah

Nomor

40

Tahun

2012

tentang

Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Bandar Udara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5295);

3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta

Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

Nomor 135 Tahun 2014;

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perhubungan;

(6)

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety

Management System);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor PM 68 Tahun 2013;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 22 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan

Kantor Otoritas Bandar Udara;

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139

(Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar

Udara (Aerodrome);

10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2015 tentang Standarisasi dan Sertifikasi Fasilitas Bandar Udara;

11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety

Management System) Operasi Bandar Udara Bagian 139-01,

(Advisory Circular 139-01, Airport Safety Management System);

12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 2 Tahun 2013 tentang Kriteria Penempatan Peralatan dan

Utilitas Bandar Udara;

13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - bagian 139

(Manual Of Standar CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara

(Aerodromes);

14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

KP 43 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Dan Operasi Bandar

Udara;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN

PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07 (STAFF INSTRUCTION

CASR PART 139-07) TENTANG PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL.

(7)

Pasal 2

(1) Untuk menjamin keselamatan penerbangan

setiao

pengoperasian

bandar

udara

hams

dilakukan

pengawasan terhadap Airport Lightning.

aiIaku*an

Pengawasan terhadap Airport Lightning bandar udara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesua!

AZtn LfaT]U\PTSanaan P-Uasan terhadap

Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud

ttn^rrn ' tln lampimn " ^ "lerupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(2)

Pasal 3

(1) Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport

Lightning paling sedikit 1(satu) kali dalam setahun

(2) UgPh1ninKgant°r "^^ Pen8awasan terhadap Airport

(3) Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport

Lightning bandar udara tidak boleh mengganggu

pengoperasian bandar udara.

"Sganggu

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di

: JAKARTA

Pada tanggal

: zo 0t^r zor

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada •

1.

Menteri Perhubungan Republik Indonesia;

2.

Sekretaris Jenderal, Kementerian

Perhubungan-3.

Inspektur Jendera.l Kementerian Perhubungan-'

4.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara-a5: Zl^ o S S 5S£"rat JenderaI p"<^

u«-I. S S ? — * - « ™,„gan Udara;

9. Direktur Utama r

). Para Kepala Ba

aft^eseatsdengan aslinya

KEPAI^fe^GlAN^^SJM DAN HUMAS,

Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero); dan

sZa^^et^^118118 ^g »**»* P—b-g- sipil.

[*(DIREKTORAT!JENDi IPERHUBUNGAN

gMI PA,Mu£frHAR.in

^^ina^rk. I (IV/b)

NIP. 19660508 199003 1 001

(8)

Pasal 2

(1) Untuk menjamin

keselamatan

penerbangan,

setiap

pengoperasian

bandar

udara

harus

dilakukan

pengawasan terhadap Airport Lightning.

(2) Pengawasan terhadap Airport Lightning

bandar udara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan terhadap

Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud

dalam lampiran I dan lampiran II yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 3

(1) Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport

Lightning paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap Airport

Lightning.

(3) Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport

Lightning

bandar

udara

tidak

boleh

mengganggu

pengoperasian bandar udara.

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tanggal : 20 oktober 2015

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA /V\A/W\> ^

SUPRASETYO

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :

1.

Menteri Perhubungan Republik Indonesia;

2.

Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan;

3.

Inspektur Jendera,l Kementerian Perhubungan;

4.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

5.

Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

6. Para Kepala Otoritas Bandar Udara;

7.

Para Kepala Bandar Udara UPBU Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara;

8.

Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (persero);

9.

Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero); dan

(9)

Pasal 2

(1)

Untuk

menjamin

keselamatan

penerbangan,

setiap

pengoperasian bandar udara harus dilakukan

pengawasan terhadap Airport Lighting.

(2)

Pengawasan terhadap Airport Lighting

bandar udara

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan petunjuk

pelaksanaan

pengawasan terhadap

Airport Lighting bandar udara sebagaimana dimaksud

dalam lampiran I dan lampiran II yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 3

(1)

Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport

Lighting paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

(2)

Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap Airport

Lighting.

(3)

Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport

Lighting

bandar

udara

tidak

boleh

mengganggu

pengoperasian bandar udara.

Pasal 4

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Pada tanggal DIREKTUR JEND JAKARTA 20 OKTOBER 2015 L PERHUBUNGAN UDARA <

AWAaaaa^

^

SUPRASETYO No

• Proses Nama Jabatan Tanggal Paraf

1. Diperiksa Hemi Pamuraharjo Kabag Hukum dan Humas

ytfvxc

i

2. Diperiksa Syamsu Rizal Kasubdit Peralatan dan Utilitas

Bandar Udara

% loir

f '

3. Disetujui Dr. Ir. Agus Santoso,

M. Sc Direktur Bandar Udara

%

h

4. Disetujui Drs. Pepen Supendi. Y.M.Si

Sekretaris Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara

(10)

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor

: KP 609 TAHUN 2015

Tanggal : 20 OKTOBER 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN AIRPORT LIGHTING

1. UMUM

1.1. Referensi

a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan.

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 tahun 2009

tentang Safety Management System (SMS).

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2015

tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139

Bandar Udara.

d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39

tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil - Bagian 139 (Manual of

Standard CASR-Part 139) Volume I bandar Udara (Aerodrome).

e. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor

KP

tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Operasional

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-26 (Civil

Aviation Safety Regulation Part 139-26) Tentang Standar Alat

Bantu Pendaratan Visual.

f. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor

KP

tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Operasional

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-27 (Civil

Aviation Safety Regulation Part 139-27) Tentang Prosedur

Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual.

g. Annex 14 Aerodrome Volume I.

1.2. Latar Belakang

Berdasarkan Undang Undang Penerbangan Nomor 1 tahun 2009

Pasal 219, bahwa :

a. Ayat (1):

setiap badan

usaha bandar udara atau unit

penyelenggara bandar udara wajib menyediakan fasilitas

bandar udara yang memenuhi persyaratan keselamatan dan

keamanan penerbangan, serta pelayanan jasa bandar udara

sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.

b. Ayat (3): untuk mempertahankan kesiapan fasilitas bandar

udara, badan usaha bandar udara, atau unit penyelenggara

bandar udara wajib melakukan perawatan dalam jangka

waktu tertentu dengan cara pengecekan, tes, verifikasi

dan/atau kalibrasi.

1.3. Tujuan

a. Sebagai acuan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan tindak lanjut hasil pengawasan terhadapalat bantu visual

navigasi (airport lighting) serta catu daya oleh Direktur dan

Kepala Kantor.

(11)

b. Sebagai

upaya

standardisasi

pelaksanaan

pengawasan

terhadap alat bantu pendaratan visual (visual aids lighting).

c. Dalam rangka pemenuhan regulasi terkait alat bantu visual

navigasi (airport lighting).

d. Sebagai

referensi

penyelenggara

bandar

udara

dalam

pelaksanaan pengawasan internal terhadap alat bantu visual

navigasi (airport lighting).

1.4. Ruang Lingkup

a. Petunjuk ini diberlakukan untuk keperluan pengawasan

terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) oleh

Direktur dan Kepala Kantor, namun dapat juga dipergunakan

sebagai referensi bagi penyelenggara bandar udara dalam

melaksanakan kewajiban pengawasan internal.

b. Petunjuk pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi

(airport lighting) ini diprioritaskan pada bandar udara atau

tempat lepas landas dan pendaratan helikopter bersertifikat

dan dapat juga dilaksanakan untuk pengawasan keselamatan

bandar udara register.

c. Unsur pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport

lighting) terdiri atas personel, fasilitas, dan prosedur.

1.5. Perubahan/Amendemen a. Penanggungjawab

Tanggung jawab terhadap setiap perubahan yang diperlukan

untuk

pembaharuan

pedoman ini, maupun

kebutuhan

terhadap adanya perubahan, berada pada Kepala Seksi

Verifikasi Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, Subdirektorat

Peralatan dan Utilitas Bandar Udara.

b. Jenis Perubahan :

1) Perubahan sementara, yaitu perubahan yang bersifat

sementara dengan batasan waktu dan/atau tujuan yang

jelas, yang antara lain untuk menguji suatu hal sebelum

diberlakukan permanen, ataupun adanya hal-hal yang

bersifat khusus.

2) Perubahan

periodik,

yaitu

perubahan

yang

bersifat

mengikat dan permanen karena perubahan standar,

ketentuan

atau

hasil dari

pengembangan

kegiatan

pengawasan sebelumnya. c. Proses dan Pengesahan :

1) Konsep perubahan disiapkan oleh Kepala Seksi Verifikasi

Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, dengan disertai

kajian/telaah perlunya perubahan, yang dilengkapi dengan

data dukung/referensi terkait.

2) Konsep perubahan diajukan oleh Kepala Seksi Verifikasi

(12)

Subdirektorat Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, untuk

dievaluasi sebelum diteruskan kepada Direktur Bandar

Udara.

d. Pengesahan

usulan

perubahan

oleh

Direktur,

sebelum

dipergunakan

sebagai

pedoman

dalam

pelaksanaan

pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport

lighting), baik bersifat sementara maupun tetap.

2. PENGAWASAN TERHADAP ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI (AIRPORT

LIGHTING).

2.1. Jenis dan Pengertian Pengawasan

a. Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport

lighting)

yang

selanjutnya

disebut

sebagai

pengawasan

merupakan

kegiatan

pengawasan

berkelanjutan

yang

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara c.q

Direktorat Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas bandar

Udara melalui Inspektur Bandar Udara yang ditugaskan untuk

itu, guna melihat pemenuhan peraturan dan ketentuan

standar keselamatan penerbangan pada umumnya dan alat

bantu visual navigasi (airport lighting) pada khususnya yang

dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara dan pemangku

kepentingan

lainnya

yang

meliputi

audit,

inspeksi,

pengamatan dan pemantauan, kecuali audit dan pengamatan

tidak dilakukan pada tempat pendaratan dan lepas landas

helikopter.

b. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan

mendalam

terhadap

prosedur,

fasilitas,

personel,

dan

dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk

melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan

yang berlaku.

c. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan

standar suatu produk akhir objek tertentu.

d. Pemantauan adalah kegiatan evaluasi terhadap data, informasi

dan laporan bandar udara untuk mengetahui kecenderungan

kinerja keselamatan penerbangan di tiap-tiap bandar udara.

e. Inspektur Bandar Udara adalah

staf atau pejabat di

lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang

melaksanakan tugas pokok dan fungsi kebandarudaraan,

ditunjuk dan diberi tugas serta kewenangan oleh Direktur

Jenderal

Perhubungan

Udara

untuk

melaksanakan

pengawasan keselamatan operasi bandar udara.

2.2. Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan

a. Pemeriksaan dalam pelaksanaan pengawasan sebagaimana

(13)

navigasi (airport lighting), objek kelistrikan bandar udara, yang

meliputi pemeliharaan peralatan visual aid dan catu daya.

b. Unsur keselamatan mencakup prosedur keselamatan dalam

melaksanakan pemeliharaan alat bantu visual navigasi (airport

lighting).

c. Unsur manajemen keselamatan meliputi penyediaan jadwal

pemeliharaan dan program pemeliharaan preventif alat bantu

visual navigasi (airport lighting).

d. Unsur peralatan pengujian meliputi kesiapan peralatan

penguji dalam rangka pemeliharaan alat bantu visual navigasi

(airport lighting).

e. Unsur pemeliharaan preventif meliputi tersedianya jadwal

pemeliharaan preventif alat bantu visual navigasi (airport

lighting).

f. Unsur prosedur troubleshooting yang meliputi ketersediaan

prosedur

(Standard

Operating

Procedure/SOP)

untuk

penyelesaian masalah atas alat bantu visual navigasi (airport

lighting).

g. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur pengawasan

dan jenis kegiatan pengawasan seperti pada Formulir I dengan

contoh checklist pemeriksaan seperti Formulir II.

2.3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pengawasan

a. Memastikan terpenuhinya Standards and Recommended

Practices

(SARPs)

ICAO

dalam

rangka

menjaga

dan

meningkatkan keselamatan operasi bandar udara.

b. Berdasarkan Undang-Undang nomor: 1 tahun 2009 tentang

Penerbangan, tanggung jawab keselamatan bandar udara dan

tempat

pendaratan

dan

lepas

landas

helikopter yang

mencakup tanggung jawab regulasi dan tanggung jawab

pengawasan keselamatan berada pada Menteri Perhubungan,

dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan nomor

KM. 20 tahun 2008, tanggung jawab tersebut diamanahkan

kepada Kepala kantor dalam Peraturan Menteri Perhubungan

nomor PM. 22 tahun 2015 sebagai bagian unit kerja di

lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang

bertanggung jawab di bidang pengawasan keselamatan operasi

bandar udara.

c. Untuk memenuhi

tanggung jawab terhadap keselamatan

bandar udara, maka Direktur dan Kepala Kantor wajib

melaksanakan

pengawasan

keselamatan

bandar

udara,

termasuk dalam hal ketersediaan program pengawasan dan

sumber

daya

untuk

pelaksanaan

program

pengawasan

(14)

d. Tanggung jawab pengawasan keselamatan oleh Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara juga berlaku untuk bandar

udara yang masih diselenggarakan oleh Pemerintah atau

pemerintah daerah, dalam rangka untuk menjaga ketegasan

dan kejelasan fungsi regulasi sebagai kewajiban Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara dan fungsi operasi sebagai

kewajiban operator dalam penyelenggaraan bandar udara.

e. Tanggung

jawab

dan

kewajiban

Direktorat

Jenderal

Perhubungan Udara dalam bidang pengawasan keselamatan,

yang diantaranya pengawasan terhadap terhadap alat bantu

visual navigasi (airport lighting), tidak menghilangkan atau

mengurangi tanggung jawab dan kewajiban penyelenggara

bandar udara untuk tetap melaksanakan pengawasan internal

sesuai peraturan dan ketentuan di bidang penerbangan pada

umumnya dan bidang bandar udara pada khususnya.

2.4. Pendekatan Pengawasan

a. Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport

lighting) dilandasi prinsip pencegahan terhadap timbulnya

risiko kegagalan operasi airport lighting melampaui batas-batas

yang dapat disyaratkan.

b. Pelaksanaan pengawasan menganut sistem check and balance,

sebagai pendekatan terhadap asas keadilan dan keterbukaan.

c. Pelaksanaan pengawasan menggunakan sistem pendekatan

(system approach) untuk mengetahui apakah sistem yang

berjalan

di penyelenggara

bandar

udara

sudah

dapat

menjamin keselamatan operasi bandar udara secara

berkesinambungan.

d. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mempergunakan

standar

yang

jelas,

terencana,

terkontrol,

dapat

dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan.

e. Hasil pelaksanaan pengawasan dipergunakan untuk bahan

penyempunaan standar dan regulasi keselamatan bandar

udara.

2.5. Personel dan Tim Pengawasan

a. Pelaksanaan

pengawasan

dilaksanakan

oleh

personel

pengawasan atau Tim Pengawasan alat bantu visual navigasi

(airport lighting) yang khusus ditugaskan untuk melaksanakan

pengawasan airport lighting.

b. Personel Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport

lighting) merupakan Inspektur Bandar Udara atau pegawai

Direktorat Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas bandar

Udara atau personel lain yang telah mempunyai kompetensi

(15)

c. Tim Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport lighting)

terdiri atas Inspektur Bandar Udara atau pegawai Direktorat

Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara atau

personel lain yang mempunyai kompetensi tertentu dan/atau

lisensi,

dan

dibentuk/ditugaskan

oleh

Direktur Jenderal

Perhubungan Udara.

d. Susunan Tim Pengawasan terdiri atas ketua tim dan anggota

tim, dengan seorang pengendali pengawasan.

e. Pengendali pengawasan minimal Inspektur Bandar Udara level

2 atau pejabat Eselon IV Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara.

f. Ketua

Tim

Pelaksana

minimal

inspektur

level

1 dan

merupakan inspektur dengan level tertinggi pada tim tersebut.

g. Anggota Tim Pelaksana minimal inspektur level 1 atau pegawai

Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara

yang mempunyai kompetensi di bidang teknis operasi bandar

udara.

3. TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1. Perencanaan

a. Direktur

dan

Kepala

Kantor

wajib

membuat

rencana

pengawasan untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (rencana

pengawasan 5 tahunan) dan rencana tahunan.

b. Rencana 5 tahunan disusun sesuai periode Rencana Stratejik

(RENSTRA)

dan

rencana

tahunan

disusun

berdasarkan

rencana 5 tahunan dan ketersediaan anggaran (DIPA) tahun

bersangkutan maupun sumber dana lain sesuai peraturan

perundang-undangan.

c. Perencanaan pengawasan 5 tahunan mencakup rencana lokasi

bandar udara serta alokasi dana yang diperlukan, sedang

untuk rencana tahunan harus mencakup pula rencana jadwal

waktu pelaksanaan pengawasan dan rencana Tim Pengawasan

yang akan melakukan pengawasan.

d. Hasil perencanaan pengawasan dituangkan dalam ketetapan

tersendiri yang berupa program pengawasan terhadap alat

bantu visual navigasi (airport lighting), dan merupakan satu

kesatuan acuan dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan

ini.

3.2. Persiapan

a. Tim

Pengawasan

yang

ditugaskan

untuk

melakukan

pengawasan

harus

melaksanakan

persiapan

pelaksanaan

pengawasan dengan

mengisi format-format

seperti

pada

(16)

b. Formulir III.l merupakan format perencanaan ruang lingkup

pengawasan yang diisi berdasarkan data/catatan pengawasan

sebelumnya, perubahan organisasi, informasi lain terkait

operasional Objek Pengawasan/OP bandar udara yang berasal

dari airline atau pihak lain (laporan adanya alat bantu visual

navigasi (airport lighting) yang tidak berfungsi atau tidak sesuai

persyaratan,

dll)

maupun

data

laporan

kejadian

(accident/incident). Format Formulir III.l disusun oleh Tim

Pengawasan dan diketahui/disahkan oleh Pengendali Tim atau

Ketua Tim. Hasil perencanaan ruang lingkup pengawasan

tersebut dituangkan dalam Formulir HI.2 yang merupakan

ruang lingkup dan jenis pengawasan yang akan dilakukan.

Tiap

elemen

dalam

sistem

ruang

lingkup

pengawasan

dijabarkan dalam tiap lembar kerja seperti dalam Formulir

III.3 dengan pengisian data diambil dari Formulir III.l

(data-data terkait operasional alat bantu visual navigasi (airport

lighting), kejadian, dll) maupun dari checklist Formulir II yang

dianggap penting untuk diperiksa pada Objek Pengawasan

(OP).

c. Setelah Formulir III.l, III.2, dan III.3 diselesaikan, untuk

pelaksanaan audit, rencana kegiatan pengawasan terhadap

alat bantu visual navigasi (airport lighting) tersebut harus

disampaikan dahulu secara tertulis kepada penyelenggara

bandar udara Objek Pengawasan (OP), meliputi maksud,

tujuan, lingkup, jenis pengawasan, beserta Tim Pengawasan

dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) minggu sebelum

pelaksanaan

pengawasan.

Contoh

surat

pemberitahuan

pelaksanaan pengawasan seperti pada Formulir III.4 - III.6.

d. Direktur Jenderal melalui Direktur atau Kepala Kantor dapat

memerintahkan dilaksanakannya pengawasan terhadap alat

bantu visual navigasi (airport lighting) yang bersifat insidentil

atau khusus.

3.3. Pelaksanaan

a. Pengawasan

dilaksanakan

oleh

Tim

Pengawasan

yang

namanya tercantum dalam Surat Perintah Tugas Direktur

Jenderal dan disampaikan melalui surat pemberitahuan

pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport

lighting) kepada bandar udara Objek Pengawasan (OP) seperti

pada Formulir III.4 - III.6.

b. Jadwal pelaksanaan pengawasan terhadap alat bantu visual

navigasi (airport lighting) pada satu Objek Pengawasan (OP)

tertentu harus diupayakan tidak tumpang tindih dengan

jadwal pelaksanaan pengawasan

bidang lainnya terkait

pengoperasian Objek Pengawasan (OP).

c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan pengawasan dapat

(17)

1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum

pelaksanaan pengawasan, perkenalan Tim Pengawasan,

penjelasan maksud, tujuan, lingkup, dan jangka waktu

serta jenis pengawasan yang akan dilaksanakan, mengkaji

ulang (review) terhadap temuan pengawasan sebelumnya,

penjelasan lingkup pelaksanaan pengawasan, diskusi isu

terkait lingkup pengawasan jika ada, klarifikasi

dokumen-dokumen untuk pelaksanaan pengawasan serta penjelasan

proses

laporan

hasil

pelaksanaan

pengawasan

dan

temuannya. Lihat Formulir IV. 1 Checklist Agenda Rapat

Pembukaan.

2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap alat bantu

visual navigasi

(airport lighting)

yang meliputi buku

pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual],

standard operating procedure (SOP) untuk pengoperasian

dan pemeliharaan, logbook, dan catatan-catatan lain yang

diperlukan.

3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel

pelaksanaan

pengawasan

terhadap

alat

bantu

visual

navigasi (airport lighting) yang meliputi proses pelaksanaan

prosedur

dan

hasil

(output)nya.

Untuk

pelaksanaan

inspeksi, kegiatan pengecekan menggunakan checklist

seperti yang tercantum dalam Formulir II.3.

4) Klarifikasi

dan/atau

konfirmasi

atas

draft

hasil

pemeriksaan,

guna

memberi

kesempatan

kepada

penyelenggara Objek Pengawasan (OP) untuk menanggapi

dan/atau menjelaskan setiap temuan yang dihasilkan.

5) Berita Acara Pengawasan seperti Formulir IV.4, merupakan

draft laporan hasil pengawasan terhadap alat bantu visual

navigasi (airport lighting) dan ringkasan temuan. Berita

Acara Pengawasan

ditandatangani

oleh

seluruh

Tim

Pengawasan dan pihak bandar udara Objek Pengawasan.

6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk

merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan

Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance

Notification/NCN)

serta kapan

hasil

akhir

laporan

pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist

Agenda Rapat Penutupan.

d. Hasil

pengawasan

berupa

temuan

dari

pelaksanaan

pengawasan bukan merupakan hasil opini tetapi harus

didasarkan kepada fakta yang ada.

e. Temuan hasil inspeksi dikategorikan sebagai satisfactory (S)

yang berarti memenuhi standar, dan unsatisfactory (U) untuk

temuan yang tidak memenuhi standar.

f. Temuan hasil audit bandar udara dikategorikan menjadi

Observasi, Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP

(Non Compliance Notification/NCN), atau Safety Alerts (SA).

(18)

f.l Observasi merupakan temuan yang bersifat minor tetapi

dapat

berkontribusi

terhadap

tidak

terpenuhinya

ketentuan peraturan.

Walaupun begitu, perhatian tetap diperlukan untuk

tindakan perbaikan dan menghindari terulang lagi di

kemudian hari. Penyelenggara bandar udara diminta

untuk mengambil langkah peningkatan/ perbaikan sistem

secara berkelanjutan. Tindakan

tersebut dilaporkan

kepada Kepala Kantor seperti pada Formulir V.4 Tindak

Lanjut Temuan, dan menjadi perhatian dalam pelaksanaan

pengawasan di kemudian hari.

f.2 Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non

Compliance Notification/NCN) merupakan temuan tidak

dipenuhinya

(non

compliance)

ketentuan

peraturan

(Formulir V.2). Formulir PTP tersebut disampaikan kepada

penyelenggara bandar udara untuk dilengkapi dengan

penjelasan tindakan perbaikan selengkap mungkin, seperti

berikut:

1) Tindakan pemulihan (remedial action), merupakan

tindakan yang diambil untuk memulihkan keadaan

untuk terpenuhinya ketentuan peraturan sehingga

terwujud terpenuhinya persyaratan operasi alat bantu

visual navigasi (airport lighting).

2) Langkah identifikasi (root causes identification),

merupakan tindakan investigasi untuk mengetahui

penyebab utama tidak terpenuhinya peraturan. Jika

penyelenggara bandar udara sudah menerapkan Safety

Management System (SMS), tindakan identifikasi ini

merupakan bagian dari Safety Management System

(SMS).

3) Tindakan perbaikan (corrective action) merupakan

tindakan perbaikan yang diambil terhadap penyebab

utama

tidak

terpenuhinya

peraturan

untuk

memastikan hal tersebut tidak terulang kembali.

Corrective action merupakan

suatu

sistem

untuk

menjamin personel memahami ketentuan peraturan

dan

adanya

monitoring

pemenuhan

ketentuan

peraturan secara berkelanjutan.

Penyelenggara bandar udara harus mencatat tindakan

pemulihan (remedial action) maupun tindakan perbaikan

(corrective action) dalam formulir tanggapan PTP dan

dikirim kembali ke Direktur Jenderal melalui Kepala

Kantor sebelum 28 hari kerja sejak Formulir PTP tersebut

diterbitkan.

Kalau tindakan perbaikan (corrective action) tidak bisa

diselesaikan pada waktu yang ditentukan, penyelenggara

bandar udara harus mencantumkan tanggal dimana

tindakan

perbaikan

(corrective

action)

diselesaikan.

Misalnya jika tindakan

perbaikan

(corrective action)

merupakan pelaksanaan pekerjaan dengan jangka waktu

(19)

tertentu yang mengikuti proses penganggaran, maka

tindakan perbaikan (corrective action)-nya merupakan

adanya program penganggaran pada tahun berikutnya.

f.3 Safety Alerts (SA) merupakan tipe khusus dari PTP yang

bersifat SEGERA. Penyelenggara bandar udara harus

mengambil tindakan pemulihan segera terhadap langkah

butir f.2 1) di atas serta membuat kajian sementara

terhadap langkah butir f.2 2) dan butir f.2 3) di atas

sebelum pengoperasian alat bantu visual navigasi (airport

lighting) dilanjutkan.

3.4. Pelaporan

a. Ketua Tim Pengawasan yang ditugaskan wajib melaporkan

secara tertulis hasil pengawasan kepada Direktur atau Kepala

Kantor guna mendapat persetujuan atau pengesahan. Format

laporan secara lengkap seperti pada Formulir V.l. Jika ada

temuan yang termasuk kategori Safety Alerts atau PTP maka

Tim harus mengisi format PTP seperti pada lampiran V.2

diketahui/disahkan oleh Pengendali Tim. Seluruh temuan

hasil pemeriksaan harus ditindaklanjuti oleh penyelenggara

bandar udara seperti pada Formulir V.4 Tindak Lanjut

Temuan. Laporan pengawasan, formulir Safety Alerts, PTP,

dan Tindak Lanjut Temuan, beserta bukti-bukti temuan

dikirim ke penyelenggara bandar udara Objek Pengawasan

(OP) paling lambat 15 hari kerja setelah dilaksanakannya

kegiatan pengawasan dengan contoh surat pengantar seperti

pada Formulir V.3.

b. Hasil pengawasan yang telah mendapat persetujuan atau

pengesahan Direktur atau Kepala Kantor dilaporkan kepada

Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

c. Setiap hasil pengawasan harus dicatat dan disimpan dalam

suatu sistem database hasil pengawasan untuk monitoring

keselamatan serta wajib dijaga kerahasiaannya baik oleh

Direktorat Jenderal maupun oleh penyelenggara Objek

Pengawasan, kecuali diperlukan sesuai dengan hukum

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.5. Monitoring

a. Direktur wajib melaksanakan monitoring terhadap tindak

lanjut hasil pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi

(airport lighting), termasuk pemberian sanksi administratif

sesuai ketentuan, apabila diperlukan.

b. Monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil

pengawasan harus berkesinambungan dan berkelanjutan.

c. Hasil monitoring dan evaluasi harus menjadi acuan utama

dalam perencanaan dan pelaksanaan pengawasan terhadap

alat bantu visual navigasi (airport lighting) selanjutnya.

(20)

4. STANDAR UMUM PELAKSANAAN

4.1. Audit Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).

a. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)

dilaksanakan oleh Direktur secara reguler setiap 1 (satu)

tahun, kecuali diperintahkan lain oleh Direktur Jenderal

berdasarkan tingkat kepatuhan penyelenggara bandar udara

tersebut.

b. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)

diprioritaskan

untuk

dilaksanakan pada bandar

udara

internasional dan bandar udara bersertifikat dengan hierarkhi

sebagai bandar udara pengumpul.

c. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)

dilaksanakan terhadap manajemen pemeliharaan, pedoman

pemeliharaan, catatan pemeliharaan, dan sejarah peralatan

serta pelaksanaannya.

d. Audit

dilakukan

dengan

metodologi

sampling

untuk

memverifikasi efektifitas sistem yang sudah berjalan. Sampling

dilakukan terhadap hal-hal krusial/penting dalam sistim,

dan/atau defisiensi/kekurangan yang dideteksi merupakan

problem sistemik yang memerlukan review sistem secara

keseluruhan oleh penyelenggara bandar udara.

e. Tim Pengawasan untuk audit kinerja alat bantu visual navigasi

(airport lighting) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) inspektur

bandar udara.

f. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan audit kinerja alat

bantu visual navigasi (airport lighting) dapat melakukan

persiapan audit dengan melengkapi format pada Formulir III

(checklist audit dapat dilihat pada Formulir II), melaksanakan

audit seperti pada format Formulir IV, dan membuat laporan

seperti pada Formulir V.

4.2. Inspeksi Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).

a. Inspeksi dapat dilaksanakan secara acak atau rutin oleh

Kepala kantor berdasarkan perkembangan tingkat kepatuhan

penyelenggara bandar udara dan/atau tingkat risiko yang ada

pada setiap bandar udara, yang dihasilkan dari kegiatan

pengamatan dan/atau pemantauan.

b. Pemeriksaan pada inspeksi dilaksanakan terhadap unsur

tertentu pengawasan dan/atau pada output atau kondisi

nyata yang ada terhadap standar dan ketentuan, termasuk

pemeriksaan terhadap tindak lanjut hasil audit.

Inspeksi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting))

secara rutin dilaksanakan oleh Kepala Kantor.

c .

(21)

b. Inspeksi secara acak yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor

disesuaikan dengan perkembangan isu keselamatan yang ada

pada setiap bandar udara.

c. Inspeksi secara acak dilaksanakan dengan prioritas untuk

bandar udara yang mempunyai risiko keselamatan tinggi,

serta untuk

bandar udara yang

telah

dilakukan

audit

keselamatan guna melihat perkembangan tindak lanjut hasil

audit.

d. Tim Pengawasan untuk inspeksi kinerja terhadap alat bantu

visual navigasi (airport lighting) paling banyak terdiri dari 3

(tiga) orang Inspektur Bandar Udara.

e. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan inspeksi kinerja

terhadap alat bantu

visual navigasi

(airport lighting),

melakukan persiapan inspeksi dengan melengkapi format pada

Formulir III (checklist inspeksi seperti pada Formulir II), dan

melaksanakan inspeksi seperti pada format Formulir IV, dan

membuat laporan seperti pada Formulir V.l, V.3, V.4.

4.3. Pengamatan Keselamatan

a. Pengamatan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi

(airport lighting) dilakukan secara acak dan akan dilakukan

pemeriksaan apabila terdapat indikasi meningkatnya risiko

keselamatan dan/atau berkurangnya tingkat kepatuhan

penyelenggara

bandar

udara

terhadap

peraturan

dan

ketentuan

tentang

pemeliharaan

lampu

penernagan,

berdasarkan hasil pemantauan kinerja lampu penerangan

dan/ atau laporan pilot.

b. Pemeriksaan pada pengamatan kinerja terhadap alat bantu

visual navigasi (airport lighting) dilakukan terhadap unsur

dan/atau output

yang

diindikasikan

risiko

kegagalan

operasinya meningkat tinggi.

c. Tim Pengawasan untuk pengamatan kinerja terhadap alat

bantu visual navigasi (airport lighting) terdiri dari 2 (dua)

sampai 3 (tiga) orang Inspektur Bandar Udara.

d. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan pengamatan

kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting)

dapat melakukan persiapan pengamatan kinerja dengan

melengkapi format pada Formulir III (checklist pengamatan

kinerja dapat dilihat pada Formulir II), dan melaksanakan

pengamatan kinerja seperti pada format Formulir IV, dan

membuat laporan seperti pada Formulir V.l, V.3, V.4.

4.4. Pemantauan Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).

a. Pemantauan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi

(airport lighting) dilakukan secara rutin melalui penyusunan

dan pengembangan database keselamatan bandar udara oleh

petugas yang ditunjuk pada Kantor Otoritas Bandar Udara.

(22)

b. Petugas

pemantauan

harus

secara

aktif

melakukan

pengumpulan data termasuk data hasil pengawasan (observasi

atau PTP/NCN), dan/atau mengembangkan sistem pelaporan

kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting),

maupun sistem pelaporan kerusakan dan tidak berfungsinya

terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting).

c. Berdasarkan database keselamatan, petugas pemantauan

wajib melakukan evaluasi dan analisa keselamatan, serta

secara berkala paling lama setiap 6 (enam) bulan wajib

memberikan laporan kinerja terhadap alat bantu visual

navigasi (airport lighting) pada bandar udara di wilayah

kerjanya kepada Kepala Kantor.

d. Kepala Kantor bertanggung jawab atas keberhasilan tugas

pemantauan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi

(airport lighting), melalui program pengembangan sumber daya

manusia, pemenuhan prasarana dan sarana pemantauan,

serta melakukan sosialisasi dan kemudahan menyampaikan

pelaporan.

4.5. Verifikasi Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).

a. Verifikasi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)

pada prinsipnya dilakukan atas permintaan penyelenggara

bandar udara, dalam rangka akan dioperasikannya suatu

prasarana pokok bandar udara hasil pembangunan atau

pengembangan maupun akan dioperasikannya tipe pesawat

yang lebih besar.

b. Program verifikasi kinerja alat bantu visual navigasi (airport

lighting) disusun berdasarkan data rencana pengembangan

dan/atau pembangunan prasarana bandar udara maupun

rencana operasi badan usaha angkutan udara (airline).

5. PEMBIAYAAN

5.1. Nilai manfaat skala ekonomi yang didapat dari terselenggaranya

pengoperasian

bandar

udara

yang

menjamin

keselamatan

penerbangan jauh lebih besar daripada biaya rutin pengawasan

yang dikeluarkan.

5.2. Pelaksanaan kegiatan pengawasan keselamatan bandar udara

harus dilakukan secara berkelanjutan dan terprogram.

5.3. Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas bandar Udara

menyusun program pengawasan kinerja alat bantu visual

navigasi (airport lighting) yang merupakan kegiatan rutin dalam

bentuk:

a. Program pengawasan tahunan;

b. Program kerja pengawasan 5 (lima) tahunan.

5.4. Sumber biaya pengawasan kinerja alat bantu visual navigasi

(airport lighting) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

(23)

dibebankan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) yang disusun berdasarkan program dan kebutuhan

tahunan.

5.5. Bila sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) terbatas, dapat dimungkinkan menggunakan

sumber dana lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

6. TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

6.1. Direktur Bandar Udara atau Kepala Kantor Otoritas Bandar

Udara secara berkala wajib melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan pengawasan kinerjaalat bantuvisual navigasi

(airporthghting), guna perbaikan pelaksanaan pengawasan.

6.2. Tindak lanjut hasil pengawasan kinerjaalat bantuvisual navigasi

(airportlighting)harus

senantiasa

dimonitor

dan

dievaluasi

perkembangannya dalam rangka menjaga dan meningkatkan

kepatuhan penyelenggara bandar udara terhadap peraturan dan

ketentuan keselamatan bandar udara pada khususnya dan

penerbangan pada umumnya.

6.3. Hasil monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil

pengawasan kinerjaalat bantuvisual navigasi (auportlightindjharus

dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

6.4. Direktur Jenderal Perhubungan Udara dapat memberikan sanksi

administratif dan/atau dilaporkan kepada pihak atau unit kerja

pembina

penyelenggara

bandar

udara

tersebut,

jika

penyelenggara bandar udara yang tidak dapat menindaklanjuti

hasil pengawasan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

7. PENUTUP

7.1.Penyempurnaan atas Petunjuk Pelaksanaan

Pengawasan

kinerjaalat bantuvisual navigasi (airporthghting) akan ditampung

dan dituangkan dalam penyempurnaan Pedoman Petunjuk ini

dan/atau dalam dokumen tersendiri.

7.2. Petunjuk ini hanya sebagai acuan pelaksanaan pengawasan dan

dapat ditambah maupun dikurangi sesuai kondisi Objek

Pengawasan berdasarkan peraturan dan ketentuan keselamatan

penerbangan, khususnya keselamatan operasi bandar udara.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd SUPRASETYO Sali KEPAL NIP. engan aslinya

VXM DAN HUMAS,

ARJQ (IV/b) 99003 1 001 14

(24)

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

Nomor : KP 609 TAHUN 2015

Tanggal : 20 OKTOBER 2015

CONTOH DAN FORMULIR

PENGAWASAN KINERJA ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI

(AIRPORT LIGHTING)

(STAFF INSTRUCTION 139-09)

15

(25)

DAFTAR ISI

FORMULIR I : Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan

FORMULIR II II. 1 II.2

Checklist Pelaksanaan Pengawasan

Ruang Lingkup Pengawasan Kinerja Airport Lighting

Checklist Audit Kinerja Airport Lighting II.3 : Checklist Inspeksi Kinerja Airport Lighting

FORMULIR III : Format Persiapan Pelaksanaan Pengawasan

111.1 : Format Perencanaan Ruang Lingkup Pengawasan 111.2 : Format Ruang Lingkup Pengawasan

111.3 : Format Lembar Kerja Pengawasan

111.4 : Contoh Surat Pemberitahuan Audit Kinerja Airport

Lighting

111.5 : Contoh Surat Pemberitahuan Inspeksi Kinerja Airport

Lighting

111.6 : Contoh Surat Pemberitahuan Pengamatan Kinerja Airport Lighting

FORMULIR IV : Format Pelaksanaan Pengawasan

IV. 1 : Contoh Format Checklist Agenda Rapat Pembukaan

Pengawasan

IV.2 : Contoh Format Checklist Agenda Rapat Penutupan

Pengawasan

IV.3 : Contoh Daftar Hadir Rapat Pembukaan/Penutupan*Audit/ Inpeksi/ Pengamatan*

IV.4 : Contoh Format Berita Acara Audit/Inpeksi/Pengamatan*

FORMULIR V : Format Pelaporan Hasil Pengawasan

V.l : Format Laporan Audit/Inpeksi/Pengamatan*

V.2 : Format Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN)

V.3 : Format Tindak Lanjut Audit/Inspeksi/Pengamatan* V.4 : Contoh Surat Tindak Lanjut Audit/Inpeksi/Pengamatan*

(26)

Formulir II. 3 : Checklist inspeksi Kinerja

Airport Lighting A. DATA BANDAR UDARA

1. Nama Bandar Udara

2. Kota/Propinsi

3. Pemilik

4. Pemegang Sertifikat Bandar Udara

5. Status 6. Koordinat

7. Jarak Terhadap Kota

8. Elevasi

9. Aerodrome Reference Temperatur

10. Jenis Pelayanan Penerbangan

11. Dimensi Runway (panjang x lebar)

12. Dimensi Taxiway (panjang x lebar) 13. Dimensi Apron (panjang x lebar) 14. Klasifikasi Bandar Udara

15. Tipe Runway

16. Strength (PCN) and Surface of Runway

17. Pesawat terbesar yang beroperasi 18. Jam Operasi

19. Sertifikat/Register Bandar Udara Nomor

17

UPT Ditjen Hubud / UPTD /

BUMN /BUMD/Badan Usaha

Bandar Udara (BUBU)

°C

1/2/3/4 (A/B/C/D/E/F)

23.00- 11.00 UTC / (..,...+ 7- ... + 7) WIB

(27)

B. CHECKLIST PENGAWASAN KINERJA AIRPORT LIGHTING

No. OBYEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

1 Runway Lighting (warna dan

kondisi)

MOS 9.1.10

MOS 9.3

a. Runway edge lights MOS9.11

b. Runway threshold lights MOS 9.12

c. Runway threshold identification lights (RT1L)

MOS 9.12.8.3 d. Runway end lights MOS 9.13

e. Runway turning area edge lights MOS 9.14

f. Runway enter line lights MOS 9.16

g. Runway touchdown zone lights MOS 9.17

h. Runway guard lights MOS 9.25

i. Runway holding posisition lights MOS 9.26

j. PALS MOS 9.7.5

k. PALS CAT II and CAT III MOS 9.7.6

1. MALS MOS 9.7.4

m. Sequence Flashing Lights MOS 9.7.2 2 Taway edge lights

A/Tf~\Q n o o o

b. Taxiway edge lights

MUb y.2.2.2

MOS 9.23

c. Stopbar lights MOS 9.24

d. Stopway lights

c Knntrol Ismmi Hi taviwnv

MOS 9.15

i \ / i o c o o n 3 Apron lighting

Anron rripp licrht<s

i v i u o y . z y U A Q O Q 1 Apron floodlighting m v j o y . o i MOS 9.32 4 PAPI/VASI MOS 9.9.4 5 Catu Daya

a. Constant current regulator

b. Uninterupted power supply

(UPS)

MOS 9.2.1.4 c. Generating set (Genset) MOS 9.2.4.1 b. d. Switch over time MOS 9.2.5

6 Wind Direction Indicator MOS 9.6.2

Warna WDI MOS 8.5.2.5

Docking

Visual docking guidance system

(VDGS)

MOS 9.33

Advance docking guidance system

(A-VDGS)

MOS 9.34

7 Rambu

Taxi guidance sign MOS 8.14 8 Aerodrome beacon MOS 9.4.1 9 Lingkungan

Ketinggian rumput terhadap lampu di sekitar lampu.

(28)

FORMULIR III

FORMAT PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGAWASAN

III. 1 FORMAT PERENCANAAN RUANG LINGKUP PENGAWASAN

111.2 FORMAT RUANG LINGKUP PENGAWASAN 111.3 FORMAT LEMBAR KERJA PENGAWASAN

111.4 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN AUDIT KINERJA AIRPORT

LIGHTING

111.5 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN INSPEKSI KINERJA AIRPORT

LIGHTING

111.6 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN PENGAMATAN KINERJA AIRPORT LIGHTING

(29)

Formulir III.l Format Perencanaan Ruang

Lingkup Pengawasan

FORMAT PERENCANAAN RUANG LINGKUP PENGAWASAN

1. Data Penyenggara Bandar Udara

Nama

Penyelenggara

Ref. Surat Pemberitahuan

Nama Bandara Jenis

Pengawasan

Audit/Inspeksi/

Pengamatan*

Jadwal (tanggal) Tipe Terjadwal/khusus*

Ketua Tim Anggota Tim 1.

2. 3.

* = Coret yang tida<. perlu

2. Catatan Pengawasan (audit/inspeksi/ pengamatan) sebelumnya Tanggal

pengawasan

sebelumnya

Jenis

pengawasan Unsur/Elemen Catatam hal-hal penting

3. Catatan peruba lan organisasi penyelenggara bandar udara

Tipe perubahan Efektif tanggal Dampak operasional bandar udara

4. Informasi Terkait Kinerja Airport Lighting

Tanggal Sumber data Detail uraian

(30)

5. Lingkup audit

No. Unsur/Elemen

Hal-hal Penting yang Harus diperhatikan

•kota, (Hari, bulan, tahun

Tim audit 1 (ketua) 2 (anggota) 3 (anggota) 4. dst. .(ttd).. .(ttd)... .(ttd)... 21 Mengetahui Pengendali Tim, L Pangkat/ Golongan NIP

(31)

Formulir III.2 Format Ruang Lingkup Pengawasan

Kinerja Airport Lighting

I. JENIS PENGAWASAN

1. Audit Kinerja Airport Lighting

2. Inspeksi Kinerja Airport Lighting

II. RUANG LINGKUP KINERJA AIRPORT LIGHTING

A. Dokumentasi

1. Data peralatan

I—.

2. Single line diagram

\~j

3. As-built drawing •

4. SOP pengoperasian •

5. SOP pemeliharaan

6. Catatan pemeliharaan (Log book) 7. Sejarah peralatan

B. Kontrol unjuk kerja

1. Daily running test r—i

2. Simulasi cut-off main power supply

r—i

3. Swich over time i—i

4. Test pembebanan

q

5. Pemeliharaan harian r—i

6. Pemeliharaan mingguan r—i

7. Pemeliharaan bulanan 8. Pemeliharaan semesteran 9. Pemeliharaan tahunan

C. Lingkungan

1. Kebersihan ruangan catu daya

2. Kebersihan rungan kontrol 3. Kebersihan rumput

D. Pelaporan

1. Penyampaian laporan unjuk kerja peralatan

[—]

2. Pelaporan kerusakan peralatan r—i

22

(32)

Formulir III.3 Format Lembar Kerja Pengawasan Kinerja Airport Lighting

LEMBAR KERJA AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN* (caret yang tidakperlu)

Nama Anggota Tim

Nama Penyelenggara Bandar Udara

Nama Bandar Udara

Tanggal

Referensi File

Unsur/Elemen

No. Aktivitas tujuan Persyaratan Ref. peraturan Hasil Pemeriksaan

(33)

Nomor Sifat Lampiran Perihal

Formulir III.4 Contoh Surat Pemberitahuan Audit

Kinerja Airport Lighting

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Jakarta, (tanggal bulan tahun)

1 (satu) lembar

Pemberitahuan Audit Kepada Kinerja Airport Lighting

Yth. Kepala Bandar Udara di

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55 tahun 2015 tentang

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar

Udara (Civil Aviation Safety Regulations Part 139 Aerodromes), disampaikan

bahwa

dalam

rangka

pengawasan

keselamatan

penerbangan

perlu

dilakukan audit kinerja Airport Lighting untuk memverifikasi kesiapan

peralatan/sistem

yang

ada,

meliputi

dokuem

teknis,

peralatan,

pemeliharaan, prosedur.

2. Pelaksanaan audit kinerja Airport lighting sebagaimana dimaksud pada

butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang ditugaskan

dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara (terlampir)

dan akan dilaksanakan pada tanggal

sampai dengan tanggal

bulan tahun...., dengan lingkup audit sebagai berikut:

• dst

3. Untuk kelancaran pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada butir 2

(dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan data dan

informasi terkait dengan personel, fasilitas /peralatan, SOP maupun buku

pedoman pengoperasian/pemeliharaan airport lighting, serta ruangan

untuk audit dan kontak personel yang akan mendampingi pelaksanaan

audit.

4. Berita acara yang merupakan draft laporan hasil audit akan disampaikan pada saatrapat penutupan audit, sedangkan laporan akhir dan jika ada

Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan (PTP) akan dikirim dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja.

5. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan

terima kasih.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Direktur Bandar Udara

(Pangkat/Golongan)

NIP Tembusan:

Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

(34)

II

III

IV V

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

DASAR

SURAT PER1NTAH TUGAS NOMOR:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan;

2. Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55

tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar

Udara (Civil Aviation Safety Regulations Part

139 Aerodromes);

3. Peraturan

Direktur Jenderal

Perhubungan

Udara Nomor : KP ....tahun 2015 tentang

Standar Alat Bantu Visual Navigasi Bandar

Udara (Airport Lighting) Peraturan Keselamatn

Penerbangan Sipil Bagian-139-9 (Civil Aviation

Safety Regulation part 139-9);

4. Peraturan

Direktur

Jenderal

Perhubungan

Udara Nomor : KP ....tahun 2015 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Alat Bantu

Visual Navigasi Bandar Udara [Airport Lighting)

Peraturan

Keselamatn

Penerbangan

Sipil

Bagian-139-9 (Civil Aviation Safety Regulation

part 139-9);

DIPERINTAHKAN KEPADA 1. Nama

Pangkat/Gol Jabatan 2. Nama Pangkat/Gol Jabatan 3. Nama Pangkat/Gol Jabatan ISI PERINTAH LAIN-LAIN PERINTAH SELESAI

Melaksanakan

audit

kinerja

Airport

lighting

dengan lingkup kegiatan audit sebagai berikut :

a b Pengendali Tim Ketua Tim Anggota .... (bila diperlukan)

Pelaksanaan tugas dimulai pada tanggal

Dikeluarkan di :

Pada tanggal :

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Direktur Bandar Udara

NIP.

(Pangkat/Golongan)

(35)

Nomor

Sifat Lampiran Perihal

Formulir III.5 Contoh Surat Pemberitahuan Inspeksi Kinerja Airport Lighting

KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Jakarta, .... (tanggal bulan tahun)

1 (satu) lembar

Pemberitahuan Inspeksi Kepada

Kinerja Airport Lighting Yth. Kepala Bandar Udara

di

1.

Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

1 Tahun

2009

tentang

Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55

tahun 2015 tentang Peraturan KeselamatanPenerbangan Sipil (PKPS)

Bagian 139 Bandar Udara (Civil Aviation Safety Regulations Part 139

Aerodromes),

disampaikan

bahwa

dalam

rangka

pengawasan

keselamatan

penerbangan

perlu

dilakukan

inspeksi

terhadap

pemenuhan kinerja Airport Lighting.

2.

Pelaksanaan inspeksi kinerja Airport Lighting sebagaimana dimaksud

pada butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang

ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan

Udara (terlampir) dan akan dilaksanakan pada tanggal

sampai

dengan tanggal bulan tahun....

3.

Untuk kelancaran pelaksanaan inspeksi sebagaimana dimaksud pada

butir 2 (dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan

data dan informasi terkait, sertaruangan dan kontak personel yang

akan mendampingi pelaksanaan inspeksi.

4.

Berita acara yang merupakan draft laporan hasil inspeksi akan

disampaikan pada saat rapat penutupan inspeksi, sedangkan laporan

akhir akan dikirim dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja.

5.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan

terima kasih.

A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara

(Pangkat/ Golongan)

NIP Tembusan:

Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

Gambar

Table 5-6 Table 5-7

Referensi

Dokumen terkait

a) Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk alat pelindung diri harus disesuaikan dengan bagian tubuh yang dilindungi. b) Pemilihan berdasarkan mutu

pertemuan dengan aparat Desa Kaliwedi dan Camat Kebasen dan telah dilakukan kesepakatan bahwa pada pertengahan April 2017 telah dilakukan perbaikan jalan desa antara pemilik

Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang produk jahe instan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga di

Dari 8 sasaran strategis sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan sebagian besar telah tercapai : (

Visi : "Terwujudnya Kabupaten Tanah Bumbu sebagai Poros Maritim Utama serta Pusat Perdagangan, Industri dan Pariwisata di Kalimantan Berbasis pada Keunggulan Lokal dan Potensi

Adapun untuk luaran yang dicapai dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan kemampuan tentang e-commerce di Karang Taruna Rw 01 Pinangsia Jakarta

Prioritas Agenda RPJM yang terkait dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat adalah “ Pengembangan Pertanian Berbasis Kawasan dan Komoditi Unggulan” antara lain

Melalui pendidikan dan pelatihan ini diharapkan melahirkan guru-guru professional yang siap mengimplementasikan kurikulum secara optimal.” Penjelasan di atas menguatkan