MIELOPATI SERVIKAL
MIELOPATI SERVIKAL
Putri Pratiwi Putri Pratiwi Pembimbing: Pembimbing: dr. Christianus U. Rumantir, Sp.S dr. Christianus U. Rumantir, Sp.SKEPANITERAAN KLINIK SENIOR KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF F
FAKULAKULTTAS KAS KEDOKTEEDOKTERAN RAN UNIVERSITAS RIAUUNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2013 2013
Laporan Kasus Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
Nama Ny. SBNy. SB
Umur
Umur 55 tahun55 tahun
Jenis kelamin
Jenis kelamin PerempuanPerempuan Alamat
Alamat Betung Satu/ Bunut/ Betung Satu/ Bunut/ PelalawPelalawanan Agama
Agama IslamIslam
Status perkawinan
Status perkawinan KawinKawin Pekerjaan
Pekerjaan Ibu Rumah TanggaIbu Rumah Tangga T
Tanggal anggal Masuk Masuk RSRS 18 Desember 201318 Desember 2013 Medical
Medical Record Record 837908837908
Keluhan utama:
Keluhan utama:
Kelemahan pada keempat anggota gerak
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang
•
• 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengeluhkan lemah pada kedua lengan dan mengeluhkan lemah pada kedua lengan dan
tungkai yang makin lama makin bertambah berat tungkai yang makin lama makin bertambah berat secara bersamaan. Pasien tidak bisa
secara bersamaan. Pasien tidak bisa
menggerakkan lengan dan tungkai sama sekali. menggerakkan lengan dan tungkai sama sekali. Kelemahan disertai nyeri pada leher disekitar Kelemahan disertai nyeri pada leher disekitar tulang belakang, tidak menjalar, seperti
tulang belakang, tidak menjalar, seperti
berdenyut, tidak hilang dengan istirahat. Leher berdenyut, tidak hilang dengan istirahat. Leher ter
terasa sangat sakit, pasien asa sangat sakit, pasien tidak bisa tidak bisa menolehmenoleh maupun menekukkan leher.
•
• Pasien juga merasakan mati rasa di seluruhPasien juga merasakan mati rasa di seluruh
lengan dan tungkai hingga tidak merasakan jari lengan dan tungkai hingga tidak merasakan jari tangannya terbakar. BAB belum ada sejak 3 hari tangannya terbakar. BAB belum ada sejak 3 hari terakhir, dan BAK sulit, seperti rasa tertahan.
terakhir, dan BAK sulit, seperti rasa tertahan. Pasien kemudian dibawa ke RSUD
Pasien kemudian dibawa ke RSUD Selasih,
Selasih,dilakukan dildilakukan dilakukan pemasanakukan pemasangan katetergan kateter,, pemeriksaan rontgen leher, dan diberi obat
pemeriksaan rontgen leher, dan diberi obat
namun nyeri dirasakan tidak berkurang. Menurut namun nyeri dirasakan tidak berkurang. Menurut dokter
dokter, seb, sebaiknya dilaiknya dilakukan MRI akukan MRI leherleher, , namunnamun karena tidak tersedianya alat di RS tersebut, karena tidak tersedianya alat di RS tersebut, pasien dirujuk ke RS AB. Pasien kemudian pasien dirujuk ke RS AB. Pasien kemudian dilakuk
dilakukan MRI an MRI dan didapatkan hasil spondilitis.dan didapatkan hasil spondilitis.
Riwayat Penyakit Sekarang
•
Sejak 4 bulan sebelumnya pasien merasa
kedua lengan dan tungkai terasa kebas, lemah,
secara bersamaan dan nyeri di leher yang
hilang timbul, namun belum mati rasa. Seiring
berjalannya waktu, keluhan dirasakan semakin
memberat. Riwayat batuk lama dan batuk
darah (-), berkeringat banyak pada malam hari
(-), demam (-), berat badan dirasakan semakin
lama semakin berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat batuk yang lama,
batuk berdarah, dinyatakan pernah menderita TBC,
maupun mengkonsumsi obat paru selama 6
bulan/lebih disangkal
• Riwayat pernah menderita
tumor disangkal.
• Riwayat trauma disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga
yang memiliki keluhan batuk yang lama, batuk berdarah, dinyatakan pernah menderita TBC, maupun mengkonsumsi obat paru selama 6
RESUME ANAMNESIS
•
Ny. SB, 55 tahun datang dengan keluhan
utama kelemahan pada lengan dan tungkai
yang bersifat kronik progresif sejak 4 bulan
SMRS disertai nyeri leher belakang seperti
berdenyut, tidak menjalar, bertambah saat
aktivitas dan berkurang saat istirahat. Pasien
juga mengeluhkan tangan dan kaki mati rasa,
buang BAK sulit, seperti rasa tertahan.
Dilakukan MRI, hasil spondilitis.
PEMERIKSAAN FISIK
• KEADAAN UMUM
– Tekanan darah : kanan : 120/80mmHg, kiri :120/80mmHg – Denyut nadi : kanan : 88 x/mnt,teratur, kiri :88 x/mnt,
teratur
– Jantung : HR :88 x/mnt, irama teratur
– Respirasi : 20x/mnt Tipe : abdominothorakal – Paru
• Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, pelebaran sela iga (-/-) • Palpasi : fremitus kiri = kanan
• Perkusi : sonor kiri = kanan
• Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
– Leher belakang :
• Inspeksi : tampak 1 benjolan tanpa tanda-tanda inflamasi
• Palpasi : teraba 1 massa bulat, lunak, batas tegas, permukaan rata, tidak nyeri, dengan ukuran 5x5x3 cm.
STATUS NEUROLOGIK
•
KESADARAN
: Composmentis
GCS
:
E
4M
6V
5•
FUNGSI LUHUR
: Normal
•KAKU KUDUK
: Tidak ada
SISTEM MOTORIK
Kanan Kiri Keterangan Ekstremitas atas Kekuatan Lengan atas Lengan bawah Tangan Tonus Trofi Ger.involunter 4 3 0 Hipotonus Atrofi (-) 4 3 0 Hipotonus Atrofi (-) Kesan: tetraparese
Kanan Kiri Keterangan Ekstremitas bawah Kekuatan Tungkai atas Tungkai bawah Kaki Tonus Trofi Ger.involunter 0 0 0 hipotonus Atrofi (-) 0 0 0 hipotonus Atrofi (-) Tetraparese
SISTEM MOTORIK
Kanan Kiri Keterangan Badan Trofi Ger. involunter Ref.dinding perut (-) (-) (-) (-) (-) (-) Normal Normal
SISTEM MOTORIK
REFLEKS
Kanan Kiri Keterangan Fisiologis Biseps Triseps KPR APR ↑ ↓ ↓ ↓ ↑ ↓ ↓ ↓ meningkat menurun menurun menurun Patologis Babinski Chaddock Hoffman Tromer Reflek primitif : Palmomental Snout (-) (-) (+) (-) (-) (-) (-) (+) (-) (-)
Ditemukan refleks patologis Tidak ditemukan refleks primitif
PEMERIKSAAN KHUSUS/LAIN
•
Miksi
: retensio urin, terpasang kateter
•Defekasi : konstipasi
SISTEM OTONOM
Laseque : tidak terbatas Kernig : tidak terbatas Patrick : -/- Kontrapatrick :
-/-RESUME PEMERIKSAAN
• Keadaan umum
– Kesadaran : Composmentis – Tekanan darah : 120/80 mmHg – Pernafasan : 20 kali/menit
– Paru : Dalam batas normal – Punggung belakang : gibbus (-), tanda-tanda
peradangan (-)
– Kelenjar getah bening : tidak teraba
• Fungsi luhur : Dalam batas normal • Status gizi : kesan BB lebih
• Motorik : ekstremitas atas : 4/3/0 4/3/0
Hipotonus, atrofi Ekstremitas bawah 0/0/0 0/0/0
Hipotonus, atrofi
• Sensorik : protopatik dan proprioseptik
berkurang setinggi C5 ke bawah
• Kordinasi : sulit dinilai
• Otonom : Gangguan BAB dan BAK.
• Refleks Fisiologis : bisep meningkat, refleks fisiologis
lain menurun
• Refleks Patologis : Hoffman-Tromer (+/+)
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin Kimia darah Foto thorax PA
Foto servikal AP/Lat MRI servikal dengan kontras Analisis LCS Biopsi
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah Rutin ( 8 Desember 2013)
Hb : 13,6 gr% Leuko : 7000/mm3 Plt : 441.000 /mm3 Ht : 40 vol%
• Kimia Darah (8 Desember 2013)
GDS : 117 mg/dl Chol : 234 mg/dl HDLD : 38 mg/dl TG-B : 122 mg/dl ureum : 23 mg/dl Crea : 0,6 mg/dl Uric : 6,4 mg/dl AST : 16 IU/L ALT : 11 IU/L
MRI dengan kontras
(10 Desember 2013)
MRI servikal dengan kontras:
• Alignment baik, tak tampak listhesis.
• Tampak destruksi corpus C5, C6, C7 terutama C6-C7 yang membentuk paravertebral abses dengan perluasannya ke epidural yang
menyebabkan canalis stenosis derajat sedang-berat dan penekanan pada medulla spinalis. Pemberian kontras menunjukkan enhance pada dindingnya. Discus C5-6, C6-7 sempit, discus-discus lainnya dessicated. Tampak penyempitan foramen neuralis C5-6, C6-7 bilateral. Medulla spinalis tampak hyper-intense di T2TSE/STIR pada C5,6,7.
• Spondylitis pada corpus vertebra C5, C6, dan C7, dengan pembentukan para-vertebral abses yang meluas ke epidural dan menyebabkan canalis stenosis derajat sedang-berat serta penekanan pada medulla spinalis pada level tsb.
PENATALAKSANAAN
•
Umum
– Diet tinggi kalori tinggi protein.
– Tirah baring, cegah ulkus dekubitus.
•
Khusus
– IVFD RL 16 tpm
– Metilprednisolon 3x125 mg IV – Ranitidin tab 3x150 mg
• Kesan: spondilitis susp TB C5-6,7
• Saran: operasi anterior debridemen , dan konsul paru untuk terapi TB
• Hasil konsul Paru:
• Pasien dengan keluhan batuk (+)
• Diagnosis: spondilitis + susp TB
• Terapi: OAT kategori I, OBH syr 3x1 cth.
• Saran : untuk dilakukan operasi dengan GA
toleransi paru spirometri. Hasil konsul bedah orthopedi:
Mielopati
• gangguan fungsi atau struktur dari medulla
spinalis oleh adanya lesi komplit atau inkomplit
Definisi
• Lesi traumatik, neoplasma, lesi vaskuler, lesi
inflamasi, proses degeneratif dan penyakit sistemik
• Anamnesis
– Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air
kecil dan buang air besar, gangguan sensibilitas.
• Pemeriksaan fisik
– Parese/plegi tipe UMN (tergantung lokasi lesi, dapat
dijumpai gejala UMN atau campuran UMN dan LMN), hipestesi/anestesi segmental, gangguan fungsi
otonom.
• Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif. • Tidak ditemuinya tanda-tanda radang atau
penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Lab
Darah rutin Kimia darah Urin rutin LCSRadiologi
Foto polos vertebra Mielografi CT-mielografiLain
MRI Bone scanningKlasifikasi
• Tumor primer
– Jinak, yang berasal dari
• tulang; osteoma dan kondroma
• serabut saraf : neurinoma (Schwannoma) • selaput otak : Meningioma
• jaringan otak; Glioma, Ependimoma
– Ganas, yang berasal dari:
• Jaringan saraf, seperti; Astrocytoma, Neuroblastoma • sel muda seperti Kordoma.
• Tumor sekunder
– Metastase dari tumor ganas di daerah rongga dada,
Klasifikasi
Lokasi dan hub. duramater
Ekstradural
Intradural
Ekstrameduler
(A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular (C) Tumor Ekstradural
Epidemiologi
• 15% dari total tumor SSP
• Insiden 0,5-2,5 kasus/100.000 penduduk/ tahun.
• 25% servikal, 55% thorakal dan 20% lumbosakral
AS
• ?
Epidemiologi
Intradural intramedular • Ependymoma (3%) • Astrositoma (3%) • Hemangioblastoma (3-13%) Intradural ekstramedular • Schwanoma (53,7%) • Meningioma (25% dari tumor spinal)Lokasi
• Servikal (25%)
• Thorakal (55%)
Patofisiologi
Proses desak ruang dalam kanalis spinalis
Kompresi pada medula spinalis dan radiks neuralis
Tumor dengan konsistensi lunak deformitas medula spinalis gejala kompresi
Tumor besar gejala dapat timbul karena
kontusio MS karena dalam pergerakan columna vertebralis.
Gejala klinis
• gejala yang tidak jelas
Prephase
• Nyeri radikuler
• Atrofi otot
Gejala pertama
• Motorik paresis spastik
• Kolumna posterior ataksia, parestesi, baal
• Otonom Gejala kedua • Sensorik • Motorik • otonom Gejala lanjut – transeksi komplit
Gejala Tumor ekstrameduler Tumor intrameduler Nyeri spontan Mempunyai tipe dan distribusi
radikuler dan merupakan gejala dini yang penting
Mempunyai tipe membakar, tidak mempunyai lokalisasi yang jelas.
Sensibilitas Tipe Brown Sequard Terdapat disosiasi dan perubahan berbercak
Gangguan eksteroseptif pada daerah sakral
Lebih jelas daripada level lesi. Gangguan seakan bertambah ke arah kranial.
Kurang jelas daripada level lesi. Gangguan seakan bertambah ke kranial dan
kaudal.
Lower motor neuron Segmental Jelas dan tersebar, disertai atrofi dan fasikulasi.
Upper motor Jelas dan timbul dini Tidak jelas dan timbul pada fase lanjut.
Gangguan traktus piramidalis Pada saat dini Pada saat sudah lanjut Gangguan trophi Tidak jelas Jelas
Pemeriksaan Penunjang
CT-scan, MRI
Lokasi
Foto polos vertebra
erosi pedikel , pelebaran, fraktur kompresi patologis,
scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik
Laboratorium
Pentalaksanaan
• 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan perbaikan neurologis).
dexamethasone
• Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer
(misalnya dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
• Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit. berdasar evaluasi radiografik
•bila >80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2
minggu.
•bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
Penatalaksanaan darurat
•tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan sempurna Radiasi
•Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis biopsi •Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal). •Kegagalan radiasi
•Rekurensi setelah radiasi maksimal. Pembedahan
Prognosis
Gambaran PA yang agresif prognosis yang buruk terhadap
terapi.
Fungsi neurologis setelah
pembedahan sangat bergantung pada status pre operatif pasien.
Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun).
DASAR DIAGNOSIS
diagnosis klinis
• Didapatkan gangguan motorik berupa nyeri
leher, tetraparese, gangguan sensoris berupa hipestesi dan gangguan sistem otonom berupa inkotinensia uri dan konstipasi.
diagnosis topik
• Pada pasien ini ditemukan hipestesi setinggi
diagnosis etiologik
• Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gambaran penyakit berupa nyeri pada leher, disertai tetraparese yang berjalan kronik progresif, yang diikuti
dengan hipestesi, kelainan otonom, tanpa disertai adanya tanda-tanda infeksi. Hal ini menunjukkan adanya suatu SOL medula spinalis
diagnosis banding
• spondilitis yang menyebabkan kompresi medulla spinalis,
dengan gejala yang hampir sama.
Dasar Usulan Pemeriksaan Penunjang
• mengevaluasi kondisi umum pasien.
darah rutin dan kimia darah
• menemukan fokus infeksi di paru bila ada, 2/3 kasus menunjukkan lesi radiologis TB paru.
Ro. Thoraks PA
• mencari bukti adanya SOL di tulang belakang, 67-85%
abnormal.
Ro. Vertebra cervical AP dan lateral
• bukti adanya lesi kompresif, dan
membantu menyingkirkan spondilitis.
MRI dengan
kontras
• diagnosis pasti mielopati yang terjadi.
Biopsi
• mencari tanda-tanda keganasan berupa peningkatan protein dan xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan
Analisis LCS
Dasar diagnosis
• Diagnosis akhir pada pasien ini belum bisa ditegakkan karena belum dilakukan biopsi.
Dasar diagnosis akhir
• Metilprednisolon digunakan sebagai antiinflamasi dan antioksidan
• Ranitidine diberikan untuk mencegah efek samping
metilprednisolon pada lambung berupa ulkus peptikum. Dasar penatalaksanaan