• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI ODONTOGENESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI ODONTOGENESIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Odontogenesis

Definisi Odontogenesis

Odontogeny adalah asal usul dan perkembangan pembentukan gigi (Harty & Ogston, 1995). Odontogenesis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan gigi (Ten Cate, 2000).

Tahap Odontogenesis

Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama. tanda-tanda pertama perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia 5-6 minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang

Menurut McDonald (2000) dan Finn (2003), pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi:

1. Tahap Perkembangan Gigi

Tahap perkembangan adalah sebagai berikut (McDonald dan Avery, 2000; Finn, 2003):

A. Inisiasi (bud stage)

Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan bawah.

B. Proliferasi (cap stage)

Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

C. Histodiferensiasi (bell stage)

Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akanberdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblasyang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

(2)

D. Morfodiferensiasi

Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.

E. Aposisi

Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

2. Tahap Kalsifikasi

Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks oleh endapan dari suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium anorganik bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat (Itjiningsih, 1991).

Apabila kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak menyatu dan tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah di dalam daerah matriks eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Kekurangan-kekurangan seperti ini sangat mudah dikenali di dalam dentin (disebut interglobullar dentin), tetapi itu semua juga dapat dikenali walaupun tidak jelas dalam kalsifikasi tulang atau enamel (Itjiningsih, 1991).

Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-perubahan metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak seragam tetapi sifatya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari pertumbuhan individu. Bila terjadi gangguan pada tahap kalsifikasi ini akan menyebabkan kelainan struktur jaringan keras gigi misalnya hipokalsifikasi (Itjiningsih, 1991).

Erupsi Gigi

Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut. Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak mahkota gigi bergerak

(3)

dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal. Gigi desidui yang juga dikenal dengan gigi primer jumlahnya 20 di rongga mulut, yang terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, molar satu, dan molar dua dimana terdapat sepasang pada maksila dan mandibula masing-masing. Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, gigi insisivus sentralis mandibula yang merupakan gigi yang pertama muncul di rongga mulut, dan berakhir dengan erupsinya gigi molar dua maksila. Pergerakkan gigi yg sedang pertumbuhan dalam sumbu aksial, dari lokasi asalnya dalam tulang rahang ke posisi fungsional dalam rongga mulut berlangsung terus menerus sampai dengan permukaan gigi atas bertemu dengan permukaan gigi bawah (Itjiningsih, 1991).

Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepiu insial gigi menembus gingiva. Menurut Itjiningsih (1991) erupsi gigi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen. Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

A. Tahap praerupsi

Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami pertumbuhan pesat di bagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar kearah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka benih gigi bergerak kea rah oklusal.

B. Tahap prafungsional

Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai daratan oklusif. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat kea rah vertical. Selain bergerak kearah vertical, apda tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki posisi gigi berjejal didalam tulang rahang yang msih mengalami petumbuhan.

C. Tahap Fungsional

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak kearah oklusal, mesial dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujua untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpaksa selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.

(4)

Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi

Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun (Van der Linden, 1985). Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk (1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut :

A. Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch, dkk.,1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001). B. Faktor Ras

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian (Moyers, 2001). Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Stewart, dkk., 1982).

C. Jenis Kelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan (Clark, 1994).

D. Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001).

(5)

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain: 1. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers, 2001).

2. Nutrisi

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).

3. Faktor Penyakit

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982).

4. Faktor Lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975). Kegagalan Erupsi

Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi (Purba, 2004).

Ada dua faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi yaitu (Purba, 2004): A. Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu:

1. Kelainan dalam perkembangan benih gigi

Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi.

(6)

2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional

Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan prafungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulang alveolar.

3. Letak benih yang abnormal

Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke arah lingual, bukal dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami kesulitan dalam pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi.

B. Faktor-faktor kegagalan gigi yang berasal dari sekitar gigi 1. Tulang yang tebal dan padat

Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang yang sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus tulang yang tebal dan padat tersebut (Purba, 2004).

2. Tempat untuk gigi tersebut kurang

Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut (Purba, 2004).

3. Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat menyebabkan gigi tidak muncul kepermukaan (Purba, 2004).

4. Adanya gigi susu yang persistensi

Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen .kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang persistensi tersebut (Purba, 2004). Biokimia Jaringan Tulang Dan Gigi

Ilmu Biokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan berbagai molekul dalam reaksi kimia dan proses yang berlangsung dalam makhluk hidup. Jangkauan ilmu Biokimia sangat luas sesuai dengan kehidupan itu sendiri. Tidak hanya mempelajari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia, ilmu Biokimia juga mempelajari berbagai proses pada organisme mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pemahaman mengenai Ilmu Biokimia bermanfaat untuk memahami berbagai fenomena dalam mempelajari penyakit dan perkembangan ilmu kedokteran yang sangat pesat (Prijanti dkk., 2010).

(7)

Susunan Kimia Gigi 1. Email

Email gigi adalah jaringan yang paling termineralisasi dan merupakan struktur kristalin yang terdiri dari komponen anorganik 93-95%, komponen organik 1% dan air sekitar 4% yang diukur dari beratnya. Secara mikroskopis, sebagian besar struktur email tersusun oleh kristalit anorganik yaitu kristal hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) dengan pola orientasi yang khas. Komposisi ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik. Secara rinci Carlstom (1964) menyusun komposisi mineral anorganik dalam jumlah terbesar yaitu Ca, PO4, CO2, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F, Fe, Mn, Ag, Zn. Ion kalsium dan fosfat merupakan komponen anorganik yang penting dalam kristal hidroksiapatit.Sifat fisik email yang berupa kekerasan dan ketahanan kimia sangat berbeda dari dentin, tulang dan sementum. Walaupun empat jaringan ini termineralisasi dengan hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting antara email dan jaringan lain. Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari 20% kolagen sedang email hanya 0.6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-kira sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen sehingga volume kristal di email setidaknya 1000 kali lebih besar. Meskipun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral email akan menurunkan kekerasannya (FKG USU, 2011).

Garam-garam mineral organik tersusun dalam bentuk jaringan-jaringan kecil yaitu terdiri dari :

 keratin (pseudokeratin) : C4H9N3O2

 protein : Enamelins, amelogenins dan albumin.  Kolagen : Hydroxyproline, C5H9O3N

 lemak : CH3(CH2)2CO2H

 asam-asam amino lainnya : Aspartic acid, Threonine, Serine, Glutamic acid, Proline, Glycine, Alanine, Valine, Methionine, Isoleucine, Leucine, Tyrosine, Phenylalanine, Lysine, Histidine, Arginine (FKG USU, 2011).

(8)

Ion fluorida amat esensial pada pembentukan dan perkembangan enamel, sebab dapat menggantikan gugus hidroksil sehingga membentuk fluorapatit (Ca10(PO4) 6(F) . Fluorida tersebut berasal dari lingkungan mulut misalnya saliva sehingga fluoridasi paling banyak terjadi di enamel bagian luar, hal ini amat penting untuk mempertahankan keutuhan enamel sebab fluorapatit lebih sukar larut dibandingkan dengan hidroksiapatit (FKG USU, 2011).

Secara mikroskopis struktur email terlihat berpori, karena itu email mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan atau minuman. Ion-ion saliva dapat berdifusi masuk kedalam email sehingga semakin bertambah umur pasien, maka semakin keras emailnya.Sifat fisik email yang berupa kekerasan dan ketahanan kimia sangat berbeda dari dentin, tulang dan sementum. Walaupun empat jaringan ini termineralisasi dengan hidroksiapatit, akan tetapi terdapat dua perbedaan penting antara email dan jaringan lain.Pertama, tulang, dentin dan sementum terdiri dari 20% kolagen sedang email hanya 0.6%. Kedua, kristal apatit di email adalah kira-kira sepuluh kali lebih besar dan lebih tebal daripada yang dikalsifikasi kolagen sehingga volume kristal di email setidaknya 1000 kali lebih besar. Meskipun email merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral email akan menurunkan kekerasannya (FKG USU, 2011).

2. Dentin

Dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen 18% dan hidroksiapatit 70%).Dentin merupakan struktur penyusun gigi terbesar, atap bagi rongga pulpa, menyerupai struktur tulang, komposisinya adalah mineral 69.3%, organik 17.5 %, air 13.2 % (FKG UI, 2010). Pembentukkan dentin dapat dilkukan dengan tiga cara, yaitu: mensintesis dan mensejresi matriks anorganik, memasukkan komponen anirganik kedalam matriks entin yang baru terbentuk dan menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks (FKG USU, 2011).

3. Pulpa

Pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar, unsur utama: odontoblast, fibroblast, serabut kolagen halus, dan glikosaminoglikan, ruang pulpa meliputi : kamar pulpa, saluran akar, foramen apikal. Pulpa gigi merupakan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah dan saraf yang terdapat dalam rongga gigi. Pulpa memiliku lima fungsi utama yaitu induktif, formatif, nutritif, defensif dan sensatif (FKG UI, 2010).

(9)

2.4 Struktur Gigi

Secara garis besar, struktur gigi dibagi menjadi dua bagian berikut (Harshanur, 1991) :

2.4.1 Dilihat Secara Makroskopis (Menurut Letak dari Email dan Sementum)

1. Mahkota atau korona ialah bagian yang dilapisi jaringan enamel atau email dan normal terletak diluar jaringan gusi atau gingiva.

2. Akar atau radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar dari maksila dan mandibula.

3. Garis servikal atau cemento enamel junction ialah batas dari jaringan sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi.

4. Ujung akar atau apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi.

5. Tepi insisal (insisal edge) ialalah suatu tonjolan kecil dan panjang pada bagian korona pada gigi insisive yang merupakan sebagian permukaan insisive dan yang digunakan untuk memotong atau mengirim makanan. Tonjolan atau cusp ialah tonjolan pada bagian korona pada gigi caninus dan gigi posterior, yang merupakan bagian dari permukaan oklusal (Harshanur, 1991).

Dilihat Secara Mikroskopis

Struktur atau susunan dari tiap-tiap gigi manusia terdiri dari menurut Harshanur (1991) : 1. Jaringan keras ialah jaringan yang mengandung bahan kapur terdiri dari

jaringan email atau enamel atau glasir, jaringan dentin atau tulang gigi, dan jaringan sementum. Email ialah bagian atau bentuk luar yang melindungi dentin. Email berasal dari jaringan ektoderm, susunannya agak istemewa yaitu penuh dengan garam-garam CA. Bila dibandingkan dengan jaringan-jaringan gigi yang lain email adalah jaringan yang paling keras, yang paling kuat oleh karena itu ia merupakan pelindung gigi yang paling kuat terhadap rangsangan-rangsangan pada waktu pengunyahan. Email tidak mempunyai kemampuan untuk bagian-bagian yang rusak, jadi bila email sekali saja rusak harus ditambal.

(10)

Sebab-sebab kerusakan email :

a. Abrasi : karena mekanis misalnya karena menyikat gigi dengan cara yang salah.

b. Erosi : karena khemis misalnya karena suka makan makanan yang mengandung cuka (asam) atau minum air yang mengandung zat kemis (misalnya Pb)

c. Astrisi : karena banyaknya dipakai untuk mengunyah.

Dentin merupakan bentuk pokok dari gigi pada satu pihak diliputi oleh jaringan email (korona) dan pada pihak lain diliputi oleh jaringan sememntum (akar),merupakan bagian terbesar dari gigi dan merupakan dinding yang membatasi dan melindungi jaringan yang berisi pulpa. 2. Jaringan lunak yang menyokong gigi dikenal dengan gusi. Dibagian bawah

gusi terdapat rongga-rongga tempat melekatnya gigi yang disebut tulang gigi. Bagian gigi yang melekat pada tulang gigi disebut akar gigi, dibagian dalam akar gigi ada rongga yang disebut pulpa gigi. Jaringan pulpa ialah jaringan yang terdapat dalam rongga sampai foramen apikal, umunya mengandung bahan dasar (gronsubsten), bahan perekat, sel saraf yang peka sekali terhadap rangsangan mekanis, termis dan kimia, jaringan limfe (cairan getah bening), jaringan ikat dan pembuluh darah arteri dan vena. 3. Rongga pulpa terdiri atas :

a. tanduk pulpa atau pulphorn yaitu ujung pulpa.

b. Ruang pulpa / pulpchamber yaitu ruang pulpa di korona gigi.

c. Saluran pulpa pulpkanal yaitu saluran di akar gigi, kadang-kadang bercabang dan ada saluran tambahan.

d. Koramen apikal yaitu lubang di apeks gigi, tempat masuknya jaringan pulpa di rongga pulpa.

(11)

2.5 Struktur Perkembangan Benih Gigi

Tahap 1 - Inisiasi

(12)

Tahap 3 - Histodiferensiasi

(13)

Tahap 5 – Aposisi menurut Cate (1998) adalah :

1. Ektodermis: Lapisan benih luar dari 3 lapisan benih primitif dari embrio yang sedang berkembang (saraf, kulit, email, membran mukosa mulut).

2. Mesodermis: Lapisan benih tengah suatu embrio (antara ektodermis dan endodermis).

3. Lapisan Basal: Lapisan paling dasar dari epitelium.

4. Membran Dasar: Suatu lembaran tipis yang mendasari epitelium. 5. Bud: Suatu penebalan dari jaringan ektodermal.

6. Epitelium: Lapisan sel tipis yang membatasi atau menutupi permukaan dalam atau luar tubuh.

7. Jaringan Mesenkim: Jaringan ikat embrional yang mampu berkembang menjadi berbagai macam jaringan ikat (tulang, tulang rawan, darah, jaringan limfe).

8. Organ Enamel: Disebut juga sebagai dental organ, yaitu semacam sel agregasi yang terlihat secara histologis pada perkembangan gigi. Terletak di atas kondensasi dari sel ektomesenkim yang disebut papilla gigi.

9. Stellat Retikulum: Suatu jaringan yang bentuknya menyerupai bintang- bintang dan mensintesis glikosaminoglikan.

10. Papilla Gigi: Jaringan yang sebagian masuk dalam organ email pembentuk dentin yang kemudian akan menjadi jaringan pulpa.

11. Kantung Gigi: Bagian yang ke depannya akan membentuk lapisan sementum.

12. Dental Lamina: Suatu penebalan jaringan epitel.

13. Dental Epitelium Luar: Disebut juga enamel epitelium eksternal, yaitu semacam lapisan berbentuk sel- sel kubus pada batas luar (periferal) organ enamel pada masa perkembangan dan pertumbuhan benih gigi. Pertama kali terlihat pada saat bell stage.

14. Dental Epitelium Dalam: Disebut juga enamel epitelium internal, yaitu semacam lapisan sel berbentuk kolom- kolom yang letaknya melingkar di dekat papilla gigi. Pertama kali terlihat pada waktu bell stage.

(14)

15. Tulang Alveolar: Tulang yang memiliki fungsi sebagai penahan gigi geligi.

Perbedaan gigi dan tulang

Gigi dan tulang keras, putih dan mengandung kalsium. Tetapi, itu tidak membuat keduanya sama. Gigi sangat berbeda dengan tulang tubuh. Gigi terdiri dari kalsium, fosfor, dan mineral lainnya. Tulang mengandung kalsium, fosfor, natrium dan mineral lainnya, namun sebagian besar terdiri dari kolagen protein. Kolagen itu hidup dan memberikan kerangka yang fleksibe sehingga memungkinkan tulang untuk menahan tekanan. Sedangkan kalsium mengisi ruang di sekitar kerangka itu dan membuat tulang cukup kuat untuk menopang berat tubuh (Sherwood,2001).

Bagian luar tulang terdiri dari periosteum, sebuah membran padat, halus dan licin yang melapisi permukaan terluar tulang. Periosteum mengandung osteoblast atau sel yang dapat memproduksi pertumbuhan tulang baru dan perbaikanTulang tidak sekuat gigi. Gigi, sebagian besar terdiri dari jaringan kalsifikasi yang disebut dentin. Dentin Gigi tercakup dalam email yang keras. Tidak seperti tulang, gigi tidak dapat menyembuhkan diri sendiri atau tumbuh kembali jika rusak. Sedangkan tulang, ketika patah, sel-sel tulang baru terburu-buru untuk mengisi kesenjangan dan memperbaikinya. Perbedaan lain antara gigi dan tulang adalah sumsum tulang menghasilkan sel darah merah dan putih, sementara gigi tidak. Tulang menerima suplai darah dari sejumlah arteri yang melalui periosteum. Meskipun ketika gigi berdarah gigi menyembulkan sesuatu yang terlihat seperti sumsum, itu sebenarnya sesuatu yang disebut pulpa gigi, bagian hidup setiap gigi yang mengandung saraf, arteri dan vena yang membujur hingga ke tulang rahang. Saraf itulah yang menyebabkan kita merasa sakit gigi. Perbedaan terakhir adalah gigi kita telanjang, sedangkan tulang tersimpan di bawah kulit (Sherwood,2001).

(15)

Macam-Macam Kelainan Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Ada banyak jenis kelainan pada gigi dan mulut. Saking banyaknya, sampai-sampai harus ada Fakultas Kedokteran Gigi yang didirikan otonom, terpisah dari Fakultas Kedokteran. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan salah satu macam kelainan yang sering ditemukan. Pada umumnya, kelainan tersebut disebabkan oleh faktor herediter (keturunan), gangguan perkembangan, dan gangguan metabolik (Linden, 1985).

Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi diklasifikasikan menjadi : 1. Kelainan Jumlah Gigi.

Disebabkan adanya gangguan selama proses inisiasi ketika terjadi perkembangan lamina dental dan tahap tuntas. Kelainan bersifat herediter. Macam – macam kelainan jumlah gigi :

 Supernumerary teeth.

Adalah bentuk gigi tambahan di antara dua gigi dengan bentuk dan ukuran abnormal.

 Anodontia.

Adalah tidak berkembangnya sebagian atau seluruh gigi. Anodontia ada yang sifatnya total yakni tidak ada sama sekali gigi pada rahang. Dan ada juga yang sifatnya parsial yakni masih terdapat sejumlah gigi pada rahang. Gigi yang sering mengalami anodontia parsial adalah insisivus lateral atas, molar (geraham belakang) tiga atas dan bawah, dan premolar (geraham depan) dua bawah.

2. Kelainan Bentuk Gigi.

Macam – macam kelainan bentuk gigi :

 Geminasi : Adalah kelainan gigi yang terjadi karena satu benih gigi terbagi dua pada proses invaginasi, sehingga terbentuk dua gigi yang tidak sempurna.

 Fusi : Adalah penyatuan sebagian atau seluruh dua benih gigi selama pertumbuhan. Secara klinis terlihat sebuah gigi yang besar dan jumlah gigi dalam rahang kurang.

 Konkresens : Adalah salah satu bentuk fusi yang terjadi setelah akar terbentuk sempurna, sehingga penyatuan hanya terjadi pada sementum akar gigi.

(16)

 Dilaserasi : Adalah penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubunganaksial antara mahkota dan akar berubah.

 Dens in dente : Adalah gigi yang terbentuk dalam gigi. Kelainan ini dapat menyebabkan retensi sisa makanan, sehingga timbul karang gigi.

 Taurodontia : Adalah pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi.

 Akar dan Tonjol Gigi Tambahan : yaitu terdapat cabang atau akar tambahan dengan saluran akar utama pada 1/3 apeks akar.

 Akar Bersegmen : Adalah akar yang terpisah dari bagian yang lain sehingga menjadi dua segmen.

 Akar Pendek : Pertumbuhan akar yang tidak sempurna karena kelenjar hipofisis kurang aktif, sehingga akar pendek sedangakan mahkota normal.

 Hipersementosis : Adalah sementum yang berlebihan di sekitar akar gigi karena kelainan lokal atau sistemik, misalnya akibat inflamasi pulpa atau gangguan metabolik.

 Mutiara Enamel ( Enameloma ) : Adalah suatu endapan email kecil disekitar apikal dentin akibat pertautan sementum dan email seperti mutiara.

 Gigi Hutchinson : Adalah bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital.

 Odontoma : Adalah pembentukan abnormal jaringan gigi karena gangguan pada folikel akibat trauma atau infeksi.

3. Kelainan Warna Gigi. Di klasifikasikan menjadi :

 Gigi Kuning.

 Gigi Coklat.

 Gigi Biru sampai biru kehijauan.

 Gigi putih atau opak kekuningan.

 Gigi Coklat Kemerahan.

 Gigi Coklat Keabu – abuan.

 Diskolorasi beberapa warna. 4. Kelainan Struktur Jaringan Gigi.

Terjadi karena ketidakseimbangan pertumbuhan sebagian atau seluruh jaringan gigi.

(17)

Kelainan ini di klasifikasikan :

 Sindrom Herediter.

Pada enamel berupa amelogenesis imperfekta, yaitu hipokalsifikasi enamel herediter dan hipoplasia enamel herediter.

 Manifestasi Penyakit Lain.

Dental fluorosis, hipoplasia akibat penyinaran dengan radiasi, hipoplasia karena kekurangan vitamin D.

5. Kelainan Erupsi Gigi. Di klasifikasikan menjadi :

 Erupsi Prematur.

Erupsi yang terjadi sebelum waktunya. Terdapat gigi sulung atau gigi tetap pada waktu bayi dilahirkan atau pada usia beberapa hari.

 Erupsi Lambat.

Erupsi yang terjadi melewati waktu yang seharusnya.

 Ankilosis.

Adalah tidak terdapat membran periodontal diantara akar gigi dan tulang, sehingga gigi langsung melekat pada tulang.

6. Kelainan Ukuran Gigi. Di klasifikasikan menjadi :

 Mikrodontia ( dwarfisme ).

Adalah ukuran gigi lebih kecil dari normal.

 Makrodontia.

Adalah ukuran gigi lebih besar daripada gigi normal. Terbagi menjadi, True mcrodontia terjadi pada seluruh gigi penderita gigantisme, sedangakan False macrodontia terjadi pada beberapa gigi dan biasanya insisivus dan kaninus

(18)

Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99 persen total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan ekstravaskuler (Almatsier , 2004).

Fungsi dan Peranan Kalsium

Kalsium mempunyai peran penting didalam tubuh, yaitu dalam pembentukan tulang dan gigi; dalam pengaturan fungsi sel pada cairan ekstraselular dan intraselular, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (FKM UI, 2007). Pembentukan tulang Almatsier (2004) menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi : (a) sebagai bagian integral dari struktur tulang, (b) sebagai tempat menyimpan kalsium. Proses pembentukan tulang dimulai pada awal perkembangan janin, dengan membentuk matriks yang kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan cikal bakal tulang tubuh. Matriks yag merupakan sepertiga bagian dari tulang terdiri atas serabut yang terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin. Segera setelah lahir matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombiasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Karena kalsium merupakan mieral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks mengandung kalsium, fosfat, magnesium, seng, natrium bikarbonat, dan fluor, selain hidroksipatit (Almatsier, 2004). Selama kehidupan, tulang selalu mengalami perubahan baik dalam bentuk maupun kepadatan, sesuai dengan usia dan perubahan berat badan. Menurut Krummel (1996), faktor yang mempengaruhi kalsifikasi/penulangan adalah genetik (untuk menentukan massa tulang); hormon seks dan aktivitas fisik (untuk mempengaruhi metabolisme tulang); dan berat badan berbanding terbalik dengan risiko patah tulang. Pembentukan gigi Mineral yang membenuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah dan luar dari gigi adalah minerla yang sama dengan pembentuk tulang, yaitu hidroksiapatit. Namun, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam dentin adalah kolagen. Pertukaran anatra kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung dengan lambat dan terbatas pada kalsium yang terdapat dalam lapisan dentin. Sedikit pertukaran

(19)

mungkin juga terjadi diantara saliva dan email gigi. Kekuranag kalsium selama masa pembentukan gigi dapat menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap kerusakan gigi (Almatsier, 2004).

Kalsium secara nyata diperlukan untuk pertumbuhan kerena bagian penting dalam pembentukan tulang dan gigi, juga dibutuhkan dalam jumlah yang lebih kecil untuk mendukung fungsi sel dalam tubuh. Penelitian di jepang menyebutkan bahwa orang yang diet rendah kalsium lebih pendek dibandingkan dengan diet kalsium yang adekuat. Dalam masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan kalsum dan kebutuhan kalsium meningkat. Setelah perumbuhan terhenti, kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium (peak bone mass) bersama akan tetap bertambah sampai usia sekitar 30 tahun. Setelah peak bone mass tercapai, jumlah tulang akan menurun, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan antara reabsorpsi dan pembentukan tulang. Konsumsi kalsium adalah salah satu mekanisme yang dapat membantu pertumbuhan tulang dan mencegah kehilangan tulang (bone loss), karena tubuh biasanya mencapai peak bone mass antara umur 25-30-an, adalah waktu yang ideal untuk melakukan pencegahan selama tahun-tahun diperguruan tinggi (Tucker, Snelling, dkk, 2002). Pembekuan darah Bila terjadi luka, ion kalsium dalam darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini mengatalisis perubahan protrombin bagian darah normal, menjadi trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lan dari darah, menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah (Sherwood, 2001). Katalisator reaksi-reaksi biologik Kalsium berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologik, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi ini diambil dari pesediaan kalsium dalam tubuh (Almatsier, 2004). Kontraksi otot Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, otot tidak bisa mengendur sesudah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat menimbulkan kejang. Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi transpor membra sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator membran, dan transmisi ion melalui membran organel sel (Almatsier, 2004).

Pentingnya Kalsium bagi ibu hamil

Pada masa kehamilan, kalsium dibutuhkan terutama kala memasuki trimester kedua dan ketiga masa kehamilan. Pada trimester kedua itulah janin mulai tumbuh dengan pesat

(20)

dibandingkan masa sebelumnya. Bahkan kecepatan pertumbuhan berat badannya diperkirakan mencapai 10 gram per hari. Jadi kebutuhan akan kalsium meningkat pesat selama masa kehamilan (Beni, 1998).

The National Academy of Sciences dan National Osteoporosis Foundation di Amerika Serikat merekomendasikan wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak kalsium, yaitu setidaknya 1500 mg/hari. Jauh lebih banyak dibanding kebutuhan kalsium pada manusia biasa yang hanya 1.000 mg per hari. Ibu yang tidak mengonsumsi cukup kalsium dari makanan memerlukan suplemen kalsium tambahan (Beni, 1998).

Penyerapan kalsium dapat ditingkatkan dengan asupan vitamin D (yang berasal dari sinar ultraviolet pagi hari pada pukul 07.00-08.00) yang dikonsumsi bersamaan dengan makanan sumber kalsium yang dapat berasal dari nabati seperti sayuran daun hijau, biji-bijian, kacang-kacangan. Sedangkan dari hewan diantaranya adalah daging, telur, susu dan produk dari susu. Penyerapan kalsium juga kurang optimal apabila asupan kalsium dalam makanan berlebih karena darah sudah tidak dapat menyerap kalsium. Hindari juga makan terlalu banyak serat, karena serat dapat menghambat penyerapan kalsium di dalam usus. Serat yang berlebihan akan menurunkan waktu transit makanan di dalam sel cerna. Akibatnya, kesempatan tubuh untuk mengabsorpsi kalsium dengan maksimal jadi berkurang. Selain itu, stres mental atau fisik juga cenderung menurunkan kemampuan tubuh dalam menyerap kalsium (Beni, 1998).

Konsumsi kalsium dalam porsi sedang dengan interval pendek hingga 4-6 jam lebih efektif dibanding konsumsi kalsium dalam jumlah banyak sekaligus. Konsumsi susu hamil pagi dan sore lebih disarankan dibanding meminum dua gelas sekaligus pada satu waktu. Dalam memenuhi kebutuhan kalsium dalam tubuh hindari mengonsumsi alkohol, merokok, minuman soda dan minuman berkafein (teh dan kopi) lebih dari 3 gr per hari. Serta rutinlah dalam beraktifitas fisik yang mungkin dilakukan selama kehamilan (Beni, 1998).

Beberapa kondisi yang disebabkan karena kurangnya asupan kalsium saat kehamilan menurut Beni (1998)antara lain :

1. Kram Selama Hamil

Kekurangan kalsium, rendahnya kadar potasium dan tingginya kadar fosfor serta dengan semakin besarnya beban kehamilan maka saraf-saraf yang mengarah ke kaki juga tertekan sehingga daerah itu lebih mudah tegang.

Untuk mengurangi ketegangan pada kaki, cara yang paling praktis adalah dengan melakukan peregangan. Luruskan kaki dan secara perlahan gerakkan pergelangan juga jari-jemarinya. Pijatlah bagian yang sakit dan hangatkan otot-ototnya dengan

(21)

botol yang berisi air hangat. Cara lain yang lebih mudah adalah cukup sekadar berdiri dan berjalan-jalan.

2. Tulang Ibu Mudah Keropos

Bila kebutuhan akan kalsium selama masa kehamilan tidak dipenuhi dari luar, maka janin akan mengambil cadangan kalsium ibu yang tersimpan dalam tulang. Akibatnya, rangka tulang ibu lebih cepat menjadi rapuh karena saat itu terjadi demineralisasi pada tulang ibu.

3. Pertumbuhan Tulang Janin Tidak Sempurna

Bila hal itu terjadi, biasanya akan timbul gangguan elektrolit pada ibu yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada janin. Dampaknya, pertumbuhan janin bisa terganggu. Saat lahir kemungkinan bayi akan memiliki bentuk tulang yang tidak bagus dan mudah rapuh.

4. Rakitis

Penyakit tulang (rakitis) umumnya disebabkan kandungan kalsium pada ASI yang diberikan juga kurang. Bayi yang menderita rakitis biasanya mengalami gejala awal berupa kejang otot (tetanus).

5. Duduk dan merangkak terlambat

Pada bayi yang sudah agak besar, gejala kekurangan kalsium bisa berupa terlambatnya masa perkembangan kemampuan duduk dan merangkak. Bahkan sebagian bayi ada pula yang mengalami penundaan penutupan ubun-ubun (fontanel). Sebaliknya, bila kebutuhan akan kalsium tercukupi selama masa kehamilan, menurut British Medical Journal, anak-anaknya bakal terlindung dari resiko hipertensi.

Pengertian Food Suplemen

Food suplemen atau dietary suplemen adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat yang dikemas dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, ta blet, bubuk atau cairan yang berfungsi sebagai pelengkap kekurangan zat gizi dalam tubuh. Makanan penunjang ini umumnya terbuat dari bahan-bahan alami yang diracik tanpa tambahan zat-zat kimia, meskipun ada beberapa vitamin tertentu dibuat secara sintetis. Di Indonesia, makanan suplemen digolongkan sebagai nutraceutical (masuk dalam golongan makanan). Itulah sebabnya oleh pemerintah makanan suplemen boleh dijual secara bebas. Namun tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit tertentu seperti halnya obat (Kariyadi, 1998).

(22)

Cakupan Food Suplemen

Cakupan food suplemen meliputi vitamin, mineral, enzim, asam amino, hormon, herba, antioksidan dan probiotik ( Femi, Syamsir, dan Iwan, 2006 ).

A. Vitamin

Vitamin berfungsi membantu metabolisme tubuh dan produksi energi. Vitamin terdiri dari vitamin larut lemak ( A, D, E, K ) dan vitamin tidak larut lemak (B, C, asam folat, Biotin).

B. Mineral

Mineral sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk proses metabolisme. Mineral dibagi dalam 2 kelompok yaitu mineral mikro (boron, kromium, kobalt, copper, flourida, iodin, besi, mangan, molybdenum, selenium, silikon, vanadium, seng) dan mineral makro (kalsium, fosfor, kalium, natrium klorida, magnesium, sulfur).

C. Enzim

Enzim berperan dalam proses metabolisme tubuh. Enzim banyak terdapat dalam makanan segar karena enzim sangat sensitif terhadap panas dan akan rusak dalam proses pemasa kan dan pasteurisasi.enzim adalah biokatalisator spesifik yang berg abung dengan koenzim (vitamin dan mineral) yang menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.

D. Asam Amino

Asam amino dapat didefinisikan sebagai kumpulan besar satuan organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein. Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada protein, dan protein sangat bergantung pada tersedianya asam amino. Asam amino terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu asam amino esensial (asam amino yang tidak bisa disintes a oleh tubuh) dan asam amino non esensial (asam amino yang dapat disintesa olah tubuh).

E. Hormon

Hormon adalah suatu zat kimia yang diproduksi tubuh secara spesifik dan berperan mengatur berbagai proses fisiologis tubuh yang menentukan siapa kita, dimulai dari pertumbuhan, reproduksi metabolisme yang membuat kita

(23)

tetap hidup. Hormon juga membedakan jeni kelamin kita. Hormon dikelompokkan dalam 3 kategori besar yaitu : (1) hormon seks (termasuk hormon pertumbuhan dan penuaan), (2) hormon metabolisme (yang mengatur perubahan makanan menjadi bahan bakar) dan (3) hormon stres (yang mengendalikan respon t ubuh terhadap rangsangan yang kita terima).

F. Herba

Pengobatan herba adalah cara pengobatan yang aman dan efektif dengan menggunakan bahan – bahan dari tanaman. Pengobatan herba merupakan sistem pengobatan holistik yang mengarah pada usaha mengembalikan mekanisme tubuh un tuk menyembuhkan dirinya sendiri.

G. Antioksidan

Antioksidan adalah segala bentuk substansi yang pada kadar rendah secara bermakna dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi (proses dimana terjadi pengurangan atau pemindahan jumlah elektron dalam reaksi kimia). Jenis antioksidan yang beredar di pasaran adalah vitamin C, vitamin E, koenzim Q10, N-asetilsistein (NAC), dan beta karoten.

H. Probiotik

Probiotik membantu proses pencernaan dengan cara memecah makanan menjadi komponen – komponen individualnya seperti lemak, asam amino, karbohidrat, vitamin, mine ral agar bisa diserap oleh tubuh. Probiotik juga meningkatkan penyerapan mineral, mensintesa mikrontrien terutama vitamin B2, B6, B12, K, Bi otin, dan Asam folat. Probiotik mengaktifkan sistem kekebalan umum dan yang penting berperan dalam mencegah dan membatasi pertumbuhan bakteri patogen yang jahat ( Vitahealth, 2006 ).

Manfaat Food Suplemen

Secara umum manfaat food suplemen menurut Vitahealth (2006) adalah sebagai berikut : 1. Mencegah terjadinya penurunan kualitas nutrisi bagi tubuh

2. Mencegah penurunan kualitas gaya hidup

3. Memenuhi kebutuhan tubuh akan kom ponen utama nutrisi yang meliputi karbohidrat, lemak, asam lemak esen sial, protein, asam amino, air, vitamin, mineral, enzim, antioksidan, karotenoid, flavonoid, alkaloid, dan fitoestrogen .

(24)

4. Menghindarkan kekurangan gizi akibat pola makan tidak teratur dan tidak sehat

5. Membantu mengembalikan vitalitas tubuh.

Kebutuhan gizi ibu hamil

Menurut lailiyana (2010) kebutuhan gizi ibu habila adalah :

 Kalori

kebutuhan kalori meningkat karena peningkatan laju metabolisme basal dan karena penambahan berat badan, peningkatan kebutuhan kalori kurang lebih 15% (200-300 kalori) setiap harinya dibanding sebelum ibu hamil. Kekurangan kalori pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi mengalami BBLR, ibu kelelahan dan pusing.  Protein

kebutuhan protein meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan amnion pertumbuhan jaringan maternal dan penambahan volume darah. Kebutuhan protein pada ibu hamil adalah 1-1’7 g/kg BB/hari. Bahan pangan yang dianjurkan sebaiknya 2/3-nya dari sumber hewani. Kekurangan protein pada ibu hamil mengakibatkan anemia, abortus, endema bayi lahir dengan BBLR dan IUGR.

 Zat besi

Kebutuhan zat besi mengingkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah serta persiapan darah yang akan hilang saat melahirkan. Peningkatan kebutuhan zat besi 100-300%. Ibu hamil dianjurkan mendapatkan suplemen zat besi 30-60 mg/hari selama trimester II dan III dan diteruskan sampai 3 bulan pasca-partum. Kekurangan zat besi pada ibu hamil mengakibatkan anemia (5L), partus lama, dan pendarahan pasca-partum.

 Asam folat

Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Kurang lebih 24-60% wanita di negara maju dan berkembang mengalami kekurangan asam folat karena asam folat dalam makanan tidak cukup untuk memenuhi

(25)

kebutuhan wanita hamil. Dianjurkan sebelum konsepsi dan selama hamil, wanita hamil mendapat suplemen asam folat 400 µg setiap hari. Kekurangan asam folat pada ibu hamil mengakibatkan anemia, kelelahan, gangguan tidur, kejang pada kaki, cacat bawaan pada bayi (anesefali dan spinda bifida).

 Kalsium

metabolisme kalsium selama hamil berubah secara mencolok, kadar kalsium dalam darah menurun drastis sampai 5% dibanging tidak hamil. Asupan yang dianjurkan kurang lebih 1200 mg/hari bagi ibu hamil di atas 25 tahun dan 800 mg/hari untuk ibu hamil berusia lebih muda. Kekurangan kalsium pada ibu hamil mengakibatkan hipokalsemiam tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia email bayi, osteomalasia pada ibu hamil.

 Iodium

oleh karena bahan yang ditimbulkan akibat kekurangan iodium pada wanita hamil yaitu kretinisme pada janin, keorksi terhadap kekurangan iodium sebaliknya dilakukan sebelum atau selama tiga bulan pertama kehamilan. Asupan yang dianjurkan untuk wanita hamil adalah 200 µg/hari. Kekurangan iodium pada ibu hamil menimbulkan hipotiroidisme pada janin yang dapat berlanjut dengan kerusakan saraf dan kretinisme.

 Vitamin b₁₂

Peningkatan kebutuhan b₁₂ hanya 10% dibanding sebelum hamil. Namun mengingat fungsinya yang sangat penting dalam pembentukan sel darah merah dan sangat jarang terdapat dalam pangan sumber nabati, suplemen juga diperlukan untuk ibu hamil. Asupan yang dianjurkan untuk ibu hamil berkisar 3 µg/hari. Kekurangan b₁₂ pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia pernisiosa dengan gejala rasa letih yang hebat, diare, depresi, mengantuk, pucat dan mudah tersinggung.

(26)

 Defisiensi gizi dan pengaruh lain yang membahayakan janin seperti penggunaan obat, vitamin A dosis tinggi, radiasi atau trauma dapat merusak atau menghambat perkembangan janin selanjutnya.

 Sebagian besar keguguran terjadi pada masa kini, bahkan sekitar sepertiga dari kejadian keguguran terjadi karena wanita tidak menyadari bahwa dia sedang benar-benar hamil. Masa timester pertama merupakan masa yang kritis, sehingga harus di hindari hal-hal yang memungkinkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan janin (lailiyana,2010).

Referensi

Dokumen terkait

Tulang dan gigi dibentuk dari senyawa kalsium fosfat yang mengandung unsur kalsium, fosfor dan oksigen Kalsium fosfat dapat bereaksi dengan asam sulfat menghasilkan

Pakan yang memiliki kandungan nutrisi kurang baik atau tidak lengkap dapat mempengaruhi laju pertumbuhan, sistem saraf, pembentukan tulang dan gigi, kemampuan

Nitrogen merupakan nutrien yang dibutuhkan paling banyak untuk pertumbuhan fitoplankton yaitu sebagai unsur penting dalam pembentukan protein (Isnansetyo dan

Fosfor merupakan mineral yang dibutuhkan ikan, karena sangat berperan dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang (Phillips et al. 1982) dan defisiensi fosfor dalam

Dibawah ini zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan gigi

Selama tahap pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai PBM, pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka

Kesetaraan Penambahan Kalsium Tepung Tulang Ikan dengan Tepung Tulang Ikan Kuniran (Upenneus moluccensis) yang Dibutuhkan pada Setiap 240 mL Susu Kedelai Cair.. Nilai

Dari hal tersebut maka diperlukan adanya penelitian tentang bagaimana pengaruh pemberian asupan nano kalsium pada tulang femur dengan usia tulang yang berbeda.Asupan nano kalsium