79 Vol.01 No. 02, October 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i2.23
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ASETON SPONGE Petrosia sp. ASAL PERAIRAN LOMBOK
Haura Thya Efendi1, Hilman Ahyadi3, Ni Made Sudewiwati4, Emmy Yuanita1,Ni Komang Tri Dharmayani1,2*
(1)Laboratorium Sintesis Kimia Organik, Program Studi Kimia FMIPA,Universitas Mataram (2)Laboratorium Kimia Bahan Alam, Program Studi Kimia FMIPA,Universitas Mataram
(3)Laboratorium Biologi Kelautan, Program Studi Biologi FMIPA,Universitas Mataram (4)Laboratorium Biologi, Program Studi Biologi FMIPA,Universitas Mataram
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNRAM, Nusa Tenggara Barat, INDONESIA. Tel. +62-0370 633007, Fax. +62-+62-0370 636041,
*corresponding author, * email: tri.dharmayani@unram.ac.id
ABSTRAK. Sponge adalah salah satu biota laut yang sangat prospektif sebagai sumber senyawa alami yang yang
memiliki aktivitas farmakologis. Kajian aktivitas antibakteri dari ekstrak aseton sponge Petrosia sp dari perairan laut
Tanjung Kelor, Sekotong Tengah, Nusa Tenggara Barat telah dilakukan. Teknik ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi dengan menggunakan pelarut aseton selama 3x24 jam hingga didapatkan ekstrak kental aseton. Selanjutnya, ekstrak kental aseton yang didapatkan dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram negatif
(-) Escherichia collie dan bakteri Gram positif (+(-) Staphylococcus aureus menggunakan metode difusi sumuran. Variasi
konsentrasi ekstrak aseton Petrosia sp. yang digunakan sebesar 50, 100, dan 200 ppm. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa zona hambat terhadap bakteri E. coli berturut-turut sebesar 10,67, 11,67, dan sedangkan terhadap bakteri S. aureus berturut-turut adalah 14,33., 12, 14., dan 15 mm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ekstrak aseton Petrosia sp. aktif sebagai antibakteri terhadap dua bakteri uji.
____________________________________________________
Kata Kunci : Sponge Petrosia sp, Antibakteri, Escherichia coli, Staphylococcus aureus
ABSTRACT.Sponge is one of the highly prospective marine biota as a source of compounds of natural product that has pharmacological activity. A study on the antibacterial activity of the acetone extract of Petrosia sp from Tanjung Kelor, Sekotong Tengah, West Nusa Tenggara has been carried out. Extraction technique were using maceration with acetone for 3x24 hours to obtained acetone viscous extract. Furthermore, the acetone extract was tested for antibacterial activity against Gram negative (-) Escherichia colli bacteria and Gram positive (+) Staphylococcus aureus bacteria using diffusion method. Variations in the concentration of acetone extract Petrosia sp. used at 50, 100, and 200 ppm. Antibacterial test results showed that the inhibition zones against E. coli bacteria were 10.67, 11.67, and that of S. aureus were 14.33, 12, 14. and 15 mm respectively. showed that the acetone extract of Petrosia sp. active as an antibacterial against two test bacteria.
_____________________________________________________
Keywords: Sponge Petrosia sp, Antibacterial, Escherichia coli, Staphylococcus aureus80 Vol.01 No. 02, October 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i2.23
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan kekayaan laut yang sangat melimpah. Selain untuk kebutuhan pangan, kekayaan laut Indonesia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Bahan baku obat tersebut diduga terdapat di dalam tubuh biota laut. Beberapa biota laut yang telah dimanfaatkan sebagai obat antara lain beberapa jenis ikan, teripang, mikroorganisme laut dalam, dan juga spons laut. Salah satu invertebrata laut yang sangat potensial sebagai penghasil senyawa bioaktif adalah spons. Spons laut dikatakan berpotensi sebagai bahan antibakteri, antikanker, pencegah kanker. Sponge laut tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia sekitar 830 jenis sponge (Van Soest, 1989) termasuk perairan di pulau Lombok. Salah satunya adalah Petrosia sp. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa jenis sponge dari sponge ini memiliki beragam senyawa bioaktif, diantaranya yang berhasil diisolasi dari sponge Petrosia sp. yakni seyawa Menzamin A dari perairan Bunaken, Manado (Gemini et al., 2005) dan senyawa Aragusterol A (steroid) diperoleh dari kepulauan Similan, Thailand (Phanruethai, et.al., 2017) aktif sebagai senyawa sitotoksik yang merupakan sifat dasar suatu senyawa berpotensi sebagai antikanker (El Sayed, et al., 2001). Pada sponge ini juga ditemukan senyawa poliasetilen, dideoxypetrosynol A yang menunjukkan aktivitas antitumor pada sel melanoma kulit manusia (Cho et.al., 2004). Aktivitas antibakteri juga ditemukan pada 5,8-epidioksi-24-etilkolest-6-en-3-ol (steroid) dari sponge Petrosia
nigrans yang diperoleh dari perairan Pesisir Selatan, Kepulauan Sumatera Barat (Handayani et.al., 2011).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumya di berbagai kepulauan, sponge Petrosia sp. ini banyak mengandung metabolit sekunder dan umumnya memiliki bioaktivitas, salah satunya sebagai antibakteri. Namun, di perairan Lombok belum ada informasi mengenai kajian aktivitas antibakteri dari sponge Petrosia sp. Sehingga dilakukan penelitian mengenai aktivias antibakteri dari ekstrak aseton Petrosia sp. pada perairan laut Tanjung Kelor, Sekotong Tengah, Nusa Tenggara Barat terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan metode difusi sumuran
BAHAN DAN METODE Waktu, dan Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan ekperimental yang dilakukan di Laboratorium Sintesis Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram, yang dilaksanakan pada bulan Mei 2019.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan antara lain alat destilasi, toples kaca untuk maserasi, set alat rotary evaporator, oven, corong buchner, timbangan analitik, botol vial, gelas kimia berbagai ukuran, gelas ukur, labu ukur, dan batang pengaduk.
Bahan yang digunakan adalah sponge Petrosia sp. yang didapat dari perairan laut Tanjung Kelor, Sekotong Tengah, Nusa Tenggara Barat. Bahan kimia yang digunakan adalah aquades, beberapa pelarut organik seperti metanol (teknis) dan aseton (teknis).
81 Vol.01 No. 02, October 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i2.23
Bahan lain yang digunakan DMSO (Dimetil Sulfoksida), biakan bakteri S. aureus dan E. coli., aluminium foil dan kertas saring.
Preparasi Sampel
Sampel segar (Petrosia sp.) dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air. Kemudian dikeringkan lalu dipotong kecil-kecil. Ekstraksi
Sampel yang telah dikeringkan kemudian diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut aseton selama 3 × 24 jam. Hasil dari maserasi kemudian ditampung lalu diuapkan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental aseton.
Uji Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri pada ekstrak aseton dari Petrosia sp. dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran. Senyawa ekstrak aseton Petrosia sp. dibuat dengan beberapa variasi konsentrasi yakni 50, 100, dan 200 ppm begitu juga untuk kontrol positif dan negatifnya. Kemudian diletakkan pada sumuran yang dibuat dengan pelubang steril setelah diinokulasi bakteri E. coli dan S. aureus pada media secara merata. Pengamatan aktivitas antibakteri dilakukan setelah inkubasi selama 1 × 24 jam. Adanya Aktivitas antibakteri ditandai
dengan adanya zona bening yang terbentuk di sekeliling sumuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran aktivitas antibakteri ini dilakukan dengan metode difusi sumuran. Ekstrak kasar aseton sponge Petrosia sp. diuji menggunakan dua bakteri yaitu S. aureus dan bakteri E. coli. Zona hambat yang ditunjukkan pada hasil pengujian ekstrak aseton sponge Petrosia sp. terhadap bakteri jenis S. aureus dan bakteri E. coli. menunjukkan hasil yang bervariasi di setiap konsentrasi.
Pengamatan dilakukan selama 1 × 24 jam masa inkubasi, inkubasi ini bertujuan untuk menunjukkan besarnya zona hambat terhadap bakteri. Hasil hambatan yang terbentuk disekitar ekstrak aseton dari Petrosia sp. memperlihatkan aktivitas bakteri uji terhadap senyawa antibakteri maupun antibiotik (Kloramfenikol) yang digunakan sebagai kontrol positif standar hasil ada atau tidaknya aktivitas antibakteri dalam ekstrak sponge yang diuji. Selain itu, digunakan kontrol negatif berupa DMSO (Dimetil Sulfoksida) yang merupakan pelarut dari kontrol positif dan juga ekstrak aseton dari Petrosia sp. Penggunaan kontrol negatif ini bertujuan untuk melihat apakah pelarut memberikan aktivitas antibakteri dalam ekstrak sampel.
82 Vol.01 No. 02, October 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i2.23
Gambar 1. (a) Kontrol (+) (-) S. aureus (SA) dan (b) Kontrol (+) (-) E. coli (EC)
Gambar 2. (a) Ekstrak aseton pada bakteri S. aureus (b) Ekstrak aseton pada bakteri E. coli
Tabel. 1. Hasil Pengujian ekstrak kental aseton Petrosia sp. diberbagai konsentrasi terhadap daya hambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Pengulangan Kontrol (-) Diameter Zona Hambat Bakteri Escherichia coli (mm) (DMSO)
Kontrol (+) (Kloramfenikol)
Ekstrak Aseton Petrosia sp.
50 ppm 100 ppm 200 ppm
1 0 40 10 11 12
2 0 40 11 12 14
3 0 40 11 12 17
Rata-rata 0 40 10,67 11,67 14,33
Tabel. 2. Hasil Pengujian ekstrak kental aseton Petrosia sp. diberbagai konsentrasi terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Pengulangan Kontrol (-) Diameter Zona Hambat Bakteri Staphylococcus aureus. (mm)
(DMSO) (Kloramfenikol) Kontrol (+) 50 ppm Ekstrak Aseton Petrosia sp. 100 ppm 200 ppm
1 0 40 12 14 15 2 0 40 12 14 15 3 0 40 12 14 15 Rata-rata 0 40 12 14 15
a
b
a
b
83 Vol.01 No. 02, October 2019 DOI: https://doi.org/10.29303/orbchem.v1i2.23
Berdasarkan data di atas, pada penelitian ini
ekstrak sponge Petrosia sp. memperlihatkan
adanya aktivitas antibakteri dalam menghambat
bakteri E. coli dan S. aureus. yang ditunjukkan
dengan adanya zona hambat yang terbentuk pada
tiga variasi konsentrasi yang diuji. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
maka semakin besar pula zona hambat yang
diberikan oleh ekstrak aseton Petrosia sp. Hal ini
membuktikan bahwa ekstrak aseton sponge
Petrosia sp. berpotensi sebagai agen antibakteri.
Akan tetapi, ekstrak ini lebih efektif dalam
menghambat bakteri S. aureus yang ditunjukkan
dari nilai rata-rata daerah hambatnya pada setiap
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan
bakteri E. coli.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak aseton dari sponge Petrosia sp.
asal perairan Lombok ini aktif sebagai agen
antibakteri dilihat dari terbentuknya zona hambat
di setiap konsentrasi terhadap bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus.
Selajutnya, perlu dilakukannya isolasi
senyawa murni dan uji fitokimia pada ekstrak
aseton kasar sponge Petrosia sp. untuk
mengetahui kandungan senyawanya yang
bersifat aktif sebagai antibakteri.
Ucapan Terimakasih
Peneliti
mengucapkan
terimakasih
kepada Kemristekdikti atas dana yang diberikan
melalui penelitian skim Penelitian Dasar tahun
2018
DAFTAR PUSTAKA
Cho, H. J., Ja Bae S., Kim, N. D., Jung, H. J., and Cho, Y. H.,. (2004). Induction of Apoptosis by Dideoxypetrosynol A, A Polyasetylene from Spons Petrosia sp., in Human Skin Melanoma Cells.
International Journal of Molecular Medicine, 1,
1091-1091.
Gemini, A., Astuti, P., Wahyuono, S., Sari, D., and Hamman, M. T. (2005). Structure elucidation of bioactive compounds isolated from sponge Petrosia sp. collected from Bunaken Bay Manado. Indonesian
J. Chem, 5(2), 35-38.
Handayani, D., Sayuti, N., Dachriyanus, dan Van Soest, R. W. M. (2011). Epidioksi sterol, senyawa antibakteri dari spon laut Petrosia nigrans. Jurnal
Bahan Alam, 7(6), 289-293.
Muniarsih, T., dan Rachmaniar R. (2005, Oktober 14-15). Isolasi Substansi Bioaktif Antimikroba dari Spons Asal Pulau Pari Kepulauan Seribu. Prosidings
Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia (pp.
152-158). Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pailee, P., C., Mahidol, S., Ruchirawat. (2017). Sterols from Thai Marine Sponge Petrosia (Strongylophora) sp. and Their Cytotoxicity. Marine Drugs, 15(54), 1-12.
Sayed, E., K. L., Kelly, M., Kara, U. K., Ang, K. H., Katsuyama, I., Dunbar, D.C., Khan, A. A., and Hamann, M.T.,. (2001). New Manzamine Alkaloids with Potent Activity against Infectious Disease. J. Am. Chem. Soc., 123, 1804-1808. Sumaryono, W., Widodo, A.E., dan Chaidir. (2005). Isolasi
dan elusidasi struktur senyawa utama dari sponge Axynissa aplysinoides. Majalah Farmasi, 16(4), 186-191.
Van Soest, R.W. M. (1989). The Indonesian sponge fauna: a status report. Netherlands J Sea Res., 23(2), 223-230.