• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTIMBANGAN OSEANOGRAFI FISIK DAN POTENSI TSUNAMI TAHAP PRA-SURVEI DALAM PEMILIHAN TAPAK PLTN DI PROVINSI NTB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTIMBANGAN OSEANOGRAFI FISIK DAN POTENSI TSUNAMI TAHAP PRA-SURVEI DALAM PEMILIHAN TAPAK PLTN DI PROVINSI NTB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERTIMBANGAN OSEANOGRAFI FISIK DAN POTENSI TSUNAMI

TAHAP PRA-SURVEI DALAM PEMILIHAN TAPAK PLTN DI

PROVINSI NTB

Heni Susiati1, Hadi Suntoko1, Slamet Suryanto1

1Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir-BATAN

Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710,

E-mail: heni_susiati@batan.go.id

ABSTRAK

PERTIMBANGAN OSEANOGRAFI FISIK DAN POTENSI TSUNAMI TAHAP PRA SURVEI DALAM PEMILIHAN TAPAK PLTN DI PROVINSI NTB. Telah dilakukan penelitian

karakteristik oseanografi fisik dan potensi tsunami dalam pemilihan tapak PLTN di NTB (Nusa Tenggara Barat). Data Oseanografi fisik dan potensi tsunami merupakan bagian dari aspek Hidrologi, dan merupakan salah satu aspek yang harus diidentifikasi dalam proses pemilihan tapak PLTN. Oseanografi fisik dalam studi ini meliputi data batimetri, gelombang, pasang surut, dan potensi bahaya eksternal yang diakibatkan oleh adanya potensi gelombang perairan ekstrim yang dapat terjadi akibat pergerakan adanya sumber gempa sehingga mengakibatkan potensi terjadinya tsunami. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kesesuaian daerah pesisir untuk area tapak PLTN di NTB dengan mempertimbangkan data oseanografi fisik dan potensi tsunami dalam tahap awal pemilihan tapak PLTN di NTB. Metodologi meliputi pengumpulan data sekunder terkait dengan parameter oseanografi fisik dan daerah pesisir NTB yang berpotensi terjadi tsunami, kajian pustaka dan selanjutnya dilakukan identifikasi untuk mendapatkan kesesuaian tapak PLTN. Berdasar kajian awal tahap pra survei aspek hidrologi di wilayah pesisir NTB, diperoleh area pesisir yang sesuai untuk tapak PLTN. Hasil penelitian pada tahap pra-survei memperlihatkan bahwa di wilayah Provinsi NTB, khususnya pulau Lombok kurang berpotensi sebagai tapak PLTN. Sedangkan wilayah pesisir pulau Sumbawa masih ada beberapa kawasan pesisir yang mempunyai potensi sebagai tapak PLTN. Namun demikian untuk memastikan daerah pesisir yang potensial sebagai tapak PLTN, diperlukan identifikasi lebih lanjut untuk dapat dipastikan lokasi tapak aman dari potensi bahaya tsunami dll.

Kata kunci: oseanografi fisik, tsunami, pra-survei, pemilihan tapak, PLTN.

ABSTRACT

PHYSICAL OCEANOGRAPHIC AND TSUNAMI POTENTIAL CONSIDERATIONS OF THE PRE SURVEY STAGE IN NTB PROVINCE SITE SELECTION. Research on physical

oceanographic characteristics and potential of tsunamis in the selection of nuclear power plants (NPP’s) in NTB (West Nusa Tenggara) has been carried out. Physical Oceanographic data and tsunami potential are part of the Hydrological aspect, and one aspect that must be identified in the NPP’s site selection process. Physical oceanography in this study includes bathymetry, wave, tidal data, including the potential for external hazards caused by the presence of the potential for extreme water waves that can occur due to the movement of an earthquake source, resulting in the potential for a tsunami. The aim of the study was to identify the suitability of coastal areas for the NPP site area in NTB by considering physical oceanographic data and the potential for tsunamis in the initial stages of the selection of nuclear power plant sites in NTB. The methodology includes the collection of data secondary related to physical oceanographic parameters and the tsunami potential, literature review and then identification to obtain the suitability of the NPP site. Based on the preliminary study of the pre-survey phase of hydrological aspects in the coastal areas of NTB, a coastal area was obtained which was suitable for the NPP site. The results of the research at the pre-survey stage showed that in the Lombok Island has less potential as a NPP’s site. While the coastal areas of Sumbawa Island still have several coastal areas that have potential as PLTN sites. However, to ensure potential coastal areas as PLTN sites, further identification is needed to ensure that the site is safe from potential hazards of these sources.

(2)

PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional menempatkan energi nuklir sebagai opsi terakhir untuk pemenuhan bauran energi nasional. Disisi lain diversifikasi energi dengan menekankan pada penggunaan energi baru dan energi terbarukan menjadi prioritas untuk menggantikan energi fosil yang masih mendominasi bauran energi nasional. PP No, 79 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa target yang dicanangkan pada tahun 2025 untuk energi baru dan energi terbarukan (EBT) adalah sebesar 23%, diantaranya energi baru PLTN[1].

Melihat proyeksi kebutuhan energi nasional, khususnya NTB yang memproyeksikan pembangunan kawasan ekonomi dan industri yang komprehensif, maka perlu pasokan energi yang cukup. Oleh karena itu pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) perlu dikaji lebih lanjut. Salah satu infrastruktur yang harus disiapkan dalam pembangunan PLTN adalah ketersediaan Tapak[1], pemilihan tapak merupakan salah satu langkah penting dalam rencana pembangunan PLTN. Berdasar perjanjian kerjasama antara BATAN dan Dinas ESDM Pemerintah Provinsi NTB No. B-1970/BATAN/SEN/KS0001/02/2018-415.4/404/DESDM/2018 tentang kajian pengembangan energi nuklir dan tapak PLTN untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Provinsi NTB, maka telah dilakukan survei awal (pra-survei) dalam pemilihan tapak PLTN di wilayah Provinsi NTB.

Penentuan tapak merupakan kegiatan seleksi, evaluasi dan konfirmasi suatu lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan. Dalam kegiatan pra survei dalam pelaksanaan pemilihan tapak PLTN, salah satu aspek yang dipertimbangkan adalah aspek meteorologi dan hidrologi, termasuk diantaranya karakteristik oseanografi sebagai bagian dari kondisi lingkungan fisik laut. Dampak terhadap PLTN yang disebabkan oleh lingkungan fisik laut akan timbul banjir dari laut dan gangguan suplai air pendingin[2], sehingga merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keselamatan dalam pemilihan tapak PLTN. Dengan demikian memahami karakteristik Kawasan pesisir NTB tersebut diperlukan penelitian yang berkaitan dengan karakteristik oseanografi fisik dalam survei awal pemilihan tapak PLTN di NTB. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kesesuaian daerah pesisir untuk area tapak PLTN di NTB dengan mempertimbangkan data oseanografi fisik dan potensi banjir pantai serta tsunami dalam tahap awal pemilihan tapak PLTN di NTB.

Berkaitan dengan ketentuan keselamatan tapak PLTN, BAPETEN telah menetapkan peraturan tentang aspek Meteorologi dan Hidrologi[3]. Dalam IAEA Specific Safety Guide No. SSG-18 Tahun 2011, dalam program penyiapan tapak PLTN harus diidentifikasi dan kemungkinan yang menghasilkan fenomena bahaya harus dievaluasi[4]. Hasil evaluasi digunakan dalam desain instalasi nuklir, berdasar standar keamanan dengan mempertimbangkan karakteristik lokasi, risiko yang diakibatkan bahaya eksternal dan dampak pada lingkungan yang mungkin timbul. Identifikasi yang tepat harus dilakukan untuk menjamin bahwa risiko keseluruhan masih dapat diterima dan sekecil mungkin. Oleh karena itu, secara langsung atau tidak langsung, karakteristik oseanografi di sekitar lokasi dimana reaktor nuklir dibangun, pada kondisi tertentu dapat berpengaruh terhadap keselamatan reaktor tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam rencana pembangunan PLTN, pada pemilihan tapak reaktor diperlukan kajian aspek oseanografi, yang diperkirakan dapat membahayakan keselamatan reaktor nuklir. Jika dalam kajian mengindikasikan adanya bahaya yang tidak dapat diterima dan jika tidak ada solusi yang tersedia, maka tapak dianggap tidak layak[5,6]. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik oseanografi fisik tahap pra-survei untuk pemilihan tapak PLTN di Provinsi NTB. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka, pengumpulan data sekunder terkait dengan sumber bahaya eksternal dan selanjutnya dilakukan konfirmasi dan identifikasi berbagai jenis bahaya eksternal akibat tsunami dapat memberikan potensi bahaya terhadap keselamatan reaktor PLTN yang direncanakan di Provinsi NTB. Hasil studi diharapkan dapat memberi masukan bagi pengambil kebijakan, dalam penentuan lokasi tapak PLTN di Provinsi NTB.

Setiap wilayah pesisir dan perairan memiliki karakteristik perairan yang berbeda, baik itu disebabkan letaknya secara lintang geografis maupun akibat pengaruh-pengaruh yang terjadi di skala regional dalam perairan tersebut, baik yang mempengaruhi parameter fisik, kimia maupun biologinya[7]. Sumber kejadian eksternal akibat bahaya gelombang ekstrim salah satunya adalah potensi Tsunamiyang tidak berkaitan dengan operasi instalasi

(3)

nuklir dan dapat menghasilkan potensi bahaya terhadap keselamatan instalasi nuklir (PLTN)[3,4].

METODOLOGI

Metodologi meliputi kajian pustaka, pengumpulan data sekunder terkait dengan sumber bahaya eksternal akibat alam dan selanjutnya dilakukan konfirmasi dan identifikasi berbagai jenis bahaya eksternal akibat bencana alam yang berpotensi membahayakan reaktor PLTN yang direncanakan di Provinsi NTB. Pemilihan tapak PLTN pada tahap awal ini hanya mempertimbangkan karakteristik oseanografi dan potensi bahaya dari gelombang ekstrim seperti banjir maupun potensi tsunami. Selain studi literatur, penelitian ini juga dilakukan ground check lapangan untuk pengamatan secara visual pada lokasi pesisir pantai yang telah ditentukan. Selanjutnya data yang diperoleh dilakukan analisis terhadap kesesuaian terhadap keberterimaan tapak PLTN.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi dimana PLTN akan dibangun harus memenuhi persyaratan, diantaranya ketersedian air bersih yang cukup memadai untuk memasok kebutuhan sistem pendingin dan fasilitas PLTN, sehingga wilayah pesisir merupakan pilihan untuk lokasi PLTN. Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari pulau Lombok dan Pulau Sumbawa disertai 278 pulau-pulau kecil dengan luas perairan laut 29.159 km2 dan panjang garis pantai mencapai 2.332,80 km sangat potensial di bidang kelautan dan perikanan, sehingga merupakan obyek yang sangat potensial untuk pengembangan banyak sektor seperti perkanan, pariwisata, konservasi, transportasi laut, industri maritim, kawasan industri dan kegiatan lainnya[8]. Beberapa wilayah pesisir di Provinsi NTB telah dilakukan survei awal untuk mendapatkan lokasi PLTN yang sesuai dengan ketentuan dan kriteria yang ditetapkan.

Secara geografis, wilayah Provinsi NTB berada pada posisi 115046' - 119005' Bujur Timur dan 08010' - 09005' Lintang Selatan (Gambar 1). Adapun batas-batas wilayah provinsi NTB memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Laut Flores  Sebelah timur : Selat Sape  Sebelah selatan : Samudera Hindia  Sebelah barat : Selat Lombok

Wilayah perairan pesisir Provinsi NTB terdapat dua pulau utama yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa yang tidak tergolong pulau kecil. Pulau-pulau kecil tersebar di perairan sekitar kedua pulau utama tersebut sebanyak 278 pulau kecil (Gambar 1). Dengan kondisi tersebut maka Provinsi NTB termasuk kelompok/kategori “Provinsi Kepulauan”. Adapun wilayah kabupaten yang seluruh kecamatanya tergolong wilayah pesisir adalah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Lombok Utara.

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

PETA WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (WP3K)

PENYUSUNAN DOKUMEN FINAL RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU

KECIL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Gambar 1. Peta Wilayah Pesisir dan Pula-Pula Kecil Provinsi NTB[8]

Disamping pertimbangan dari aspek meteorologi dan hidrologi, khususnya terkait karakteristik oseanografi fisik, dalam pemilihan tapak PLTN yang berkaitan dengan aspek

(4)

keselamatan, evaluasi aspek lain yang meliputi geologi, kegempaan, geofisika, kegunungapian, dan kejadian akibat ulah manusia juga telah dipertimbangkan. Kajian awal berdasar karakteristik oseanografi fisik di wilayah pesisir Provinsi NTB, akan diperoleh potensi tapak PLTN di wilayah pesisir Prov. NTB.

Dalam evaluasi karakteristik oseanografi, identifikasi sumber yang dapat memberikan potensi bahaya terhadap PLTN merupakan langkah awal dalam evaluasi. Pemahaman mengenai karakteristik suatu perairan ini diperlukan untuk mengetahui potensi dari suatu perairan tersebut sehingga pemanfaatan secara optimal dapat dilakukan. Demikian juga, berbagai faktor yang berpengaruh dalam evaluasi tapak adalah aspek keselamatan, aspek non keselamatan dan pertimbangan lain seperti abrasi, emisi gas, intrusi air laut dan lain-lain.

Di dalam dokumen WP3K untuk provinsi NTB, disebutkan bahwa pesisir NTB mempunyai banyak kawasan pantai yg telah berkembang sebagai kawasa pariwisata. Perairan WP3K Provinsi NTB dengan gelombang pantai yang tinggi dengan gelombang pecah plunging telah dikembangkan sebagai wisata surfing. Disamping juga terdapat potensi bencana yang dapat diakibatkan karena peristiwa alam, seperti gempa bumi, tsunami, gelombang ekstrim, gelombang laut berbahaya, letusan gunung api, banjir, kenaikan paras muka air laut, tanah longsor, erosi pantai, angin puting beliung, dan jenis bencana lainnya. Sedangkan bencana yang diakibatkan karena perbuatan orang meliputi jenis bencana: banjir, kenaikan paras muka air laut, tanah longsor, dan erosi pantai[8].

Terkait dengan penggunaan lahan pesisir, seperti kawasan konservasi, di NTB upaya konservasi bertujuan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENYUSUNAN DOKUMEN FINAL RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU

KECIL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PETA KAWASAN KONSERVASI

PROVINSI NTB

Gambar 2. Peta Kawasan Konservasi WP3K di Provinsi NTB Tahun 2016[8]

Hasil Identifikasi Karakteristik Oseanografi Fisik di Wilayah Pesisir Provinsi NTB

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik oseanografi di wilayah Provinsi NTB saat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pola dan Arah Arus

Data arus sangat diperlukan dalam penentuan tata letak program PLTN dan pendukungnya di pesisir pantai termasuk pendingin, maupun pengelolaan lingkungan laut[9]. Berdasarkan data sekunder, diketahui bahwa rata-rata kecepatan arus permukaan perairan Lombok selama setahun (2013) adalah berkisar antara 24 – 55 cm/det. Kecepatan arus tertinggi mencapai nilai lebih dari 40 cm/det terjadi pada bulan Januari, Maret dan tertinggi di bulan Juli 2013 mencapai 55 cm/det. Pada kondisi tersebut, wilayah yang terkena dampak paling tinggi adalah perairan teluk yang berada di daerah Lombok Bara, dimana terlihat arah arus hampir sepanjang tahun mengarah ke dalam perairan teluk yang berada di Kabupaten Lombok Barat tersebut.

(5)

Berdasarkan hasil pemodelan, arus laut di perairan NTB sangat dipengaruhi oleh fenomena pasang surut arah yang cenderung bolak balik. Pergerakan arus saat pasang, arus laut cenderung bergerak menuju darat dengan kecepatan 0-1.48 m/s (Gambar 3).

Gambar 3. Peta Arus Laut Perairan NTB (Kondisi Pasang)

Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh celah sempit di perairan NTB yang banyak terdapat pulau kecil dan pulau-pulau yang membentuk celah sempit, menjelaskan pola sebaliknya pergerakan arus keluar menuju laut lepas pada saat surut dengan kecepatan arus berkisar antara 0-0.78 m/s (Gambar 4).

Gambar 4. Peta Arus Laut Perairan NTB (Kondisi Surut)

Pasang Surut (Pasut)

Tipe pasang surut di perairan WP3K Provinsi NTB dipengaruhi oleh pasut dari Laut Flores dan dari Samudera Hindia yang keduanya bertipe campuran semi diurnal. Menurut DKP NTB (2015), hasil analisis data pengamatan pasang surut di Lembar diperoleh nilai komponen pasang surut utama sebagai berikut: S2 = 16, M2 = 27, K1 = 35 dan O1 = 23. Dari nilai komponen pasang surut tersebut diperoleh bilangan F sebesar 1,35. Dengan nilai F = 1,35 maka diketahui tipe pasang surut di perairan Selat Lombok dan sekitarnya adalah pasut campuran yang dominan ke harian ganda (Mixed Tide Predominantly Semi Diurnal) yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut.

Kondisi Pasang Surut di Nusa Tenggara Barat yang diperoleh dari stasiun pasang surut Badas (Gambar 5.) menunjukan bahwa tipe pasang surut di wilayah Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya adalah campuran ganda. Pasang surut campuran ganda berarti dalam sehari bisa terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, hal ini didukung dengan kondisi pasut realtime stasiun Badas periode 10 November-17 November 2015, yang menunjukkan pola campuran ganda.

(6)

Gelombang

Gelombang di laut dibedakan menjadi beberapa macam tergantung gaya pembangkitnya, misalnya gelombang angin (ombak), gelombang tsunami, gelombang pasang surut, dan lain-lain. Gelombang, terutama gelombang angin, dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai atau merusak pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai. Gelombang tidak hanya sebagai faktor utama mempengaruhi pantai, tetapi juga memiliki energi yang misterius. Ukuran dan bentuk gelombang di perairan pesisir yang dangkal tidak teratur, sedangkan gelombang di laut dalam cenderung lebih teratur dan ada hubungan yang jelas antara periode gelombang dengan panjang gelombang dan kecepatannya. Semakin besar periode gelombang maka panjang gelombang semakin besar dan kecepatannya pun semakin tinggi.gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai akan mengalami perubahan bentuk. Dari bentuk sinusoidal di laut dalam, gelombang menjadi semakin tajam sementara lembah gelombang menjadi semakin landai di laut transisi dan laut dangkal. Pada suatu kedalaman tertentu puncak gelombang sedemikian tajamnya sehingga tidak stabil dan pecah. Setelah pecah gelombang terus menjalar ke pantai, dan semakin dekat dengan pantai tinggi gelombang semakin berkurang.

Kondisi gelombang perairan NTB berdasarkan Stasiun Labuhan Badas (Gambar 6, Gambar 7) dengan tinggi signifikan 0,3-0,8 m sementara tinggi maksimumnya berkisar antara 0,5 -1,3 m, sementara angin berasal dari tenggara dan selatan dengan kecepatan berkisar 2-20 knot.

(7)

Gambar 7. Gelombang Barat perairan di Provinsi NTB[8]

Data Kawasan Rawan Gelombang Pasang menunjukkan beberapa daerah akan tergenang, seperti Tabel 1:

Batimetri

Batimetri adalah kontur kedalaman dasar laut. Informasi batimetri dalam pemilihan tapak PLTN sangat penting diperlukan. Hal ini terkait dengan kesesuaian suatu PLTN akan ditempatkan[10]. Data kedalaman perairan sepanjang pesisir Provinsi NTB diperoleh dari peta Zonasi Kawasan Pesisir NTB, menunjukkan data kedalaman laut perairan di wilayah Provinsi NTB cukup bervariasi. Peta batimetri Provinsi NTB diperoleh data dengan kedalaman cukup untuk ketersediaan pendingin reaktor dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Persyaratan umum air laut untuk pendingin, apabila semakin dalam perairan laut maka akan semakin baik perairan tersebut sebagai sumber air pendingin. Pada umumnya persyaratan untuk water intake adalah pada kedalaman 10-15 meter[10]. Semakin dekat jarak dari garis pantai untuk mendapatkan kondisi batimetri dengan kedalaman 10 – 15 meter, akan semakin baik dari sisi tataletak dan biaya konstruksinya. Disamping juga

(8)

diperoleh kondisi sedimentasi ataupun pendangkalan yang relatif tidak membuat perairan keruh.

Berdasarkan data sekunder terkait kedalaman perairan teluk, perairan laut Kawasan Strategis SAMOTA mempunyai karakteristik batimetri yang beragam juga. Batimetri perairan Kawasan Strategis SAMOTA pada sisi barat dan selatan (Kabupaten Sumbawa) tidak memiliki pola keteraturan kedalaman. Hal ini disebabkan karena di wilayah ini terdapat banyak pulau-pulau kecil dan takad-takad. Sedangkan di perairan sisi timur (Kabupaten Dompu) polanya relatif teratur dengan konfigurasi garis garis pantai. Secara umum, kondisi batimetri Kawasan Strategis SAMOTA di wilayah Kabupaten Sumbawa relatif landai dan dangkal dibandingkan dengan kondisi perairan di wilayah Kabupaten Dompu yang lebih curam dan sangat dalam. Kedalaman maksimum perairan Teluk Saleh mencapai 324 m.

Substrat Dasar Laut

Peta (Gambar 9) berikut menggambarkan peta sebaran substrat sedimen dasar laut di perairan provinsi NTB. Substrat merupakan faktor pendukung untuk media pelekatan karang pada suatu perairan. Substrat yang keras dan bersih dari lumpur diperlukan untuk pelekatan larva karang yang akan membentuk koloni baru. Substrat dasar perairan di perairan bagian Selatan Provinsi NTB terdiri substrat pasir, namun pesisir bagian Utara dominan terdiri pasir halus.

Gambar 9. Peta Tematik Substrat Sedimen[8]

Gambar 9 merupakan peta sebaran substrat sedimen dasar laut di perairan NTB.

Hasil Identifikasi Potensi Banjir dan Tsunami di Wilayah Pesisir Provinsi NTB:

Berdasar data sekunder, identifikasi penentuan tapak potensial PLTN di NTB, potensi terjadi Tsunami di pesisir di NTB cukup besar, seperti tertuang dalam peta tematik Potensi Tsunami berikut:

(9)

Gambar 10. Peta Multi Rawan Bencana di Provinsi NTB[8]

Gambar 10 menunjukkan peta sebaran potensi rawan bencana di daerah pesisir perairan provinsi NTB. Sebaran rawan bencana tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Lombok hampir semua daerah pesisir punya potensi terhadap rawan banjir dan terjadinya tsunami. Sedangkan di pulau Sumbawa masih ada beberapa daerah pesisir yang bebas dari rawan bencana baik rawan terhadap banjir pantai maupun tsunami.

Sebaran Potensi Tsunami

(10)

Kawasan Rawan Tsunami

Bencana alam dan/atau bencana akibat tindakan manusia, antara lain[11]:

1. Erosi/abrasi pantai yang terjadi antara lain di pesisir Gili Trawangan, Batulayar, Tanjung Karang, Gerung, Sekotong, Gerupuk, Gili Kondo, dan Sambalia.

2. Tsunami terjadi di Provinsi NTB tercatat minimal dua kali yaitu tahun 1815 akibat letusan Gunung Tambora dan pada tahun 1977 akibat gempa tektonik 6.1 SR. Provinsi NTB rawan terhadap ancaman bencana alam tsunami meliputi daerah pantai selatan dan barat Pulau Lombok (Teluk Sepi, Teluk Awang), selatan Sumbawa (Lunyuk dan Labangka, Teluk Cempi dan Teluk Waworada), utara Pulau Sumbawa (Teluk Bima, Teluk Saleh, Labuhan Sumbawa, Alas dsk).

3. Kenaikan muka air laut (sea level rise/SLR) terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Lombok Utara yang dicirikan dengan terendamnya sebagian lahan pertanian pangan (sawah) oleh air laut secara permanen.

4. Pencemaran perairan laut yang disebabkan oleh limbah hasil pengolahan pertambangan milik PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) di Kabupaten Sumbawa Barat.

5. Pencemaran laut perairan Selat Lombok yang dilakukan oleh kapal tanker yang melintas di ALKI II

Identifikasi lebih lanjut untuk peruntukan kawasan pesisir laut dalam Masterplan pola ruang darat dan laut, khususnya pengembangan Kawasan Teluk Saleh, Moyo dan Tambora (SAMOTA). Kawasan tersebut direncanakan sebagai kawasan pariwisata laut, kawasan budidaya, kawasan industri perikanan, transportasi laut, pelabuhan,juga kawasan budidaya mutiara, khususnya di pulau-pulau kecil yang ada di kawasan SAMOTA (Gambar12)[11].

(11)

Dengan kondisi daerah dengan peruntukan yang sudah tertuang dalam rencana tata ruang wilayah kawasan pesisir, tentunya pemilihan tapak PLTN di daerah kawasan SAMOTA akan disesuaikan dengan pola ruang di kawasan tersebut SAMOTA. Sehingga untuk studi selanjutnya diperlukan analisis yang lebih dalam dengan mempertimbangkan aspek lain dalam penentuan kesesuaian lahan terhadap tapak PLTN.

Identifikasi awal dari hasil studi data sekunder dan hasil ground check lapangan menunjukkan bahwa masih ada kawasan yang sesuai untuk peruntukan tapak PLTN di kawasan SAMOTA yang aman dari bencana banjir dan tsunami. Sedangkan secara keseluruhan pesisir provinsi NTB, kawasan tapak PLTN yang diperoleh menunjukkan kawasan pesisir dari segi potensi bencana, kawasan pesisir provinsi NTB, khususnya pulau Lombok sangat sedikit yang punya potensi sebagai kawasan tapak PLTN. Sedangkan di pulau Sumbawa dimungkinkan masih ada beberapa kawasan yang sesuai sebagai kawasan tapak PLTN. Terkait dengan potensi bahaya dari kejadian Tsunami atau Banjir pantai, kawasan tapak PLTN juga dapat diperoleh kawasan tapak yang sesuai. Tetapi hal ini diperlukan suatu studi untuk menerapkan batasan yang dapat diterima sebagai kawasan tapak PLTN dan studi rekayasa solution engineering sehingga tapak PLTN yang aman di kawasan pesisir NTB bisa ditentukan, sehingga perlu identifikasi lebih lanjut. Diperlukan identifikasi lebih lanjut hasil dari analisis kesesuaian tapak PLTN dari beberapa kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan tapak PLTN.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian awal tahap pra survei di wilayah pesisir NTB untuk aspek oseanografi fisik dan potensi bencana banjir serta tsunami, diperoleh daerah yang sesuai sebagai tapak PLTN. Di samping itu, wilayah pesisir di Teluk Saleh yang direncanakan sebagai Kawasan SAMOTA cukup sesuai sebagai tapak PLTN. Tetapi perlu disesuaikan dengan peruntukan setiap Kawasan pesisir yang telah tertuang dalam Masterplan rencana Tataruang Darat dan Laut. Disamping juga diperlukan identifikasi lebih lanjut untuk dapat dipastikan lokasi tapak aman dari aspek lain yang dipertimbangkan dalam pemilihan tapak PLTN yang aman dan layak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN)-BATAN yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian ini, Pemerintah Provinsi NTB yang telah membantu perolehan data dan Kepala Bidang Kajian Data Tapak yang telah mengarahkan dan memberi masukan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. PKSEN, Laporan Pra STudi Kelayakan PLTN di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Desember 2017.

2. WSP ENVIRONMENT AND ENERGY, Environmental Impact Assessment for The Proposed Nuclear Power Station (Nuclear-1) and Associated Infrastructure (Oceanographic Impact Assessment), Version 2, March 2011.

3. BAPETEN. Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2014 Tentang Evaluasi Tapak Instalasi Nuklir Untuk Aspek Meteorologi dan Hidrologi, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jakarta 2014.

4. IAEA. SSG-18, "Meteorological and Hidrological Hazards in Site Evaluation for Nuclear Installations, IAEA, Vienna, 2011.

5. IAEA. “Site Evaluation for Nuclear Installations”, IAEA Safety Standards Series No. NS-R-3 (Rev.1), International Atomic Energy Agency, Vienna, Austria, 2016.

6. HENI SUSIATI, YARIANTO SBS., JUNE MELLAWATI, Analisis Ketersediaan Data Oseanografi Dalam Mendukung Evaluasi Tapak PLTN Bangka Barat, Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V, Jakarta, 2012

7. AIDA HERIATI, EVA MUSTIKASARI DAN M. AL AZHAR, Variabilitas Pola Arus dan Gelombang di Selat Karimata, Jurnal Segara, Volume 11 No. 2, Desember 2015, 125-136

8. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT, Penyusunan Dokumen Final Rencana Zonasi Wilayah Pesisir, Mataram, 2016.

(12)

9. DWI HARYO ISMUNARTI, BASKORO R., Kajian Pola Arus di Perairan Nusa Tenggara Barat dan simulasinya Menggunakan Pendekatan Model Matematik, Buletin

Oseanografi Marina, Juli 2013, Volume 2, Jakarta, 2013.

10. YARIANTO SBS., Analisis Hidrologi dan Oseanografi dalam Seleksi Tapak PLTN di Wilayah Provinsi Banten, Jurnal pengembangan Energi Nuklir, Volume 8, No. 2, Desember 20016, Jakarta, 2006.

11. BAPPEDA PROVINSI NTB, Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 tahun 2010 Tentang Rencana Tataruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tahun 2009-2029, Mataram, 2008.

12. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN, PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT, Dokumen Final Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), Mataram, 2016.

13. BAPPEDA PROVINSI NTB, Masterplan Pengembangan Kawasan Strategis SAMOTA, Mataram, 2017.

DISKUSI/TANYA JAWAB 1. PERTANYAAN :

Apakah ada metode lain untuk pemetaan?

JAWABAN :

Ada, dengan interpretasi data citra satelit, salah satu contohnya

2. PERTANYAAN :

Mengapa tidak memakai weight?

JAWABAN :

Setelah data lengkap, akan dilakukan dengan metode pembobotan

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Pesisir dan Pula-Pula Kecil Provinsi NTB[8]
Gambar 2. Peta Kawasan Konservasi WP3K  di Provinsi NTB Tahun 2016[8]
Gambar 5. Tinggi Pasang Surut Real Time Stasiun Labuhan Badas Sumbawa
Gambar 6. Gelombang Timur perairan di Provinsi NTB[8]
+4

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi layer pada prinsipnya adalah untuk mempermudah penyuntingan gambar sehingga setiap kali akan menggambar di AutoCad sebaiknya dilakukan perencanaan layer

Karena Perpustakaan SD Negeri Ngabean Yogyakarta belum memiliki tenaga pustakawan yang berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, menyebabkan proses

• Terapi perkembangan seringkali bertolak belakang dengan terapi tingkah laku, yang biasanya paling baik dilakukan untuk mengajarkan keterampilan khusus pada anak, seperti

Siswa menyepakati tugas yang harus dilakukan berkaitan dengan klasifikasi huruf pada tipografi... Media dan

SPMI (SISTEM PEMETAAN MUTU SMK NEGERI 1 TAPEN KABUPATEN.

Dalam literatur lain, disebutkan pula kompetensi dan keterampilan yang perlu dimiliki konselor untuk melakukan konseling resolusi konflik interpersonal dalam upaya mewujudkan

Ketika melakukan pengukuran tentu saja akan terjadi proses comparasion yaitu membandingkan hasil yang dicapai dengan target atau standar yang telah ditetapkan, mungkin

Jenis lahan berpengaruh positif terhadap perilaku petani terhadap risiko, dengan nilai odds rasio sebesar 7,50 maka dapat dikatakan bahwa petani kubis pada lahan