• Tidak ada hasil yang ditemukan

02. Materi Teknis RTRWK Indramayu Tahun 2011-2031

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "02. Materi Teknis RTRWK Indramayu Tahun 2011-2031"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Assalamu’alaikum wr.wb.

Pencapaian Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2015 mewujudkan masyarakat Indramayu REMAJA (Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera), membutuhkan ruang dan rencana tata ruang yang berkualitas serta memiliki keleluasan untuk berinvestasi, mendorong Kabupaten Indramayu untuk dapat lebih berperan dalam persaingan di tingkat regional maupun nasional, dengan tetap menjaga pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan menarik bagi investasi dunia usaha dalam maupun luar negeri.

Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 sebagai mata spasial Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Indramayu Tahun 2005-2025 dan juga pedoman dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2015, yang telah mengintegrasikan kepentingan nasional, regional dan lokal dalam satu prinsip kesatuan penataan ruang untuk mewujudkan ruang Indramayu yang produktif dan berdaya saing tinggi mewujudkan Indramayu REMAJA.

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 telah disusun melalui proses perencanaan sinergik dan partisipatif bersama para pemangku kepentingan Indramayu.

Buku Materi Teknis RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031.

(3)

telah disusunnya Buku Materi Teknis RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031, dan mengharapkan buku ini dapat menjadi referensi sehingga bermanfaat bagi semua pihak untuk percepatan pembangunan Kabupaten Indramayu yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Indramayu, 24 Januari 2012

BUPATI INDRAMAYU,

(4)

KATA PENGANTAR

Materi Teknis ini disusun berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009

tentang Pedoman Penyusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Materi Teknis ini berisi tentang Pendahuluan, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi

Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten,

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana Kawasan Strategis Kabupaten,

Arahan Pemanfaatan Ruang, Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, serta

Kelembagaan dan Peran Masyarakat.

Kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyusunan Materi

Teknis ini kami sampaikan terima kasih.

Indramayu,

Desember 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN BUPATI ……… i

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ……….……… iv

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……….. I-1 1.2 Fungsi dan Kedudukan ………. I-3 1.3 Ruang Lingkup ………. I-3 1.3.1 Lingkup Wilayah ……….. I-3 1.3.2 Lingkup Substansi ……… I-4 1.4 Dasar Hukum ………. I-4 1.5 Profil Wilayah Kabupaten Indramayu ……….…. I-12 1.5.1 Penduduk ………..….. I-12 1.5.2 Ekonomi ……… I-16 1.5.3 Penggunaan Lahan ………..….. I-21 1.5.4 Infrastruktur Wilayah ………..…. I-25 1.5.4.1 Sumber Daya Air dan Irigasi ………..…. I-25 1.5.4.2 Jalan dan Perhubungan ……….….. I-28 1.5.4.3 Energi dan Telekomunikasi ……….….. I-29 1.5.5 Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup, dan Kelautan ………. I-35 1.5.6 Pemerintahan ………..…. I-44 1.6 Isu-isu Strategis Penataan Ruang Wilayah Kabupaten ……… I-46 1.7 Kinerja Penataan Ruang Kabupaten Indramayu ………..………. I-49 1.7.1 Rencana Struktur Ruang ………..…. I-49

1.7.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Pusat-pusat Permukiman / Sistem Kota-kota dan Sistem Perwilayahan ………..

I-49

1.7.1.2 Rencana Transportasi ……… I-52 1.7.1.3 Rencana Prasarana ……… I-53

(6)

1.7.1.4 Rencana Kawasan Andalan ……… I-54 1.7.2 Rencana Pemanfaatan Ruang ……….. I-54

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

WILAYAH KABUPATEN

2.1 Tujuan Penataan Ruang ……….. II-1 2.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang ……… II-2

BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN

3.1 Sistem Pusat Kegiatan ……….. III-1 3.1.1 Sistem Perkotaan ………. III-1 3.1.2 Sistem Perdesaan ……… III-7 3.2 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten ………. III-9 3.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama ………. III-10 3.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya ……… III-21

BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ……….. IV-1 4.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ……… IV-11 4.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi ……….. IV-11 4.2.2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat ………. IV-15 4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian ……… IV-16 4.2.4 Kawasan Peruntukan Perikanan ………. IV-19 4.2.5 Kawasan Peruntukan Pertambangan ……… IV-20 4.2.6 Kawasan Peruntukan Industri ……….. IV-21 4.2.7 Kawasan Peruntukan Pariwisata ………. IV-26 4.2.8 Kawasan Peruntukan Permukiman ……… IV-32 4.2.9 Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya ………. IV-40

BAB V

RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

5.1 Kawasan Strategis Provinsi ……… V-1 5.2 Kawasan Strategis Kabupaten ………. V-2

(7)

BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

6.1 Rencana Perwujudan Struktur Ruang ……….. VI-1 6.2 Rencana Perwujudan Pola Ruang ………. VI-5 6.3 Rencana Perwujudan Kawasan Strategis ……… VI-9

BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ……….. VII-1 7.1.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang ……… VII-2 7.1.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang ……… VII-6 7.1.2.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung ………. VII-6 7.1.2.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya …….. VII-10 7.1.3 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Startegis... VII-15 7.2 Arahan Perizinan ………. VII-15 7.3 Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif ……….. VII-17 7.3.1 Insentif ………. VII-17 7.3.2 Disinsentif ……… VII-18 7.4 Arahan Sanksi ……… VII-18

BAB VIII

KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT

8.1 Kelembagaan ………. VIII-1 8.1.1 Lembaga Formal Pemerintahan ……….. VIII-1 8.1.2 Lembaga Fungsional ……….. VIII-1 8.2 Peran Masyarakat ……… VIII-3

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sebaran Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009 ……….. I-12 Tabel 1.2 Sebaran Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009 ……….. I-13 Tabel 1.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Indramayu Tahun

2005 – 2010 ………

I-16

Tabel 1.4 PDRB Kabupaten Indramayu Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, tahun 2007 – 2010 ……….

I-17

Tabel 1.5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Indramayu atas dasar Harga Berlaku Menurut Kelompok Sektor Tahun 2007 – 2010 (Juta Rupiah) ...

I-18

Tabel 1.6 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Indramayu Tahun 2007 – 2010 Tanpa Migas dan dengan Migas (Persen) …...

I-21

Tabel 1.7 Penggunaan Lahan ……… I-22 Tabel 1.8 Luas Lahan Kritis di Kabupaten Indramayu ……… I-24 Tabel 1.9 Pelayanan Jaringan Telkom dan Telepon Seluler Tiap Kecamatan di

Kabupaten Indramayu ………..

I-30

Tabel 1.10 Menara Telekomunikasi Eksisting Kabupaten Indramayu ……….. I-31 Tabel 1.11 Menara Telekomunikasi Eksisting per Operator Wilayah Kabupaten

Indramayu ………..

I-32

Tabel 1.12 Distribusi Jumlah BTS Wilayah Kabupaten Indramayu ………. I-34 Tabel 1.13 Hasil Produksi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ……… I-35 Tabel 1.14 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Indramayu ……….. I-44 Tabel 1.15 Pembagian Hirarki Kota di Kabupaten Indramayu ……… I-49 Tabel 1.16 Rencana Transportasi Kabupaten Indramayu ……… I-52 Tabel 1.17 Rencana Prasarana Kabupaten Indramayu ……… I-53 Tabel 1.18 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Indramayu ……… I-55 Tabel 1.19 Kinerja Penataan Ruang Kabupaten Indramayu ……… I-56 Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Kabupaten Indramayu ……… III-6 Tabel 3.2 Sistem Perdesaan Kabupaten Indramayu ……… III-8 Tabel 3.3 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan ……… III-10

(9)

Tabel 3.4 Jaringan Irigasi di Wilayah Kabupaten Indramayu ……… III-25 Tabel 3.5 Lokasi Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah .…………... III-28 Tabel 3.6 Pelayanan Sistem Jaringan Perpipaan Air Minum Perkotaan ………….. III-29 Tabel 3.7 Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana ……… III-30 Tabel 4.1 Kriteria dan Lokasi Kawasan Lindung ……… IV-3 Tabel 4.2 Skoring Kelas Lereng ………. IV-14 Tabel 4.3 Skoring Kelas Jenis Tanah ……… IV-14 Tabel 4.4 Skoring Kelas Intensitas Hujan ……….. IV-14 Tabel 4.5 Tipologi Lahan Kawasan Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan

Persyaratan Agroklirnat ………..

IV-17

Tabel 4.6 Pola Penggunaan Lahan Pada Kawasan Industri ……….. IV-23 Tabel 4.7 Alokasi Lahan Pada Kawasan Industri ……… IV-24 Tabel 4.8 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri ………. IV-24 Tabel 4.9 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata ……… IV-27 Tabel 4.10 Kebutuhan Sarana Pendidikan Pada Kawasan Peruntukan

Permukiman ……….

IV-34

Tabel 4.11 Kebutuhan Sarana Kesehatan Pada Kawasan Peruntukan Permukiman IV-35 Tabel 4.12 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olahraga .. IV-36 Tabel 4.13 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga Pada Kawasan

Peruntukan Permukiman ………

IV-37

Tabel 5.1 Penetapan dan Arahan Penanganan Kawasan Strategis Provinsi ……… V-1 Tabel 5.2 Penetapan dan Arahan Penanganan Kawasan Strategis Kabupaten … V-2 Tabel 6.1 Tahapan Pelaksanaan Program-Program Pemanfaatan Ruang …………. VI-11

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Administrasi ………... I-5 Gambar 1.2 Peta Kepadatan Penduduk ……… I-15 Gambar 1.3 Peta Penggunaan Lahan ………. I-23 Gambar 1.4 Peta Penunjukkan Kawasan Hutan ……….. I-26 Gambar 1.5 Peta Hidrologi ………..……… I-37 Gambar 1.6 Peta Kawasan Rawan Bencana ……….. I-43 Gambar 3.1 Peta Struktur Ruang Wilayah Kabupaten ……….………. III-3 Gambar 3.2 Peta Sistem Jaringan Prasarana Utama ………. III-17 Gambar 3.3 Peta Sistem Jaringan Prasarana Lainnya ……….. III-22 Gambar 3.4 Peta Sistem jaringan Prasarana Lingkungan ………. III-27 Gambar 4.1 Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten ……….……….…… IV-2 Gambar 5.1 Peta Kawasan Strategis ……….. V-5

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan penataan ruang nasional dilaksanakan berdasarkan asas keterpaduan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, serta akuntabilitas. Asas tersebut dilaksanakan untuk mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan penataan ruang, yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional. Untuk itu, dalam rangka menyelaraskan dan menjabarkan strategi dan arahan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang nasional di wilayah Kabupaten, diperlukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang mengakomodir kepentingan nasional, regional dan lokal dalam satu kesatuan penataan ruang.

Ruang wilayah Kabupaten Indramayu adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang dalam bumi, sebagai tempat masyarakat Kabupaten Indramayu melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, serta merupakan suatu sumber daya yang harus ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana.

RTRW Kabupaten Indramayu secara keruangan harus mencerminkan bagian dari keruangan lingkup Provinsi Jawa Barat. Disamping itu juga harus dapat menjadi matra ruang yang tegas dan jelas bagi pembangunan daerah yaitu dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan penataan ruang, serta untuk menjaga kegiatan pembangunan agar tetap sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Sebagai matra spasial pembangunan, maka RTRW Kabupaten Indramayu disusun berdasarkan pencermatan terhadap kepentingan-kepentingan jangka panjang, serta dengan memperhatikan dinamika yang terjadi, baik dalam lingkup eksternal maupun internal.

Secara hirarkis RTRW akan mengacu pada RTRW Provinsi dan RTRW Nasional, hal tersebut telah diatur dalam peraturan dan perundangan yang ada. Dengan demikian bila

(12)

RTRW dijadikan dasar pijakan daerah, dalam pembangunan, maka pembangunan kabupaten merupakan bagian integral dari pembangunan regional dan nasional.

Sehubungan dengan itu, dalam proses penyusunannya tidak terlepas dari hasil evaluasi pelaksanaan RTRW Kabupaten Indramayu sebelumnya, sebagai dasar dalam perumusan strategi dan rencana tata ruang ke depan. Hal ini terutama dikaitkan dengan kinerja penataan ruang, yang pada kenyataannya masih terdapat penyimpangan, baik dalam aspek struktur maupun pola ruang. Selanjutnya dari sisi dinamika pembangunan, telah diperhatikan pula beberapa perubahan yang perlu diantisipasi dan direspon dalam suatu substansi rencana tata ruang yang mampu menjamin keberlangsungan pelaksanaannya di lapangan, serta terlebih penting lagi dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang.

Dalam konteks penataan ruang wilayah kabupaten, dinamika eksternal mencakup pengaruh tataran regional dan nasional. Dinamika eksternal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan paradigma baru dalam penataan ruang sehubungan dengan terbitnya peraturan perundangan penataan ruang yang baru, serta peraturan perundangan lainnya yang terkait termasuk Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) yang telah diterbitkan oleh Pemerintah.

Dari sisi konservasi lingkungan, isuglobal warmingmemberikan pengaruh yang besar terhadap kebijakan penataan ruang dan pembangunan di Indonesia termasuk Kabupaten Indramayu. Dengan adanya isu tersebut, tentu kebijakan penataan ruang yang dihasilkan harus sejalan dengan konservasi dan preservasi lingkungan, serta upaya-upaya mitigasi bencana.

Kabupaten Indramayu juga menghadapi berbagai tantangan dan dinamika pembangunan yang bersifat internal. Isu internal terutama tingginya pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2011 yang mencapai 1,75 juta jiwa dan dalam waktu 20 tahun mendatang, yaitu tahun 2031 akan berjumlah 2,021 juta jiwa. Hal ini tentu akan berimplikasi pada semakin tingginya kebutuhan akan sumberdaya lahan, air, energi, ketahanan pangan, kesempatan kerja, dan sebagainya.

Selain dari aspek kependudukan, dinamika internal juga ditunjukkan oleh masih belum optimalnya pencapaian target Indeks Pembangunan Manusia (IPM), rendahnya tingkat kelestarian lingkungan, kenyamanan bermukim, keleluasaan beraktifitas, kelancaran bermobilitas dan kelayakan prasarana, serta belum optimalnya upaya-upaya dalam mitigasi bencana dan masih membutuhkan peningkatan lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan di atas, perumusan substansi RTRW Kabupaten Indramayu yang memuat tujuan, kebijakan dan strategi, rencana, arahan pemanfaatan ruang dan

(13)

pengendalian pemanfaatan ruang, ditujukan untuk dapat menjaga sinkronisasi dan konsistensi pelaksanaan penataan ruang dan mengurangi penyimpangan, serta diharapkan akan lebih mampu merespon tantangan dan menjamin keberlanjutan pembangunan, melalui berbagai pembenahan dan pembangunan ruang yang produktif dan berdaya saing tinggi demi terwujudnya masyarakat Indramayu REMAJA ”Religius, Maju, Mandiri dan Sejahtera”.

1.2 FUNGSI DAN KEDUDUKAN

RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 merupakan matra spasial dari RPJPD Kabupaten Indramayu, yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang serta sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi, dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Kabupaten Indramayu.

Kedudukan RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 adalah sebagai pedoman dalam :

a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Indramayu dan rencana sektoral lainnya.

b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah, Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor.

d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi. e. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Lingkup Wilayah

RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 mencakup perencanaan seluruh wilayah administrasi Kabupaten Indramayu, yang meliputi :

 Wilayah daratan, seluas 209.942 Ha.

 Wilayah pesisir dan laut, dengan garis pantai sepanjang 147 km dan sejauh 4 mil dari pantai.

 Wilayah udara.  Wilayah dalam bumi.

Batas koordinat Kabupaten Indramayu berada pada posisi 107051’ – 108032’ BT dan

06013’ – 06040’ LS, dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Laut Jawa

(14)

 Sebelah Barat : Kabupaten Subang

 Sebelah Timur : Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon

Wilayah adminitrasi Kabupaten Indramayu dapat dilihat dari Gambar 1.1.

1.3.2 Lingkup Substansi

Lingkup subtansi RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 tidak terlepas dari muatan substansi yang diatur dalam peraturan perundangan yang mengatur tentang penataan ruang. Lingkup substansi mencakup penjelasan kondisi dan permasalahan penataan ruang, kondisi dan tuntutan penataan ruang 20 (duapuluh) tahun ke depan, tujuan penataan ruang, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana tata ruang wilayah, arahan pemanfaatan ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang, serta kelembagaan dan peran serta masyarakat.

1.4

DASAR HUKUM

RTRW Kabupaten Indramayu mengacu pada dasar hukum meliputi :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851).

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043).

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274).

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419).

(15)
(16)

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881).

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412).

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152).

9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169).

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247).

11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477).

12. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377).

13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

(17)

15. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4722); 17. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).

18. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739).

21. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4899).

22. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69).

23. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959).

24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966).

25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4974).

26. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025).

(18)

27. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052).

28. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059).

29. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068).

30. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073).

31. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168).

32. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).

33. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

34. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373).

35. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 3747).

36. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838).

37. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3934).

(19)

38. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242).

39. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385).

40. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452).

41. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453), senagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5056).

42. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019).

43. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490).

44. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532).

45. Peraturan Pemerintahan Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Noor 165, Tamabhan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593).

(20)

46. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624).

47. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655).

48. Peraturan Pemerintahan Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfataan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4366), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4818).

49. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737).

50. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833).

51. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139).

52. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019).

53. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070).

54. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097).

55. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098).

(21)

56. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103).

57. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Serta masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160).

58. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217).

59. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 Nomor 2 Seri E).

60. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 tentang Sempadan Sumber Air (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 Nomor 2 Seri E).

61. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 – 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 86). 62. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 3 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pembuatan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 3 Tahun 2006 Seri. E.2).

63. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 4 Tahun 2007 Seri A. 2).

64. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Indramayu (Lembaran Daearah Kabupaten Indramayu Nomor 6 Tahun 2008 Seri. D.2).

65. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2008 Seri. D.3).

66. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 8 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 8 Tahun 2008 Seri. D.4).

67. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2008 Seri. D.5).

(22)

68. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 10 Tahun 2008 tentang Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Indramayu (Lembaran Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 10 Tahun 2008 Seri. D.6).

1.5 PROFIL WILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU

1.5.1 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tahun 2009 sebanyak 1.744.897 jiwa, dengan komposisi jumlah laki-laki sebanyak 888.579 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 856.318 jiwa. Jumlah rumah tangga Kabupaten Indramayu tahun 2009 sebanyak 455.889 KK. Kecamatan Indramayu merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar sebanyak 103.980 jiwa. Konsentrasi sebaran jumlah penduduk terpusat pada kecamatan-kecamatan bagian utara Kabupaten Indramayu, terutama kecamatan-kecamatan yang dilalui oleh jalur Pantura Pulau Jawa. Sebaran jumlah penduduk per kecamatan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Sebaran Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009

NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH PENDUDUK TOTAL LAKI-LAKI PEREMPUAN 1 Haurgeulis 22.594 47.038 46.048 93.086 2 Gantar 15.252 35.070 31.277 66.347 3 Kroya 17.071 32.297 31.407 63.704 4 Gabuswetan 15.686 29.381 29.477 58.858 5 Cikedung 12.193 19.688 19.984 39.672 6 Terisi 15.234 27.232 26.132 53.364 7 Lelea 15.066 24.776 24.971 49.747 8 Bangodua 8.132 14.363 13.923 28.286 9 Tukdana 15.605 27.537 26.869 54.406 10 Widasari 10.310 18.364 17.537 35.901 11 Kertasemaya 12.821 30.997 29.406 60.403 12 Sukagumiwang 8.936 17.802 17.184 34.986 13 Krangkeng 17.300 34.284 33.490 67.774 14 Karangampel 16.025 33.064 31.853 64.917 15 Kedokanbunder 11.698 22.974 21.871 44.845 16 Juntinyuat 22.601 43.568 40.908 84.476 17 Sliyeg 16.097 31.112 29.081 60.193 18 Jatibarang 18.397 36.960 35.009 71.969 19 Balongan 10.848 20.968 19.656 40.624 20 Indramayu 26.648 52.916 51.064 103.980 21 Sindang 12.230 25.842 25.077 50.919 22 Cantigi 6.255 12.360 11.875 24.235 23 Pasekan 5.883 12.125 11.517 23.642 24 Lohbener 14.689 28.397 27.286 55.683 25 Arahan 9.068 17.239 16.835 34.074 26 Losarang 15.453 29.460 28.423 57.883

(23)

NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH PENDUDUK TOTAL LAKI-LAKI PEREMPUAN 27 Kandanghaur 23.086 44.134 42.523 86.657 28 Bongas 12.958 23.358 22.960 46.318 29 Anjatan 22.427 44.168 43.280 87.448 30 Sukra 11.517 23.386 22.489 45.875 31 Patrol 13.809 27.719 26.906 54.625 TOTAL 455.889 888.579 856.318 1.744.897

Sumber : Indramayu Dalam Angka Tahun 2009

Persebaran penduduk berdasarkan kepadatan telah mencapai angka sebesar 834 jiwa per km2. Kecamatan Karangampel yaitu sebesar 2.201 jiwa/ Km2, sedangkan yang

terendah adalah Kecamatan Cantigi 266 jiwa/ Km2. Konsentrasi sebaran jumlah penduduk

terpusat pada kecamatan-kecamatan bagian utara Kabupaten Indramayu, terutama kecamatan yang dilalui oleh jalur Pantura Pulau Jawa. Terjadinya kesenjangan penyebaran penduduk secara geografis dimungkinkan berkaitan erat dengan faktor daya tarik wilayah, terutama dengan aspek ekonomi serta ketersediaan prasarana permukiman yang ada. Sebaran kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Gambar 1.2.

Tabel 1.2

Sebaran Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK PER Km2

1 Haurgeulis 1.511 2 Gantar 326 3 Kroya 553 4 Gabuswetan 610 5 Cikedung 313 6 Terisi 458 7 Lelea 885 8 Bangodua 694 9 Tukdana 1.165 10 Widasari 917 11 Kertasemaya 1.338 12 Sukagumiwang 943 13 Krangkeng 1.131 14 Karangampel 2.201 15 Kedokanbunder 1.397 16 Juntinyuat 1.661 17 Sliyeg 1.087 18 Jatibarang 1.644 19 Balongan 1.056 20 Indramayu 1.641

(24)

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK PER Km2 21 Sindang 1.555 22 Cantigi 266 23 Pasekan 280 24 Lohbener 1.593 25 Arahan 1.025 26 Losarang 486 27 Kandanghaur 1.131 28 Bongas 1.016 29 Anjatan 1.073 30 Sukra 1.058 31 Patrol 1.394

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010

Ditinjau dari perpindahan penduduk (migrasi), antara yang keluar ke Indramayu dengan yang masuk Indramayu pada tahun 2009 terdapat selisih sejumlah 910 orang. Adapun banyaknya jumlah yang keluar Indramayu mengindikasikan minimnya peluang kerja di daerah, sehingga banyak penduduk yang keluar untuk mencari pekerjaan terutama ke sentra-sentra industri kawasan bodebek, DKI Jakarta, Bandung dan daerah lainnya.

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) rata-rata Kabupaten Indramayu selama periode 2009-2010 sebesar 0,70%. Perubahan laju pertumbuhan penduduk secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi struktur penduduk, dalam kondisi ketenagakerjaan, komposisi penduduk usia kerja dan angkatan kerja.

Dalam ketenagakerjaan, besar kecilnya kontribusi angkatan kerja dalam perekonomian dapat dipantau melalui suatu indikator, yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK semakin besar bagian dari penduduk usia kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu. Pada tahun 2010 di Kabupaten Indramayu terdapat sebanyak 1.758.682 orang dan angkatan kerja sebanyak 988.641 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 65,21 %.

Kualitas penduduk juga diukur menggunakan komponen-komponen target dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu Indeks Pendidikan melalui nilai Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH), serta Indeks Kesehatan melalui nilai Angka Harapan Hidup (AHH). Realisasi IPM Kabupaten Indramayu tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.3.

(25)
(26)

Tabel 1.3

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Indramayu Tahun 2005-2010

No. INDIKATOR TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010

1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

(IPM) 65,92 67,4 68,64 69,84 70,43

A BIDANG PENDIDIKAN

Angka Melek Huruf 84,21 87,24 88,58 89,71 89,72 Indeks AMH 84,21 87,24 88,58 89,71 89,72 Rata Lama Sekolah 6,09 6,23 6,51 6,81 6,99 Indeks RLS 40,60 41,53 43,4 43,4 46,60

Indeks Pendidikan (IP) 69,67 72,00 73,52 74,94 75,35

B BIDANG KESEHATAN

Angka Harapan Hidup (AHH) 65,53 66,17 66,84 67,46 67,54

Indeks Kesehatan (IK) 67,55 68,62 69,73 70,77 70,9

C BIDANG DAYA BELI

Purchasing Power Parity (PPP) 562.030 566.400 571.220 576.180 581.440

Indeks Daya Beli (Indeks PPP) 60,55 61,56 62,68 63,82 65,04

Sumber : BPS Kabupaten Indramayu Tahun 2010

Secara umum, indeks IPM Kabupaten Indramayu masih relatif rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat, sehingga perlu penanganan yang sangat serius untuk ketiga indikator IPM tersebut. Masalah pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan pengangguran sangat memerlukan penanganan yang serius, selain itu pengendalian penduduk secara terintegrasi juga perlu dilakukan mengingat masalah kependudukan berkonsekuensi terhadap penataan ruang di Kabupaten Indramay, khususnya terhadap guna lahan, kondisi iklim, ketahanan pangan, kesempatan kerja, kecukupan energi dan air baku.

1.5.2 Ekonomi

PDRB Kabupaten Indramayu selama periode 2007-2010, baik yang dihitung atas dasar harga berlaku maupun yang dihitung atas dasar harga konstan 2000, terus menunjukkan peningkatan. Pada Tahun 2007, nilai PDRB Kabupaten Indramayu atas dasar harga berlaku dengan minyak dan gas bumi mencapai Rp. 34.541.953,08 juta; kemudian tahun 2008 Rp. 41.528.321,49 juta; Tahun 2009 mengalami sedikit penurunan akibat dari pengaruh deflasi harga menjadi Rp.40.525.614.19 juta; dan Tahun 2010 mengalami kenaikan akibat dari pengaruh inflasi harga menjadi Rp. 45.366.415,52 juta. PDRB Kabupaten Indramayu selama periode 2007-2010 dapat di lihat pada Tabel 1.4.

(27)

Tabel 1.4

PDRB Kabupaten Indramayu Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000,

Tahun 2007-2010

Sumber : Sumber : BPS Kabupaten Indramayu Tahun 2010

Catatan : *) Angka perbaikan **) Angka sangat sementara

Jika unsur minyak dan gas bumi ini dikeluarkan, maka nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang tercapai hanya sebesar Rp. 12.492.761,85 juta (2007); Rp. 14.188.348,64 juta (2008); Rp.16.569.381,45 juta (2009); dan Rp. 19.575.777,44 juta (2010), perbandingan nilai tersebut memperlihatkan bahwa lebih dari 56 persen nilai PDRB Kabupaten Indramayu adalah berasal dari kegiatan ekonomi yang terkait dengan unsur minyak dan gas bumi. Sampai Tahun 2007 lalu, peranan minyak dan gas bumi dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Indramayu adalah sebesar 63,83 persen, kemudian meningkat menjadi 65,83 persen pada Tahun 2008. Pada Tahun 2009, mengalami penurunan menjadi sebesar 59,11 persen, hal ini disebabkan adanya penurunan produksi Migas khususnya di UP VI Balongan dan menurun kembali menjadi 56,85 persen pada Tahun 2010.

Kelompok sektor primer meliputi kegiatan di sektor pertanian dan pertambangan/penggalian. Kemudian untuk kelompok sektor sekunder, aktivitas ekonominya meliputi kegiatan di sektor industri pengolahan; listrik, gas dan air serta kegiatan di sektor konstruksi/bangunan. Sedangkan kelompok ketiga yaitu kelompok tersier, meliputi kegiatan ekonomi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran; Angkutan dan Komunikasi; dan sektor Perbankan dan jasa-jasa baik jasa perusahaan, perorangan, pemerintahan, dan swasta.

Sementara itu, berdasarkan pengelompokan kegiatan sektoral, pada Tahun 2007, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dengan Migas menunjukkan bahwa peranan kelompok

URAIAN 2007 2008 2009*) 2010**) PDRB Kabupaten Indramayu

Dengan Migas Atas Dasar

Harga Berlaku (juta rupiah) 34.541.953,08 41.528.321,49 40.525.614,19 45.366.415,52

PDRB Kabupaten Indramayu Dengan Migas Atas Dasar Harga Konstan

2000 (juta rupiah)

12.956.044,05 13.545.865,90 13.741.502,18 15.196.214,53

PDRB Kabupaten Indramayu Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah)

12.492.761,85 14.188.348,64 16.569.381,45 19.575.777,44

PDRB Kabupaten Indramayu Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan

2000 (juta rupiah)

6.477.712,80 6.584.973,29 7.005.343,47 7.811.410,06

Peranan Migas terhadap PDRB Kabupaten Indramayu Atas Dasar Harga

Berlaku (persen)

(28)

sektor sekunder adalah yang terbesar yaitu mencapai Rp. 14.510.842,90 juta (42,01 persen). Sementara itu, kelompok sektor primer dan tersier pada tahun tersebut masing-masing sebesar Rp. 13.328.256,60 juta (38,59 persen) dan Rp. 6.702.853,58 juta (19,40 persen). Pada Tahun 2008 distribusi persentase kelompok primer mengalami penurunan sebesar 4 point, kelompok sekunder naik sebesar 4,30 point, sedangkan kelompok tersier turun 0,3 point. Pada Tahun 2009 distribusi persentase kelompok primer mengalami kenaikan sebesar 3,53 point, kelompok sekunder turun sebesar 6,80 point, sedangkan kelompok tersier naik 3,27 point. Pada Tahun 2010 dibanding tahun 2009, peranan kelompok sektor primer mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 18.712.996,63 juta (41,25 persen). Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Indramayu mengandalkan sektor primer (pertanian dan pertambangan). Sedangkan kelompok sektor sekunder dan kelompok tersier secara nominal mengalami kenaikan menjadi Rp. 16.574.531,29 juta dan Rp. 10.078.887,6 juta. Namun secara distribusi persentase mengalami penurunan menjadi 36,53 persen dan 22,22 persen.

Tabel 1.5

Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Indramayu atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kelompok Sektor Tahun 2007-2010

(Juta Rupiah)

KELOMPOK SEKTOR 2007 2008 2009*) 2010**) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Dengan Migas

1. Primer 13.328.256,60 14.366.476,17 15.446.931,19 18.712.996,63 (38,59) (34,59) (38,12) (41,25) 2. Sekunder 14.510.842,90 19.229.945,84 16.011.980,38 16.574.531,29 (42,01) (46,31) (39,51) (36,53) 3. Tersier 6.702.853,58 7.931.899,48 9.066.702,62 10.078.887,60 (19,40) (19,10) (22,37) (22,22) PDRB ADHB MIGAS 34.541.953,08 41.528.321,49 40.525.614,19 45.366.415,52 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tanpa Migas

Primer 4.705.674,83 5.054.974,28 6.199.963,54 8.146.055,51 (37,67) (35,63) (37,42) (41,61) Sekunder 1.084.233,44 1.201.474,88 1.302.715,28 1.350.834,33 (8,68) (8,47) (7,86) (6,90) 3. Tersier 6.702.853,58 7.931.899,48 9.066.702,62 10.078.887,60 (53,65) (55,90) (54,72) (51,49)

PDRB ADHB TANPA MIGAS 12.492.761,85 14.188.348,64 16.569.381,45 19.575.777,44

Sumber : BPS Kabupaten Indramayu Tahun 2010 Catatan : *) Angka perbaikan

**) Angka sangat sementara

(29)

Hal berbeda ditunjukkan apabila 3 (tiga) kelompok sektor tersebut ditinjau dari sisi tanpa migas. Terlihat bahwa perekonomian di Kabupaten Indramayu selama kurun waktu empat tahun terakhir didominasi oleh kelompok sektor tersier yaitu sebesar 53,65 persen (2007); 55,90 persen (2008); 54,72 persen (2009) dan 51,49 persen (2010). Kelompok sektor primer mempunya distribusi persentase terbesar kedua yaitu : 37,67 persen (2007); 35,63 persen (2008); 37,42 persen (2009) dan 41,61 persen (2010). Namun distribusi persentase sektor Sekunder selama kurun waktu empat tahun terakhir mengalami trend menurun yaitu : 8,68 persen (2007); 8,47 persen (2008); 7,86 persen (2009) dan 6,90 persen (2010). Apabila dicermati secara nominalnya sektor primer mengalami kenaikan 7,42 persen pada tahun 2008; 22,65 persen pada tahun 2009; dan pada tahun 2010 sebesar 31,39 persen. Untuk sektor sekunder dan sektor tersier perkembangan persentase secara nominal mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sektor sekunder pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 10,81 persen; 8,43 persen (2009) dan 3,69 persen (2010). Untuk sektor tersier pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 18,34 persen; 14,31 persen (2009) dan 11,16 persen (2010).

Apabila dicermati lebih mendalam, terlihat bahwa kelompok sektor primer baik dari sisi dengan migas maupun tanpa migas memberikan distribusi persentase yang kembali meningkat selama kurun waktu 2008-2010 seiring dengan menurunnya kelompok sektor lainnya (sekunder dan tersier). Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Indramayu kembali mengandalkan kelompok sektor yang berasal dari sumber daya alam (natural resources) daripada kelompok sektor yang merubah barang mentah (raw material) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan kelompok sektor jasa-jasa (services).

Distribusi persentase kelompok sektor ditinjau dari sisi dengan migas memperlihatkan bahwa pada Tahun 2010, kelompok sektor yang paling berperan adalah kelompok sektor primer dengan 41,25 persen, disusul kemudian kelompok sektor sekunder 36,53 persen, dan kelompok sektor tersier sebesar 22,22 persen. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi tanpa migas terlihat bahwa pada Tahun 2010, kelompok sektor yang paling berperan adalah kelompok sektor tersier dengan 51,49 persen, disusul kemudian kelompok sektor primer 41,61 persen.

Sementara itu, pergerakan ekonomi Kabupaten Indramayu selama periode Tahun 2007-2010, nampak bahwa PDRB atas dasar harga konstan 2000 tanpa migas mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup tinggi pada Tahun 2010 besarannya cukup signifikan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indramayu (tanpa migas) pada Tahun 2007 mencapai 5,62 persen. Sementara pada Tahun 2008, laju pertumbuhannya tertekan

(30)

dan menunjukkan perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,66 persen seiring dengan tidak menentunya kondisi ekonomi global dan pada akhir tahun 2009 laju pertumbuhan membaik cukup signifikan menjadi 6,38 persen. kemudian meningkat pada Tahun 2010 menjadi sebesar 11,51 persen. Hal ini menggambarkan Kabupaten Indramayu mampu melewati kondisi krisis ekonomi global dengan aktivitas ekonominya yang berbasis agraris.

Khusus untuk kelompok sektor primer, mengingat bahwa kegiatan pertanian di Kabupaten Indramayu menempati posisi yang strategis maka sektor pertanian dipisahkan dari sektor pertambangan dan penggalian. Dengan demikian, analisis terhadap sektor pertanian dapat dilakukan tersendiri. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Indramayu Tanpa Migas atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan sektor Pertanian pada Tahun 2007 adalah sebesar 0,82 persen dan menurun menjadi deflasi 6,04 persen pada Tahun 2008. Hal ini disebabkan Produksi padi dan palawija mengalami penurunan 6,53 persen. Sementara itu pada Tahun 2009, sektor pertanian kembali naik cukup signifikan menjadi sebesar 12,11 persen dan tahun berikutnya meningkat sangat signifikan menjadi sebesar 24,01 persen pada Tahun 2010. Hal ini disebabkan produksi dan harga sektor pertanian naik, misalnya padi dari produksi naik sebesar 2,55 persen sedang dari sisi harga naik 10,39 persen. Buah-buahan dari sisi produksi naik sebesar 106 persen sedang dari sisi harga naik sebesar 18 persen. Laju pertumbuhan sektor sekunder pada tahun 2007 adalah sebesar 8,37 persen dan meningkat menjadi 8,84 persen pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009 dan tahun 2010 mengalami perlambatan sebesar 4,32 persen dan 1,43 persen. Laju pertumbuhan sektor tersier pada tahun 2007 adalah sebesar 9,32 persen dan melambat menjadi 6,59 persen pada tahun 2008, pada tahun 2009 mengalami perlambatan sebesar 2,72 persen dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 3,67 persen.

Berdasarkan PDRB Kabupaten Indramayu dengan Migas, Selain sektor pertanian yang menempati posisi khusus, menarik dikaji adalah perkembangan yang terjadi di kelompok sektor sekunder khususnya yang terkait dengan kegiatan industri pengolahan. Periode 2007-2010 menjadi masa keterpurukan bagi kegiatan industri pengolahan secara umum, dimana pada Tahun 2007 laju pertumbuhan kelompok sektor sekunder sebesar deflasi 1,34 persen kemudian meningkat kinerjanya yang diperlihatkan dengan laju pertumbuhannya yang sebesar 19,36 persen. Ketergantungan terhadap komponen impor membuat banyak perusahaan Industri pada saat itu mengurangi kapasitas produksinya, bahkan ada yang sampai menutup kegiatan usahanya. Keadaan ini berlanjut hingga tahun 2009 laju

(31)

pertumbuhan ekonomi sebesar deflasi 6,34 persen dan tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 15,82 persen.

Kelompok sektor tersier selama periode tahun 2007-2010 berfluktuatif, terlihat pada tahun 2007 tumbuh sebesar 9,32 persen, bahkan pada tahun terakhir, yaitu melambat menjadi 6,59 persen tahun 2008, menjadi 2,72 persen pada tahun 2009 dan meningkat lagi menjadi 3,67 persen tahun 2010. Perbandingan laju pertumbuhan ekonomi PDRB kabupaten indramayu tahun 2007-2010 tanpa migas dan dengan migas dapat dilihat pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6

Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Indramayu Tahun 2007-2010

Tanpa Migas dan dengan Migas (Persen)

KELOMPOK SEKTOR 2007 2008 2009*) 2010**) A. Laju PDRB Kabupaten Indramayu Tanpa Migas

1. Primer 0,82 -5,97 12,08 23,90

a. Pertanian 0,82 -6,04 12,11 24,01

b. Pertambangan & Penggalian 0,11 5,00 8,00 8,00

2. Sekunder 8,37 8,84 4,32 1,43

3. Tersier 9,32 6,59 2,72 3,67

Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Migas 5,62 1,66 6,38 11,51

B. Laju PDRB Kabupaten Indramayu Dengan Migas

1. Primer 1,32 -2,39 4,61 11,86

a. Pertanian 0,82 -6,04 12,11 24,01

b. Pertambangan & Penggalian 1,63 -0,14 0,25 3,98

2. Sekunder -1,34 19,36 -6,34 15,82

3. Tersier 9,32 6,59 2,72 3,67

Produk Domestik Regional Bruto Dengan Migas 2,65 4,55 1,44 10,59

Sumber : BPS Kabupaten Indramayu Tahun 2010 Catatan : *) Angka perbaikan

**) Angka Sangat Sementara

1.5.3 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Kabupaten Indramayu didominasi oleh sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan seluas 146.115 Ha setara dengan 69,59 % dari luas Kabupaten Indramayu.

Sedangkan kawasan terbangun (permukiman) dengan luas keseluruhan mencapai 18.520 Ha sekitar 8,82 % dari luas Kabupaten Indramayu. Untuk lebih jelas mengenai data dan peta penggunaan lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.7 dan Gambar 1.3.

(32)

Tabel 1.7 Pengunaan Lahan

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA)

1. Permukiman 18.520

2. Sawah irigasi 106.895

3. Sawah tadah hujan 39.220

4. Empang, tambak 19.020

5. Penggaraman 2.110

6. Ladang, tegalan, perkebunan 13.140 7. Danau, situ, rawa, dan kolam 856,8

8. Industri 603,1

9. Hutan mangrove 1.314

10. Hutan 5.594

11. Sungai dan lain-lain 1.927

12. Kawasan konservasi Pulau Biawak 742

Sumber : Peta Citra Quickbird Tahun 2009

A. Sumberdaya Hutan

Kerusakan (degradasi) hutan merupakan salah satu masalah lingkungan yang paling serius, karena berdampak terhadap persediaan kayu, sumberdaya non-kayu, serta konservasi keanekaragamanhayati dan fungsi ekologis hutan bagi kepentingan hidup manusia. Besarnya degradasi hutan di Kabupaten Indramayu digambarkan dengan luasan tegakan hutan saat ini kurang dari 10%, dibandingkan fakta bahwa 19% luas wilayah Kabupaten Indramayu ditetapkan sebagai kawasan hutan negara dengan luasan 8.023 Ha hutan mangrove dan 32.004 Ha sebagai hutan produksi. Sehingga diperkirakan jika tidak ada upaya-upaya pengendalian konversi fungsi hutan dan pengendalian penggunaan lebih (over utilization), hutan di Kabupaten Indramayu akan hilang.

Kerusakan hutan menjadi semakin serius akibat tindakan perambahan secara langsung oleh masyarakat, dan secara tidak langsung oleh pengusaha komersial karena lemahnya pengawasan dan penegakan hukum. Kerusakan hutan cenderung merubah lahan subur menjadi lahan kritis, dan secara langsung menurunkan fungsi lindungnya, sehingga tidak dapat melindungi kawasan bawahannya secara maksimal, dan dapat menyebabkan terjadinya kekeringan, longsor, dan bencana lainnya.

Dari data yang ada tercatat sekitar 10.355 Ha lahan potensial kritis, 7.625 Ha lahan semi kritis dan lahan kritis sekitar 3.987 Ha dan perubahan lahan akibat abrasi pantai sekitar 2.431,970 Ha, sehingga total lahan kritis yang perlu dipulihkan mencapai 24.398.970 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai data lahan kritis di tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.8 di bawah ini.

(33)
(34)

Tabel 1.8

Luas Lahan Kritis di Kabupaten Indramayu

No Kecamatan Potensial

Kritis (Ha) Semi Kritis (Ha) Kritis (Ha) Jumlah

1 Haurgeulis 1.518 2.198 2.012 5.728 2 Gantar 0 0 0 0 3 Kroya 827 508 544 1.879 4 Gabuswetan 39 25 14 78 5 Cikedung 1.548 493 507 2.584 6 Terisi 0 0 0 0 7 Lelea 373 96 96 565 8 Bangodua 563 2 0 565 9 Tukdana 0 0 0 0 10 Widasari 338 9 0 374 11 Kertasemaya 745 23 0 768 12 Sukagumiwang 0 0 0 0 13 Krangkeng 0 543 0 543 14 Karangampel 0 1.004 76 1.080 15 Kedokanbunder 0 0 0 0 16 Juntinyuat 747 35 0 782 17 Sliyeg 639 3 0 642 18 Jatibarang 242 0 0 242 19 Balongan 825 0 0 825 20 Indramayu 0 203 44 247 21 Sindang 0 1.003 262 1.265 22 Cantigi 0 50 103 153 23 Pasekan 0 0 0 0 24 Lohbener 0 926 0 926 25 Arahan 0 40 0 40 26 Losarang 239 78 72 389 27 Kandanghaur 300 73 0 373 28 Bongas 741 2 0 743 29 Anjatan 671 0 0 671 30 Sukra 0 311 257 569 31 Patrol 0 0 0 0 Jumlah 10.355 7.625 3.987 21.967

Sumber : BPS, Indramayu Dalam Angka Tahun 2009

B. Alih Fungsi Lahan Hutan

Berdasarkan penetapan kawasan hutan di Kabupaten Indramayu oleh Kementerian Kehutanan, ditetapkan bahwa kawasan hutan di Kabupaten Indramayu adalah seluas 40.027 Ha dengan perincian 8.023 Ha hutan lindung dan 32.004 Ha sebagai hutan produksi. Peta penunjukkan kawasan hutan dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Berdasarkan data penggunaan lahan, terlihat bahwa terjadi alih fungsi lahan hutan yang cukup besar, baik pada kawasan hutan produksi maupun hutan lindung. Pada kawasan hutan lindung yang berupa tegakan hutan bakau, banyak beralih fungsi menjadi tambak

(35)

sedangkan pada kawasan hutan produksi beralih fungsi menjadi perkebunan dan sudah berlangsung sangat lama.

C. Alih Fungsi Lahan Sawah

Luas lahan pertanian di Kabupaten Indramayu adalah 146.115 Ha terdiri dari sawah irigasi seluas 106.895 Ha dan sawah tadah hujan seluas 39.220 Ha.

Lahan kawasan pertanian beririgasi diharapkan dapat lebih produktif dibandingkan lahan sawah tadah hujan, namun yang terjadi adalah penurunan kinerja untuk kawasan sawah. Pada tahun 2010 luas panen meskipun mengalami peningkatan namun dari sisi produksinya mengalami penurunan dari 1.588.866,12 ton di tahun 2009 menjadi 1.557.552,30 ton pada tahun 2010.

1.5.4 Infrastruktur Wilayah

1.5.4.1 Sumber Daya Air dan Irigasi

Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.428,45 mm dan memiliki potensi sumber daya air khususnya air permukaan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal dan lebih banyak yang terbuang ke laut.

Kabupaten Indramayu berdasarkan kondisi geografis dan fisiografi merupakan dataran rendah dan pantai serta berada pada bagian hilir daerah aliran sungai yang besar, yaitu DAS Cimanuk dan DAS Cipunagara yang terbagi dalam 14 aliran sungai yang mengalir ke arah utara yaitu ke Laut Utara Jawa, dimana sungai yang tergolong besar adalah Sungai Cimanuk, Sungai Cipanas, Sungai Cipunegara, Sungai Cilalanang, Sungai Kumpulkuista, Sungai Pamengkang dan Sungai Cimanis. Dan berdasarkan penetapan wewenang dan pengelolaan berada dalam 2 (dua) Wilayah Sungai (WS) yaitu WS Cimanuk Cisanggarung dan WS Citarum.

Selain sumber daya air alami, Kabupaten Indramayu memiliki waduk dan situ. Waduk dan situ yang menjadi sumber kebutuhan air di Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :

a. Bendung Rentang yang berada di Sungai Cimanuk yang mengairi Daerah Irigasi Rentang melalui Saluran Induk Cipelang dan Sindopraja seluas 66.175 Ha.

b. Bendung Salamdarma yang berada di sungai Cipunegara mengairi Daerah Irigasi Cipunagara melalui Saluran Induk Bugis seluas 24.405 Ha.

(36)
(37)

d. Bendung Sumurwatu yang berada di sungai Cipanas mengairi Daerah Irigasi Cipanas I seluas 2.855 Ha.

e. Bendung HBM yang berada di sungai Cipanas mengairi Daerah Irigasi Cipanas II seluas 3.265 Ha.

f. Waduk Situbolang mengairi daerah Situ bolang seluas 365 Ha.

g. Bendung Cibelerang yang berada di sungai Cibelerang mengairi Daerah Irigasi Cibelerang seluas 325 Ha.

h. Bendung Cipondoh mengairi Daerah Irigasi Cipondoh seluas 698 Ha. i. Bendung Lebiah mengairi Daerah Irigasi Lebiah seluas 217 Ha.

j. Bendung Sumber Mas mengairi Daerah Irigasi Sumber Mas seluas 382 Ha. k. Bendung Niwo mengairi Daerah Irigasi Niwo seluas 173 Ha.

l. Bendung Sangkep mengairi Derah irigasi Sangkep seluas 98 Ha. m. Bendung Lalanang mengairi Daerah Irigasi Lalanang seluas 597 Ha. n. Bendung Pedati mengairi Daerah Irigasi Pedati seluas 1.499 Ha. o. Bendung Cipapan mengairi Daerah Irigasi Cipapan seluas 240 Ha. p. Pompanisasi mengairi Daerah Irigasi Pompanisasi seluas 318 Ha.

q.

Bendung Legeh mengairi Daerah Irigasi Legeh seluas 408 Ha.

Pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata, dan untuk keperluan lainnya. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan pengembangan sistem irigasi dan merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Kriteria pembagian tanggung jawab pengelolaan irigasi selain didasarkan pada keberadaan jaringan tersebut terhadap wilayah administrasi juga didasarkan pada strata luasannya sebagai berikut :

 Daerah Irigasi (DI) dengan luas < 1000 Ha dan berada dalam satu kabupaten/kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

 Daerah Irigasi (DI) dengan luas 1000 - 3000 Ha atau DI yang bersifat lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah provinsi.

 Daerah Irigasi (DI) dengan luas > 3000 Ha atau DI yang bersifat lintas provinsi, strategis nasional, dan lintas negara menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat.

Sesuai dengan kebijakan pengelolaan air baku untuk irigasi, maka di Indramayu dibagi menjadi dua bagian pelayanan irigasi, yaitu daerah irigasi Rentang dan daerah irigasi kecil yang mendapat pasokan air dari Bendung Rentang, Bendung Salamdarma, Bendung Sumurwatu, Bendung HBM, Bendung Cibelerang dan bendung-bendung kecil lainnya berada dibawah pengelolaan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air,

(38)

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu, sedangkan daerah irigasi Cipunegara yang mendapatkan pasokan air dari Waduk Jatiluhur menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat dibawah pengelolaan PJT II Jatiluhur Divisi III Seksi Patrol.

1.5.4.2 Jalan dan Perhubungan

Berdasarkan pembagian kewenangan penanganan jalan, sistem jaringan jalan di Kabupaten Indramayu ditinjau dari status jalan, terdiri atas jalan nasional sepanjang 108,15 km, jalan propinsi sepanjang 105,68 km, jalan kabupaten sepanjang 798,035 km. Sedangkan jalan desa dan jembatan Kabupaten adalah sepanjang 980,150 km dan 2.990,150 meter. Kondisi jalan kabupaten adalah terdapat 54,13 % kondisinya baik (400,058 km), 29,51 % kondisi sedang (235,520 km), 13,98 % kondisi rusak ringan (111,582 km) dan 6,38 % (50,875 km) rusak berat.

Sementara itu jumlah terminal yang ada di Kabupaten Indramayu sebanyak 6 buah yaitu terminal Indramayu (tipe C), terminal Sindang (tipe C), terminal Jatibarang (tipe C/lintas), terminal Karangampel (tipe C), Terminal Patrol (tipe C) dan terminal Haurgeulis (tipe C). Untuk ketersediaan jaringan trayek angkutan umum dalam wilayah Kabupaten Indramayu sudah tersebar di 31 Kecamatan yaitu sebanyak 43 trayek.

Berkaitan dengan jaringan pelayanan kereta api, kabupaten Indramayu merupakan perlintasan jalur kereta api antara Jakarta dengan kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan adanya stasiun kereta api yang ada sekarang yaitu di Haurgeulis, Cilegeh, Terisi, Kedokangabus, Telagasari, Kertasemaya dan Jatibarang, kereta api menjadi sarana transportasi yang sangat prospektif untuk dikembangkan sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan ketersediaan transportasi massal.

Sedangkan untuk transportasi laut di Kabupaten Indramayu hingga sekarang masih terbatas pada angkutan niaga dan perikanan. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3.891 unit kapal yang terdiri dari 3.233 kapal nelayan dan 658 kapal niaga berlabuh di Kabupaten Indramayu.

Sementara itu untuk transportasi udara, Kabupaten Indramayu memanfaatkan bandara Soekarno Hatta di Jakarta maupun bandara Husein Sastranegara di Bandung yang jaraknya relatif jauh dari Indramayu, akan tetapi dengan adanya rencana pembangunan Bandara Internasional di Kertajati Kabupaten Majalengka, merupakan suatu keuntungan bagi masyarakat Indramayu karena faktor jaraknya yang relatif lebih dekat.

(39)

1.5.4.3 Energi dan Telekomunikasi

Kabupaten Indramayu memiliki potensi energi fosil berupa gas dan minyak bumi. Potensi cadangan gas dan minyak bumi Kabupaten Indramayu tersebar baik yang berada di wilayah daratan (on shore) maupun di wilayah perairan (off shore) di seluruh di Indramayu. Hal ini juga didukung dengan keberadaan kilang pengolahan minyak di Kecamatan Balongan. Sementara itu, terkait dengan pemanfaatan listrik yang berasal dari PLN, pasokan listrik dipenuhi dari Sistem Ketenagalistrikan Jawa Madura Bali (Jamali). Pengelolaan pasokan listrik dilakukan oleh PT. PLN P3B (Persero) Region Jawa Barat, yang melayani untuk daerah Karawang, Cianjur, Purwakarta, Cimahi, Bandung, Majalaya, Sumedang, Cirebon, Garut, Tasikmalaya.

Pendistribusian kelistrikan di Indramayu dikelola oleh PT. PLN (Persero) UPJ Indramayu melalui 4 (tiga) buah Gardu Induk untuk melayani kebutuhan listrik bagi seluruh masyarakat hingga ke desa-desa maupun untuk kebutuhan bagi berbagai sektor usaha dan jasa yang ada di Indramayu. Dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik nasional, maka di Indramayu akan dibangun PLTU 500 KV yang berada di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra.

Pengembangan energi surya telah dilakukan dalam skala kecil (rumah tangga), ditujukan bagi masyarakat yang tidak mendapatkan jaringan listrik PLN. Kendala yang dihadapi pada pengembangan energi surya adalah elemen dan pemeliharaan yang masih cukup mahal.

Dalam pelayanan jasa telekomunikasi, PT Telkom membagi wilayah jasa telekomunikasi telepon tetap di Jawa Barat menjadi dua divisi regional (divre), yaitu: Divre II Jakarta dan Divre III Jawa Barat.

Untuk wilayah Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam Divre III Jawa Barat yang melayani kebutuhan telekomunikasi masyarakat sebagian besar wilayah Jawa Barat. Divre III Jawa Barat mempunyai tujuh Kadantel dengan area pelayanan:

a. Kadantel Bandung: area pelayanan Bandung dan Sumedang b. Kadantel Garut: area pelayanan Garut

c. Kadantel Subang: area pelayanan Subang

d. Kadantel Cirebon: area pelayanan Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka e. Kadantel Tasikmalaya: area pelayanan Tasikmalaya dan Ciamis

f. Kadantel Cianjur: area pelayanan Cianjur g. Kadantel Sukabumi: area pelayanan Sukabumi

Jumlah satuan sambungan telepon (SST) dari PT. Telkom di Kabupaten Indramayu adalah sebanyak 15.393 SST. Selain PT. Telkom, sejumlah penyedia layanan telepon

(40)

seluler sudah beroperasi di Kabupaten Indramayu. Perkembangan telepon seluler ini telah mampu melayani kebutuhan telekomunikasi bagi penduduk Kabupaten Indramayu, untuk lebih jelasnya mengenai layanan telepon dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.9

Pelayanan Jaringan Telkom dan Telepon Seluler Tiap Kecamatan di Kabupaten Indramayu

No Kecamatan

Jaringan Telkom Telepon Seluler

Desa Terlayani Desa Belum terlayani Desa Terlayani Desa Belum terlayani 1 Haurgeulis Semua desa - Semua desa

-2 Gantar - Semua desa Semua desa -3 Kroya D.Sukamelang Semua desa -4 Gabuswetan D.Gabuswetan Semua desa

-5 Cikedung - - -

-6 Terisi Semua desa Semua desa

-7 Lelea D.Lelea D.Tamansari D.Pangauban D.Tunggulpayung D.Tugu D.Nunuk D.Tempel D.Talagasari D.Langgengsari D.Cempeh D.Tempelkulon Semua desa

-8 Bangodua Semua desa - Semua desa -9 Tukdana Semua desa - Semua desa

-10 Widasari Semua desa

-D.Bunder D.Leuwigede D.Widasari D.Bangkaloa Ilir D.Kalensari D.Ujunggaris D.Kongsijaya D.Ujungjaya D.Ujungpendokjaya D.Kasmaran 11 Kertasemaya D.Tulungagung D.Tenajar Kidul D.Kertasemaya D.Kliwed D.Tenajar D.Tenajar Lor D.Jengkok D.Tegal Wirangrong D.Manguntara D.Jambe D.Lemahayu D.Larangan Jambe D.Sukawera Semua desa

-12 Sukagumiwang Semua desa - Semua desa -13 Krangkeng Semua desa - Semua desa -14 Karangampel Semua desa - Semua desa -15 Kedokanbunder Semua desa - Semua desa -16 Juntinyuat Semua desa - Semua desa -17 Sliyeg Semua desa - Semua desa -18 Jatibarang Semua desa - Semua desa -19 Balongan Semua desa - Semua desa -20 Indramayu Semua desa - Semua desa -21 Sindang Semua desa - Semua desa -22 Cantigi Semua desa - Semua desa

(41)

-No Kecamatan

Jaringan Telkom Telepon Seluler

Desa Terlayani Desa Belum terlayani Desa Terlayani Desa Belum terlayani 23 Pasekan Semua desa - Semua desa

-24 Lohbener Semua desa - Semua desa -25 Arahan Semua desa - Semua desa -26 Losarang Semua desa - Semua desa -27 Kandanghaur Semua desa - Semua desa -28 Bongas Semua desa - Semua desa

-29 Anjatan D.Anjatan Utara D.Anjatan D.Anjatan Baru D.Kedung Wungu D.Salamdarma D.Mangunjaya D.Bugistua D.Bugis D.Wanguk D.Lempuyang D.Kopyah D.Cilandak D.Cilandak Lor Semua desa -30 Sukra D.Sukra Wetan D.Sumuradem D.Sumuradem Timur D.Bogor D.Sukra D.Ujunggebang D.Tegal Taman Semua desa

-31 Patrol Semua desa - Semua desa

-Sumber : Hasil Wawancara dan Survei Lapangan Tahun 2009

Berdasarkan hasil survey lapangan, jumlah menara telekomunikasi eksisting wilayah Kabupaten Indramayu yang dicatat berdasarkan penggunaan menara bersama, dapat dilihat pada tabel 1.10.

Tabel 1.10

Menara Telekomunikasi Eksisting Kabupaten Indramayu

No KECAMATAN

Menara Eksisting Multi

Operator OperatorSingle OperatorNon GrandTotal

1 Haurgeulis 4 7 0 11 2 Kroya 4 12 2 18 3 Gabus wetan 3 8 0 11 4 Cikedung 1 2 0 3 5 Lelea 4 5 1 10 6 Bangodua 4 3 0 7 7 Widasari 3 3 0 6 8 Kertasemaya 3 2 0 5 9 Krangkeng 6 1 0 7 10 Karangampel 6 7 2 15 11 Juntinyuat 7 12 1 20 12 Sliyeg 3 7 2 12 13 Jatibarang 4 12 0 16 14 Balongan 4 3 2 9 15 Indramayu 8 21 1 30

(42)

No KECAMATAN

Menara Eksisting Multi

Operator OperatorSingle OperatorNon GrandTotal

16 Sindang 3 4 0 7 17 Cantigi 1 3 0 4 18 Sukagumiwang 1 3 0 4 19 Gantar 4 14 1 19 20 Kedokan Bunder 4 4 1 9 21 Terisi 4 8 0 12 22 Loh bener 6 11 2 19 23 Arahan 2 0 1 3 24 Losarang 8 5 0 13 25 Kandanghaur 4 9 0 13 26 Bongas 4 5 1 10 27 Anjatan 1 10 0 11 28 Sukra 2 8 0 10 29 Tukdana 2 4 1 7 30 Pasekan 1 1 0 2 31 Patrol 4 5 1 10 Grand Total 115 199 19 333 PROSENTASE 34.53% 59.76% 5.71% 100.00%

Sumber : Hasil Survei Lapangan Tahun 2010

Di Kabupaten Indramayu terdapat total 333 unit menara telekomunikasi seluler. Dimana yang berdiri dan telah digunakan sebagai menara telekomunikasi bersama mencapai 34,53 % (masih dibawah 50%).

Dari hasil ini maka sangat dibutuhkan suatu pengendalian pembangunan menara, artinya bahwa penyelenggara Telekomunikasi diharuskan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan menara (single operator) yang sudah ada terlebih dahulu sejumlah 199 unit Menara. Menara telekomunikasi eksisting per operator di wilayah Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada tabel 1.11.

Tabel 1.11

Menara Telekomunikasi Eksisting per Operator Wilayah Kabupaten Indramayu

NO P E M I L I K

T O W E R E K S I S T I N G Multi

Operator OperatorSingle OperatorNon TOTAL

1 PT. XL Axiata, Tbk. 41 44 1 86

47.70% 51.20% 1.20%

Gambar

Gambar 1.1 Peta Wilayah Administrasi ………………………………………………......... I-5 Gambar 1.2 Peta Kepadatan Penduduk ……………………………………………………… I-15 Gambar 1.3 Peta Penggunaan Lahan …………………………………………………………
Tabel 1.7 Pengunaan Lahan
Tabel 4.2 Skoring Kelas Lereng

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 22,

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor