• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keputusan menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory )menjelaskan hubungan antara agen dengan

principal. Dalam teori keagenan, agen memiliki peran sebagai pengambil

keputusan menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi

principal, dan principal menutup kontrak untuk memberikan imbalan kepada

agen. Menurut Jansen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan mendefinisikan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Masalah agensi muncul apabila terjadi konflik antara principal (pemegang saham) dengan agen (manajer). Konflik kepentingan antara principal dengan agen disebut dengan agency problems. Agency problems biasanya terjadi karena agen dan principal sama-sama memiliki kepentingan pribadi. Principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Masalah keagenan dapat merugikan principal karena

principal tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak

memiliki akses yang memadai untuk mendapakan informasi yang dibutuhkan. Informasi sepenuhnya berada dibawah kendali manajer atau agen. Konflik

(2)

12

kepentingan yang dapat disebabkan oleh kemungkinan agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan principal. Salah satu penyebab dari agency problems adalah adanya asymmetric information. Kim dan Verrechia dalam Kadir (2008) menyatakan asimetri informasi timbul ketika agen (manajer) lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang dibandingkan dengan informasi yang diperoleh principal (pemegang saham). Laporan keuangan yang disampaikan dengan segera atau tepat waktu dapat mengurangi asimetri informasi tersebut.

2.1.2 Pengertian Audit dan Standar Auditing

Menurut A Statement of Basic Auditing Concepts (ASOBAC), dalam Halim (2008:1), mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Agoes (2008:3), pengertian auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Halim (2008:47), menyatakan auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan. Standar auditing merupakan salah satu ukuran

(3)

13

kualitas pelaksanaan auditing. Standar auditing ini harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor independen. IAI (2011 : 150). Menurut Yusuf (2015) standar auditing saat ini terdiri dari 41 standar. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan standar lama sebagai acuan penelitian. Standar tersebut terdiri dari:

1) Standar umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2) Standar pekerjaan lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.

(4)

14 3) Standar pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul auditor.

2.1.3 Tipe Audit

Mulyadi (2002:30), menyatakan auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:

(5)

15

1) Audit laporan keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan tersebut.

2) Audit kepatuhan (compliance audit)

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.

3) Audit operasional (operational audit)

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

a. Mengevaluasi kinerja

b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

(6)

16 2.1.4 Tahapan Audit Laporan Keuangan

Menurut Al. Haryono Jusup (2001:169) proses audit dalam laporan keuangan baik audit pada perusahaan besar maupun kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan yaitu:

1) Penerimaan Penugasan

Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi auditor bagi klien lama atau klien yang sudah pernah diaudit. Pada tahap ini hanya standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima atau menolak ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

2) Perencanaan Audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Penerapan merupakan tahap yang paling sulit dan sangat menentukan keberhasilan penugasan audit. Dalam tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan dari standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antar tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.

3) Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ketiga dalam laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit (audit test).Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap ini adalah mendapatkan bukti mengenai efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan

(7)

17

keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar lapangan dari standar audit. Pengujian audit ini pada umumnya dilakukan antara tiga sampai empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah akhir tahun buku klien.

4) Pelaporan Temuan

Tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit dapat berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari standar auditing. Laporan audit biasanya antara satu hingga tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.

2.1.5 Manfaat Audit

Menurut Halim (2008) manfaat audit dapat dipandang dari dua sisi, yaitu: 1) Manfaat audit dari sisi ekonomis

a. Meningkatkan kredibilitas perusahaan

Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen akanlebih dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan dari pada laporan keuangan yang tidak diaudit. Kredibilitas perusahaan di mata pemakai laporan keuangan akan meningkat. Dengan demikian, para pemakai, terutama investor dan kreditor, akan memandang bahwa risiko investasi atas perusahaan tersebut relatif rendah daripada perusahaan yang laporan keuangannya tidak diaudit.

(8)

18 b. Meningkatkan efisiensi dan kejujuran

Audit laporan keuangan yang dilakukan secara berfrekuensi teratur akan membawa dampak positif bagi efisiensi dan kejujuran karyawan. Bila karyawan mengetahui bahwa audit independen akan dilakukan, maka ia akan berusaha menekan sekecil mungkin kesalahan dalam proses akuntansi dan mengurangi kesalahan penilaian aktiva.

c. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

Auditor independen, berdasarkan pengujiannya dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal dan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan klien.

d. Mendorong efisiensi pasar modal

Pada tingkat makro, audit memberi dampak positif yang sangat penting. Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan handal atau reliable. Dengan demikian, pasar modal yang menggunakan informasi yang dihasilkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utamanya, akandapat berjalan secara efisien. Pasar modal yang efisien akan menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien pula sehingga perekonomian nasional akan berjalan secara efisien.

(9)

19 2) Manfaat audit dari sisi pengawasan

a. Preventive Controll

Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka menyadari akan audit.

b. Detective Controll

Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat diketahui dan dikoreksi melalui suatu proses audit.

c. Reporting Controll

Setiap kesalahan perhitungan, penyajian, atau pengungkapan yang tidak dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan demikian pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi yang keliru atau menyesatkaan.

2.1.6 Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting untuk mengukur kinerja suatu perusahaan karena didalam laporan keuangan terdapat informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1), laporan keuangan didefinisikan sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, dan laporan arus dana). Menurut SAK terdapat 4 karakteristik laporan keuangan, yaitu:

(10)

20 1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuksegera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakaimemiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2) Relevan

Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasimasa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive

value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya

(feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).

3) Keandalan

Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahanmaterial, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus danjujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapatdisajikan secara wajar.

(11)

21 4) Dapat dibandingkan

Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

Laporan keuangan memiliki peranan penting bagi banyak pihak, sehingga dibutuhkan ketepatan waktu dalam penyampaiannya.

2.1.7 Audit Delay

Menurut Ashton et.al (1987) dalam penelitian Wirakusuma (2004), Audit

Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan

sampai tanggallaporan audit dikeluarkan. Audit Delay atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit reporting lag merupakan lamanya / rentang waktu penyelesaian audit yang diukur daritanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Beberapa pengertian mengenai audit delay atau ketepatwaktuan pelaporan keuangan sebagai berikut:

Menurut Subekti (2005) bahwa perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang

(12)

22

mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang 30 dilakukan oleh auditor. Perbedaan inilah yang sering dinamai dengan audit delay.

Menurut Utami (2006) Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen. Aryati dan Maria (2005) mendefinisikan audit delay adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahunbuku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tercantum pada laporan audit independen.

Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Informasi laba yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

(13)

23 2.1.8 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Supranoto, 1990). Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung mengalami Audit Delay yang lebih pendek, sehingga hal tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Sebagai dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan dipakai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Terdapat beberapa cara dalam menilai kinerja suatu perusahaan, salah satunya dengan mengamati tingkat profitabilitasnya. Untuk mengetahui nilai tingkat profitabilitas suatu perusahaan dapat dilihat dari net profit (laba/rugi bersih sesudah pajak) perusahaan tersebut (Srimindarti, 2008). Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA), Return On Investment (ROI), dan

Return On Equity (ROE). Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang

menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2012: 201). Return On Investment (ROI) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan dimana hal ini berarti suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya (Kasmir, 2012: 207). Return On Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Kasmir, 2012: 204).

(14)

24

Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.

Sedangkan penelitian Dyer dan McHugh (1975) menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena laporan keuangannya mengandung good news

2.1.9 Reputasi Auditor

Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada public agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hasil penelitian Ashton et al. Schwartz dan Soo (dalam Utami,2006), menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaanyang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Beberapa penelitian membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar memiliki insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat.

Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four.

(15)

25

Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:

1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja samadengan KAP Siddharta dan Widjaja.

3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.

4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio.

Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki reputasi yanglebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia (KAP nonbig four). Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP the big four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebutdalam memberikan jasa audit.

2.1.10 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya sebuah perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Hasil penelitian Indah Setyorini (2008: 48), menjelaskan bahwa besar/kecilnya ukuran perusahaan, yang dinilai dari seberapa besar nilai harta yang dimiliki perusahaan, berpengaruh negatif terhadap lamanya audit delay. Menurut Brigham&Houston

(16)

26

(2001: 117), Ukuran Perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini, apabila penjualan lebih besar dari pada biaya variabel dan biaya tetap, akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, apabila penjualan lebih kecil dari pada biaya variabel dan biaya tetap, perusahaan akan menderita kerugian.

Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil (Rachmaf Saleh, 2004). Perusahaan yang besar akan lebih cepat dalam proses penyelesaian audit karena diawasi oleh para investor, pengawas permodalan dan pemerintah jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sistem pengendalian yang intern juga biasanya dimiliki oleh perusahaan besar sehingga dapat memudahkan dalam melakukan proses audit (Subekti dan Widiyanti, 2004).

Menurut Ma’sud Machfoedz (1994) Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan, kategori ukuran perusahaan yaitu:

1) Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.

(17)

27 2) Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.

3) Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya total asset yang dimiliki perusahaan tersebut. 2.1.11 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensuin, dan

investment banking (Siregar dan Utama, 2005). Menurut Chen & Zhang (2006)

menyatakan kepemilikan institusional sebagai persentase suatu perusahaan yang memiliki mutual funds, investment banking, asuransi, dana pensiun, reksadana dan bank.

Kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media massa berupa kritikan atau komentar yang semuanya dianggap publik atau masyarakat. Adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar menimbulkan pengaruh dari pihak luar sehingga mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan. Keberadaan investor

(18)

28

institusional dapat menunjukkan mekanisme Corporate Governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer sebagai pengelola perusahaan pada khususnya.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang (Supranoto, 1990). Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung mengalami Audit Delay yang lebih pendek, sehingga hal tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, membutuhkan waktu yang cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik kepada publik.

Menurut Wirakusuma (2004) perusahaan yang melaporkan kerugian akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya, jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi, maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya sehingga kabar baik atau good news tersebut dapat disampaikan kepada para investor maupun kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam penelitian

(19)

29

Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian Indriyani dan Supriyati (2012) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh dalam publikasi laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah atau dengan kata lain mengalami kerugian cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan karena kerugian merupakan kabar buruk yang akan berdampak negatif pada perusahaan seperti penurunan permintaan akan saham yang diterbitkan. Demikian pula pada penelitian Owusu dan Ansah (dalam Oktarina dan Suharli, 2005) bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu pelaporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan laba cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah.

H1 :Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay.

2.2.2 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Audit Delay

Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada public agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Keempat KAP the

(20)

30

big four diatas dianggap memiliki reputasi yang lebih baik dibandingkan dengan

KAP-KAP lain di Indonesia (KAP nonbig four). Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebutdalam memberikan jasa audit.

Penelitian yang dilakukan Turel (2010) menunjukkan hubungan yang positif antara reputasi kantor akuntan publik dengan reporting lead time. Sulistyo (2010) juga menunjukkan pengaruh yang signifikan antara reputasi kantor akuntan publik terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik besar cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangannya. Waktu yang cepat merupakan cara kantor akuntan publik besar untuk mempertahankan reputasi mereka. Saputri (2012) dalam penelitiannya tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah.

H2 :Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay.

2.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya sebuah perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Ukuran Perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini, apabila penjualan lebih besar

(21)

31

daripada biaya variabel dan biaya tetap, akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, apabila penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap, perusahaan akan menderita kerugian.

Sulistyo (2010) membuktikan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada yang menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan, karena semakin besar perusahaan, semakin banyak memiliki sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki sistem pengendalian intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam penyelesaian laporan keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan untuk menjaga image atau citra perusahaan di mata publik. Toding dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan laporan keuangan. Demikian pula pada penelitian Setiawan dan Widyawati (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah.

(22)

32

2.2.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Audit Delay

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo,2008). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku

opportunistic. Kepemilikan saham oleh pihak luar atau pihak institusi mempunyai

kekuatan untuk menuntut dan mewajibkan pihak manajemen agar menyampaikan informasi keuangan dengan segera karena laporan keuangan yang diserahkan terlambat akan berpengaruh terhadap keputusan ekonomi yang akan diambil oleh para pemakai informasi tersebut.

Hasil penelitian Savitri Roswita (2010), menjelaskan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harnida (2005) bahwa ada hubungan antara kepemilikan institusional dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Cornet, et al. (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan

(23)

33

mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Kepemilikan saham oleh pihak luar atau pihak institusi mempunyai kekuatan untuk menuntut dan mewajibkan pihak manajemen agar menyampaikan informasi keuangan dengan segera karena laporan keuangan yang diserahkan terlambat akan berpengaruh terhadap keputusan ekonomi yang akan diambil oleh para pemakai informasi tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah.

Referensi

Dokumen terkait

159 KLINIK GARUDA SENTRA MEDIKA JAKARTA PUSAT DKI JAKARTA 160 KLINIK GET HEALTHY HEMODIALISIS JAKARTA BARAT DKI JAKARTA 161 KLINIK HEMODIALISA SARTIKA JAKARTA TIMUR DKI JAKARTA

1. Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam

Plasma nutfah palawija diperoleh sebanyak 62 aksesi terdiri dari 3 aksesi jagung, 11 aksesi ubi kayu, 17 aksesi ubi jalar, 6 aksesi ubi krimbang/ ubi kelapa, 15 aksesi talas,

Gundam dan tokusatsu yang berasal dari negara Jepang Cukup banyak diminati oleh masyarakat kita, tidak cukup hanya menggemarinya secara individual, masyarakat kita juga

Namun hasil penelitian ini tidak memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha (2013) tentang “Hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang

Kritik intern dilakukan dengan memperlihatkan dua hal (1) penilaian intrinsik terhadap sumber-sumber (2) membanding-bandingkan kesaksian dari berbagai sumber

Menurut (Fuad et al., 2018) UML (Unified Modelling Language) adalah salah satu standar bahasa yang dapat digunakan di dunia industri untuk mendefinisikan

terlihat bahwa hampir seluruh karbon aktif hasil aktivasi kimiawi dengan KOH menghasilkan luas permukaan yang lebih tinggi dari pada dengan metode aktivasi