• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRAUMA. DEFINISI Keadaan yang menggambarkan luka atau cedera.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRAUMA. DEFINISI Keadaan yang menggambarkan luka atau cedera."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TRAUMA DEFINISI

Keadaan yang menggambarkan luka atau cedera. EPIDEMIOLOGI

Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur di bawah 35 tahun , di indonesia trauma merupakan penyebab kematian no 4. Tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun merupakan penyebab kematian utama

ETIOLOGI dan KLASIFIKASI

- Trauma yang menyebabkan Luka

 Luka sayat / Vulnus scissum  disebabkan oleh benda tajam  Luka tusuk / Vulnus punctum  akibat benda runcing

 Luka robek / laserasi/Vulnus laceratum  luka yang tepinya tidak rata  disebabkan benda yang permukaan nya tidak rata

 Tembak  Luka oleh peluru - Trauma tumpul

 Benturan  cedera berupa benturan  dapat berupa patah tulang iga , flail chest.  Deselerasi (perlambatan)  biasa pada kecelakaan lalu lintas karena setelah tabrakan

badan masih melaju dan kemudian tertahan benda keras  dapat terjadi kerusakan hilus organ seperti ginjal , aorta , jantung , pangkal bronkus utama , dan limpa  Kompresi  terjadi bila tertimbun runtuhan

- Ledakan - Panas - Kimia - radiasi

BIOMEKANIKA TRAUMA

Proses dalam kejadian trauma untuk mengetahui bagian tubuh yang terkena , organ apa yang cedera, dan bagaimana derajat kerusakannya

- Pengemudi kendaraan bermobil

 Korban akan tersungkur kedepan dan lutut membnetur dasbor  fraktur patella atau luksasi sendi panggul

 Kepala dapat membentur kaca depan  trauma kepala , cedera servikal dan cedera otak dan cedra pada muka

 Dada membentur kemudi sehingga dapat terjadi fraktur sternum , fraktur iga dan cedra jantung dan paru

 Sabuk pengaman yang salah  fraktur klavikula , fraktur iga , ruptur hati atau limpa perforasi usus dan ruptur buli

(2)

- Trauma pengendara motor

 60-75% cedera tibia karena bemper mobil tinggi nya sama dengan tungkai bawah  Korban akan terlempar ke jalan atau ke atas  hiperekstensi kepala , cedera otak , dan

cedera tulang leheratau cedera perut - Trauma pejalan kaki

 Hampir sama dengan pengendara motor atau sepeda karena ia akan terlempar ke jalan  dapat mengalami trauma abdomen atau ginjal dll

PATOLOGI

- Respon metabolik

 Fase pertama (beberapa jam setelah trauma)

Kembalinya volume sirkulasi , perfusi jaringan dan Hiperglikemia  Fase kedua (beberapa hari sampai beberapa minggu)

Terjadi katabolisme menyeluruh dengan imbang nitrogen yang negatif , Hiperglikemia dan produksi panas  fase ini terjadi setelah perfusi jaringan dengan baik

 Fase ketiga (proses yang lama dari katabolisme karena sintesis protein hanya bisa 35 gr/hari)

Fase anabolisme  penumpukan kembali protein dan lemak badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan infeksi teratasi  rasa nyeri hilang dan oksigenasi secara

keseluruhan sudah teratasi - Rangsangan neuroendokrin

 Lipolisis perifer yang menyebabkan naiknya glukosa , asam amino dan limbah asam laktat plasma  Kortisol glukagon merangsan hati untuk glikogenolisis dan

glukoneogenesis

 Ginjal bereaksi dengan menahan air dan Na karena kerja aantidiuretik dan aldosteron - Kegagalan fungsi membran

 Pada trauma berat dapat terjadi dilatasi arteriol dan sfingter  Air , kalium dan klorida bergeser dari intravaskular ke interstitial  meningkatnya tekanan osmotik

menghambat kehilangan cairan lebih lanjut

 Terjadi gangguan fungsi membran  air , kalium dan klorida bergeser dari ekstra sell ke ke dalam sel  kehilangan 2 liter cairan interstitial  gangguan tekanan hidrostatik interstitial  gangguan perpindahan protein interstitial ke kembali ke rongga vaskular  dengan demikian kegagalan membran dapat mengganggu mekanisme yang ingin mengembalikan volume intravaskular  Hipovolemia dan syok

(3)

- Gangguan integritas endothel pembuluh darah

Trauma dan sepsis  koagulasi dan inflamasi  mengganggu keutuhan endothel pembuluh darah  mikroagregasi trombosit dan leukosit dapat terjadi emboli dalam paru dan

menyumbat kapiler  gumpalan ini semacam zat toksik merusak endothel dan

menyebabkan vasodilatasi  akibatnya terjadi ekstravasasi air , kalium , klorida dan protein ke dalam rongga interstitial  udem paru dan gangguan pernafasan

- Kelainan sistem immunologi

Terjadi penurunan sistem immune sering terjadi pada penderita trauma , sepsis , malnutrisi dan usia lanjut

- DIC

Sering terjadi pada penderita dengan trauma berat dan sepsis  Koagulasi pada DIC ini terjadi difus di tubuh sehingga menghabiskan faktor pembekuan darah  terjadinya perdarahan yang difus pula  trombosit menurun , trombin dan protrombin memanjang. Disarankan untuk pemberian vit K akibat protrombin dan trombin yang memanjang , Bila terdapat defisiensi fibrinogen diberikan presipitat yang mengandung 250 mg fibronogen , umumnya berikan heparin dan mungkin dibutuhkan trombosit jika terjadi trombositopenia GEJALA

Tergantung bertanya trauma , bisa syok , dan tergantung patofisiologi dan komplikasi KOMPLIKASI

- Perdarahan

Robek pada pembuluh besar di leher , tangan dan paha  dapat menyebabkan kematian 1-3 menit

Arteri  meynemprot dan warna merah segar

Vena  keluar darah mengalir dan berwarna kehitaman Kapiler  darah merembes dan berwarna merah segar - Gangguan koagulasi

I,II dan VIII serta gangguan fungsi trombosit - Sepsis

 Makin lama penundaan penanganan makin besar kemungkinan terjadinya  Luka kotor atau terkontaminasi lebih rentan

 Luka tembak 2-3 kali lebih buruk kontaminasinya dibanding luka tusuk

 Luka kotor dengan tulang terbuka  dianjurkan debridement dan menutup tulang terbuka dengan otot tetapi membiarkan luka terbuka  karena jika tertutup luka tersebut hampir pasti terinfeksi  rekonstruksi dilakukan jika luka sudah tenang  Mencegah keadaan infeksi dan sepsis  antibiotik prodilaksis

 Bila memerlukan bedah antibiotik profilaksis diberikan 1 jam sebelum bedah 

profilaksis pasca bedah dihentikan satu atau dua hari setelah operasii , jika sudah terjadi infeksi profilaksis diteruskan

(4)

 Antibiotik yang dipilih  mampu membunuh bakteri gram negatif, positif dan aerob dan anaerob

- Gagal organ  Gagal otak

Kesadaran dapat hilang atau koma  koma dapat disebabkan oleh trauma kepala , dapat pula karena iskemik akibat hipovolemik

 Gagal nafas

Akibat cedera thorax dan bila trauma mengenai abdomen bagian atas  Gagal kardiovaskular

Akibat hipovolemik dan koagulasi , inflamasi serta ekstravasasi plasma ke seluruh jaringan tubuh akibat kerusakan endothel

 Gagal hati

Akibat terjadinya insuffisiensi hepatoselular akibat nekrosis sel hati karena hipoksia atau akibat inflamasi dan trauma langsung ke hati

Atau ikterus pasca hepatik akibat  trauma perut yang menyumbat empedu  Gagal ginjal

DIAGNOSIS - Anamnesa

 Bagian tubuh yang cedera

 Jenis luka  luka tumpul atau tajam  Bentuk benda yang menyebabkan luka  Biomekanika trauma

- Px Fisik

Inspeksi  dilihat ada trauma atau tidak yang menyebakan jejas atau luka DAN perhatikan juga apakah perut kembung

Auskultasi  ada atau tidak peristaltis

Palpasi dicari rangsangan peritoneum  nyeri tekan , nyeri lepas dan nyeri ketok dan defans muskular perhatikan ada masa atau cairan bebas

Perkusi - Pencitraaan

(5)

 Sonografi berguna untuk memeriksa jaringan padat seperti hati limpa pankreas dan ginjal

 CT scan  untuk memeriksa cedera kepala dan trauma  Jangan sampai pemeriksaan ini menghambat resusitasi PROGNOSIS

Tergantung tatalaksana , jenis luka , dan biomekanika dan organ organ vital yang terlibat.

METRONIDAZOL

Untuk  E.Hystolitica , Giardia dan trikomonas vaginalis serta kuman kuman kokus dan basil anaerob

SEFOTAKSIM

Sefalosporin generasi ke 3  meskipun terhadap kokus lebih inferior dibanding generasi pertama  generasi ke 3 meningkat efektifitas nya terhadap basil gram negatif.

PEMASANGAN KATETER

 pada semua kasus trauma harus dipasang kateter urine, untuk memantau penanggulangan syok.

 Untuk mengetahui adanya cedera ginjal dan saluran kemih

 Hematuria jelas merupakan tanda kontusio , laserasi , atau ruptur ginjal maupun saluran kemih

 Bila keadaan umum baik  sebaiknya dibuat IVP (pielogram intravena) untuk membuktikan adanya ekstravasasi pada ginjal ureter atau buli buli

 Tidak adanya ekstravasasi bukan berarti tidak ada ruptur

 Pada penderita hipotensif tidak dilakukan IVP karena diperlukan perfusi jaringan ginjal yang baik untuk eksresi zat kontras.

 Indikasi

Retensi urine , monitoring produksi urine ,drainase pada neurogenic bladder , pengambilan sample urine

 Kontraindikasi Ruptur uretra BLEEDING TIME

Cara duke  dengan menusuk sedalam 3-4 mm ke lobus telinga setiap 30 detik diusap kertas saring sampai tidak keluar lagi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perpindahan panas secara konduksi , yang terpenting adalah mengetahui persamaan dasar konduksi, kemudian untuk membahas lebih lanjut dari persamaan dasar,

Pengelolaan logistik dilakukan pada setiap tingkat pelaksana program Penanggulangan TB, mulai dari tingkat Pusat, Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/kota sampai dengan di

Untuk mengetahui kesesuaian antara Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang telah ditetapkan di Universitas Dharmas Indonesia dengan pelaksanaan yang terjadi dalam

Hasil uji beban statis untuk muka air tanah di atas dasar fondasi dengan berbagai variasi persentase campuran styrofoam pada lubang uji dengan media tanah lempung

Prasangka dan diskriminasi ini bisa dicegah dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menanamkan rasa toleransi dan kesadaran kepada siswa atau anak sedini

Bakteri asam laktat juga memiliki keunggulan karena mampu menghasilkan bakteriosin yang memiliki kemampuan sebagai bahan pengawet alami.Bakteriosin merupakan protein atau

yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi" rus kas yang mengambil