KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 609 TAHUN 2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07,
PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL
(STAFF INSTRUCTION 139-07)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.55 Tahun
2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) telah mengatur mengenai setiap pengoperasian bandar udara harus dilakukan pengawasan keselamatan operasi bandar udara;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas, perlu mengatur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-07, Pengawasan Alat Bantu Pendaratan Visual (Staff Instruction 139-07)
dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perhubungan;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009
tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety
Management System);
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 68 Tahun 2013;
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 22 Tahun 2015
tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan
Kantor Otoritas Bandar Udara;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar
Udara (Aerodrome);
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2015 tentang Standarisasi dan Sertifikasi Fasilitas Bandar Udara;
11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara
Pelaksanaan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
(Safety
Management System) Operasi Bandar Udara Bagian 139-01,
(Advisory Circular 139-01, Airport Safety Management System);
12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 2 Tahun 2013 tentang Kriteria Penempatan Peralatan dan
Utilitas Bandar Udara;
13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - bagian 139
(Manual Of Standar CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodromes);
14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 43 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Dan Operasi Bandar
Udara;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN
PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07, PENGAWASAN ALAT
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.
Bandar
udara
adalah
lapangan
terbang
yang
dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat
udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat
kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan
penerbangan
dan
sebagai
tempat
perpindahan antar moda transportasi.
2.
Penyelenggara
bandar
udara
umum
adalah
unit
penyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara
dan/atau
badan
hukum
Indonesia
yang
menyelenggarakan atau mengoperasikan bandar udara
u m u m .
3.
Penyelenggara bandar udara khusus adalah Pemerintah,
Pemerintah daerah dan/atau badan hukum Indonesia
yang mengoperasikan bandar udara khusus.
4.
Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan
dengan batasbatas
tertentu yang hanya digunakan
sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas
landas.
5.
Keselamatan penerbangan adalah suatu kondisi untuk
mewujudkan penerbangan dilaksanakan secara selamat
sesuai dengan rencana penerbangan.
6.
Alat Bantu Pendaratan Visual yang selanjutnya disebut
Airport Lighting adalah semua peralatan baik yang
dibangun dan beroperasi secara individu atau secara
sistem yang dipergunakan untuk keperluan operasional
bandar udara dan pesawat udara.
7. Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual adalah
kegiatan perawatan terhadap peralatan, instalasi Alat
Bantu Pendaratan Visual yang bertujuan untuk menjaga
kinerja Alat Bantu Pendaratan Visual agar selalu dapat
beroperasi dengan baik sesuai persyaratan.
8.
Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang
yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk
melakukan pekerjaan di bidangya dalam jangka waktu
tertentu.
9.
Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan
Udara.
10. Direktur adalah Direktur Bandar Udara.
11. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar
Pasal 2
(1) Untuk menjamin keselamatan penerbangan, setiap
pengoperasian
bandar
udara
harus
dilakukan
pengawasan terhadap Airport Lightning.
(2) Pengawasan terhadap Airport Lightning
bandar udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan terhadap
Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud
dalam lampiran I dan lampiran II yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 3
(1) Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport
Lightning paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
(2) L?PhtninK&nt°T m6lakukan Pen§awasan terhadap Airport
(3) Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport
Lightning bandar udara
tidak boleh
mengganggu
pengoperasian bandar udara.
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal
: 20 oktober 2015
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
SUPRASETYO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :
1- Menteri Perhubungan Republik Indonesia;
2.
Sekretaris Jenderal, Kementerian
Perhubungan-3.
Inspektur Jendera.l Kementerian Perhubungan-'
4.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara-65: IZ K^ToS^r SET*Jenderal p"hubungan
Uda-9. iir»b-+n,- lit rvr » ~
10.
Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero); dan
_ «J « " \ f w OV.1UI , UCU1SatiLn P.
."^ Udara KhU8US yan§ mela>'ani Penerbangan sipil
balinan sesuai dengan aslinya
5
P
PAii^BM^Jsi^KUM DAN HUMAS,
\
fURAHARJO
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTQRAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 609 TAHUN 2015
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07 (STAFF INSTRUCTION CASRPART 139-07) TENTANG
PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 139 {Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang
Bandar Udara (Aerodrome) telah mengatur mengenai setiap
pengoperasian bandar udara harus dilakukan pengawasan keselamatan operasi bandar udara;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
diatas, perlu mengatur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-07 (Staff
Instruction CASR Part 139-07) Tentang Pengawasan Alat
Bantu Pendaratan Visual dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;
Mengingat : 1. Undang-undang
Nomor Nomor
1 Tahun
2009
tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4956);
2.
Peraturan
Pemerintah
Nomor
40
Tahun
2012
tentang
Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Bandar Udara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5295);
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 135 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perhubungan;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Penerbangan (Safety
Management System);
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 68 Tahun 2013;
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 22 Tahun 2015 tentang Peningkatan Fungsi Pengendalian dan Pengawasan
Kantor Otoritas Bandar Udara;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139
(Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar
Udara (Aerodrome);
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2015 tentang Standarisasi dan Sertifikasi Fasilitas Bandar Udara;
11. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/223/X/2009 tentang Petunjuk dan Tata Cara
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
Management System) Operasi Bandar Udara Bagian 139-01,
(Advisory Circular 139-01, Airport Safety Management System);
12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 2 Tahun 2013 tentang Kriteria Penempatan Peralatan dan
Utilitas Bandar Udara;
13. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil - bagian 139
(Manual Of Standar CASR - Part 139) Volume I Bandar Udara
(Aerodromes);
14. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 43 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Dan Operasi Bandar
Udara;
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN
PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-07 (STAFF INSTRUCTION
CASR PART 139-07) TENTANG PENGAWASAN ALAT BANTU PENDARATAN VISUAL.
Pasal 2
(1) Untuk menjamin keselamatan penerbangan
setiao
pengoperasian
bandar
udara
hams
dilakukan
pengawasan terhadap Airport Lightning.
aiIaku*an
Pengawasan terhadap Airport Lightning bandar udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesua!
AZtn LfaT]U\PTSanaan P-Uasan terhadap
Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud
ttn^rrn ' tln lampimn " ^ "lerupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
(2)
Pasal 3
(1) Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport
Lightning paling sedikit 1(satu) kali dalam setahun
(2) UgPh1ninKgant°r "^^ Pen8awasan terhadap Airport
(3) Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport
Lightning bandar udara tidak boleh mengganggu
pengoperasian bandar udara.
"Sganggu
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
: JAKARTA
Pada tanggal
: zo 0t^r zor
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
SUPRASETYO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada •
1.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia;
2.
Sekretaris Jenderal, Kementerian
Perhubungan-3.
Inspektur Jendera.l Kementerian Perhubungan-'
4.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara-a5: Zl^ o S S 5S£"rat JenderaI p"<^
u«-I. S S ? — * - « ™,„gan Udara;
9. Direktur Utama r). Para Kepala Ba
aft^eseatsdengan aslinya
KEPAI^fe^GlAN^^SJM DAN HUMAS,
Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero); dan
sZa^^et^^118118 ^g »**»* P—b-g- sipil.
[*(DIREKTORAT!JENDi IPERHUBUNGANgMI PA,Mu£frHAR.in
^^ina^rk. I (IV/b)
NIP. 19660508 199003 1 001
Pasal 2
(1) Untuk menjamin
keselamatan
penerbangan,
setiap
pengoperasian
bandar
udara
harus
dilakukan
pengawasan terhadap Airport Lightning.
(2) Pengawasan terhadap Airport Lightning
bandar udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan terhadap
Airport Lightning bandar udara sebagaimana dimaksud
dalam lampiran I dan lampiran II yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.Pasal 3
(1) Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport
Lightning paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
(2) Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap Airport
Lightning.
(3) Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport
Lightning
bandar
udara
tidak
boleh
mengganggu
pengoperasian bandar udara.Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 oktober 2015
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA /V\A/W\> ^
SUPRASETYO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :
1.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia;
2.
Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan;
3.
Inspektur Jendera,l Kementerian Perhubungan;
4.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
5.
Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
6. Para Kepala Otoritas Bandar Udara;
7.
Para Kepala Bandar Udara UPBU Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara;
8.
Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (persero);
9.
Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (persero); dan
Pasal 2
(1)
Untuk
menjamin
keselamatan
penerbangan,
setiap
pengoperasian bandar udara harus dilakukan
pengawasan terhadap Airport Lighting.
(2)
Pengawasan terhadap Airport Lighting
bandar udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan petunjuk
pelaksanaan
pengawasan terhadap
Airport Lighting bandar udara sebagaimana dimaksud
dalam lampiran I dan lampiran II yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 3
(1)
Direktur melakukan audit terhadap kelaikan Airport
Lighting paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.(2)
Kepala Kantor melakukan pengawasan terhadap Airport
Lighting.
(3)
Pelaksanaan audit dan pengawasan terhadap Airport
Lighting
bandar
udara
tidak
boleh
mengganggu
pengoperasian bandar udara.
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Pada tanggal DIREKTUR JEND JAKARTA 20 OKTOBER 2015 L PERHUBUNGAN UDARA <
AWAaaaa^
^
SUPRASETYO No• Proses Nama Jabatan Tanggal Paraf
1. Diperiksa Hemi Pamuraharjo Kabag Hukum dan Humas
ytfvxc
i
2. Diperiksa Syamsu Rizal Kasubdit Peralatan dan Utilitas
Bandar Udara
% loir
f '
3. Disetujui Dr. Ir. Agus Santoso,
M. Sc Direktur Bandar Udara
%
h
4. Disetujui Drs. Pepen Supendi. Y.M.Si
Sekretaris Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor
: KP 609 TAHUN 2015
Tanggal : 20 OKTOBER 2015
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN AIRPORT LIGHTING
1. UMUM
1.1. Referensi
a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan.
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 tahun 2009
tentang Safety Management System (SMS).
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 55 tahun 2015
tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139
Bandar Udara.
d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39
tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil - Bagian 139 (Manual of
Standard CASR-Part 139) Volume I bandar Udara (Aerodrome).
e. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor
KP
tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-26 (Civil
Aviation Safety Regulation Part 139-26) Tentang Standar Alat
Bantu Pendaratan Visual.
f. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP
tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-27 (Civil
Aviation Safety Regulation Part 139-27) Tentang Prosedur
Pemeliharaan Alat Bantu Pendaratan Visual.
g. Annex 14 Aerodrome Volume I.
1.2. Latar Belakang
Berdasarkan Undang Undang Penerbangan Nomor 1 tahun 2009
Pasal 219, bahwa :
a. Ayat (1):
setiap badan
usaha bandar udara atau unit
penyelenggara bandar udara wajib menyediakan fasilitas
bandar udara yang memenuhi persyaratan keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta pelayanan jasa bandar udara
sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
b. Ayat (3): untuk mempertahankan kesiapan fasilitas bandar
udara, badan usaha bandar udara, atau unit penyelenggara
bandar udara wajib melakukan perawatan dalam jangka
waktu tertentu dengan cara pengecekan, tes, verifikasi
dan/atau kalibrasi.
1.3. Tujuan
a. Sebagai acuan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan tindak lanjut hasil pengawasan terhadapalat bantu visual
navigasi (airport lighting) serta catu daya oleh Direktur dan
Kepala Kantor.
b. Sebagai
upaya
standardisasi
pelaksanaan
pengawasan
terhadap alat bantu pendaratan visual (visual aids lighting).
c. Dalam rangka pemenuhan regulasi terkait alat bantu visual
navigasi (airport lighting).
d. Sebagai
referensi
penyelenggara
bandar
udara
dalam
pelaksanaan pengawasan internal terhadap alat bantu visual
navigasi (airport lighting).
1.4. Ruang Lingkup
a. Petunjuk ini diberlakukan untuk keperluan pengawasan
terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting) oleh
Direktur dan Kepala Kantor, namun dapat juga dipergunakan
sebagai referensi bagi penyelenggara bandar udara dalam
melaksanakan kewajiban pengawasan internal.
b. Petunjuk pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi
(airport lighting) ini diprioritaskan pada bandar udara atau
tempat lepas landas dan pendaratan helikopter bersertifikat
dan dapat juga dilaksanakan untuk pengawasan keselamatan
bandar udara register.
c. Unsur pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport
lighting) terdiri atas personel, fasilitas, dan prosedur.
1.5. Perubahan/Amendemen a. Penanggungjawab
Tanggung jawab terhadap setiap perubahan yang diperlukan
untuk
pembaharuan
pedoman ini, maupun
kebutuhan
terhadap adanya perubahan, berada pada Kepala Seksi
Verifikasi Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, Subdirektorat
Peralatan dan Utilitas Bandar Udara.
b. Jenis Perubahan :
1) Perubahan sementara, yaitu perubahan yang bersifat
sementara dengan batasan waktu dan/atau tujuan yang
jelas, yang antara lain untuk menguji suatu hal sebelum
diberlakukan permanen, ataupun adanya hal-hal yang
bersifat khusus.
2) Perubahan
periodik,
yaitu
perubahan
yang
bersifat
mengikat dan permanen karena perubahan standar,
ketentuan
atau
hasil dari
pengembangan
kegiatan
pengawasan sebelumnya. c. Proses dan Pengesahan :
1) Konsep perubahan disiapkan oleh Kepala Seksi Verifikasi
Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, dengan disertai
kajian/telaah perlunya perubahan, yang dilengkapi dengan
data dukung/referensi terkait.
2) Konsep perubahan diajukan oleh Kepala Seksi Verifikasi
Subdirektorat Peralatan dan Utilitas Bandar Udara, untuk
dievaluasi sebelum diteruskan kepada Direktur Bandar
Udara.
d. Pengesahan
usulan
perubahan
oleh
Direktur,
sebelum
dipergunakan
sebagai
pedoman
dalam
pelaksanaan
pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport
lighting), baik bersifat sementara maupun tetap.
2. PENGAWASAN TERHADAP ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI (AIRPORT
LIGHTING).
2.1. Jenis dan Pengertian Pengawasan
a. Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport
lighting)
yang
selanjutnya
disebut
sebagai
pengawasan
merupakan
kegiatan
pengawasan
berkelanjutan
yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara c.q
Direktorat Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas bandar
Udara melalui Inspektur Bandar Udara yang ditugaskan untuk
itu, guna melihat pemenuhan peraturan dan ketentuan
standar keselamatan penerbangan pada umumnya dan alat
bantu visual navigasi (airport lighting) pada khususnya yang
dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara dan pemangku
kepentingan
lainnya
yang
meliputi
audit,
inspeksi,
pengamatan dan pemantauan, kecuali audit dan pengamatan
tidak dilakukan pada tempat pendaratan dan lepas landas
helikopter.
b. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis, dan
mendalam
terhadap
prosedur,
fasilitas,
personel,
dan
dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk
melihat tingkat kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
c. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan
standar suatu produk akhir objek tertentu.
d. Pemantauan adalah kegiatan evaluasi terhadap data, informasi
dan laporan bandar udara untuk mengetahui kecenderungan
kinerja keselamatan penerbangan di tiap-tiap bandar udara.
e. Inspektur Bandar Udara adalah
staf atau pejabat di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsi kebandarudaraan,
ditunjuk dan diberi tugas serta kewenangan oleh Direktur
Jenderal
Perhubungan
Udara
untuk
melaksanakan
pengawasan keselamatan operasi bandar udara.
2.2. Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan
a. Pemeriksaan dalam pelaksanaan pengawasan sebagaimana
navigasi (airport lighting), objek kelistrikan bandar udara, yang
meliputi pemeliharaan peralatan visual aid dan catu daya.
b. Unsur keselamatan mencakup prosedur keselamatan dalam
melaksanakan pemeliharaan alat bantu visual navigasi (airport
lighting).
c. Unsur manajemen keselamatan meliputi penyediaan jadwal
pemeliharaan dan program pemeliharaan preventif alat bantu
visual navigasi (airport lighting).
d. Unsur peralatan pengujian meliputi kesiapan peralatan
penguji dalam rangka pemeliharaan alat bantu visual navigasi
(airport lighting).
e. Unsur pemeliharaan preventif meliputi tersedianya jadwal
pemeliharaan preventif alat bantu visual navigasi (airport
lighting).
f. Unsur prosedur troubleshooting yang meliputi ketersediaan
prosedur
(Standard
Operating
Procedure/SOP)
untuk
penyelesaian masalah atas alat bantu visual navigasi (airport
lighting).
g. Contoh kegiatan pemeriksaan terhadap unsur pengawasan
dan jenis kegiatan pengawasan seperti pada Formulir I dengan
contoh checklist pemeriksaan seperti Formulir II.
2.3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pengawasan
a. Memastikan terpenuhinya Standards and Recommended
Practices
(SARPs)
ICAO
dalam
rangka
menjaga
dan
meningkatkan keselamatan operasi bandar udara.
b. Berdasarkan Undang-Undang nomor: 1 tahun 2009 tentang
Penerbangan, tanggung jawab keselamatan bandar udara dan
tempat
pendaratan
dan
lepas
landas
helikopter yang
mencakup tanggung jawab regulasi dan tanggung jawab
pengawasan keselamatan berada pada Menteri Perhubungan,
dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan nomor
KM. 20 tahun 2008, tanggung jawab tersebut diamanahkan
kepada Kepala kantor dalam Peraturan Menteri Perhubungan
nomor PM. 22 tahun 2015 sebagai bagian unit kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang
bertanggung jawab di bidang pengawasan keselamatan operasi
bandar udara.
c. Untuk memenuhi
tanggung jawab terhadap keselamatan
bandar udara, maka Direktur dan Kepala Kantor wajib
melaksanakan
pengawasan
keselamatan
bandar
udara,
termasuk dalam hal ketersediaan program pengawasan dan
sumber
daya
untuk
pelaksanaan
program
pengawasan
d. Tanggung jawab pengawasan keselamatan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara juga berlaku untuk bandar
udara yang masih diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah, dalam rangka untuk menjaga ketegasan
dan kejelasan fungsi regulasi sebagai kewajiban Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dan fungsi operasi sebagai
kewajiban operator dalam penyelenggaraan bandar udara.
e. Tanggung
jawab
dan
kewajiban
Direktorat
Jenderal
Perhubungan Udara dalam bidang pengawasan keselamatan,
yang diantaranya pengawasan terhadap terhadap alat bantu
visual navigasi (airport lighting), tidak menghilangkan atau
mengurangi tanggung jawab dan kewajiban penyelenggara
bandar udara untuk tetap melaksanakan pengawasan internal
sesuai peraturan dan ketentuan di bidang penerbangan pada
umumnya dan bidang bandar udara pada khususnya.
2.4. Pendekatan Pengawasan
a. Pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport
lighting) dilandasi prinsip pencegahan terhadap timbulnya
risiko kegagalan operasi airport lighting melampaui batas-batas
yang dapat disyaratkan.
b. Pelaksanaan pengawasan menganut sistem check and balance,
sebagai pendekatan terhadap asas keadilan dan keterbukaan.
c. Pelaksanaan pengawasan menggunakan sistem pendekatan
(system approach) untuk mengetahui apakah sistem yang
berjalan
di penyelenggara
bandar
udara
sudah
dapat
menjamin keselamatan operasi bandar udara secara
berkesinambungan.
d. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan mempergunakan
standar
yang
jelas,
terencana,
terkontrol,
dapat
dipertanggungjawabkan dan berkesinambungan.
e. Hasil pelaksanaan pengawasan dipergunakan untuk bahan
penyempunaan standar dan regulasi keselamatan bandar
udara.
2.5. Personel dan Tim Pengawasan
a. Pelaksanaan
pengawasan
dilaksanakan
oleh
personel
pengawasan atau Tim Pengawasan alat bantu visual navigasi
(airport lighting) yang khusus ditugaskan untuk melaksanakan
pengawasan airport lighting.
b. Personel Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport
lighting) merupakan Inspektur Bandar Udara atau pegawai
Direktorat Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas bandar
Udara atau personel lain yang telah mempunyai kompetensi
c. Tim Pengawasan alat bantu visual navigasi (airport lighting)
terdiri atas Inspektur Bandar Udara atau pegawai Direktorat
Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara atau
personel lain yang mempunyai kompetensi tertentu dan/atau
lisensi,
dan
dibentuk/ditugaskan
oleh
Direktur Jenderal
Perhubungan Udara.
d. Susunan Tim Pengawasan terdiri atas ketua tim dan anggota
tim, dengan seorang pengendali pengawasan.
e. Pengendali pengawasan minimal Inspektur Bandar Udara level
2 atau pejabat Eselon IV Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara.
f. Ketua
Tim
Pelaksana
minimal
inspektur
level
1 dan
merupakan inspektur dengan level tertinggi pada tim tersebut.
g. Anggota Tim Pelaksana minimal inspektur level 1 atau pegawai
Direktorat Bandar Udara atau Kantor Otoritas Bandar Udara
yang mempunyai kompetensi di bidang teknis operasi bandar
udara.3. TAHAPAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Perencanaan
a. Direktur
dan
Kepala
Kantor
wajib
membuat
rencana
pengawasan untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (rencana
pengawasan 5 tahunan) dan rencana tahunan.
b. Rencana 5 tahunan disusun sesuai periode Rencana Stratejik
(RENSTRA)
dan
rencana
tahunan
disusun
berdasarkan
rencana 5 tahunan dan ketersediaan anggaran (DIPA) tahun
bersangkutan maupun sumber dana lain sesuai peraturan
perundang-undangan.
c. Perencanaan pengawasan 5 tahunan mencakup rencana lokasi
bandar udara serta alokasi dana yang diperlukan, sedang
untuk rencana tahunan harus mencakup pula rencana jadwal
waktu pelaksanaan pengawasan dan rencana Tim Pengawasan
yang akan melakukan pengawasan.
d. Hasil perencanaan pengawasan dituangkan dalam ketetapan
tersendiri yang berupa program pengawasan terhadap alat
bantu visual navigasi (airport lighting), dan merupakan satu
kesatuan acuan dengan petunjuk pelaksanaan pengawasan
ini.
3.2. Persiapan
a. Tim
Pengawasan
yang
ditugaskan
untuk
melakukan
pengawasan
harus
melaksanakan
persiapan
pelaksanaan
pengawasan dengan
mengisi format-format
seperti
pada
b. Formulir III.l merupakan format perencanaan ruang lingkup
pengawasan yang diisi berdasarkan data/catatan pengawasan
sebelumnya, perubahan organisasi, informasi lain terkait
operasional Objek Pengawasan/OP bandar udara yang berasal
dari airline atau pihak lain (laporan adanya alat bantu visual
navigasi (airport lighting) yang tidak berfungsi atau tidak sesuai
persyaratan,
dll)
maupun
data
laporan
kejadian
(accident/incident). Format Formulir III.l disusun oleh Tim
Pengawasan dan diketahui/disahkan oleh Pengendali Tim atau
Ketua Tim. Hasil perencanaan ruang lingkup pengawasan
tersebut dituangkan dalam Formulir HI.2 yang merupakan
ruang lingkup dan jenis pengawasan yang akan dilakukan.
Tiap
elemen
dalam
sistem
ruang
lingkup
pengawasan
dijabarkan dalam tiap lembar kerja seperti dalam Formulir
III.3 dengan pengisian data diambil dari Formulir III.l
(data-data terkait operasional alat bantu visual navigasi (airport
lighting), kejadian, dll) maupun dari checklist Formulir II yang
dianggap penting untuk diperiksa pada Objek Pengawasan
(OP).
c. Setelah Formulir III.l, III.2, dan III.3 diselesaikan, untuk
pelaksanaan audit, rencana kegiatan pengawasan terhadap
alat bantu visual navigasi (airport lighting) tersebut harus
disampaikan dahulu secara tertulis kepada penyelenggara
bandar udara Objek Pengawasan (OP), meliputi maksud,
tujuan, lingkup, jenis pengawasan, beserta Tim Pengawasan
dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
pelaksanaan
pengawasan.
Contoh
surat
pemberitahuan
pelaksanaan pengawasan seperti pada Formulir III.4 - III.6.
d. Direktur Jenderal melalui Direktur atau Kepala Kantor dapat
memerintahkan dilaksanakannya pengawasan terhadap alat
bantu visual navigasi (airport lighting) yang bersifat insidentil
atau khusus.
3.3. Pelaksanaan
a. Pengawasan
dilaksanakan
oleh
Tim
Pengawasan
yang
namanya tercantum dalam Surat Perintah Tugas Direktur
Jenderal dan disampaikan melalui surat pemberitahuan
pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi (airport
lighting) kepada bandar udara Objek Pengawasan (OP) seperti
pada Formulir III.4 - III.6.
b. Jadwal pelaksanaan pengawasan terhadap alat bantu visual
navigasi (airport lighting) pada satu Objek Pengawasan (OP)
tertentu harus diupayakan tidak tumpang tindih dengan
jadwal pelaksanaan pengawasan
bidang lainnya terkait
pengoperasian Objek Pengawasan (OP).
c. Susunan/rangkaian kegiatan pelaksanaan pengawasan dapat
1) Rapat pembukaan, dengan menjelaskan dasar hukum
pelaksanaan pengawasan, perkenalan Tim Pengawasan,
penjelasan maksud, tujuan, lingkup, dan jangka waktu
serta jenis pengawasan yang akan dilaksanakan, mengkaji
ulang (review) terhadap temuan pengawasan sebelumnya,
penjelasan lingkup pelaksanaan pengawasan, diskusi isu
terkait lingkup pengawasan jika ada, klarifikasi
dokumen-dokumen untuk pelaksanaan pengawasan serta penjelasan
proses
laporan
hasil
pelaksanaan
pengawasan
dan
temuannya. Lihat Formulir IV. 1 Checklist Agenda Rapat
Pembukaan.2) Kegiatan pemeriksaan dokumentasi terhadap alat bantu
visual navigasi
(airport lighting)
yang meliputi buku
pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual],
standard operating procedure (SOP) untuk pengoperasian
dan pemeliharaan, logbook, dan catatan-catatan lain yang
diperlukan.
3) Kegiatan pengecekan dan/atau pengujian terhadap sampel
pelaksanaan
pengawasan
terhadap
alat
bantu
visual
navigasi (airport lighting) yang meliputi proses pelaksanaan
prosedur
dan
hasil
(output)nya.
Untuk
pelaksanaan
inspeksi, kegiatan pengecekan menggunakan checklist
seperti yang tercantum dalam Formulir II.3.
4) Klarifikasi
dan/atau
konfirmasi
atas
draft
hasil
pemeriksaan,
guna
memberi
kesempatan
kepada
penyelenggara Objek Pengawasan (OP) untuk menanggapi
dan/atau menjelaskan setiap temuan yang dihasilkan.
5) Berita Acara Pengawasan seperti Formulir IV.4, merupakan
draft laporan hasil pengawasan terhadap alat bantu visual
navigasi (airport lighting) dan ringkasan temuan. Berita
Acara Pengawasan
ditandatangani
oleh
seluruh
Tim
Pengawasan dan pihak bandar udara Objek Pengawasan.
6) Rapat penutupan, dengan menjelaskan proses untuk
merespon temuan pengawasan, pengisian Pemberitahuan
Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance
Notification/NCN)
serta kapan
hasil
akhir
laporan
pengawasan akan dikirim. Lihat Formulir IV.2 Checklist
Agenda Rapat Penutupan.
d. Hasil
pengawasan
berupa
temuan
dari
pelaksanaan
pengawasan bukan merupakan hasil opini tetapi harus
didasarkan kepada fakta yang ada.
e. Temuan hasil inspeksi dikategorikan sebagai satisfactory (S)
yang berarti memenuhi standar, dan unsatisfactory (U) untuk
temuan yang tidak memenuhi standar.f. Temuan hasil audit bandar udara dikategorikan menjadi
Observasi, Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP
(Non Compliance Notification/NCN), atau Safety Alerts (SA).
f.l Observasi merupakan temuan yang bersifat minor tetapi
dapat
berkontribusi
terhadap
tidak
terpenuhinya
ketentuan peraturan.Walaupun begitu, perhatian tetap diperlukan untuk
tindakan perbaikan dan menghindari terulang lagi di
kemudian hari. Penyelenggara bandar udara diminta
untuk mengambil langkah peningkatan/ perbaikan sistem
secara berkelanjutan. Tindakan
tersebut dilaporkan
kepada Kepala Kantor seperti pada Formulir V.4 Tindak
Lanjut Temuan, dan menjadi perhatian dalam pelaksanaan
pengawasan di kemudian hari.
f.2 Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non
Compliance Notification/NCN) merupakan temuan tidak
dipenuhinya
(non
compliance)
ketentuan
peraturan
(Formulir V.2). Formulir PTP tersebut disampaikan kepada
penyelenggara bandar udara untuk dilengkapi dengan
penjelasan tindakan perbaikan selengkap mungkin, seperti
berikut:
1) Tindakan pemulihan (remedial action), merupakan
tindakan yang diambil untuk memulihkan keadaan
untuk terpenuhinya ketentuan peraturan sehingga
terwujud terpenuhinya persyaratan operasi alat bantu
visual navigasi (airport lighting).
2) Langkah identifikasi (root causes identification),
merupakan tindakan investigasi untuk mengetahui
penyebab utama tidak terpenuhinya peraturan. Jika
penyelenggara bandar udara sudah menerapkan Safety
Management System (SMS), tindakan identifikasi ini
merupakan bagian dari Safety Management System
(SMS).
3) Tindakan perbaikan (corrective action) merupakan
tindakan perbaikan yang diambil terhadap penyebab
utama
tidak
terpenuhinya
peraturan
untuk
memastikan hal tersebut tidak terulang kembali.
Corrective action merupakan
suatu
sistem
untuk
menjamin personel memahami ketentuan peraturan
dan
adanya
monitoring
pemenuhan
ketentuan
peraturan secara berkelanjutan.
Penyelenggara bandar udara harus mencatat tindakan
pemulihan (remedial action) maupun tindakan perbaikan
(corrective action) dalam formulir tanggapan PTP dan
dikirim kembali ke Direktur Jenderal melalui Kepala
Kantor sebelum 28 hari kerja sejak Formulir PTP tersebut
diterbitkan.
Kalau tindakan perbaikan (corrective action) tidak bisa
diselesaikan pada waktu yang ditentukan, penyelenggara
bandar udara harus mencantumkan tanggal dimana
tindakan
perbaikan
(corrective
action)
diselesaikan.
Misalnya jika tindakan
perbaikan
(corrective action)
merupakan pelaksanaan pekerjaan dengan jangka waktu
tertentu yang mengikuti proses penganggaran, maka
tindakan perbaikan (corrective action)-nya merupakan
adanya program penganggaran pada tahun berikutnya.
f.3 Safety Alerts (SA) merupakan tipe khusus dari PTP yang
bersifat SEGERA. Penyelenggara bandar udara harus
mengambil tindakan pemulihan segera terhadap langkah
butir f.2 1) di atas serta membuat kajian sementara
terhadap langkah butir f.2 2) dan butir f.2 3) di atas
sebelum pengoperasian alat bantu visual navigasi (airport
lighting) dilanjutkan.
3.4. Pelaporan
a. Ketua Tim Pengawasan yang ditugaskan wajib melaporkan
secara tertulis hasil pengawasan kepada Direktur atau Kepala
Kantor guna mendapat persetujuan atau pengesahan. Format
laporan secara lengkap seperti pada Formulir V.l. Jika ada
temuan yang termasuk kategori Safety Alerts atau PTP maka
Tim harus mengisi format PTP seperti pada lampiran V.2
diketahui/disahkan oleh Pengendali Tim. Seluruh temuan
hasil pemeriksaan harus ditindaklanjuti oleh penyelenggara
bandar udara seperti pada Formulir V.4 Tindak Lanjut
Temuan. Laporan pengawasan, formulir Safety Alerts, PTP,
dan Tindak Lanjut Temuan, beserta bukti-bukti temuan
dikirim ke penyelenggara bandar udara Objek Pengawasan
(OP) paling lambat 15 hari kerja setelah dilaksanakannya
kegiatan pengawasan dengan contoh surat pengantar seperti
pada Formulir V.3.b. Hasil pengawasan yang telah mendapat persetujuan atau
pengesahan Direktur atau Kepala Kantor dilaporkan kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
c. Setiap hasil pengawasan harus dicatat dan disimpan dalam
suatu sistem database hasil pengawasan untuk monitoring
keselamatan serta wajib dijaga kerahasiaannya baik oleh
Direktorat Jenderal maupun oleh penyelenggara Objek
Pengawasan, kecuali diperlukan sesuai dengan hukum
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.5. Monitoring
a. Direktur wajib melaksanakan monitoring terhadap tindak
lanjut hasil pengawasan terhadap alat bantu visual navigasi
(airport lighting), termasuk pemberian sanksi administratif
sesuai ketentuan, apabila diperlukan.
b. Monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil
pengawasan harus berkesinambungan dan berkelanjutan.
c. Hasil monitoring dan evaluasi harus menjadi acuan utama
dalam perencanaan dan pelaksanaan pengawasan terhadap
alat bantu visual navigasi (airport lighting) selanjutnya.
4. STANDAR UMUM PELAKSANAAN
4.1. Audit Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).
a. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)
dilaksanakan oleh Direktur secara reguler setiap 1 (satu)
tahun, kecuali diperintahkan lain oleh Direktur Jenderal
berdasarkan tingkat kepatuhan penyelenggara bandar udara
tersebut.
b. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)
diprioritaskan
untuk
dilaksanakan pada bandar
udara
internasional dan bandar udara bersertifikat dengan hierarkhi
sebagai bandar udara pengumpul.
c. Audit kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)
dilaksanakan terhadap manajemen pemeliharaan, pedoman
pemeliharaan, catatan pemeliharaan, dan sejarah peralatan
serta pelaksanaannya.
d. Audit
dilakukan
dengan
metodologi
sampling
untuk
memverifikasi efektifitas sistem yang sudah berjalan. Sampling
dilakukan terhadap hal-hal krusial/penting dalam sistim,
dan/atau defisiensi/kekurangan yang dideteksi merupakan
problem sistemik yang memerlukan review sistem secara
keseluruhan oleh penyelenggara bandar udara.
e. Tim Pengawasan untuk audit kinerja alat bantu visual navigasi
(airport lighting) paling banyak terdiri atas 3 (tiga) inspektur
bandar udara.
f. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan audit kinerja alat
bantu visual navigasi (airport lighting) dapat melakukan
persiapan audit dengan melengkapi format pada Formulir III
(checklist audit dapat dilihat pada Formulir II), melaksanakan
audit seperti pada format Formulir IV, dan membuat laporan
seperti pada Formulir V.4.2. Inspeksi Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).
a. Inspeksi dapat dilaksanakan secara acak atau rutin oleh
Kepala kantor berdasarkan perkembangan tingkat kepatuhan
penyelenggara bandar udara dan/atau tingkat risiko yang ada
pada setiap bandar udara, yang dihasilkan dari kegiatan
pengamatan dan/atau pemantauan.
b. Pemeriksaan pada inspeksi dilaksanakan terhadap unsur
tertentu pengawasan dan/atau pada output atau kondisi
nyata yang ada terhadap standar dan ketentuan, termasuk
pemeriksaan terhadap tindak lanjut hasil audit.
Inspeksi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting))
secara rutin dilaksanakan oleh Kepala Kantor.c .
b. Inspeksi secara acak yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor
disesuaikan dengan perkembangan isu keselamatan yang ada
pada setiap bandar udara.
c. Inspeksi secara acak dilaksanakan dengan prioritas untuk
bandar udara yang mempunyai risiko keselamatan tinggi,
serta untuk
bandar udara yang
telah
dilakukan
audit
keselamatan guna melihat perkembangan tindak lanjut hasil
audit.
d. Tim Pengawasan untuk inspeksi kinerja terhadap alat bantu
visual navigasi (airport lighting) paling banyak terdiri dari 3
(tiga) orang Inspektur Bandar Udara.
e. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan inspeksi kinerja
terhadap alat bantu
visual navigasi
(airport lighting),
melakukan persiapan inspeksi dengan melengkapi format pada
Formulir III (checklist inspeksi seperti pada Formulir II), dan
melaksanakan inspeksi seperti pada format Formulir IV, dan
membuat laporan seperti pada Formulir V.l, V.3, V.4.
4.3. Pengamatan Keselamatan
a. Pengamatan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi
(airport lighting) dilakukan secara acak dan akan dilakukan
pemeriksaan apabila terdapat indikasi meningkatnya risiko
keselamatan dan/atau berkurangnya tingkat kepatuhan
penyelenggara
bandar
udara
terhadap
peraturan
dan
ketentuan
tentang
pemeliharaan
lampu
penernagan,
berdasarkan hasil pemantauan kinerja lampu penerangan
dan/ atau laporan pilot.
b. Pemeriksaan pada pengamatan kinerja terhadap alat bantu
visual navigasi (airport lighting) dilakukan terhadap unsur
dan/atau output
yang
diindikasikan
risiko
kegagalan
operasinya meningkat tinggi.
c. Tim Pengawasan untuk pengamatan kinerja terhadap alat
bantu visual navigasi (airport lighting) terdiri dari 2 (dua)
sampai 3 (tiga) orang Inspektur Bandar Udara.
d. Tim Pengawasan yang akan melaksanakan pengamatan
kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting)
dapat melakukan persiapan pengamatan kinerja dengan
melengkapi format pada Formulir III (checklist pengamatan
kinerja dapat dilihat pada Formulir II), dan melaksanakan
pengamatan kinerja seperti pada format Formulir IV, dan
membuat laporan seperti pada Formulir V.l, V.3, V.4.
4.4. Pemantauan Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).
a. Pemantauan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi
(airport lighting) dilakukan secara rutin melalui penyusunan
dan pengembangan database keselamatan bandar udara oleh
petugas yang ditunjuk pada Kantor Otoritas Bandar Udara.
b. Petugas
pemantauan
harus
secara
aktif
melakukan
pengumpulan data termasuk data hasil pengawasan (observasi
atau PTP/NCN), dan/atau mengembangkan sistem pelaporan
kinerja terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting),
maupun sistem pelaporan kerusakan dan tidak berfungsinya
terhadap alat bantu visual navigasi (airport lighting).
c. Berdasarkan database keselamatan, petugas pemantauan
wajib melakukan evaluasi dan analisa keselamatan, serta
secara berkala paling lama setiap 6 (enam) bulan wajib
memberikan laporan kinerja terhadap alat bantu visual
navigasi (airport lighting) pada bandar udara di wilayah
kerjanya kepada Kepala Kantor.
d. Kepala Kantor bertanggung jawab atas keberhasilan tugas
pemantauan kinerja terhadap alat bantu visual navigasi
(airport lighting), melalui program pengembangan sumber daya
manusia, pemenuhan prasarana dan sarana pemantauan,
serta melakukan sosialisasi dan kemudahan menyampaikan
pelaporan.
4.5. Verifikasi Kinerja Alat Bantu Visual Navigasi (Airport Lighting).
a. Verifikasi kinerja alat bantu visual navigasi (airport lighting)
pada prinsipnya dilakukan atas permintaan penyelenggara
bandar udara, dalam rangka akan dioperasikannya suatu
prasarana pokok bandar udara hasil pembangunan atau
pengembangan maupun akan dioperasikannya tipe pesawat
yang lebih besar.
b. Program verifikasi kinerja alat bantu visual navigasi (airport
lighting) disusun berdasarkan data rencana pengembangan
dan/atau pembangunan prasarana bandar udara maupun
rencana operasi badan usaha angkutan udara (airline).
5. PEMBIAYAAN
5.1. Nilai manfaat skala ekonomi yang didapat dari terselenggaranya
pengoperasian
bandar
udara
yang
menjamin
keselamatan
penerbangan jauh lebih besar daripada biaya rutin pengawasan
yang dikeluarkan.
5.2. Pelaksanaan kegiatan pengawasan keselamatan bandar udara
harus dilakukan secara berkelanjutan dan terprogram.
5.3. Direktorat Bandar Udara dan Kantor Otoritas bandar Udara
menyusun program pengawasan kinerja alat bantu visual
navigasi (airport lighting) yang merupakan kegiatan rutin dalam
bentuk:
a. Program pengawasan tahunan;
b. Program kerja pengawasan 5 (lima) tahunan.
5.4. Sumber biaya pengawasan kinerja alat bantu visual navigasi
(airport lighting) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dibebankan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang disusun berdasarkan program dan kebutuhan
tahunan.
5.5. Bila sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) terbatas, dapat dimungkinkan menggunakan
sumber dana lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
6. TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
6.1. Direktur Bandar Udara atau Kepala Kantor Otoritas Bandar
Udara secara berkala wajib melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan pengawasan kinerjaalat bantuvisual navigasi
(airporthghting), guna perbaikan pelaksanaan pengawasan.
6.2. Tindak lanjut hasil pengawasan kinerjaalat bantuvisual navigasi
(airportlighting)harus
senantiasa
dimonitor
dan
dievaluasi
perkembangannya dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kepatuhan penyelenggara bandar udara terhadap peraturan dan
ketentuan keselamatan bandar udara pada khususnya dan
penerbangan pada umumnya.
6.3. Hasil monitoring dan evaluasi terhadap tindak lanjut hasil
pengawasan kinerjaalat bantuvisual navigasi (auportlightindjharus
dilaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
6.4. Direktur Jenderal Perhubungan Udara dapat memberikan sanksi
administratif dan/atau dilaporkan kepada pihak atau unit kerja
pembina
penyelenggara
bandar
udara
tersebut,
jika
penyelenggara bandar udara yang tidak dapat menindaklanjuti
hasil pengawasan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
7. PENUTUP7.1.Penyempurnaan atas Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan
kinerjaalat bantuvisual navigasi (airporthghting) akan ditampung
dan dituangkan dalam penyempurnaan Pedoman Petunjuk ini
dan/atau dalam dokumen tersendiri.
7.2. Petunjuk ini hanya sebagai acuan pelaksanaan pengawasan dan
dapat ditambah maupun dikurangi sesuai kondisi Objek
Pengawasan berdasarkan peraturan dan ketentuan keselamatan
penerbangan, khususnya keselamatan operasi bandar udara.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd SUPRASETYO Sali KEPAL NIP. engan aslinya
VXM DAN HUMAS,
ARJQ (IV/b) 99003 1 001 14Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor : KP 609 TAHUN 2015
Tanggal : 20 OKTOBER 2015
CONTOH DAN FORMULIR
PENGAWASAN KINERJA ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI
(AIRPORT LIGHTING)
(STAFF INSTRUCTION 139-09)
15
DAFTAR ISI
FORMULIR I : Kegiatan Pemeriksaan Terhadap Unsur Pengawasan dan Jenis Kegiatan Pengawasan
FORMULIR II II. 1 II.2
Checklist Pelaksanaan Pengawasan
Ruang Lingkup Pengawasan Kinerja Airport Lighting
Checklist Audit Kinerja Airport Lighting II.3 : Checklist Inspeksi Kinerja Airport Lighting
FORMULIR III : Format Persiapan Pelaksanaan Pengawasan
111.1 : Format Perencanaan Ruang Lingkup Pengawasan 111.2 : Format Ruang Lingkup Pengawasan
111.3 : Format Lembar Kerja Pengawasan
111.4 : Contoh Surat Pemberitahuan Audit Kinerja Airport
Lighting
111.5 : Contoh Surat Pemberitahuan Inspeksi Kinerja Airport
Lighting
111.6 : Contoh Surat Pemberitahuan Pengamatan Kinerja Airport Lighting
FORMULIR IV : Format Pelaksanaan Pengawasan
IV. 1 : Contoh Format Checklist Agenda Rapat Pembukaan
Pengawasan
IV.2 : Contoh Format Checklist Agenda Rapat Penutupan
Pengawasan
IV.3 : Contoh Daftar Hadir Rapat Pembukaan/Penutupan*Audit/ Inpeksi/ Pengamatan*
IV.4 : Contoh Format Berita Acara Audit/Inpeksi/Pengamatan*
FORMULIR V : Format Pelaporan Hasil Pengawasan
V.l : Format Laporan Audit/Inpeksi/Pengamatan*
V.2 : Format Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan/PTP (Non Compliance Notification/NCN)
V.3 : Format Tindak Lanjut Audit/Inspeksi/Pengamatan* V.4 : Contoh Surat Tindak Lanjut Audit/Inpeksi/Pengamatan*
Formulir II. 3 : Checklist inspeksi Kinerja
Airport Lighting A. DATA BANDAR UDARA
1. Nama Bandar Udara
2. Kota/Propinsi
3. Pemilik
4. Pemegang Sertifikat Bandar Udara
5. Status 6. Koordinat
7. Jarak Terhadap Kota
8. Elevasi
9. Aerodrome Reference Temperatur
10. Jenis Pelayanan Penerbangan
11. Dimensi Runway (panjang x lebar)
12. Dimensi Taxiway (panjang x lebar) 13. Dimensi Apron (panjang x lebar) 14. Klasifikasi Bandar Udara
15. Tipe Runway
16. Strength (PCN) and Surface of Runway
17. Pesawat terbesar yang beroperasi 18. Jam Operasi
19. Sertifikat/Register Bandar Udara Nomor
17
UPT Ditjen Hubud / UPTD /
BUMN /BUMD/Badan Usaha
Bandar Udara (BUBU)
°C
1/2/3/4 (A/B/C/D/E/F)
23.00- 11.00 UTC / (..,...+ 7- ... + 7) WIB
B. CHECKLIST PENGAWASAN KINERJA AIRPORT LIGHTING
No. OBYEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN
1 Runway Lighting (warna dan
kondisi)
MOS 9.1.10
MOS 9.3
a. Runway edge lights MOS9.11
b. Runway threshold lights MOS 9.12
c. Runway threshold identification lights (RT1L)
MOS 9.12.8.3 d. Runway end lights MOS 9.13
e. Runway turning area edge lights MOS 9.14
f. Runway enter line lights MOS 9.16
g. Runway touchdown zone lights MOS 9.17
h. Runway guard lights MOS 9.25
i. Runway holding posisition lights MOS 9.26
j. PALS MOS 9.7.5
k. PALS CAT II and CAT III MOS 9.7.6
1. MALS MOS 9.7.4
m. Sequence Flashing Lights MOS 9.7.2 2 Taway edge lights
A/Tf~\Q n o o o
b. Taxiway edge lights
MUb y.2.2.2
MOS 9.23
c. Stopbar lights MOS 9.24
d. Stopway lights
c Knntrol Ismmi Hi taviwnv
MOS 9.15
i \ / i o c o o n 3 Apron lighting
Anron rripp licrht<s
i v i u o y . z y U A Q O Q 1 Apron floodlighting m v j o y . o i MOS 9.32 4 PAPI/VASI MOS 9.9.4 5 Catu Daya
a. Constant current regulator
b. Uninterupted power supply
(UPS)
MOS 9.2.1.4 c. Generating set (Genset) MOS 9.2.4.1 b. d. Switch over time MOS 9.2.5
6 Wind Direction Indicator MOS 9.6.2
Warna WDI MOS 8.5.2.5
Docking
Visual docking guidance system
(VDGS)
MOS 9.33
Advance docking guidance system
(A-VDGS)
MOS 9.34
7 Rambu
Taxi guidance sign MOS 8.14 8 Aerodrome beacon MOS 9.4.1 9 Lingkungan
Ketinggian rumput terhadap lampu di sekitar lampu.
FORMULIR III
FORMAT PERSIAPAN PELAKSANAAN PENGAWASAN
III. 1 FORMAT PERENCANAAN RUANG LINGKUP PENGAWASAN
111.2 FORMAT RUANG LINGKUP PENGAWASAN 111.3 FORMAT LEMBAR KERJA PENGAWASAN
111.4 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN AUDIT KINERJA AIRPORT
LIGHTING
111.5 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN INSPEKSI KINERJA AIRPORT
LIGHTING
111.6 CONTOH SURAT PEMBERITAHUAN PENGAMATAN KINERJA AIRPORT LIGHTING
Formulir III.l Format Perencanaan Ruang
Lingkup Pengawasan
FORMAT PERENCANAAN RUANG LINGKUP PENGAWASAN
1. Data Penyenggara Bandar Udara
Nama
Penyelenggara
Ref. Surat Pemberitahuan
Nama Bandara Jenis
Pengawasan
Audit/Inspeksi/
Pengamatan*
Jadwal (tanggal) Tipe Terjadwal/khusus*
Ketua Tim Anggota Tim 1.
2. 3.
* = Coret yang tida<. perlu
2. Catatan Pengawasan (audit/inspeksi/ pengamatan) sebelumnya Tanggal
pengawasan
sebelumnya
Jenis
pengawasan Unsur/Elemen Catatam hal-hal penting
3. Catatan peruba lan organisasi penyelenggara bandar udara
Tipe perubahan Efektif tanggal Dampak operasional bandar udara
4. Informasi Terkait Kinerja Airport Lighting
Tanggal Sumber data Detail uraian
5. Lingkup audit
No. Unsur/Elemen
Hal-hal Penting yang Harus diperhatikan
•kota, (Hari, bulan, tahun
Tim audit 1 (ketua) 2 (anggota) 3 (anggota) 4. dst. .(ttd).. .(ttd)... .(ttd)... 21 Mengetahui Pengendali Tim, L Pangkat/ Golongan NIP
Formulir III.2 Format Ruang Lingkup Pengawasan
Kinerja Airport Lighting
I. JENIS PENGAWASAN
1. Audit Kinerja Airport Lighting •
2. Inspeksi Kinerja Airport Lighting
•
II. RUANG LINGKUP KINERJA AIRPORT LIGHTING
A. Dokumentasi
1. Data peralatan
I—.
2. Single line diagram
\~j
3. As-built drawing •
4. SOP pengoperasian •
5. SOP pemeliharaan
6. Catatan pemeliharaan (Log book) 7. Sejarah peralatan
•
•
•
B. Kontrol unjuk kerja
1. Daily running test r—i
2. Simulasi cut-off main power supply
r—i
3. Swich over time i—i
4. Test pembebanan
q
5. Pemeliharaan harian r—i
6. Pemeliharaan mingguan r—i
7. Pemeliharaan bulanan 8. Pemeliharaan semesteran 9. Pemeliharaan tahunan
C. Lingkungan
1. Kebersihan ruangan catu daya
2. Kebersihan rungan kontrol 3. Kebersihan rumput
D. Pelaporan
1. Penyampaian laporan unjuk kerja peralatan
[—]
2. Pelaporan kerusakan peralatan r—i
22 • • • • • •
Formulir III.3 Format Lembar Kerja Pengawasan Kinerja Airport Lighting
LEMBAR KERJA AUDIT/INSPEKSI/PENGAMATAN* (caret yang tidakperlu)
Nama Anggota Tim
Nama Penyelenggara Bandar Udara
Nama Bandar Udara
Tanggal
Referensi File
Unsur/Elemen
No. Aktivitas tujuan Persyaratan Ref. peraturan Hasil Pemeriksaan
Nomor Sifat Lampiran Perihal
Formulir III.4 Contoh Surat Pemberitahuan Audit
Kinerja Airport Lighting
KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
Jakarta, (tanggal bulan tahun)
1 (satu) lembar
Pemberitahuan Audit Kepada Kinerja Airport Lighting
Yth. Kepala Bandar Udara di
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55 tahun 2015 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar
Udara (Civil Aviation Safety Regulations Part 139 Aerodromes), disampaikan
bahwa
dalam
rangka
pengawasan
keselamatan
penerbangan
perlu
dilakukan audit kinerja Airport Lighting untuk memverifikasi kesiapan
peralatan/sistem
yang
ada,
meliputi
dokuem
teknis,
peralatan,
pemeliharaan, prosedur.
2. Pelaksanaan audit kinerja Airport lighting sebagaimana dimaksud pada
butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang ditugaskan
dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan Udara (terlampir)
dan akan dilaksanakan pada tanggal
sampai dengan tanggal
bulan tahun...., dengan lingkup audit sebagai berikut:
•
• dst
3. Untuk kelancaran pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud pada butir 2
(dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan data dan
informasi terkait dengan personel, fasilitas /peralatan, SOP maupun buku
pedoman pengoperasian/pemeliharaan airport lighting, serta ruangan
untuk audit dan kontak personel yang akan mendampingi pelaksanaan
audit.
4. Berita acara yang merupakan draft laporan hasil audit akan disampaikan pada saatrapat penutupan audit, sedangkan laporan akhir dan jika ada
Pemberitahuan Tidak Terpenuhinya Peraturan (PTP) akan dikirim dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja.
5. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan
terima kasih.
A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Direktur Bandar Udara
(Pangkat/Golongan)
NIP Tembusan:
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
II
III
IV V
KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
DASAR
SURAT PER1NTAH TUGAS NOMOR:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan;
2. Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55
tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 139 Bandar
Udara (Civil Aviation Safety Regulations Part
139 Aerodromes);
3. Peraturan
Direktur Jenderal
Perhubungan
Udara Nomor : KP ....tahun 2015 tentang
Standar Alat Bantu Visual Navigasi Bandar
Udara (Airport Lighting) Peraturan Keselamatn
Penerbangan Sipil Bagian-139-9 (Civil Aviation
Safety Regulation part 139-9);
4. Peraturan
Direktur
Jenderal
Perhubungan
Udara Nomor : KP ....tahun 2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Alat Bantu
Visual Navigasi Bandar Udara [Airport Lighting)
Peraturan
Keselamatn
Penerbangan
Sipil
Bagian-139-9 (Civil Aviation Safety Regulation
part 139-9);DIPERINTAHKAN KEPADA 1. Nama
Pangkat/Gol Jabatan 2. Nama Pangkat/Gol Jabatan 3. Nama Pangkat/Gol Jabatan ISI PERINTAH LAIN-LAIN PERINTAH SELESAI
Melaksanakan
audit
kinerja
Airport
lighting
dengan lingkup kegiatan audit sebagai berikut :
a b Pengendali Tim Ketua Tim Anggota .... (bila diperlukan)
Pelaksanaan tugas dimulai pada tanggal
Dikeluarkan di :
Pada tanggal :
A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Direktur Bandar Udara
NIP.
(Pangkat/Golongan)
Nomor
Sifat Lampiran Perihal
Formulir III.5 Contoh Surat Pemberitahuan Inspeksi Kinerja Airport Lighting
KOP SURAT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA
Jakarta, .... (tanggal bulan tahun)
1 (satu) lembar
Pemberitahuan Inspeksi Kepada
Kinerja Airport Lighting Yth. Kepala Bandar Udara
di
1.
Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor
1 Tahun
2009
tentang
Penerbangan dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor: PM. 55
tahun 2015 tentang Peraturan KeselamatanPenerbangan Sipil (PKPS)
Bagian 139 Bandar Udara (Civil Aviation Safety Regulations Part 139
Aerodromes),
disampaikan
bahwa
dalam
rangka
pengawasan
keselamatan
penerbangan
perlu
dilakukan
inspeksi
terhadap
pemenuhan kinerja Airport Lighting.
2.
Pelaksanaan inspeksi kinerja Airport Lighting sebagaimana dimaksud
pada butir 1 (satu) di atas, dilakukan oleh Tim Pengawasan yang
ditugaskan dengan Surat Perintah Direktur Jenderal Perhubungan
Udara (terlampir) dan akan dilaksanakan pada tanggal
sampai
dengan tanggal bulan tahun....
3.
Untuk kelancaran pelaksanaan inspeksi sebagaimana dimaksud pada
butir 2 (dua) di atas, mohon kerjasamanya untuk dapat menyiapkan
data dan informasi terkait, sertaruangan dan kontak personel yang
akan mendampingi pelaksanaan inspeksi.
4.
Berita acara yang merupakan draft laporan hasil inspeksi akan
disampaikan pada saat rapat penutupan inspeksi, sedangkan laporan
akhir akan dikirim dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja.
5.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan
terima kasih.
A.n. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara
(Pangkat/ Golongan)
NIP Tembusan:
Direktur Jenderal Perhubungan Udara.