• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA

PUTRI MADRASAH ALIYAH AL-HUDA KOTA GORONTALO

Nelis N. Mantolongi), Sunarto Kadir2), Lia Amalia3)

1. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Nelis N. Mantolongi)

Email : nelis.mantolongi@yahoo.co.id

2. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Sunarto Kadir) Email : sunarto.kadir@yahoo.co.id

3. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Lia Amalia) Email : lia.amalia29@gmail.com

Abstrak

Status gizi merupakan keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda Kota Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri.

Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah 94 orang dan sampel adalah 71 orang dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan analisis statistik menggunakan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan status gizi remaja putri adalah pengetahuan dengan nilai p value (0,022), aktifitas fisik dengan nilai p value (0,001), asupan makanan dengan nilai p value (0,000), pendapatan orang tua dengan nilai p value (0,001), dan jumlah anggota keluarga dengan nilai p value (0,000). Variabel yang tidak berhubungan dengan status gizi remaja putri adalah variabel pendidikan ibu dengan nilai p value (0,241) dan lingkungan dengan nilai p value (0,070). Disarankan pada Pemerintah, dan Dinas Kesehatan setempat, agar dapat bekerja sama dengan pihak sekolah mengadakan sosialisasi ataupun pendidikan gizi kepada remaja.

Kata Kunci : Status Gizi, Remaja Putri

Abstract

Nutritional status is the situation that is given by the degree of physical needs and nutrients gained from foods that the physical effect are able to measure. The problem statement of this research is factors related to nutritional status of teenage girls at Madrasah Aliyah Al-Huda, Gorontalo City. This research aimed at knowing factors related to nutritional status of teenage girls.

This was an analytic survey research with cross sectional study. Population in this research were 94 participants and samples were 71 participants. Technique of collecting the data used purposive sampling and used Chi-Square statistical analysis.

The result of the research showed that the variable related to nutritional status of teenage girls was knowlwdge with p value (0,022), physical activity with p value (0,001), foods supply with p value (0,000), parent’s income with p value (0,001), member of family with p value (0,000). Variable which was not related to nutritional status of teenage girls was the variable of mother’s educational level with p value (0,241) and the environment with the p value (0,070). It is suggested to the Government and the Departetment of Health, is to cooperate with school to do promotion or nutritional education workshop to the teenage girls.

(3)

I. PENDAHULUAN

Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Salah satu kelompok yang rentan dengan masalah gizi yaitu remaja (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi pada remaja masih terabaikan karena masih banyaknya faktor yang belum diketahui (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2013.).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi status gizi menurut Indeks Masa Tubuh/Umur (IMT/U) remaja umur 16–18 tahun menurut provinsi, prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4 % (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Prevalensi gemuk pada remaja umur 16-18 tahun sebanyak 7,3 % yang terdiri dari 5,7 % gemuk dan 1,6 % obesitas sedangkan Prevalensi Status Gizi umur 15-24 menurut IMT di Provinsi Gorontalo kurus 20,8 %, normal 68,1 %, BB lebih 5,2 % dan Obesitas 5,9 %. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) bahwa masalah gizi lebih dominan terjadi di daerah perkotaan daripada pedesaan.

Madrasah Aliyah Al-Huda merupakan salah satu sekolah yang berada di daerah perkotaan. Siswa di Madrasah ini terlihat lebih cenderung kurus. Berdasarkan hasil observasi mereka sering makan jajanan yang ada di sekitar sekolah yang kurang memenuhi standar gizi.

Dari survey awal dilakukan pengukuran berat dan tinggi badan, diketahui bahwa dari 35 orang (16,99 %) dari 206 siswa Madrasah Al-Huda status gizi dilihat dari IMT antara lain remaja bergizi lebih 6 orang (17,1 %), remaja bergizi normal 15 orang (42,9 %), remaja bergizi kurang 14 orang (40 %).

Hasil wawancara dengan 5 orang siswa remaja putri dengan gizi salah bahwa pengetahui gizi mereka kurang, terutama dalam hal menjaga berat badan ideal dan konsumsi makanan yang tidak berdasarkan kandungan gizinya, mereka sering makan cemilan dan jajan sembarangan hal ini dapat mempengaruhi kesehatan gizi jika asupan makanan tidak memperhatikan kualitas maupun kuantitas hidangan.

Menurut Supariasa dalam (Saputro dan Nurhayati, 2014 ) status gizi juga dipengaruhi oleh Pendidikan orang tua yang rendah. Selain itu pula, Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi langsung status gizi yang akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi, terutama jumlah anak yang banyak dengan keadaan sosial ekonomi cukup akan berakibat pada pemenuhan kebutuhan primernya (Suharjo dalam Septiana, 2011). Faktor lingkungan juga mempengaruhi status gizi yaitu mempengaruhi perilaku hidup sehari hari dan mempengaruhi budaya suatu masyarakat pada kebiasaan makan dan kebiasaan aktivitas fisik (Yatim, 2010). II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah jenis penelitian Observasional analitik. Rancangan yang digunakan adalah Cross sectional tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan menggunakan bantuan software SPSS.

III. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Madrasah Aliyah Al-Huda Kota Gorontalo

Madrasah Aliyah Al-Huda merupakan madrasah swasta yang juga tergabung ke dalam kelompok kerja madrasah di Kota Gorontalo. Madrasah ini hampir sama dengan Al-Khairaat, dikelola dalam lingkungan pondok pesantren. Yayasan Al-Huda yang berdiri pada tahun 1912 telah menyelenggarakan pendidikan agama Islam.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang ditanyakan dalam penelitian ini yakni umur reponden.

(4)

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Jumlah

n % 16 1 1,4 17 34 47,9 18 27 38,0 19 9 12,7 Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 17 tahun sebanyak 34 orang (47,9%), paling sedikit berumur 16 tahun sebanyak 1 orang (1,4%).

Tabel 2. Distribusi Pekerjaan Orang Tua Responden Pekerjaan Orang Tua Jumlah n % Pekerjaan Ayah Tukang Bentor 16 22,5 Buruh 4 5,6 Petani 7 9,9 Nelayan 9 12,7 Penjual 3 4,2 Pedagang 6 8,5 Swasta 15 21,1 Polisi 2 2,8 Pegawai Negeri Sipil 9 12,7 Jumlah 71 100,0 Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga 39 54,9 Jualan Pakaian 1 1,4 Swasta 10 14,1 Dagang 3 4,2 Honorer 4 5,6 Sekretaris Desa 1 1,4 Pegawai Negeri Sipil 13 18,4 Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 2. distribusi pekerjaan ayah 71 responden menunjukkan bahwa pekerjaan ayah responden paling banyak yakni sebagai Tukang Bentor sebanyak 16 orang (22,5%) sedangkan pekerjaan ibu paling banyak sebagai ibu rumah tangga

berjumlah 39 0rang (54,9%) dan yang paling sedikit yakni pekerjaan ayah respoden sebagai polisi sebanyak 2 orang (2,8%) sedangkan pekerjaan ibu paling sedikit sebaigai penjual pakaian dan sekretaris desa berjumlah 1 orang (1,4%).

Tabel.3. Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Responden Jumlah Anggota Keluarga Jumlah n % ≤ 4 29 40,8 5 – 10 37 52,1 11 – 15 5 7,1 Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 3. distribusi jumlah anggota keluarga 71 responden menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga responden paling banyak yakni 5-10 orang sebanyak 37 orang (52,1%) dan yang paling sedikit yakni 11-15 orang sebanyak 5 orang (7,1%).

3. Analisa Data Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari variabel pengetahuan gizi, aktifitas fisik, asupan makanan, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan status gizi.

1. Pengetahuan Gizi.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase (%) Cukup 41 57,7 Baik 30 42,3 Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 4. bahwa pengetahuan gizi 71 orang responden tergolong cukup sebanyak 41 orang (57,7%) dan responden yang memiliki pengetahuan gizi baik berjumlah 30 orang (42,3%).

2. Aktifitas Fisik

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Aktifitas Fisik Jumlah Persentase

(%)

Resiko Tinggi 33 46,5

Resiko Rendah 38 53,5

Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan data pada tabel 5. diketahui bahwa aktifitas fisik dari 71 orang responden paling banyak pada resiko rendah berjumlah 38 orang (53,5%) dan paling

(5)

sedikit responden memiliki aktifitas fisik resiko rendah berjumlah 33 orang (46,5%). 3. Asupan Makanan

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Asupan Makanan

Asupan Makanan Jumlah Persentase (%)

Resiko Tinggi 37 52,1

Resiko Rendah 34 47,9

Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 6. diketahui bahwa asupan makanan dari 71 orang responden paling banyak dengan asupan makanan resiko tinggi berjumlah 37 orang (52,1%) dan responden memiliki asupan makanan resiko rendah berjumlah 34 orang (47,9%).

4. Pendidikan Ibu

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Pendidikan Ibu Jumlah Persentase

(%)

Rendah 41 57,7

Tinggi 30 42,3

Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan table 7. diketahui bahwa pendidikan ibu dari 71 orang responden paling banyak berpendidikan rendah yakni berjumlah 41 orang (57,7%) dan responden dengan pendidikan ibu tinggi berjumlah 30 orang (42,3%).

5. Pendapatan Orang Tua

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua Pendapatan Orang Tua Jumlah Persentase (%) Rendah 43 60,6 Tinggi 28 39,4 Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan data pada tabel 8. diketahui bahwa pendapatan orang tua dari 71 orang sebagian besar berpendapatan rendah yakni berjumlah 43 orang (60,6%) sedangkan orang tua yang berpendapatan tinggi berjumlah 28 orang (39,4%).

6. Anggota Keluarga

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga

Anggota

Keluarga Jumlah Persentase (%) > 4 orang 42 59,2

≤ 4 Orang 29 40,8

Jumlah 71 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Dari tabel 9. diketahui bahwa paling banyak responden berasal dari anggota keluarga > 4 orang yakni berjumlah 42 orang (59,2%), sedangkan responden yang berasal dari keluarga yang ≤ 4 orang berjumlah 29 orang (40,8%).

7. Lingkungan

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Lingkungan Lingkungan Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 24 33,8

Baik 47 66,2

Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 10. dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden dengan lingkungan yang tergolong baik yakni berjumlah 47 orang (66,2%). Sedangkan responden dengan lingkungan kurang baik berjumlah 24 orang (33,8%).

8. Status Gizi

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Status Gizi Status Gizi Jumlah Persentase (%)

Kurus 27 38,0

Gemuk 10 14,1

Normal 34 47,9

Jumlah 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 11. diketahui bahwa status gizi dari 71 orang responden, responden dengan status gizi kurus berjumlah 27 orang (38,0%), responden dengan status gizi gemuk berjumlah 10 orang (14,1%) dan responden dengan status gizi normal berjumlah 34 orang (47,9%).

4. Analisa data bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen (pengetahuan gizi, aktifitas fisik, asupan makanan, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan jumlah anggota keluarga) terhadap variabel dependent (status gizi remaja putri). Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05).

(6)

1. Hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja putri

Tabel 12. Distribusi Status Gizi berdasarkan Pengetahuan Pengeta huan Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % Cukup 19 46, 3 8 19, 5 14 34, 1 41 100 ,0 0,022 Baik 8 26, 7 2 6,7 20 66, 7 30 100 ,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 43 47, 9 71 100 ,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 12. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan pengetahuan cukup berjumlah 19 orang (46,3%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk lebih besar pada responden dengan pengetahuan cukup berjumlah 8 orang (19,5%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,022.

2. Hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi remaja putri

Tabel 13. Distribusi Status Gizi berdasarkan Aktifitas Fisik Aktifit as Fisik Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % Resiko Tinggi 10 30, 3 10 30, 3 13 39, 4 33 100,0 0,001 Resiko Renda h 17 44, 7 0 0,0 21 55, 3 38 100,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 34 47, 9 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 13. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan aktifitas fisik resiko rendah berjumlah 17 orang (44,7%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk lebih besar pada responden dengan aktifitas fisik resiko tinggi berjumlah 10 orang (30.3%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara aktifitas fisik responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,001.

3. Hubungan asupan makanan dengan status gizi remaja putri

Tabel 14. Distribusi Status Gizi berdasarkan Asupan Makanan Asupan Makana n Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % Resiko Tinggi 24 64, 9 6 16, 2 7 18, 9 37 100,0 0,000 Resiko Rendah 3 8,8 4 11, 8 27 79, 4 34 100,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 34 47, 9 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 14. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan asupan makanan resiko tinggi berjumlah 24 orang (64,9%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk lebih besar pada responden dengan asupan makanan resiko tinggi berjumlah 6 orang (16,2%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara asupan makanan responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,000.

4. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi remaja putri

Tabel 15. Distribusi Status Gizi berdasarkan Pendidikan Ibu Pendidi kan Ibu Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % Rendah 19 46, 3 5 12, 2 17 41, 5 41 100,0 0,241 Tinggi 8 26, 7 5 16, 7 17 56, 7 30 100,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 34 47, 9 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 15. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah berjumlah 19 orang (46,3%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk yang memiliki ibu pendidikan rendah berjumlah 5 orang (16,7%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,241.

(7)

5. Hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi remaja putri

Tabel 16. Distribusi Status Gizi berdasarkan Pendapatan Orang Tua

Pendapa tan Orang Tua Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % Rendah 21 48, 8 1 2,3 21 48, 8 43 100 ,0 0,001 Tinggi 6 21, 4 9 32, 1 13 46, 4 28 100 ,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 34 47, 9 71 100 ,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 16. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden yang memiliki orang tua dengan pendapatan rendah berjumlah 21 orang (48,8%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk lebih besar pada responden yang memiliki orang tua dengan pendapatan tinggi berjumlah 9orang (32,1%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara pendapatan orang tua responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,001.

7. Hubungan jumlah anggota keluarga dengan status gizi remaja putri

Tabel 17. Distribusi Status Gizi berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarg a Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % > 4 orang 19 45, 2 0 0,0 23 54, 8 42 100,0 0,000 ≤ 4 Orang 8 27, 6 10 34, 5 11 37, 9 29 100,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 34 47, 9 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 17. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan jumlah anggota keluarga > 4 orang berjumlah 19 orang (45,2%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 Orang berjumlah 10 orang (34,5%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara jumlah anggota keluarga responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,000.

8. Hubungan lingkungan dengan status gizi remaja putri

Tabel 18. Distribusi Status Gizi berdasarkan Lingkungan Lingkun gan Status Gizi Jumlah p value

Kurus Gemuk Normal

n % n % n % n % Kurang Baik 13 54, 2 1 4,2 10 41, 7 24 100,0 0,070 Baik 14 29, 8 9 19, 1 24 51, 1 47 100,0 Total 27 38, 0 10 14, 1 34 47, 9 71 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 18. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan lingkungan baik berjumlah 14 orang (29,8%) sedangkan responden yang memiliki status gizi gemuk lebih besar dengan lingkungan baik berjumlah 9 orang (19,1%). Hasil uji statisik dengan uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara Lingkungan responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,070.

IV. Pembahasan

1. Hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi remaja putri Madrasah aliyah al-huda

Pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,022. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Roselly (2008) dan Zahara (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi.

Berdasarkan hasil penelitian ini nampak bahwa remaja putri sebagian besar memiliki pengetahuan cukup tentang gizi dengan status gizi kurus, hal ini nampak dari pemahaman yang kurang baik terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam berbagai makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil wawancara mereka pada umumnya lebih memilih makanan yang terasa enak dan mengenyangkan tetapi rendah kandungan zat gizinya dan tidak mengerti akan pentingnya makanan untuk kesehatan, padahal pengetahuan tentang gizi sangat penting untuk menjaga keseimbangan gizi.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderan terhadap objek tertentu. Pengetahuan penting dalam pembentukan tindakan, apa yang ia lihat akan mempengaruhi apa yang ia rasakan dikemudian hari (Notoatmodjo, 2012). Dengan

(8)

kata lain seseorang yang telah mengetahui sesuatu hal akan mempengaruhi perilakunya untuk melakukan hal menurut pengetahuannya.

2. Hubungan aktifitas fisik dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda

Pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara aktifitas fisik responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,001. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurusalma (2006) dan Martaliza (2010) yang menyatakan ada hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi..

Pada penelitian ini diketahui bahwa responden dengan status gizi gemuk lebih besar dengan aktifitas resiko tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan kegiatan sehari-hari mereka sebagai pelajar. Berdasarkan data yang diperolah dari pihak sekolah bahwa aktifitas remaja sebagian besar banyak dilakukan disekolah selama 8 jam yang meliputi kegiatan belajar dan saat istirahat yang termasuk kegiatan ringan yang tidak menguras energi. Berdasarkan hasil perhitungan aktifitas bahwa kegiatan yang responden lakukan tidak terlalu banyak dan kegiatan tersebut rutin dilakukan seperti duduk belajar, duduk santai di waktu luang, dan menonton televisi.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa sebagaian responden mengatakan mereka kurang beraktifitas fisik karena alasan lelah pulang sekolah, selain itu mereka juga sering menggunakan waktu luang mereka sebagian besar untuk menonton televisiv ataupun untuk pekerjaan rumah yang termasuk kegiatan-kegiatan ringan seperti menyapu, cuci piring, mencuci pakaian, atau berjalan kaki setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal sebagian besar mempunyai aktifitas fisik resiko rendah. Sebaliknya, responden dengan status gizi gemuk sebagian besar mempunyai aktifitas fisik resiko tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik mempengaruhi status gizi.

Aktifitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi, jika aktifitas seseorang kurang sementara energi yang masuk tetap atau bahkan lebih tinggi dari kebutuhan, maka energi ini tidak dapat digunakan secara optimal. Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal.

Apabila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan, maka akan terjadi kekurangan energi. Akibatnya berat badan akan kurang/kurus dari berat badan seharusnya (ideal). Sebaliknya, kelebihan energi dapat terjadi bila konsumsi energi melalu makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Energi ini akan di ubah menjadi lemak tubuh sehingga terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier dalam Nadimin, 2011).

3. Hubungan asupan makanan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan makanan responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,000. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indriasari (2004) dan Palupi (2012) yang menyatakan ada hubungan antara asupan makanan dengan status gizi.

Berdasarkan tabel 6. sebagian besar responden memiliki asupan makan resiko tinggi. Hasil recall asupan makanan responden kurang dari rata-rata yang dianjurkan oleh Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan umur responden. Berdasarkan wawancara hal ini dikarenakan responden sering meninggalkan kebiasaan sarapan, mengurangi porsi makan dan frekuensi makan (hanya 1-2 x sehari), dan lebih senang mengkonsumsi snack ringan yang rendah kalori, terutama untuk responden dengan status gizi gemuk snack merupakan kebiasaan utama dan selingan dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu pula responden lebih memilih makan hanya karena alasan enak dan lebih memilih tempat makan yang banyak digemari oleh teman sebaya, dengan kata lain bahwa perilaku makan responden sering kali di pengaruhi oleh teman sebaya.

Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Umumnya asupan makanan di pelajari untuk di hubungkan dengan keadaan gizi. Asupan makanan yang cukup bisa berdampak baik pada tercapainya status gizi sedangkan konsumsi makanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan mengalami masalah status gizi. Jadi status gizi seseorang sangat tergantung pada tingkat asupan makanan yang dikonsumsi.

(9)

4. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,241. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Palupi (2012) dan Saputro (2014) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan status gizi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus sebagian besar dengan ibu berpendidikan rendah. Pendidikan orang tua tidak berhubungan secara langsung dengan status gizi remaja putri di Madrasah Aliyah Al-Huda. Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan tingkat pengetahuan , di mana semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin baik pula pemahaman dalam pemilihan bahan makanan. Pendidikan formal orang tua yang tinggi menunjukkan bahwa orang tua lebih mudah menerima informasi yang berhubungan dengan gizi namun informasi yang didapatkan orang tua tidak serta merta langsung berdampak pada peningkatan gizi anak jika tidak ada perubahan perilaku untuk melakukannya seperti kesibukan orang tua dengan urusannya. Jadi pendidikan hanya berpengaruh terhadap kemampuan orang tua menerima informasi (Tinneke, 2008).

5. Hubungan pendapatan orang tua dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda

Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pendapatan orang tua responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,001. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indraaryani (2009) dan Musadat (2010).

Pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan penghasilan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya baik kualitas maupun kuantitas. Orang tua dengan mata pencaharian yang relatif tetap jumlahnya setidaknya dapat memberikan jaminan sosial yang relatif aman kepada keluarga dibandingkan ayah dengan pekerjaan tidak tetap. Sedangkan status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi perilaku dan kebiasaan anak (Maulina dalam Tinneke 2008).

6. Hubungan jumlah anggota keluarga dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda

Berdasarkan tabel 17. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan jumlah anggota keluarga > 4 orang berjumlah 19 orang (45,2%). Jumlah anggota keluarga yang banyak akan mempengaruhi konsumsi makanan keluaraga. Apabila besarnya keluarga bertambah makapangan untuk setiap orang berkurang, hal ini juga berkaitan erat dengan pendapatan orang tua, berdasarkan hasil penelitian orang tua responden sebaian besar memiliki pekerjaan yang tidak tetap dengan penghasilan rendah.

Hasil uji statisik menunjukkan ada hubungan antara jumlah anggota keluarga responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,000. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khair (2007) dan Oktaviani (2010) dan yang menyatakan ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi.

Jumlah anggota keluarga yang besar akan mempengaruhi distribusi makanan terhadap anggota keluarga terutama pada keluarga dengan pendapatan rendah yang terbatas kemampuannya dalam menyediakan pangan sehingga akan beresiko terhadap keadaan gizi kurang.

7. Hubungan faktor lingkungan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda

Berdasarkan tabel 18. diketahui bahwa responden yang memiliki status gizi kurus lebih besar pada responden dengan lingkungan baik berjumlah 14 orang (29,8%). Hasil uji statisik menunjukkan tidak ada hubungan antara Lingkungan responden dengan status gizi, nilai probabilitas (p) = 0,070. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspitawati (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara lingkungan dengan status gizi.

Berdasarkan tabel 10. bahwa remaja putri sebagian besar sudah memanfaatkan tempat makan disekitar sekolah. Berdasarkan hasil recall bahwa kandungan zat gizi asupan makanan masih kurang dari rata-rata anjuran berdasarkan angka kecukupan gizi. Hal ini juga terjadi karena keadaan remaja yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, remaja sering makan tidak teratur, melewatkan waktu makan pagi, siang, malam yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil

(10)

wawancara bahwa remaja putri melewatkan makan pagi dan malam karena ingin tampil lebih kurus. Orang tua juga mempengaruhi pola konsumsi makan anak, dimana orang tua tidak menyediakan sarapan atau bekal dan memilih memberikan uang saku, ini juga di pengaruhi oleh merebaknya budaya jajan.

Lingkungan tempat makan berkaitan erat penyedia makanan itu sendiri. Makanan yang baik bukan saja banyak zat gizi tetapi cara penyajiannya juga mempengaruhi kualitas suatu makanan. Seperti ketersediaan air bersih, peralatan makan yang bersih dan cara penyimpanan baik. Berdasarkan hasil observasi banyak pedagang disekitar sekolah yang menyediakan makanan jajanan cepat saji seperti nugget, somay. Berdasarkan hasil wawancara bahwa sekolah tersebut belumpernah ada sosialisasi oleh pihak kesehatan khususnya tentang gizi itu sendiri. V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa variabel yang berhubungan dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda adalah pengetahuan dengan nilai p value 0,022, aktifitas fisik dengan nilai p value 0,001, asupan makanan dengan nilai p value 0,000, pendapatan orang dengan nilai p value 0,001, jumlah anggota keluarga dengan status gizi remaja putri Madrasah Aliyah Al-Huda dengan nilai p value 0,000 dan variabel yang tidak berhubungan dengan status gizi adalah pendidikan ibu dengan nilai p value 0,241, faktor lingkungan dengan nilai p value 0,070.

.

VI. REFERENSI

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Allo, B. 2013. Hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan fastfood dengan kejadian gizi lebih pada siswa sekolah dasar negeri 1 Sudirman Makassar. Skripsi. FKM UH. Makassar. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, et. al. 2013. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Rev. Ed. PT Rajagrafindo Persada. Depok

Indriasari, 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi siswa SMUN 1 Depok Tahun 2004. Skripsi.

FKM UI. Depok (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Indraaryani, 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja Putri pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kota Padang Propinsi Sumatera Barat Tahun 2009. Skripsi. Universitas Indonesia. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Khair, N. 2007. Status gizi murid kelas 1 sekolah menengah pertama di kelurahan Pasir Nan Tigo Kecamatan Kota Tangah. Skripsi. Universitas Andala. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Martaliza, W R. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih Pada Polisi di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010 (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. (Di Akses Tanggal 10 Desember 2014) Musadat, A. 2010. Analisis faktor yang

mempengaruhi kegemukan pada anak di provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. IPB. Bogor. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015) Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian

Kesehatan, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Nurusalma, N. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Karyawan Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2006. Skripsi. FKMUI. Depok (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Oktaviani, D. 2010. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Jumlah Anggota Keluaraga, Karakteristik Remaja Dan Orang Tua Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Skripsi. FKM UNDIP. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015) Palupi, M. 2012. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Gizi Kurang pada Siswa di 4 SMA/SMK terpilih di Kota Depok Jawa Barat Tahun 2011. Skrispsi. FKM UI. Depok (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Puspitasari, DA. 2012. Perubahan Status Gizi pada Anak Gizi Kurus yang Mengikuti Pemulihan Gizi di Klinik PTTK dan EK. FKMUI. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015) Riskesda, 2007. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas)Provinsi Gorontal. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2009

(11)

Riskesda, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2013

Roselly, P. 2008. Gizi Remaja Putri. Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia. Jakarta. (Di Akses Tanggal 27 Juni 2015)

Saputro dan Faridha N, 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Status Gizi Siswa (jurnal). Universitas Negeri Surabaya. (Di Akses Tanggal 7 Desember 2014)

Septiana, L S. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Pada Peserta Didik Di Man Insan Cendekia Serpong Tahun 2010 (Skripsi). Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. (Di Akses Tanggal 7 Desember 2014)

Surasno, M. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi mahasiswa fakultas kesehatan

masyarakat Universitas Indonesia program S1 reguler angkatan 2005-2007 Tahun 2008. Skripsi. FKM UI. Depok (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Tinneke, P. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gizi Kurang Siswa di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 20007. FKM. Universitas Indonesia. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Zahara, N. 2011. Hubungan antara asupan makanan, perilaku makan, dan faktor lainnya dengan status gizi kurus pada mahasiswa S1 reguler angkatan 2008-2010 fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia tahun 2011. Skripsi. FKM UI. Depok. (Di akses Tanggal 27 Juni 2015)

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Umur
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu  Pendidikan Ibu  Jumlah  Persentase
Tabel 12. Distribusi Status Gizi berdasarkan  Pengetahuan  Pengeta huan  Status Gizi  Jumlah  p  value
Tabel 16. Distribusi Status Gizi berdasarkan  Pendapatan Orang Tua

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan sumber data berupa daftar gaji pegawai, bukti pemotongan, SPT tahun 2015 dan wawancara dengan staf administrasi maka hasil

Dalam hal ini akan digunakan metode fuzzy Mamdani dalam memprediksi jumlah pendapatan berdasarkan jumlah omset, harga emas dan kurs pada Pegadaian Syariah Cabang

Walaupun usahawan bumiputera mempunyai keupayaan tinggi dalam aspek pengurusan, jika ditinjau dengan lebih mendalam lagi kajian ini mendapati usahawan Bumiputera mempunyai

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, pesantren memiliki ciri khas dalam menjalankan sistem pendidikannya. Sistem Pendidikan Islam yang

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar.Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan

Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya

b. Kelengkapan fasilitas praktik merupakan hal yang paling menunjang dalam proses pembelajaran. Senantiasa peka terhadap perkembangan dunia pendidikan serta senantiasa

IAIN Sultan Amai Gorontalo sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Provinsi Gorontalo, terus melakukan peningkatan kualitas layanan secara