• Tidak ada hasil yang ditemukan

CREDIT UNION. KOPERASI How to Grow and Sustain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CREDIT UNION. KOPERASI How to Grow and Sustain"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

C R E D I T U N I O N

KOPERASI

How to Grow and Sustain

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pe­ lang garan hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Ko-mersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, hu-ruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Ko­ mersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggar an hak ekonomi Pencipta sebagaimana di-maksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Ko­ mersial dipidana dengan pidana pen jara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milia r rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana di­ maksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)
(5)

CR E DIT U N ION

KOPERASI

How to Grow and Sustain

Ditulis oleh Robby Tulus, Yuspita Karlena, dan Munaldus

© 2017 Tim Penulis

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan pertama kali dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kompas Gramedia Anggota IKAPI, Jakarta

717060878

978-602-04-2154-4

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

(6)

Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih vii

Prolog ix

Bab 1. Indahnya Kepemilikan Lokal 1 Bab 2. Peta Jalan CU: Menuju Kepemilikan

Lokal yang Kuat 67

Bab 3. CU: How To Grow and Sustain? 81 Bab 4. Memperkuat Kinerja Sosial: Bagaimana

Memulainya 91

Bab 5. Standar Universal SPM 103

Bab 6. PPI 109

Bab 7. CPP 119

Bab 8. Financial Literacy 131

Bab 9. SHG 139

Bab 10. Bisakah CU Tumbuh Vertikal

Terus-menerus? 153

(7)

vi Credit Union KOPERASI: How to Grow and Sustain

Bab 11. Solusi: Layanan Non-Keuangan

di Sektor Riil 165

Bab 12. Membangun Konglomerasi

Sosial-Ekonomi Berbasis Kepemilikan

Lokal 177

Bab 13. Merger Secara Elegan 191

(8)

1

INDAHNYA

KEPEMILIKAN LOKAL:

Menyimak Keunggulan Koperasi dalam Kerja Sama Pembangunan Internasional

(9)

2 Credit Union KOPERASI: How to Grow and Sustain

PENDAHULUAN

Sekitar enam tahun yang lalu, ketika saya mengunjungi Induk Koperasi Kredit Indonesia (INKOPDIT) di Jakar-ta, General Manager INKOPDIT saat itu mengatakan bahwa dana bantuan Canadian Co-operative Assoca-tion (CCA) ke Inkopdit masih tersisa cukup banyak. Karena anggaran Inkopdit sudah mencukupi berkat aneka program kegiatan swadaya Inkop dit, maka dana tersebut ingin dikembalikan ke CCA. Hal yang me-narik, karena dana bantuan dalam rangka kerja sama pembangunan internasional itu berbentuk “cash grant”, maka dana tersisa itu tidak bisa dikembalikan.

Keputusan Inkopdit ini bukan sekadar

soal uang. Namun soal sikap.

Umumnya lembaga kemasyarakatan terbiasa me-nerima bantuan dari luar maupun dari dalam neger i, lalu ingin memuaskan sponsor mereka dengan meng-gunakan dana bantuan itu sebaik-baiknya sesuai ke-sepakatan kontrak. Namun jarang ditemukan lemba-ga yang mencoba menglemba-gali kemampuan dana internal sendiri sambil berupaya melakukan kegiatan sesuai kontrak, sehingga menghasilkan sisa dana yang bisa dikembalikan kepada pihak sponsor. Kalaupun spon-sor tidak bersedia menerima kembali dana terse-but, mitra penerima bisa mengajukan proposal baru untu k menggunakannya bagi perkuatan lembaga atau

(10)

3 Indahnya Kepemilikan Lokal

pengembangan masyarakat. Sikap untuk menemukan kekuatan sendiri seperti itu seyogianya memperkuat rasa kepemilikan di lembaga tersebut dan program yang mereka laksanakan memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar juga. Demikian ilustrasi sederhana mengenai Kepemilikan Lokal. Dalam leksikon bantuan internasional maka “Local Ownership” atau kepemilik-an lokal secara paradigmatik diartikkepemilik-an membkepemilik-angun kemampuan lokal agar lembaga yang dibantu dapat berdiri di atas kaki sendiri setelah program bantuan-nya selesai.

Memang berdasarkan konsep RBM (Results-Based

Management), dana bantuan harus dipergunakan

se-suai dengan apa yang tertera di LFA (Logical

Frame-work Analysis). Bila ada sisanya, maka diprediksi oleh

para penyedia dana bahwa kemungkinan sebagian program bantuan tidak dipergunakan secara tepat se-suai dengan sasaran dan tujuan yang tertera di LFA. Dalam kaitannya dengan Inkopdit, semua program telah dilakukan sesuai muatan di RBM, namun re-sipien atau penerima dana oleh Inkopdit diminta me-nanggung lebih banyak biaya atas dasar swadaya. Ini merupakan SIKAP yang positif dalam konteks kerja sama pembangunan internasional, sebab baik insti-tusi maupun masyarakat (melalui anggota koperasi) diberdayak an sedemikian rupa sehingga mereka

(11)

4 Credit Union KOPERASI: How to Grow and Sustain

harus melihat bantuan itu sebagai “utang” yang harus mereka bayar kembali dan bukan sebagai bantuan murah cuma-cuma yang hanya mengembangkan sikap ketergantungan.

Contoh kecil ini menandakan bahwa KOPERASI1 yang

sudah matang, sejatinya tidak lagi membutuhkan “cash grant” untuk program kegiatannya. Ini sudah dapat mereka penuhi sendiri. Kalaupun ada yang bisa dibantu dari luar, itu lebih banyak kemitraan dalam bentuk asistensi atau bimbingan teknis dari mitra Koperasi yang sudah lebih maju seperti dari Kanada, Australia, Korea, atau Irlandia untuk berbagi pengalaman dan inovasi mereka demi perkembangan koperasi kredit di Indonesia.

Karena itu perlu kita pertanyakan apakah bantuan sosial atau bantuan bersubsidi yang terlalu mudah diperoleh masyarakat akan mampu membangun sikap swadaya atau malah memperbesar ketergantung-an masyarakat pada bketergantung-antuketergantung-an pemerintah? Apakah CSR (Corporate Social Resposibility) dari perusahaan besar berdampak positif terhadap

ke-1 Penggunaan istilah KOPERASI dalam tulisan ini adalah Koperasi Sejati,

seperti dalam contoh Inkopdit di atas, yang berkembang secara swadaya dan ber ada dalam koridor ICIS (International Co-operative Identity Statement) yang diadopsi ICA dalam tahun 1995, dan menjunjung tinggi Cetak Biru ICA 2012 yang bernama “ICA Blueprint for a Co-operative Decade”.

(12)

5 Indahnya Kepemilikan Lokal

swadayaan masyarakat? Atau CSR hanya merupakan kebijakan manajemen sebuah korporasi untuk menun-jukkan kepedulian terhadap masyarakat denga n pe-nyisihan sebagian kecil keuntungannya, sementara bagian terbesar keuntungan masih didistribusikan kepada dan dinikmati sejumlah kecil pemegang sa-ham perusahaan saja? Atau CSR hanya merupakan kilah pemasaran semata dari korporasi yang bersang-kutan? Bukankah lebih elegan jika koperasi, peme-rintah, BUMN dan perusahaan swasta bekerja sama dalam bentuk kesetaraan guna membangun program pemberdayaan masyarakat menuju keswadayaan dan pemilikan lokal?

Lembaga Bilateral untuk Kerja sama Pembangunan Internasional seperti DFID (Inggris), CIDA (sekarang bernama GAC di Kanada), AUSAID, USAID, SIDA dan lain-lain, menyadari bahwa untuk mencapai

Sustain-able Development Goals (SDGs)—yang belum lama

res-mi diadopsi oleh 193 negara anggota PBB—maka ban-tuan dana dengan jalur tunggal dari penyedia ke pe-nerima dana saja tidak cukup dan bahkan banyak yang kurang berhasil. Muncullah konsep yang dinamakan “Blended Finance” (Dana Bercampur) yang melibatkan dana atau modal dari sektor swasta, publik dan filan-tropis untuk diinvestasikan secara bersama ke dalam proyek-proyek pembangunan yang tertuju pada pen-capaian SDGs (Sustainable Development Goals).

(13)

6 Credit Union KOPERASI: How to Grow and Sustain

Dari sudut pandang perkoperasian, maka blended

fi-nance merupakan konsep baru yang sangat progresif

untuk menyinergikan lembaga swasta, publik, dan perkoperasian, yang memperoleh dukungan lembaga bantuan kerja sama pembangunan internasional, guna memberdayakan Kepemilikan Lokal oleh masyarakat setempat. Istilah “Blended Finance” muncul di Konfe-rensi Internasional Dana Bantuan Pembangunan ke-3, bulan Juli 2015,2 sebagai konsep strategis yang

men-dukung SDGs dan mampu membuahkan hasil positif bagi para investor dan masyarakat sekaligus. Uraian lebih lengkap mengenai “Blended Finance” dapat di-baca di lampiran di akhir tulisan ini.

Karena masih barunya konsep “Blended Finance”, penyesuaian masih harus dilakukan lembaga-lembaga bilateral yang masih mempertahankan kebijakan lama yang bersifat altruistik. Altruistik dalam arti bahwa mitr a kerja nirlaba yang menerima bantuan masih tetap tidak boleh melakukan bisnis murni dan meraih keuntungan finansial, sehingga bantuan masih diberi-kan untuk kegiatan pembangunan dengan pendekatan model lama. Akhir-akhir ini mulai disadari oleh banyak lembaga bilateral bahwa untuk menjamin

keberlanjut-2 Konferensi Internasional yang digelar di Addis Ababa, Ethiopia, seperti da-pat dilihat di http://www.un.org/esa/ffd/ffd3/conference.html dan tindak lanjutnya di https://www.un.org/ecosoc/en/events/2016/blended-finance-sdg-era

Referensi

Dokumen terkait

sama sehingga pencarian data pinjaman dan angsuran menjadi tidak efektif. Mengingat akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dalam proses koperasi simpan pinjam ini,

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

Jika Anda menyambungkan Stasiun Docking Thunderbolt Dell WD19TBS ke sistem Dell yang didukung, tombol dock berfungsi seperti tombol daya sistem Anda dan Anda dapat menggunakannya

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pengembangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) validitas modul berbasis multirepresentasi termasuk dalam kategori

Dalam pelaksanaannya juga terdapat kendala atau permasalahan yang dihadapi guru yaitu, (Orientasi) masalah waktu yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran apabila siswa

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian,

1) Orientasi kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya,

Disarankan kepada guru fisika, dalam menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan pendekatan multi kecerdasan, guru harus benar-benar dapat menarik