• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK INFORMATIKA PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK INFORMATIKA PERTANIAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Topik Pembahasan:

Kategori Aplikasi Sistem Informasi

oleh:

Prof. DR. Ir. Kudang B. Seminar, MSc. Ir. M. Solahudin, MS

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(2)

Kategori Sistem Informasi

Berdasarkan terapannya, sistem informasi diklasifikasikan seperti pada Gambar 4. Sistem informasi operasional dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional (teknis) yang bersifat rutin (day-to-day activities) dari suatu enterprise atau organisasi. Sedangkan sistem informasi manajemen dimaksudkan untuk mendukung kegiatan manajerial, pengambilan keputusan dan kebijakan yang umumnya digunakan para pimpinan atau eksekutif.

Gambar 7. Klasifikasi penerapan Sistem Informasi (O’Brian, 1999).

TPS (Transaction Processing System): adalah SI untuk mendukung pengolahan transaksi bisnis yang rutin seperti pengolahan transaksi perbankan, reservasi dan penjualan tiket, pendaftaran mahasiswa, transaksi perpustakaan, pelayanan register penjualan (electronic cash

register) untuk mendukung kasir di pertokoan.

PCS (Process Control System): adalah SI untuk mendukung pengendalian suatu proses operasional secara otomatis, misalkan pengaturan suhu ruangan, penyortiran mutu produk, manufaktur peralatan dan mesin, pengendalian proses pengolahan gula, ATM (Automated Teller

Machine) pada perbankan.

OAS (Office Automation System) atau Enterprise Collaboration System (ECS) : adalah SI untuk medukung aktivitas rutin perkantoran secara semi-otomatik ataupun otomatik penuh, seperti sistem absensi karyawan, pembuatan laporan rutin, penjadwalan aktivitas pertemuan, pengiriman fax dan e-mail, e-memo, pemantauan kemanan dan sistem isyarat dini (early warning

system/alarm).

MIS (Management Information System): adalah SI untuk mendukung aktivitas manajemen suatu perusahaan yang meliputi pemantauan, pengendalian, dan pengorganisasian. Sistem menyediakan berbagai laporan, display, dan respon secara periodik, eksepsi, atau berdasarkan permintaan (adhoc), push reporting. Keluaran dari sistem ini lebih ditujukan untuk konsumsi para manajer atu pimpinan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan strategis dan taktis organisasi. Misalkan sistem informasi manajemen untuk pengembangan usaha baru, sistem informasi untuk manajemen pendidikan tinggi, sistem manajemen untuk pemantauan ekspor komoditi. T r a n s a c t i o n P r o c e s s i n g S y s t e m P r o c e s s C o n t r o l S y s t e m O f f i c e A u t o m a t i o n S y s t e m O p e r a t i o n a l S u p p o r t S y s t e m M a n a g e m e n t I n f o r m a t i o n S y s t e m D e c i s i o n S u p p o r t S y s t e m E x e c u t i v e I n f o r m a t i o n S y s t e m M a n a g e m e n t S u p p o r t S y s t e m S i s t e m I n f o r m a s i

(3)

DSS (Decision Support System) adalah SI yang ditujukan untuk mendukung pengambilan keputusan atau kebijakan dalam suatu organisasi. Sistem informasi ini menyediakan model-model baik matematik, statistik, dan bidang ilmu lain yang relevan dalam memberikan informasi yang dapan mendukung pengambilan keputusan. Contohnya adalah DSS untuk penentuan kesesuaian jenis lahan untuk komoditas pertanian dengan informasi spasial dan geografis, pemilihan bibit (ternak, tanaman pangan) potensial/unggulan, pemilihan metoda irigrasi untuk suatau kawasan industri tanaman/perkebunan tertentu, pemilihan alat penyiangan, penentuan jumlah dan tipe produk yang harus dihasilkan dalam suatu perioda tertentu, rekruitmen pegawai, kenaikan pangkat, persetjuan kelayakan usaha. Jika dalam keputusannya diperlukan adanya lebih dari satu orang pengambil keputusan yang lintas disiplin, lintas sektoral, lintas grup maka diperlukan adanya GDSS (Group Decision Support System).

EIS (Executive Information System): adalah SI untuk mendukung aktivitas para eksekutif puncak yang lebih berkonsentrasi pada pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan dan kebijakan sehingga perlu disediakan fasilitas sistem informasi yang membebaskan eksektuif dari kesulitan penggunaan sistem secara teknis, pelaporan teknis. EIS menyediakan fasiltas multimedia yang memungkinkan eksplorasi informasi secara visual dalam bentuk teks, citra, audio dan video. EIS juga menyediakan fasiltas komunikasi yang memungkinkan eksekutif berinteraksi dengan pihak luar yang diperlukan dengan mudah dan cepat.

Dari luasnya spektrum sistem informasi seperti dijelaskan di atas, maka teknologi informasi menjadi komponen yang vital untuk didayagunakan seoptimal mungkin sesuai dengan jenis sistem infirmasi yang didukung. Teknologi Informasi bisa memainkan peranan penting di berbagai bidang pertanian. Semua aktor (pemain) utama di bidang pertanian dapat memainkan peranan sekaligus memanfaatkan TI: Petani atau kelompok tani

Berbagai industri input (pupuk, peralatan tani, bibit)

Berbagai industri yang memanfaatkan output (makanan, komestik, obat-oban, kerajinan) Toko pertanian dan agrowisata

• Industri alsintan

• Konsultan pertanian Pemerintah Pusat dan Daerah

Institusi/organisasi yang membantu petani : Perguruan Tinggi, Lembaga Riset, NGO Petani membutuhkan informasi tentang:

• ramalan cuaca,

• waktu tepat untuk menebar bibit,

• rekomendasi dan ketersediaan input,

• info kredit

• nasihat para ahli untuk menjaga agar tanaman tetap sehat

• informasi pasar

Sedangkan aplikasi SI yang diperlukan petani antara lain:

• Aplikasi remote sensing berbasis satelit dan GIS :

o Memberikan informasi yang berhubungan dengan tanah, cuaca dan kondisi kesehatan tanaman.

• Database yang berisi berisi informasi yang berguna bagi petani : o bibit, pupuk & peralatan

(4)

o ketersediaan o harga o kredit

• Jejaring ke Tenaga Ahli terdekat untuk konsultasi o misalnya bila tanaman kena penyakit

• Forum untuk berbagi pengalaman o antar petani

o dengan periset

o dengan penyedia bibit, pupuk dan peralatan

• Info pasar agar petani bisa menjual kepasar terdekat dengan harga bagus.

• Pendidikan jarak jauh

• Fasilitas akses bersama

• Tantangan :

o konektivitas o access points

o ketersediaan aplikasi dan teknologi yang terjangkau

o peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani menggunakan TI Aplikasi TI untuk industri pertanian mencakup:

• Sangat penting untuk meningkatkan daya saing.

• Umumnya industri sudah memanfaatkan TI

• Fokus nya pada peningkatan efisiensi, produktivitas, menurunkan biaya dan mendukung akses pasar

• Perencanaan, Monitoring dan Kontrol o Manajemen Pelaporan

o Sistem Pendukung Keputusan

• Aplikasi Bisnis o Logistik

o Manajemen Gudang

o Manajemen Dealer & Koperasi o Aplikasi keuangan dll

• Aplikasi untuk meningkatkan produktivitas pegawai : o Aplikasi perkantoran

o e-mail dan kolaborasi

• Aplikasi “Empowering” bagi tenaga lapangan o Market Intelligence

o Sales Policy & Guidelines o Online Tutorial

• Aplikasi Layanan Pelanggan o Tutorial untuk pelanggan (petani) o Layanan Tenaga Ahli bagi petani o Layanan Informasi bagi dealer/koperasi

• e-commerce

o Supply Chain Management o B to B (dengan dealer, koperasi) o B to C ( masih jauh langkah menuju ini)

(5)

• Laporan Elektronik untuk pemain di bidang industri pertanian, permodalan usaha tani

• e-procurement untuk bibit, alsintan, pupuk

• e-governance untuk pengendalian harga, distribusi bahan pertanian, standarisasi dan sertifikasi

• Layanan Informasi bagi masyarakat, terutama petani

• Sistem pengendalian stok pangan nasional (beras, daging, ternak dll)

Sistem isyarat dini (early warning system) untuk kerawanan pangan

Melihat potensi TI bagi pertanian seperti tersebut di atas seyogyanya wajah pertanian Indonesia dapat ditransformasikan dengan memanfaatkan TI. Untuk itu langkah-langkah penting perlu segera dilakukan untuk merealisasikannya. Dalam hal ini para pemain utama seperti Pemerintah, Perguruan Tinggi, Lembaga Riset dan Dunia Industri perlu berkontribusi agar hal ini bisa terjadi.

Referensi:

1. O’Brien, James (1999) Management Information System : Managing Information Technology in the Internnetworked Enterprise 4th edition, McGraw-Hill.

2. Betti Alisjahbana (2009). Kebijakan dan Aplikasi Teknologi Informasi untuk Peningkatan Daya Saing Agribisnis Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional HIPI 2009ISBN 978-979-95366-0-7. Bogor Agustus 2009.

3. HIPI 2009. Prosiding Seminar Nasional HIPI 2009. ISBN 978-979-95366-0-7.

TUGAS 2. Diserahkan pada perkuliahan berikutnya (tugas kelompok 4-5) orang. Diserahkan pada perkuliahan berikutnya sebelum kuliah dimulai!!!

1. Jelaskan apa perlunya mengetahui berbagai aplikasi untuk SI di bidang pertanian?

2. Jelaskan apakah semua problema pertanian dapat diselesaikan dengan TI? Jelaskan alasan saudara? Jadi bagaimana saudara memandang TI bagi pertanian?

3. Apa perbedaan mendasar antara aplikasi SI pendukung operasinal dengan aplikasi SI untuk pendukung manajerial dalam suatu entiti bisnis pertanian?

4. Mungkinkan suatu aplikasi SI masuk ke lebih satu kategori, misalnya masuk ke TPS dan PCS sekaligus atau yang lain misalnya OAS (ECS)? Jelaskan alasan saudara?

5. Dengan 6 kategori aplikasi SI berikan masing-masing kategori 2 contoh untuk aplikasi pada industri kerajinan bambu yang merupakan suatu kumpulan pengusaha bambu seluruh Indonesia yang terpusat/terintegrasi dengan kantor pemasran pusat kerajinan bambu di Jakarta. Tiap-tiap contoh harus jelas dan cukup rinci sehingga terbedakan kategorisasinya, apakah masuk TPS, PCS, OAS, MIS, DSS, atau MIS?

Gambar

Gambar 7. Klasifikasi penerapan Sistem Informasi (O’Brian, 1999).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) dengan teknik means-ends analysis (MEA) terhadap kemampuan berpikir

kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada kelas eksperimen, dan juga untuk mengetahui signifikansi perbedaan kemampuan pemecahan masalah

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Teknik Thinking Aloud Pair Problem Solving Terhadap Keterampilan Pemecahan

Hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving ) seluruhnya telah terlaksana dan diperoleh

kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. c) Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu aktivitas

Hal ini sesuai dengan pendapat Santri (2016: 24) bahwa pembelajaran matematika yang berorientasi Problem Solving yang kaya aktivitas pemecahan masalah dapat

Hasil pembahasan dan analisis data tersebut disimpulkan layanan bimbingan kelompok teknik problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah belajar pada siswa

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bimbingan kelompok teknik mind maping dan problem solving dihipotesiskan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis