• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengartikan pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan. Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengartikan pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan. Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Atkinson persepsi merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengartikan pola-pola stimulus yang ada dalam lingkungan.

Menurut Milton (1981:22) bahwa persepsi merupakan suatu proses pemilihan, pengorganisasian dan penafsiran terhadap stimulus yang timbul dari lingkungan.

Menurut Clifford T. Morgan (1981:299) persepsi adalah proses dimana kita membedakan antara stimulus satu dengan stimulus lain dan kemudian menafsirkan stimulus tersebut.

Menurut Scheerer (1954) dalam (Sarwono, 1983:94) menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek distalitu sendiri, medium dan rangsang proksimal.

Suprihanto dkk (2003:33) mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu

bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda.

Indrawijaya (2000:47) menyatakan bahwa persepsi merupakan dimana

manusia dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada suatu rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui mendengar, melihat, merasa, meraba, dan mencium, yang dapat terjadi terpisah-pisah atau serentak.

(2)

Menurut Davis and Newstrrom (1985:563) persepsi adalah pandangan

individu terhadap dunia lingkungan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Ketika mengamati suatu objek, kadang-kadang suatu objek yang sama dipersepsi berlainan oleh dua orang atau lebih. Charles R Milton (1981:22) menjelaskan lebih rinci mengenai faktor -faktor yang berpengaruh terhadap persepsi orang :

a. The person perceived (orang yang diamati) Setiap individu berusaha membuat penilaian terhadap tingkah laku orang yang diamati, dengan memberikan perhatian (attention) pada orang tersebut seringkali individu tidak menyadari faktor yang mempengaruhi penilaiannya ini. Status dan kedudukan dengan orang yang diamati secara sadar atau tidak seringkali mempengaruhi perilakunya dalam berhubungan dengan orang lain.

b. The situation (situasi) Aspek – aspek dari situasi seperti pekerjaan dan atribut – atribut lain yang melekat pada diri seseorang yang melakukan persepsi, akan mempengaruhi pengamatannya terhadap objek, situasi atau manusia lainnya. Oleh karena itu, masing – masing individu mempunyai persepsi yang berbeda dalam mengamati lingkungannya.

c. Perceiver (pengamat) Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi individu dari si pengamat. Salah satu aspek internal yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah faktor kebutuhan. Seseorang cenderung mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.

(3)

d. Self perception (persepsi diri) Untuk memahami perilaku orang lain, seseorang harus mengerti bagaimana ia mengamati dirinya sendiri atau bagaimana konsep dirinya. Konsep diri dinyatakan sebagai gambaran mental mengenai apa pendapat kita tentang diri kita sendiri. Konsep diri tentu saja unik, tetapi juga bersifat menetap dalam diri individu, sehingga individu cenderung mempunyai gaya hidup tersediri yang khas. Bereaksi, berpikir dan bertindak dengan cara tertentu yang membedakannya dengan orang lain.

e. Self perception and perceiving other (persepsi diri dan pengamatan terhadap orang lain) Dengan mengenal dan memahami diri sendiri memudahkan kita untuk memahami orang lain dengan tepat dan lebih sedikit membuat kesalahan menilai orang lain. Bila seseorang mau menerima dirinya sendiri, maka ia cenderung dapat melihat aspek – aspek positif dari orang lain yang berarah akan memperluas pandangannya dalam melihat dan menilai orang lain.

f. Personal characteristic (karakter pribadi) Karakter pribadi seseorang akan mempengaruhi karakter yang dilihat pada orang lain. Kata – kata yang digunakan dalam melukiskan orang lain, cenderung digunakan pula dalam menggambarkan diri sendiri.

Menurut Walgito (2002:70-71) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain :

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam

(4)

individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang diajukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Persepsi sekalipun yang stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama,kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan sedikit gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual sehingga dapat menimbulkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, meliputi :

Menurut Robbins (2001:89) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain :

a. Pelaku persepsi

Bila seseorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaaku persepsi individu itu.

(5)

b. Objek atau target

Karakteristik-karakteristik dari objek atau target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang akan dipersepsikan oleh individu tersebut.

c. Kontek situasi itu dilakukan.

Penting bagi seorang individu melihat konteks objek aatau peristiwa, karena unsur-unsur lingkungan disekitarnya sangat mempengaruhi persepsi individu tersebut.

Pendapat lain Menurut Irwanto (1988:76) berpendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi anatara lain :

a. Perhatian yang selektif

Setiap individu akan menerima banyak rangsang dari lingkungannya. Namun demikian, ia harus memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja agar objek-objek atau gejala-gejala lain tidak tampil.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Setiap individu mempunyai nilai dan kebutuhan yang tidak sama. d. Pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsi dunianya.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pandangan seseorang yang timbul dari setiap individu yang menimbulkan sikap

(6)

perilaku manusia yang mana merupakan suatu unsur dalam penyesuaian perilaku manusia itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, Objek yang dipersepsi, Objek atau target, Perhatian, Kontek situasi itu dilakukan, Ciri-ciri rangsang, Pengalaman terdahulu, dan Nilai-nilai kebutuhan individu.

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2002:71) menjelaskan proses terjadinya persepsi sebagai berikut :

a. Proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses stimulus mengenai alat indera. b. Proses fisiologis, stimulus yang diterima oleh alat inderaditeruskan oleh syaraf

sensoris ke otak.

c. Proses psikologis, terjadi di otak atau pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasa.

Menurut Indrawijaya (2000:48-51), proses terjadi persepsi melalui

tahap-tahap:

a. Proses masukan (input proces)

Proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan baik oleh faktor luar maupun didalam manusia itu sendiri.

b. Selektifitas

Manusia memperoleh berbagai rangsangan dari lingkungannya, baik yang bersifat terbatas atau sempit maupun yang bersifat luas lagi. Kemampuan manusia terbatas sehingga cenderung memberi perhatian pada rangsangan tertentu saja yang mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya

(7)

c. Proses penutupan (closure)

Proses penutupan merupakan proses untuk melengkapi atau menutupi jurang informasi yang ada. Kecenderungan seseorang merasa sudah mengetahui keseluruhan, merupakan suatu hal yang penting dalam proses perseptual, karena hal tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan hasil akhir proses persepsual.

2.2. Pembinaan

Pembinaan adalah salah satu strategi pengembangan SDM. Menurut Jons

(1928) dalam Sarwono (1993), strategi pengembangan SDM antara lain :

1. Melalui pelatihan 2. Pendidikan 3. Pembinaan 4. Rekrutment

2.2.1 Pengertian Pembinaan

Menurut kamus pusat bahasa Depdiknas ( 2002; 152) kata pembinaan mempunyai tiga makna, yaitu :

1. Proses, cara, perbutan untuk mengupayakan sesuatu menjadi lebih maju/baik. 2. Pembaruan, penyempurnaan.

3. Usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Thoha (1987; 7) pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau penyataan yang lebih baik.

Menurut Mangunharjana (2001; 1 dan 14) pembinaan adalah sebagai proses belajar dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu

(8)

orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan serta kecakapan baru, guna mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani agar lebih efektif. Karena itu fungsi pokok dari pembinaan menyangkut tiga hal : 1. Penyampaian informasi dan pengetahuan, 2. Perubahan dan pengembangan sikap, 3 latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.

Secara konseptual pembinaan adalah terdiri dari empat unsur pengertian :

1. Pembinaan adalah suatu upaya atau usaha melalui tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan.

2. Menunjukan kegiatan berupa penyampaian informasi dan pengetahuan, pengarahan dan bimbingan, latihan dan pengembangan kecakapan, keterampilan dan pengembangan sikap, sehingga menghasilkan perubahan dari individu maupun kolektif.

3. Menunjukan kearah kemajuan berupa pertumbuhan, perbaikan, peningkatan, pembaruan, pengembangan dan penyempurnaan atas sesuatu.

4. Ada prosedur dan proses evaluasi yang dilakukan terhadap upaya pembinaan.

2.2.3 Pembinaan Kuliah Karyawan

Pembinaan kuliah karyawan adalah suatu program yang dibentuk oleh RSAI untuk membangun aqidah, perilaku yang baik dan benar meliputi Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Program kegiatan Pembinaan Kuliah Karyawan yang terdiri dari Mentoring Diniah Karyawan (MDK), Pengajian Senin-Kamis, Mabit, Monday Morning Meeting (3M), dan Klasikal Mentoring. Mentoring Diniah Karyawan (MDK) bersifat wajib yang dilakukan sebulan 2 kali.

(9)

2.2.4 Materi Pembinaan Kuliah Karyawan

Materi yang diberikan adalah turunan dari Core Beliefes RSAI yaitu Iman, Islam, Ihsan.

1. Iman

Materi yang diturunkan dari 6 asas rukun iman yang terdiri dari iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rosul, Hari kiamat, Qada dan Qadar.

2. Islam

Materi yang diturunkan dari 5 asas rukun islam yang terdiri dari mengucapkan dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji.

3. Ihsan

Materi yang diberikan adalah untuk menjadi pribadi yang dapat menjalankan iman dan islam dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Materi-materi yang diberikan adalah : a. Memahami asma Allah b. Memahami sifat Allah

c. Keutamaan menyempurnakan ibadah

d. Perbaikan diri

e. Kekuatan untuk istiqomah

f. Pentingnya lingkungan yang baik

g. Pentingnya memelihara iman dan amal shaleh h. Itttiba’ terhadap Rosul

(10)

2.3 Beban Kerja

2.3.1 Pengertian Beban Kerja

Islilah beban kerja sering ditafsirkan sebagai suatu hal yang memberatkan atau yang menekan bagi kehidupan seseorang. Pengertian beban kerja menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang yang berat yang dibawa (dipikul atau dijunjung dan sebagainya); sesuatu yang berat (sukar) dilakukan, penekanan, tanggungan atau kewajiban yang harus dilakukan.

Pekerjaan (job) memiliki pengertian sekumpulan kedudukan yang memiliki persamaan kewajiban atau tugas pokok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata kerja diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaan. Selanjutnya dalam Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) diterangkan bahwa pekerjaan terdiri atas unsur-unsur (elemen kerja). Unsur-unsur (elemen kerja) merupakan komponen terkecil dari pekerjaan. Unsur pekerjaan dalam kumpulan yang lebih besar disebut dengan tugas (task). Tugas merupakan kegiatan fisik atau mental yang membentuk langkah-langkah logis yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Kumpulan dari tugas-tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang diebankan kepada seseorang disebut kedudukan (position). Dengan demikian beban kerja menurut

uraian diatas merupakan tekanan dari pekerjaan beserta aspek-aspek

yangmenyertainyayang dirasakan oleh seseorangdalam melakukan pekerjaannya. Beban kerja tidak lepas dari persoalan beban kerja mental (mental workload) dan beban fisik (physical workload).

Beberapa pengertian ada dari beberapa ahli yang mengemukakan pengertian beban kerja.

(11)

Keith Davis (1985) mengemukakan bahwa beban sebagai suatu kondisi

ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang.

Ghoper & Dunchin (1986) menjelaskanbahwa kapasitas seseorangyang

dibutuhkan untuk mcngerjakan tugas sesuai dengan harapan (perforriance harapan) berbeda dengan kapasitas yang tersedia pada saat itu (performance aktual) yang disebut dengan beban kerja. Perbedaan diantara keduanya menunjukkan taraf kesukaran tugas yang mencerminkan beban kcrja. Dengan kata lain, adanya tuntutan yang lebih tinggi untuk mengerjakan tugas tidak sebanding dengan kapasitas yang dimiliki.

Menurut Gibson dan Ivancevich (1993:163) beban kerja adalah sebagai berikut: “Tekanan sebagai tanggapan tidak dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi oleh perbedaan individual dan proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa atau fisik) yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik terhadap seseorang”. Dengan kata lain beban kerja timbul karena adanya tekanan yang berasal dari tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menanggapinya dapat berbeda.

Menurut Cohen (1980) beban kerja merupakan kondisi pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja yang berkaitan dengan faktor situasional yang terdiri dari faktor lingkungan fisik dan psikis.

Cohen, (1980), melakukan penelitian terhadap sejumlah orang yang

dihadapkan pada kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan di dalam pekerjaannya. Kondisi-kondisi itu berupa suara bising, kejutan listrik, hambatan-hambatan dalam pekerjaan, birokrasi dan tugas-tugas yang diberikan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa orang-orang dalam penelitian tersebut menjadi kurang efektif

(12)

dalam menjalan tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian konsentrasi, toleransi terhadap frustasi rendah dan mengalami gangguan terhadap kemampuan persepsi, mereka menujukkan penurunan kepekaan terhadap orang lain dan bertambahnya perilaku agresi.

Berdasarkan pengertian beban kerja diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa beban kerja adalah merupakan sesuatu yang dirasakan dan tanggapan terhadap faktor situasional berupa lingkungan fisik maupun psikis oleh seseorang (pekerja). Jika seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan tersebut maka hal ini tidak menjadi suatu beban kerja, akan tetapi apabila usaha untuk menyesuaikan dirinya tidak berhasil maka halini akan menjadi suatu beban kerja. Beban kerja adalah sesuatu yangdirasakan beradadiluar kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaannya. Selain itu beban kerja merupakan kondisi pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja berkaitan dengan faktor fisik dan psikis.

2.3.2 Proses terjadinya beban kerja

Beban kerja timbul karena adanya keterbatasan dalam kemampuan manusia meproses informasi yang diterima. Dalam psikologi hal ini dikenal dengan fenomena “bottleneck theory” atau kemandengan dalam kemampuan memproses informasi.

Wickens dan Hollands (2000) mengungkapkan tiga garis besar permasalahan

yang berkaitan dengan keterbatasan atensi manusia ini, yaitu :

1. Atensi Selektif (Selevtive Attention) . Terkadang manusia cenderung memilih hal-hal yang kurang penting dari lingkungan untuk diproses. Akibatnya, stimuli yang penting justru terabaikan. Jebakan kognisi ini sering disebut dengan kanal kognisi (cognitive tunneling).

(13)

2. Atensi Terfokus (focused Attention). Pada waktu-waktu tertentu kita terkadang gagal dalam berkonsentrasi pada suatu sumber informasi dilingkungan, terkecuali kita memang sangat terdorong untuk melakukannya.

3. Atensi yang terbagi (Divided Atenstion). Ketika masalah terjadi pada atensi yang terfokus tadi, sebagian dari atensi kita secara tidak sengaja terarah pada stimuli yang tidak kita harapkan untuk diproses, sedangkan bila masalah itu terjadi pada atensi yang terbagi, kita tidak mampu membagi atensi kita diantara berbagai stimuli itu karena kita ingin mengerjakan semuanya.

2.3.3 Beban Kerja Sebagai Faktor Situasional

Beban kerja yang dirasakan oleh seseorang pekerja dapat menjadi faktor penekan yang menghasilkan kondisi-kondisi tertentu, sehingga menuntut manusia memberikan energi atau perhatian yang lebih. Faktor penekan ini adalah beban yang ditimbulkan dari pekerjaannya yang dirasakan pekerja. Faktor yang menjadi penekan tersebut berasal dari luar diri yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkuan psikis.

2.3.2.1 Beban kerja lingkungan fisik

Kondisi-kondisi lingkungan fisik lingkungan kerja banyak berhubungan dengan psikologi kerekayasaan, dimana kondisi fisik dapat membuat pekerjaan menjadi lebih manusiawi. Kondisi fisik hampir sepenuhnya dapat diatur atau dirubah dan dibuat sedemikian rupa sehingga kondisi fisik di lingkungan kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja manusia. Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan pekerjaan itu sendiri, kondisi-kondisi fisik di lingkungan kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kenyamanan kerja, yang meliputi (Cohen, 1980):

(14)

a. Rancangan Ruang Kerja

Rancangan ruang kerja meliputi kesesuaian pengaturan susunan kursi, meja dan fasilitas kantor lainnya. Hal ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kenyamanan dan tampilan kerja karyawan. Jika kenyamanan kerja tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan harapan karyawan akibatnya akan menimbulkan stress. b. Rancangan Pekerjaan (Work Space Design)

Rancangan pekerjaan meliputi peralatan kerja dan prosedur atau metode kerja. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pekerjaannya akan mempengaruhi kesehatan dan hasil kerja. Masalah-masalah juga akan muncul apabila prosedur kerja tidak dirancang dengan baik. Prosedur dan metode kerja sering telah ditentukan oleh pihak perusahaan, sehingga karyawan mau tidak mau harus menjalankan dan mengikuti prosedur yang telah ada. Birokrasi yang panjang dan berbelit-belit dalam pengurusan surat-surat izin atau dinas merupakan salah satu penyebab stres kerja.

c. Kondisi Lingkungan Kerja

Masalah penerangan dan kebisingan merupakan faktor penekan utama diantara aspek-aspek fisik di lingkungan kerja. Penerangan dan kebisingan sangat berhubungan dengan kenyamanan dalam bekerja. Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang menuntut kemampuan konsentrasi hingga seperti tugas seorang mekanik, sangat diperlukan kondisi lingkungan yang tenang dan nyaman. Sirkulasi udara dan suhu ruangan juga sangat berpengaruh terhadap kondisi seseorang dalam menjalankan tugasnya. Polusi udara yang masuk ke dalam ruang kerja dapat

(15)

mengakibatkan aktivitas kerja menurun, kemampuan ingatan jangka pendek juga menurun (mudah lupa), dan gangguan kesehatan lainnya.

d. Tingkat privasi

Pekerjaan-pekerjaan tertentu membutuhkan tempat kerja yang dapat memberikan privasi bagi karyawannya. Konsep mengenai privasi dapat diartikan sebagai “keleluasaan pribadi” ̧ dimana seseorang memiliki keleluasaan pribadi terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya dari kelompoknya. Keleluasaan pribadi seorang karyawan produksi pada suatu perusahaan akan memiliki arti yang berbeda dengan keleluasaan pribadi staf personalia. Pada kenyataannya tempat kerja yang memberikan keleluasaan pribadi. Keleluasaan pribadi merupakan faktor penting bagi kenyamanan kerja. Tidak adanya keleluasaan pribadi dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan pekerja.

2.3.2.2 Beban kerja lingkungan psikis

Lingkungan psikis di tempat kerja dapat berdampak positif atau pun negatif,hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapinya. Faktor lingkungan psikis merupakan hal-hal yang menyangkut hubungan sosial dan keorganisasian. Cohen

(1980), beban kerja lingkungan psikis diantaranya meliputi:

1. Pekerjaan yang berlebihan (Work overload)

Pekerjaan berlebihan adalah pekerjaan yang berlebihan yang memerlukan kemampuan maksimal dari seseorang. Pada umumnya pekerjaan yang berlebihan merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan (tension). 2. Waktu yang terdesak atau terbatas (Time urgency)

(16)

Waktu yang terbatas atau mendesakdalam menyelesaikan suatu pekerjaan, merupakan hal-hal yang menekan yang dapat menimbulkan ketegangan (tension). Seseorang karyawan rata-rata menggunakan waktu kerjanya dalam seminggu mencapai 40 jam, tetapi waktu yang dimililkinya kadang-kadang tidak cukup unruk melakukan tugas-tugasnya. Apabila pekerjaan yang dikerjakan terburu-buru maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan dan dapat merugikan.

3. Sistem pengawasan yang tidak effisien (Poor quality of supervisor)

Sistem pengawasan yang tidak efisien atauburuk dapat menimbulkan ketidaktenangan bagi karyawan dalam bekerja karena salah satuharapan karyawan dalam memenuhi kebutuhan kerjanya adalah adanya bimbingan dan pengawasan yang baik dan objektif dari atasannya.

4. Kurang tepatnya pemberian kewenangan sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan (Inadequate authority to match responsibilities).

Akibat dari Sistem pengawasan yang buruk akan menimbulkan efek pada pemberian wewenang yang tidak sesuai dengan tanggung jawab yang dituntut pekerja. Pekerja yang tanggung jawabnya lebih besar dari wewenang yang diberikan akan mudah mengalami perasaan tidak sesuai yang akhirnya berpengaruh pada kinerjanya.

5. Kurang umpan balik prestasi kerja (Insufficeient performance feedback) Kurangnya umpan balik prestasi kerja dapat mcnimbulkan ketidakpuasan kerja. Misalnya mendapatkan pujian atau kenaikan gaji ketika bekerja dengan baik. 6. Ketidakjelasan peran (Role ambiguity)

(17)

Agar menghasilkan performa yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Ketidakjelasan peran dapat dikarenakan informasi yang tidak lengkap dan ketidaksesuaian status kerja.

7. Perubahan-perubahan dalam pekerjaan (Change of any type)

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pekerjaan akan mempengaruhi cara orang-orang dalam bekerja. Hal ini berarti terjadinya ketidakstabilan pada situasi kerja. Perubahan menuntut penyesuaian agar terjadi ketasbilan. Perubahan di lingkungan kerja dapat berupa perubahan jenis pekerjaan, perubahan organisasi, pergantian pemimpin maupun perubahan kebijakan pemilik perusahaan.

8. Konflik antar pribadi dan antar kelompok dan seterusnya (Interpersonal and

intergroup conflict)

Perselisihan juga dapat terjadi akibat perbedaan tujuan dan nilai-nilai yang dianut dua pihak. Dampak negatif perselisihan adalah terjadinva gangguan dalam komunikasi, kekompakkan dan kerjasama. Situasi yang sering menimbulkan perselisihan di tempat kerja.

9. Suasana politik yang tidak aman (Insecure political climate)

Ketidakstabilan suasana politik dapat terjadi di lingkungan kerja maupun di lingkungan lebih luas lagi. Misalnya situasi politik yang tidak menentu, yang mengganggu kestabilan perubahan-perubahan dan ekonomi.

10. Frustrasi (Frustration)

Frustasi sebagai kelanjutan dari konflik yang berdarnpak pada terhambatnya usaha mencapai tujuan. Missalnya harapan perusahaan yang tidak

(18)

sesuai dengan harapan pekerja. Hal ini akan menimbulkan stres apabila berlangsung terus-menerus.

11. Perbedaan nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai yang dimiliki pekerja (Differences between company's and employee's values).

Kebijakan perusahaan kadang-kadang sering bertolak belakang dengan diri pekerja. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena pada dasamya perusahaan lebih berorientasi pada keuntungan (provit). Sedangkan pekerja menuntut upah yang tinggi, kesejahteraan serta adanya jaminan kerja yang memuaskan. Pada umumunya pekerjaan yang berlebihan itu sebagai hal yang menjadi sumber penekan yang dapat menimbulkan ketegangan, hal ini sering menjadi beban bagi sebagian orang, tetapi bisa juga bukan merupakan sebagai tekanan bagi sebagian orang lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan, proses psikologis dan penghayatan individu tentang beban kerja yang dihadapinya berbeda-beda.

2.4 Perawat

2.4.1 Pengertian Perawat

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusanto (2003), perawat adalah seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan kepada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

Dalam UU RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan yang melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

(19)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat, pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.4.2 Konsep utama keperawatan

Terdapat lima dasar konsep utama keperawatan (Suwignyo 2007) : a. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perawat harus menegetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya.

b. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

c. Reaksi segera

Meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat pelaksana rawat inap dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat pelaksana rawat inap dan persepsi individu pasien, berfikir dan merasakan.

d. Disiplin proses keperawatan

Menurut George (dalam Suwignyo, 2007) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan,

(20)

mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan yang tepat.

e. Kemajuan/peningkatan

Peningkatan berarti tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.

2.4.3 Pengertian Perawat pelaksana

Perawat pelaksana pelaksana adalah perawat pelaksana rawat inap yang berperan memberi asuhan keperawatan pada pasien secara langsung, mengikuti timbang terima, melaksanakan tugas yang didelegasikan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan (Suarli dan Bachtiar, 2005 ). Bentuk asuhan keperawatan tersebut berupa antara lain :

1. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan untuk meningkatkan atau memulihkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya khususnya kebutuhan fisiologis.

2. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidakmauan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat di berikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemberian motivasi pada klien yang memiliki penurunan dalam kemauan sehingga diharapkan terjadi motivasi yang kuat untuk membangkitkan semangat hidup agar terjadi peningkatan.

3. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidaktahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat pemberi pengetahuan, yang berupa pendidikan kesehatan (health education) yangdapat dilakukan pada individu,

(21)

keluarga atau masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang rendah dalam masalah perawat pelaksana rawat inapan kesehatan sehingga diharapkan dapat terjadi perubahan peningkatan kebutuhan dasar. Agar mampu melaksanakan asuhan keperawatan maka perawat pelaksana rawat inap harus memepunyai beberapa peran.

2.4.4 Peran Perawat

Peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun dari luar profesi keperawat pelaksana rawat inapan yang bersifat konstan (Hidayat, 2006). Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuahan keperawat pelaksana rawat inapan, advokat klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat dasar kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

(22)

b. Peran sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. d. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran kolaborator

Peran perawat pelaksana rawat inap disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-laindengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusiatau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

(23)

f. Peran konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilaksanakan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. g. Peran pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

2.5 Kerangka Pikir

Rumah sakit sebagai suatu badan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan bagi masyarakat akan selalu dibutuhkan dan diharapkan untuk selalu dapat memberikan bantuan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat.

RSAI merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta tipe B dan merupakan rumah sakit dengan nuansa dan citra islami yang mencoba mengupayakan pelayanan kesehatan kepada pasien sebaik-baiknya. RSAI memiliki Visi menjadi rumah sakit yang unggul, terpercaya dan islami dan Misi melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai islami kedalam seluruh aspek pelayanan maupun pengelolaan rumah sakit, membantu dan mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan, melakukan kerjasama lintas sektoral dan ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melakukan pelayanan kesejatan dengan memberi kepuasan kepada konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkan, mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan sumber daya yang dimiliki.

(24)

Selain Visi dan Misi islami, di RSAI juga ditetapkan program 4SGRT yaitu senyum, salam, sapa, sopan santun, gesit responsip dan ucapan terima kasih. Kemudian sebagai core values-nya ditetapkan 7 nilai RSAI yaitu kasih sayang, bersih, jujur disiplin, tanggung jawab, kerjasama, dan ridho Allah. Sementara core believes-nya adalah ihsan, iman, dan pengamalan rukun islam.

Perawat pelaksana rawat inap memiliki beban kerja yang cukup berat dimana perbandingan antara perawat pelaksana rawat inap dan pasien tidak ideal yaitu 1 : 6. Selain perbandingan yang tidak ideal, perawat pelaksana rawat inap juga mengerjakan pekerjaan lain diluar kompetensi mereka, seperti melakukan administrasi pasien BPJS, melakukan Billing (merinci biaya selama pasien dirawat) ketika ada pasien pulang, khususnya pada saat shift siang dan malam karena bagian administrasi sudah tidak ada ditempat kerja. Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas lain seperti memisah-misahkan alat tenun (seprai, selimut, baju pasien) yang seharusnya tugas laundry, dan tugas membereskan obat-obatan yang harusnya tugas farmasi. Perawat pelaksana rawat inap juga menyebutkan tentang banyaknya pasien dengan penyakit berat yang menambah beban kerja, seperti adanya pasien observasi. Karena seharusnya pasien observasi berada pada ruangan khusus seperti ICU, tapi karena ruangan khusus penuh ditempatkan di ruangan biasa. Selain itu, perawat pelaksana rawat inap juga merasakan pasien yang kurang mengerti akan kesibukan perawat pelaksana rawat inap, seperti terus-terusan memencet bel meminta dilayani padahal ada keluarganya, sedangkan mereka sedang melakukan tugas yang lainnya

Selain beban kerja, perawat pelaksana rawat inap juga mendapatkan program pembinaan yaitu sebagai upaya internalisasi VISI-MISI, nilai-nilai 4SGRT, Core

(25)

Values 7 nilai RSAI, dan Core Beliefes Iman, Islam, Ihsan di RSAI yang terdiri dari Mentoring Diniah Karyawan (MDK), Monday Morning Meeting (3M), Mabit, dan Klasikal Mentoring. Mentoring Diniah Karyawan (MDK) bersifat wajib yang dilakukan sebulan 2 kali, apabila tidak hadir akan berdampak pada pemotongan insentif yang didapatkan karyawan. Tujuan program Pembinaan ini adalah membangun aqidah, perilaku yang baik dan benar meliputi Kognitif, Afektif dan Psikomotor.

Dalam menghadapi situasi kerja yang memiliki beban kerja yang berat, tentu individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda. Selain beban kerja, terdapat juga program pembinaan kuliah karyawan, yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang berbeda oleh setiap perawat pelaksana rawat inap. Menurut Milton, Charles R (1981;22) persepsi adalah suatu proses pemilihan, pengorganisasian, penafsiran dan pemaknaan stimulus yang muncul dari lingkungan kerja.

Aspek-aspek yang berkaitan dengan pembinaan dalam penelitian ini yaitu penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan pengembangan sikap, Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.

Dengan adanya persepsi terhadap program pembinaan yang diterima oleh perawat pelaksana rawat inap pelaksana memuncul penghayatan yang berbeda terhadap beban kerja yang mereka hadapi.

(26)

Skema kerangka pikir

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “semakin positif persepsi terhadap pembinaan semakin ringan beban kerja

yang hayati oleh perawat pelaksana rawat inap di RSAI Bandung”. Perawat pelaksana rawat inap Pembinaa n Persepsi positif Persepsi negatif Meningkatnya pemahaman agama Muamalah dalam bekerja menjadi lebih baik

Beban kerja ringan secara fisik

Pemahaman agama tidak meningkat

Beban kerja berat secara fisik Muamala h dalam bekerja tidak lebih baik Beban kerja ringan secara psikis Beban kerja berat secara psikis

Referensi

Dokumen terkait

konsumen dan menyediakan kecepatan dan ketepatan pelayanan. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah yang kecenderungannya naik dari

Sistem pengambilan keputusan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality), yang diharapkan dapat

Kemudahan dalam hal pendirian perusahaan membangkitkan minat untuk membentuk sebuah perusahaan jasa kontraktor yang juga akan mempekerjakan banyak sumber daya

Bertujuan untuk mengganggu konsentrasi pihak Belanda, serangan tersebut juga ditujukan agar kepercayaan dari rakyat kembali diperoleh para pasukan TNI serta memberi

Dari uji swelling juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan dalam membran maka hasil persen swelling semakin kecil, hal ini disebabkan dengan

Grant memberi contoh bagi siswa tentang bagaimana menilai proyek mereka dengan menggunakan rubrik, dan ia mengamati dan membuat catatan-catatan kecil saat mereka bekerja..

67 Hasil Heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Dependent

energi listrik yang cukup besar untuk menghasilkan cahaya yang sama dengan.