• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. grup di media sosial (Facebook)yaitu Bapak Usaha Bangun Barus akan gagalnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. grup di media sosial (Facebook)yaitu Bapak Usaha Bangun Barus akan gagalnya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) tidak lahir dengan sendirinya. Yayasan Gebu Karo terbentuk berawal dari keprihatinan salah seorang member grup di media sosial (Facebook)yaitu Bapak Usaha Bangun Barus akan gagalnya seorang mahasiswa karo melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi favorit di Jawa, akibat dari kondisi ekonomi orang tuanya yang terpuruk setelah tanaman jeruknya diserang hama lalat buah. Tidak lama setelah postingan tersebut di tulis oleh Bapak Usaha Bangun Barus, Bapak Petrus sitepu dan Bapak Patris Ginting langsung mengomentari postingan tersebut dan memberikan saran serta mengajak masyarakat karo untuk membagun pertanian di Tanah Karo. Setelah melewati berbagai diskusi di sosial media (Facebook), dan belajar dari suksesnya Gebu Minang yang berhasil mengumpulkan sumbangan orang Minang di perantauan Rp 1.000 per bulan, maka timbul suatu pemikiran untuk membentuk satu yayasan yang bertujuan untuk memajukan Tanah Karo melalui pendidikan, pertanian dan peternakan, kesehatan serta budaya.

Dari komitmen dan rasa tanggung jawab yang muncul dari setiap individu akhirnya menimbulkan suatu keinginan untuk saling bekerjasama dan membentuk sebuah organisasi, karena peran satu individu tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh individu lain, sehingga diantara para individu saling tekait untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Organisasi adalah integrasi impersonal dan sangat rasional atas sebuah spesialisasi yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

(2)

telah disepakati (Victor A Thompson,dalam Alo, 1969). Jadi dalam sebuah organisasi terdapat beberapa pola hubungan antar individu yang memiliki tanggungjawab masing-masing dalam mewujudkan tujuan organisasi. Organisasi dibangun dari suatu keputusan yang disadari atau disengaja oleh individu atau sekumpulan individu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, melalui kerjasma dengan disiplin yang tinggi dari sumberdaya manusia dan sumberdaya material. Dengan demikian pola hubungan ini membentuk suatu budaya organisasi, komitmen organisasi, serta prilaku organisasi yang dapat dilihat dan dikaji.

Pembentukan yayasan ini kemudian ditindak lanjuti dengan membuat suatu forum diskusi melalui sosial media (facebook), yang terbuka bagi setiap orang yang peduli (ermediate) terhadap Tanah Karo. Tanggapan yang sangat positif muncul di forum komunikasi ini, jumlah para pemerhati ini kini mencapai lebih dari 10.000 orang. Untuk menjamin keberlangsungan yayasan ini, maka dibuatlah badan hukum, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, struktur organisasi, dan memilih para pengurus yayasan yang mempunyai komitmen untuk membangun Tanah Karo. Menurut Etzioni, suatu perencanaan memerlukan adanya suatu power center dan transfer personal. Blau dan Scoot (1963) dalam (S.R. Parker,1990) telah mengajukan suatu pendapat bahwa suatu organisasi adalah suatu kumpulan individu yang memiliki batasan yang jelas, aturan yang bersifat normatif, jenjang kekuasaan, sistem komunikasi, dan sistem keanggotaan yang terkoordinasi. Kumpulan individu tersebut berdiri pada suatu landasan tertentu di dalam suatu lingkungan tertentu yang memiliki suatu ikatan dalam aktivitas yang biasanya berhubungan dengan suatu tujuan atau beberapa tujuan.

(3)

Setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi, maka yayasan ini dideklarasikan sebagai suatu yayasan yang bertujuan untuk membantu pemerintah daerah membangun Tanah Karo. Organisasi GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) berdiri pada tanggal 27 Agustus 2012 dengan No Akte pendirian 04 pada notaris Fransiska br Bangun,SH,Mkn lalu dikuatkan lagi dengan pengesahan surat kementrian Hukum dan HAM RI direktorat jendral administrasi hukum umum No. AHU.7062.AH. 01.04 Tahun 2012, Tanggal 05 November 2012. Dengan visi “Peningkatan Kesejahteraan, taraf hidup dan kwalitas hidup masyarakat Karo”, dan misi “memfasilitasi, memotivasi, mendinamisasi, dan menumbuh kembangkan seluruh potensi masyarakat Karo, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan, taraf hidup dan kualitas hidup, baik lahir maupun bathin, dengan kekuatannya sendiri”.

Sejak terbentuk di bulan Agustus 2012 GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) telah membuat dan menjalankan beberapa program yang di antaranya :

1. Membantu korban kebakaran di Desa Juhar dan Batukarang.

2. Pemberian Beasiswa Kepada 50 orang anak SD (Kelas 1 s/d 6) yang sangat membutuhkan bantuan.

3. Kelas unggulan, untuk membantu para pelajar SMA untuk memasuki perguruan tinggi negeri pilihan.

4. Melakukan kunjungan ke Desa Amburidi, Kecamatan Kutabuluh, yang merupakan desa terpencil di Kabupaten Karo. Karena kondisi dan infrastruktur di desa ini sangat memprihatinkan, yayasan Gebu Karo menetapkan desa ini sebagai desa binaan mereka.

(4)

5. Membenahi peralatan sekolah murid SD SWASTA HARAPAN di Desa Amburid, Kecamatan Kuta Buluh.

6. Yayasan juga berupaya untuk memperbaiki infrastruktur menuju Desa Amburidi, selain itu juga memperbaiki sekolah , dan mengelola Gapoktan agar para petani bisa memiliki penghasilan yang mencukupi.

Selain masalah pendidikan dan ekonomi yang umumnya terjadi di setiap daerah khususnya daerah Kabupaten Karo, masalah baru juga muncul di daerah ini, yaitu bencana alam gempa vulkanik dari letusan gunung berapi sinabung yang terjadi pada bulan september tahun 2013. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang tertinggi dan aktif di Sumatera Utara yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut atau sekitar 25Km kearah Selatan Kota Kabanjahe. Meletusnya Gunung Sinabung mengakibatkan 13 desa yang terdiri dari Sekitar 15.765 orang warga masyarakat harus mengungsi ke kota Kabanjahe dan Berastagi. Desa yang paling dekat dengan Gunung Sinabung tersebut adalah: Desa Sigarang-garang, Suka Meriah, Berastepu, Bakerah, Simacem, dan Sukanalu yang hanya radius 3 - 4 km dari kaki Gununung sinabung.

Bencana alam merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Erupsi gunung sinabung membawa kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat di Kabupaten Karo, seperti kehilangan harta benda, korban jiwa manusia dan menghancurkan lahan

(5)

pertanian/perkebunan/perairan dan tidak bisa di panen akibat banyaknya abu vulkanik yang keluar dari bibir kawah gunung dan pencemaran udara dan air akibat abu vulkanik gunung sinabung.

Alam memiliki dampak sangat luar biasa terhadap semua segi kehidupan manusia, terutama ketika terjadi bencana alam yang tidak dapat dihindari. Indonesia sebagai negara yang rawan bencana alam berdampak besar pada masyarakat, karena masyarakat sangat tergantung pada alam sebagai tempat kehidupan.

Diberlakukannya otonomi daerah semakin memberi peluang untuk mempertimbangkan modal sosial yang ada di komunitas lokal dalam membangun kota/wilayah pasca bencana. Kegiatan yang diselenggarakan dan bangunan yang diadakan akan menjadi tepat dan terpelihara karena masyarakat merasa memiliki kegiatan/bagunan tersebut, mereka ikut dalam semua proses pengadaannya.

Kehadiran GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) bagi korban bencana alam sinabung sangat berperan untuk mengurangi penderitan masyarakat di Kabupaten Karo. GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) terbentuk karena adanya rasa saling percaya warga komunitas lokal yang digalang dan diasah melalui institusi ini dan semakin hari semakin didambakan sebagai modal sosial (Social Capital).

Dalam pandangan ilmu ekonomi, modal adalah segala sesuatu yang dapat menguntungkan atau menghasilkan. Modal itu sendiri dapat dibedakan atas (1) modal yang berbentuk material seperti uang, gedung atau barang; (2) modal budaya dalam bentuk kualitas pendidikan; kearifan budaya lokal; dan (3) modal sosial dalam bentuk kebersamaan, kewajiban sosial yang diinstitusionalisasikan dalam bentuk kehidupan bersama, peran wewenang, tanggungjawab, sistem

(6)

penghargaan dan keterkaitan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif. Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaring kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama oleh lomunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan suatu kegiatan yang produktif. Modal sosial ini sangat penting bagi komunitas karena (1) memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas; (2) menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) mengembangkan solidaritas; (4) memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas; (5) memungkinkan pencapain bersama; dan (6) membentuk prilaku kebersamaan dan beroranisasi komunitas. Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggungjawabnya. Sarana ini menghasilkn rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggungjawab akan kemajuan bersama (http://pengertian-modal-sosial.blogspot.co.id, diakses tanggal 3 Februari 2015, pukul 10.00)

Bencana alam gempa vulkanik dan letusan gunung sinabung ini ternyata tidak berlangsung sebentar, namun hingga lebih dari 1 tahun masyarakat kabupaten karo khusunya masyarakat yang desanya tidak jauh dari gunung sinabung (- dari radius 5km) harus mengungsi di Berastagi dan Kabanjahe dengan jangka waktu hampir 1 tahun. Dengan jangka waktu yang cukup lama ini, tentunya sangat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat karo, karena mereka tidak dapat bercocok tanam seperti biasa, akibat dari abu vulkanik yang merusak lahan

(7)

pertanian mereka. Selain lahan pertanian yang rusak, abu vulkanik gunung sinabung juga dapat menggangu kesehatan mereka, terutama saluran pernafasan, sehingga masyarakat Kabupaten Karo rawan terkena penyakit ganguan pernafasan.

Selama ini masyarakat yang terkena dampak bencana alam sinabung hanya bisa hidup dari bantuan yang diberikan keluarga, masyarakat dan donatur dari setiap Provinsi/Daerah yang diberikan pada hampir semua posko pengungsian sinabung di Berastagi dan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Bantuan yang diberikan dari masyarakat ini dapat disalurkan secara langsung ke setiap posko pengungsian yang ada di Kabupaten Karo. Akan tetapi saat ini ada pula beberapa donatur yang memberikian bantuannya melalui perantara yaitu seperti kepada Yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo). Beberapa donatur baik dari dalam dan luar negeri, banyak yang memberikan donasi berupa uang dan sembako kepada yayasan ini untuk disalurkan kembali kepada masyarakat yang terkena dampak bencana alam sinabung.

Kuatnya jaringan sosial para pengurus di yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) membuat banyak para donatur dari dalam dan luar negeri yang percaya dan menyumbangkan dana melalui Yayasan ini untuk masyarakat karo yang terkena dampak bencana alam sinabung. Para donatur juga memanfaatkan media sosial (Facebook) Yayasan Gebu Karo yang sudah tersedia untuk mengetahui setiap kegiatan sosial yang dilakukan oleh yayasan ini. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (user) bisa dengan mudah ikut berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Situs jejaring sosial yang populer adalah Facebook.

(8)

Jaringan sosial yang kuat dari yayasan ini menimbulkan kepercayaan yang besar dari para donatur untuk menyumbangkan sebagian dari uang mereka kepada masyarakat karo melalui yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo). Para donatur dari yayasan ini bukan hanya berasal dari suku karo atau masyarakat yang berasal dari Kabupaten Karo saja namun, masyarakat luar yang perduli terhadap bencana sinabung juga ikut menyumbang.

Dari dana yang didapat dari para donatur, banyak kegiatan sosial yang telah dilakukan Yayasan ini untuk masyarakat karo khususnya pengungsi sinabung, baik yang sudah pulang ke rumah ataupun yang masih berada di pengungsian. Kegiatan sosial yang sedang dijalankan oleh Yayasan GEBU KARO ( Gerakan Seribu Karo) saat ini untuk masyarakat korban bencana alam sianabung adalah :

1. Memberikan bantuan berupa uang, bahan makanan, pakaian dan perlengkapan sekolah kepada para pengungsi di posko pengungsian .

2. Memberikan beasiswa kepada siswa/i dan mahasiswa yang sudah tidak memiliki orang tua (anak yatim piatu).

3. Membagikan masker dan obat batuk kepada masyarakat yang terkena abu vulkanik sinabung.

4. Membangun HUNTARA (Hunian Sementara) bagi masyarakat yang sudah tidak berada di posko pengungsian namun tidak memiliki rumah. Yang sudah direalisasikan di bebarapa desa yang berada di sekitar kawasan gunung sinabung.

Bedasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran modal sosial melalui media sosial

(9)

Yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) dalam menangani bencana erupsi Gunung Sinabung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah “Bagaimana peran modal sosial melalui media sosial Yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) dalam menangani bencana erupsi Gunung Sinabung.”?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkap keinginan peneliti dalam suatu penelitian (Bungin,2007:77). Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran modal sosial melalui media sosial Yayasan Gebu Karo (Gerakan Seribu Karo) dalam menangani bencana erupsi Gunung Sinabung”.

1.4 Manfaat Penlitian

Setiap penlitian diharapkan memiliki manfaat maupun sumbangsihnya bagi dirinya sendiri khususnya, maupun bagi masyarakat pada umumnya. Terutama bagi perkembangan ilmu penegtahuan sosial. Adapaun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya bagi instansi yang terkait pada pengetahuan sosial.

(10)

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Sosiologi khusunya untuk menambah kajian tentang modal sosial serta institusi sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah khusunya yang berkaitan dengan modal sosial.

b. Diharapkan mampu menjawab persoalan-persoalan yang terjadi didalam masyarakat luas dan dan khusunya bagi masyarakat korban bencana alam sinabung.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep-konsep yang penting dalam penelitian ini adalah :

1. Modal Sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai suatu tujuan bersama didalam berbagai kelompok dan organisasi. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian-bagian paling kecil dalam masyrakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam

(11)

kelompok yang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara.

2. Media Sosial (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).

3. Organisasi merupakan suatu unit sosial (atau kelompok manusia) yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Perusahaan, angkatan bersenjata, sekolah, rumah sakit gereja, dan penjara dapat dimasukkan dalam definisi ini; sedangkan suku bangsa, kelas, kelompok etnik dan keluarga tidak bisa disebut sebagai suatu organisasi. Organisasi dikarakterisir oleh pembagian tenaga kerja, kekuasaan dan tanggung jawab serta komunikasi. Pembagian bukanlah suatu pola yang tradisional atau acak tetapi sesuatu yang terencana dalam menunjukkan kerjasama.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan peran ayah dalam pemberian ASI eksklusif. Responden dan keluarga diharapkan

Enkripsi dilakukan dengan cara sama dengan enkripsi Caesar, tetapi karena panjang kunci sama dengan plaintext, maka setiap huruf pada plaintext akan mengalami

Peer Feedback Through E-Mail and Students’ Improvement In Writing Narrative Text.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

▪ 19) Yang Dimuliakan Pehin Orang Kaya Paduka Setia Raja Dato Paduka Seri Setia Haji Awang Suhaili bin Haji Mohiddin, P.S.S.U.B., P.H.B.S., P.J.K., P.K.L., Judge Syariah

HUBUNGAN ANTARA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA KARYAWAN PT GERBANG SARANABAJA DI CAKUNG.. DIAN SEPTYARINI

Peningkatan keberagamaan lebih terlihat pada masa sekarang yang mana melalui pemahaman yang diberikan tokoh agama sejak awal seperti ketauhidan, ‘ ubudiyyah, dan akhlak secara

Salah satu daerah yang mengalami peristiwa ini yaitu di wilayah sub-DAS Ngrancah yang hilirnya terdapat Waduk Sermo, Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa

Variabel budaya, motivasi, regulasi dan pemahaman zakat merupakan variabel yang pernah diteliti oleh Jahrotunasipah (2012: 19) dan berpengaruh sign ifikan