• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN PADA PT. KOKOH CONTRACTOR INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI SISTEM AKUNTANSI SIKLUS PENGELUARAN PADA PT. KOKOH CONTRACTOR INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI SIKLUS

PENGELUARAN PADA PT. KOKOH

CONTRACTOR INDONESIA

Johan Arif

Jl. K. H Syahdan No7, Jakarta Barat 08176959718

johan_arif1992@yahoo.com

Dosen Pembimbing : Hery Harjono Mulyo, S.kom.,MM.,Si

Abstrak

Tujuan penelitian adalah mengevaluasi, mengidentifikasi kelemahan-kelemahan, dan memberikan saran evaluasi mengenai siklus pengeluaran yang ada di perusahaan dengan teori yang berlaku. Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan observasi untuk mendapatkan data mengenai prosedur pembelian dan pengeluaran kas yang sedang berjalan serta pengendalian internal yang dilakukan perusahaan. Hasil yang dicapai menunjukkan sistem i akuntansi yang dilakukan perusahaan sudah cukup baik namun masih memiliki kelemahan dalam pelaksanaanya yaitu dalam melaksanakan prosedur pembelian perusahaan masih memiliki rangkap fungsi, belum terdapat informasi yang lengkap dalam dokumen yang digunakan perusahaan, adanya keterlambatan pencatatan dan penginputan data transaksi. Simpulan yang didapat dari hasil evaluasi sistem akuntansi siklus pengeluaran adalah perusahaan belum menjalankan sistem informasi akuntansi secara baik sehingga tidak menciptakan pengendalian internal yang efektif dalam perusahaan. Peneliti memberikan beberapa usulan yang mungkin dapat memperbaiki kelemahan perusahaan dalam menjalankan sistem informasi akuntansi seperti perusahaan harus melakukan pemisahan fungsi dalam pembelian dan pengeluaran kas, melakukan otorisasi dalam dokumen yang digunakan, meningkatkan pengendalian internal yang ada dalam perusahaan.

Kata kunci : Evaluasi, Sistem Akuntansi, Siklus Pengeluaran

Abstract

The research objective is to evaluate, identify weaknesses, and provide suggestions regarding the evaluation of the expenditure cycle in the company with the prevailing theory. The research method used is descriptive qualitative and data collection techniques by conducting interviews and observations to obtain data on the purchasing procedure and h expenditures and internal controls of the company. The results achieved demonstrate the accounting information system of the company is pretty good but still has weaknesses in its implementation, namely the purchase of the company carrying out the procedure still has a dual function, yet there is full information in documents used by the company, the delay in recording and inputting transaction data. The conclusions obtained from this evaluation expenditure cycles accounting system are company's accounting information system is not good so it does not create an effective internal control in the company. Researchers gave some suggestions that may be able to rectify the shortcomings in running the company's accounting information systems such as enterprise must perform the separation of the functions in the purchase and cash disbursements, doing authorize document used by company, improve internal control in company.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Seiring tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang, perusahaan harus mampu menetapkan strategi yang tepat dalam menghadapai persaingan bisnis. Perancangan dan penerapan sistem informasi akuntansi dapat berpengaruh terhadap keberhasilan strategi yang dibuat perusahaan dan dapat meningkatkan performa perusahaan. Ketidakcocokan antara strategi dengan sistem informasi akuntansi dapat menurunkan kinerja perusahaan.(David:2004). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi seperti sumber daya yang memadai, kapabilitas pengetahuan tentang sistem, dukungan top manajemen, dan formalisasi pengembangan sistem.(Komara:2005)

Sistem informasi akuntansi merupakan kerangka akuntansi yang praktis karena menyediakan data bagi manajer untuk mengambil keputusan, dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di perusahaan, dan berkontribusi dalam pembuatan laporan keuangan (Zsuzsanna Toth: 2012). Penerapan sistem informasi akuntansi yang efeketif dapat mempengaruhi manajer dalam mengambil keputusan yang tepat bagi perusahaan, peningkatan pengendalian internal, peningkatan kualitas laporan keuangan, dan berpengaruh dalam transaksi keuangan perusahaan (Sajady:2008).

Namun, organisasi sektor publik di Indonesia pada umumnya menghasilkan informasi akuntansi yang tidak sepenuhnya berkualitas, dan seringkali tidak dapat diandalkan. Mengenai kondisi tersebut,tampaknya peningkatan pada kualitas sistem informasi akuntansi diperlukan. Kualitas Sistem Informasi Akuntansi merupakan integrasi dari hardware, software, brainware, jaringan telekomunikasi, dan prosedur basis data (database), yang didasarkan pada input, proses dan output. Hal ini memerlukan komitmen dari manajemen puncak dalam menentukan kualitas data dan implementasi sistem informasi akuntansi (Siti Kurnia:2012).

Salah satu sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan adalah sistem informasi siklus pengeluaran. Sistem informasi siklus pengeluaran merupakan salah satu bagian penting dalam perusahaan, karena sistem informasi siklus pengeluaran terdiri dari sistem pembelian barang atau jasa, sistem pengeluaran kas, dan pembayaran utang. Dengan adanya sistem informasi siklus pengeluaran, dapat dihasilkan informasi mengenai ketersediaan bahan baku atau material sehingga pihak manajemen dapat dengan tepat melakukan pembelian pada waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dengan adanya sistem informasi akuntansi pengeluaran perusahaan dapat memperkuat pengendalian internalnya agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan agar dapat meningkatkan kinerja manajemen perusahaan.

Ruang Lingkup Permasalahan

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penelitian yang dilakukan pada CV. Abadi Jaya Seluler hanya dibatasi pada audit operasional kegiatan penjualan. Biasanya pelaksanaan auditnya diawali dari tahap survei pendahuluan, evaluasi system pengendalian internal, hingga prosedur audit rinci. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Apakah sistem akuntansi siklus pengeluaran yang diterapkan perusahaan telah berjalan dengan baik?

2. Apakah perusahaan telah melakukan pengendalian internal berdasarkan teori sehingga sistem akuntansi siklus pengeluaran berjalan dengan baik?

3. Apakah masih terdapat masalah dalam pelaksanaan sistem akuntansi siklus pengeluaran yang diterapkan perusahaan?

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi sistem akuntansi siklus pengeluaran yang telah berjalan.

2. Mengevaluasi apakah sistem akuntansi atas siklus pengeluaran telah berjalan dengan baik. 3. Mengevaluasi apakah masih terdapat kelemahan dalam sistem akuntansi siklus pengeluaran serta

pengendalian internalnya

4. Memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan jika masih terdapat kelemahan sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan.

5. Memberikan rekomendasi prosedur baru terhadap sistem akuntansi siklus pengeluaran. 6. Membuat rancangan dokumen baru yang terlibat dalam sistem akuntansi siklus pengeluaran.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan. (Sukardi:2009)

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah a. Wawancara

Proses wawancara berlangsung di kantor PT. Kokoh Contractor Indonesia dengan mewawancarai direktur perusahaan dan karyawan yang terlibat langsung dalam siklus pengeluaran perusahaan yaitu bagain pembelian dan bagian pembayaran hutang bahan material. Dengan melakukan wawancara, dapat diketahui sistem infomrasi akuntansi siklus pengeluaran yang sedang berjalan di perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan pengendalian yang dilakukan perusahaan.

b. Observasi

Pengamatan dilakukan di kantor PT. Kokoh Contractor Indonesia yang berada di Jl. Kamboja no 40, Jakarta Barat. Dalam proses ini, dilakukan pengamatan terhadap sistem akuntansi yang sedang berjalan dalam perusahaan, sehingga dapat mengetahui kondisi perusahaan dan dapat memberikan evaluasi serta usulan yang sesuai. Proses observasi dimulai dari bulan Maret-Juni 2013, dan peneliti melakukan observasi terhadap perusahaan melakukan penerimaan barang, proses pemilihan supplier, pembuatan PO, dan pencatatan pembelian serta sampai pengeluaran kas.

.

HASIL DAN BAHASAN

Evaluasi Prosedur Pembelian

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari proses wawancara dan observasi, perusahaan mempunyai prosedur pembelian yang sudah berjalan dengan cukup baik, yaitu:

1. Dokumen yang digunakan dalam prosedur pembelian sudah berurut nomor cetak.

2. Dilakukan konfirmasi terhadap bagian yang melakukan permintaan pembelian sebelum melakukan proses pembelian.

3. Sudah menggunakan beberapa formulir pendukung dalam proses pembelian seperti dokumen order pembelian dan surat jalan.

4. Perusahaan membuat laporan pembelian secara periodic.

5. Setiap dokumen yang berhubungan dengan pembelian sudah diotoriasi oleh bagian yang terlibat. Terdapat beberapa permasalahan yang ada dalam prosedur pembelian perlu diperbaiki yaitu:

1. Perusahaan tidak memiliki flowchart pembelian

Perusahaan tidak memiliki flowchart dari prosedur pembelian. Seharusnya semua prosedur pembelian, digambarkan dalam bentuk flowchart dan diberikan penjelasan secara tertulis dengan tujuan untuk mempermudah bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut dan memperjelas tugas dan fungsi dari setiap bagian yang terlibat dalam prosedur pembelian.

Tidak adanya penggunaan flowchart dalam prosedur pembelian, dikarenakan perusahaan beranggapan belum ada masalah yang terlalu serius. Sampai saat ini, informasi mengenai bagaimana prosedur itu dijalankan disampaikan hanya secara lisan.

2. Penerimaan barang dilakukan oleh pekerja yang berada di lokasi proyek dan tidak dilakukan oleh bagian penerimaan.

Setelah melakukan pemesanan bahan material, maka bahan material itu akan dikirim ke lokasi proyek. Sesampainya di lokasi proyek, bahan material itu dapat diterima oleh bagian pelaksana atau logistik lapangan atau siapa saja yang berada di lokasi proyek tersebut.

Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya kecurangan dalam jumlah bahan material yang dibeli karena tidak adanya bagian yang bertugas dalam melakukan penerimaan bahan material yang telah dibeli perusahaan.

(4)

Perusahaan sebaiknya memperbaiki hal ini dengan menetapkan bagian penerimaan sehingga dapat mengawasi langsung bahan material yang telah dikirimkan ke lokasi proyek sehingga dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang.

3. Perusahaan tidak memiliki pedoman tertulis mengenai prosedur pembelian.

Perusahaan beranggapan komunikasi secara lisan atau melalui pelatihan karyawan sudah cukup, lebih praktis dan mudahh dimengerti sehingga perusahaan merasa tidak perlu membuat pedoman secara tertulis dan hanya menyampaikan secara lisan kepada karyawan karena prosedur yang ada sekarang sudah cukup berjalan dengan baik.

Prosedur pembelian yang dikomunikasikan hanya secara lisan dapat mengakibatkan pengendalian internal menjadi lemah dan kurang efektif. Hal ini juga diungkapkan oleh Isharijadi dan Fefi (2012), yang berpendapat bahwa suatu perusahaan harus mempunyai prosedur bisnis yang jelas sehingga dapat memudahkan perusahaan dalam melakukan pengendalian dan pengecekan kinerja karyawan.

4. Terjadi rangkap fungsi dalam prosedur pembelian.

Dalam melakukan proses pembelian, banyak terjadi perangkapan fungsi yang dilakukan perusahaan. Seperti pada saat melakukan order pembelian, proses ini dilakukan oleh bagian keuangan yang juga bertugas dalam mencatat transaksi pembelian dan melakukan order pembelian serta pemilihan supplier. Kemudian dalam penerimaan barang juga dilakukan oleh bagian logistic lapangan yang bertugas dalam mengatur persediaan bahan material.

Perusahaan beranggapan adanya perangkapan fungsi dalam proses pembelian untuk menghemat tenaga kerja dan lebih efisien dalam melakukan pembelian.Mengacu pada pendapat Isharijadi dan Fefi (2012), Mia Susmiyati(2012), adanya perangkapan fungsi dalam perusahaan dapat mengakibatkan terjadinya tingkat kecurangan dalam proses pembelian bahan baku dan dapat merugikan perusahaan. Perusahaan seharusnya tidak membuat rangkap fungsi dalam proses pembelian sehingga dapat menghindari terjadinya kecurangan.

5. Terjadi keterlambatan penginputan data transaksi pembelian.

Penyebab keterlambatan pencatatan yang terjadi dikarenakan adanya perangkapan fungsi dan semua tugas itu harus diselesaikan tepat waktu. Selain itu, perusahaan masih melakukan proses pencatat secara manual dan terkadang karena kesibukan yang ada bagian keuangan yang merangkap bagian akuntansi lupa untuk memasukkan dan mencatat transaksi pembelian.

Evaluasi Prosedur Pelunasan Hutang dan Pengeluaran Kas

Prosedur pelunanasan hutang dan pengeluaran kas perusahaan telah berjalan dengan cukup baik. Hasil penelitian yang didapat terkait prosedur pelunasan hutang dan pengeluaran kas, yaitu:

1. Perusahaan sudah melakukan pengecekan terhadap semua dokumen yang terkait sebelum melakukan pelunasan hutang.

2. Bagian keuangan membuat laporan mengenai kas setiap bulan.

3. Perusahaan menggunakan kas kecil (petty cash) jika pembelian bahan material secara tunai dan bernilai kecil.

4. Menggunakan dokumen Bukti Pengeluaran Bank jika pelunasan hutang melalui rekening giro dan Bukti Pengeluaran Kas jika secara tunai dan menggunakan kas perusahaan.

Dalam prosedur pelunasan utang usaha dan pengeluaran kas, perusahaan telah memiliki prosedur yang cukup baik dalam pelaksanaanya. Namun, prosedur itu juga memiliki kelemahan, yaitu:

1. Terjadi perangkapan fungsi akuntansi dan keuangan.

Dalam melakukan prosedur pelunasan hutang dan pengeluaran kas, perusahaan memiliki bagian keuangan yang selain bertugas dalam mengatur keuangan juga bertugas dalam mencatat hutang perusahaan. Perusahaan menganggap tugas tersebut cukup dilakukan oleh satu orang dan sampai saat ini belum ada masalah yang terlalu sulit.

Dengan adanya perangkapan fungsi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan. Karyawan dapat melakukan manipulasi jumlah hutang yang dimiliki perusahaan karena bagian yang bertugas dalam mencatat hutang juga bertugas dalam mengurus keuangan dan kas perusahaan.

2. Ada keterlambatan dalam pencatatan hutang dan pelunasan hutang.

Dikarenakan adanya bagian yang merangkap fungsi, pencatatan hutang mengalami keterlambatan. Sehingga terkadang, ada beberapa transaksi yang seharusnya sudah lunas belum dicatat oleh bagian yang bertugas dalam pencatatan.

(5)

Dengan adanya keterlambatan pencatatan, dapat berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Perusahaan dapat mengalami kerugian dikarenakan jumlah kas yang ada di dalam perusahaan tidak cocok dengan laporan kas yang telah dibuat.

3. Dokumen yang digunakan belum diotorisasi oleh bagian yang terkait dalam pengeluaran kas. Perusahaan menggunakan dokumen bukti pengeluaran kas dan bank dalam prosedur pelunasan hutang dan pengeluaran kas. Namun, dokumen yang sudah dibuat tidak diotorisasi oleh bagian terkait dalam pengeluaran kas. Perusahaan menganggap tidak masalah dengan hal ini dikarenakan belum ada masalah mengenai dokumen pengeluaran kas.

Evaluasi Terhadap Dokumen yang Digunakan

Dari hasi evaluasi yang dilakukan, ditemukan hanya ada beberapa jenis dokumen yang digunakan perusahaan dalam prosedur siklus pengeluran, yaitu:

a. Dokumen order pembelian ( PO ) b. Surat jalan

c. Bukti pengeluaran kas dan Bukti pengeluaran bank

Perusahaan juga memiliki kelebihan dari dokumen yang digunakan berdasarkan evaluasi yang dilakukan, yaitu:

1. Perusahaan sudah merancang sendiri dokumen Bukti Pengeluaran Kas danBank

Perusahaan telah mempunyai rancangan dokumen yang bagus dalam dokumen pengeluran kas atau bank. Di dalam dokumen tersebut terdapat informasi yang cukup lengkap seperti nomor dokumen, tanggal pembayarn, nama supplier, nama dan jumlah barang material yang dibayar, total pembayaran.

2. Dokumen Purchase Order (PO) diurutkan berdasarkan nomor

Meskipun perusahaan tidak mempunyai rancangan khusus dalam penggunaan dokumen Purchase Order (PO) dan hanya mengetik sendiri dokumen order pembelian, namun dokumen PO telah diberi nomor urut untuk mempermudah perusahaan dalam transaksi pembelian dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pemesanan.

Masih banyak kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penggunaan dokumen yang digunakan perusahaan yang perlu diperbaiki dan dapat ditingkatkan, yaitu:

1. Dokumen order pembelian (PO) hanya dibuat 1 rangkap

Setelah terjadi kesepakatan harga antara supplier dengan perusahaan, maka perusahaan akan melakukan order pembelian bahan material. Yang melakukan order pembelian adalah direktur atau bagian keuangan (karena perusahaan tidak memilki bagian pembelian) dengan menelpon langsung supplier. Setelah melakukan order, maka bagian keuangan akan membuat dokumen order pembelian hanya 1 rangkap saja, dan lansung diserahkan kepada direktur untuk diarsipkan.

Perusahaan beranggapan cukup untuk membuat 1 rangkap dokumen order pembelian karena sudah menelpon langsung supplier dan tidak perlu membuat banyak dokumen order pembelian.

2. Tidak ada dokumen permintaan pembelian

Permintaan pembelian bahan material dilakukan oleh site manager atau project manager, yang telah melakukan perhitungan dan analisis mengenai proyek yang akan dilakukan dan dapat mengetahui jumlah bahan material yang dibutuhkan, kualitas bahan material yang diinginkan, dan jenis-jenis bahan material yang dibutuhkan dalam pengerjaan suatu proyek.

Karena tidak mempunyai bagian pembelian, site manajer atau project manajer akan mengajukan permintaan pembelian terlebih dahulu ke bagian logistik kantor secara lisan tanpa menggunakan dokumen dan kemudian bagian logistik akan melaporkan permintaan pembelian tersebut ke bagian keuangan atau direktur. Setelah mengetahu permintaan pembelian dari logsitik maka bagian keuangan atau direktur akan melakukan order pembelian kepada supplier melalui telepon dan mulai melakukan proses penawaran harga.

(6)

Penawaran harga bahan material dilakukan perusahaan dengan menelepon satu per satu supplier. Jika harga yang ditawarkan cocok dengan perusahaan, maka akan terjadi kesepakatan pembelian. Perusahaan kemudian langsung melakukan order pembelian di telepon. Perusahaan tidak membuat dokumen penawaran harga karena beranggapan lebih efisien dan lebih cepat jika melalui lisan atau secara menelpon langung supplier.

Penawaran harga dilakukan langsung oleh direktur ataupun oleh bagian keuangan karena perusahaan tidak memiliki bagian pembelian. Dengan tidak adanya dokumen penawaran harga dan dokumen permintaan pembelian , perusahaan akan mengalami kesulitan jika ingin menilai kinerja yang telah dilakukan. Selain itu, dapat terjadi perbedaan dengan supplier mengenai kesepakatan harga jika tidak mempunyai dokumen penawaran harga.

4. Dokumen Bukti Pengeluaran Kas hanya dibuat 1 rangkap.

Setelah mendekati jatuh tempo pembayaran, perusahaan akan mendapat tanda terima dari supplier untuk segera melunasi hutang pembayaran. Bagian keuangan kemudian akan mengecek kembali dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembelian barang dan mencocokkannya dengan tanda terima dari supplier. Kemudian, bagian keuangan akan melaporkannya ke direktur mengenai jatuh tempo pelunasan hutang dan direktur akan membuat cek ataupun transfer melalui giro ke rekening supplier.

Cek yang sudah ditandatangani akan langsung diserahkan ke supplier. Setelah itu, bagian keuangan akan membuat dokumen bukti pengeluaran kas hanya sebanyak 1 rangkap. Dokumen ini hanya sebagai bukti dan diserahkan langsung ke direktur untuk disimpan. Perusahaan beranggapan dokumen bukti pengeluaran kas cukup dibuat 1 rangkap saja karena hanya sebagai bukti untuk pembayaran dan merasa sampai saat ini tidak memiliki masalah yang cukup sulit dalam hal pembayaran.

5. Kurangnya informasi yang terdapat dalam dokumen penerimaan barang.

Dalam dokumen penerimaan barnag yang digunakan perusahaan, ada kelemahan yang ditemukan yaitu kurangnya informasi yang ada seperti perusahaan tidak mencantumkan informasi mengenai jumlah dan nama barang yang diterima, supplier yang mengirimkan barang, nama penerima barang dan tidak ditandatangani oleh penerima barang.

Perusahaan hingga saat ini tidak melengkapi kekurangan informasi dalam dokumen penerimaan barang karena telah menggunakan format dokumen tersebut sejak perusahaan berdiri dan belum sempat memperbaiki karena menganggap telah cukup dengan dokumen yang sudah ada.

Tidak dicantumkannya beberapa informasi penting dalam dokumen penerimaan barang dapat mengakibatkan kesulitan dalam menentukan yang bertanggung jawab dalam penerimaan. Selain itu, perusahaan tidak dapat melakukan pengecekan jumlah dan jenis barang yang diterima telah sesuai dengan yang dibeli dari supplier.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap sistem informasi akuntansi pengeluaran yang dilakukan pada PT. Kokoh Contractor Indonesia, dapat diketahui cara perusahaan menjalankan prosedur bisnis, dimulai dari perusahaan melakukan permintaan pembelian, melakukan order pembelian, pemilihan supplier, melakukan penawaran harga, penerimaan barang, pengeluaran kas, dokumen-dokumen yang digunakan yang berhubungan dengan proses bisnis pembelian dan pengendalian yang dilakukan agar semua prosedur pengeluaran kas dapat berjalan denga baik sesuai dengan tujuan perusahaan. Namun, dari analisis yang dilakukan terhadap perusahaan ditemukan bahwa perusahaan memiliki beberapa kelemahan dalam sistem akuntansi dan pengendalian yang diterapkan perusahaan, yaitu:

1. Perusahaan belum mempunyai standar operasional pembelian dan pengeluaran secara tertulis dan hanya menyampaikan secara lisan.

2. Perusahaan tidak memiliki flowchart siklus pengeluaran sehingga tidak dapat menjelaskan secara rinci prosedur pengeluaran dalam perusahaan.

3. Masih ada kelemahan dalam struktur organisasi perusahaan seperti adanya rangkap fungsi dalam prosedur siklus pengeluaran yaitu pada fungsi penerimaan, fungsi pembelian, fungsi akuntansi, fungsi gudang, dan fungsi keuangan.

(7)

4. Terjadi keterlambatan penginputan data transaksi pembelian dan pelunasan hutang dikarenakan perangkapan fungsi dalam perusahaan.

5. Perusahaan tidak melakukan pengendalian internal yang baik dalam proses otorisasi dokumen. 6. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam siklus pengeluaran hanya dibuat 1 rangkap.

7. Terdapat kelemahan dalam desain dokumen yang digunakan oleh perusahaan seperti kurangnya informasi dalam dokumen PO dan dokumen penerimaan barang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analasis yang didapat, peneliti ingin memberikan saran yang mungkin dapat digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan perbaikan sistem informasi akuntansi siklus pengeluaran dan pengendalian internal, antara lain:

1. Perusahaan sebaiknya membuat standar operasional secara tertulis sehingga dapat menjelaskan prosedur-prosedur yang harus dijalankan dalam melakukan pembelian barang dan pengeluaran kas, serta membuat flowchart siklus pengeluaran.

2. Sebaiknya perusahaan melakukan pemisahan fungsi dalam melakukan prosedur pembelian dan pengeluaran kas agar tidak terjadi perangkapan fungsi.

3. Melakukan pemeriksaan mendadak (surprised audit) terhadap semua penginputan transaksi pembelian dan pengeluaran kas sehingga perusahaan dapat mengetahui bahwa data yang diinput sudah benar dan sudah berjalan sesuai dengan prosedur yang diterapkan.

4. Melakukan pengendalian internal terhadap proses otorisasi dan pencatatan dokumen yang digunakan dalam siklus pengeluaran.

5. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk beralih dari pembuatan dokumen secara manual dan menggunakan komputerisasi dalam dokumen perusahaan.

REFERENSI

Assauri, S. (2008). Manajemen Produksi dan Operasi (edisi revisi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bodnar, G. H dan Hoopwood, William S. (2012). Accounting Information Systems. 9th Edition. New Jersey: Pearson Prentice-Hall.

Boynton, Johnson, dan Kell. (2007). Modern Auditing, Edisi ketujuh. Jakarta : Erlangga.. Gelinas and Dull. (2011) . Accounting Information System (9th edition). Canada: South-Western Cengage

Learning.

Hall, J. A. (2011). Accounting Information System (7th edition). Canada: South-Western Cengage Learning.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Isharijadi., Fefi W.A. (2012). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Bahan Baku secara Tunai

Guna Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Intern pada PT. Dwi Mulyo Lestari Madiun.

Jurnal Akuntansi dan Pendidikan. 1 (1): 77-88.

Jones, L.F. dan Rama, D.V. (2009). Sistem Informasi Akuntansi,. Salemba Empat, Jakarta.

Kieso, D. , Weygandt, J. & Kimmel, P. (2007). Pengantar Akuntansi, Edisi 7. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

Komala, A.R. (2012). The Influence of The Accounting Managers’ Knowledge and The Top Managements’ Support on The Accouting Information System and Its Impact on The Quality of

(8)

Accounting Information: A Case of Zakat Instituitions in Bandung. Journal of Global Management, Volume 4, Number 1, diakses 16 April 2013 dari http://www.globalresearch.com.my.

McLeod, R., Schell, George P. (2008). Sistem Informasi Manajemen, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat,

Mulyadi (2001). Sistem Akuntansi (edisi ketiga). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

O’Brien, James A., Marakas, George M. (2010). Management Information Systems (10thedition). Mcgraw-Hill/Irwin

Rahayu, S.K. (2012). The Factors That Support The Implementation of Accounting Information System: A Survey in Bandung and Jakarta’s Taxpayer Offices. Journal of Global Management, Volume 4, Number 1, diakses 16 April 2013 dari http://www.globalresearch.com.my.

Rainer and Cegielski. (2010). Introduction to Information Systems: Enabling and Transforming Business, 3rd Edition. John Wiley & Sons.

Romney, M.P, Paul J.S. (2011). Accounting Information Systems(12th edition). Prentice Hall, USA. Sajady, H., Dastgir, M., Nejad H. (2008). Evaluation of The Effectiveness of Accounting Information

System. International Journal of Information Science and Technology. 6(2) : 49-59. Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarosa, S.(2009). Sistem informasi Akuntansi. Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia.

Susmiyati, M. (2012). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Bahan Baku Secara Tunai Kaitannya dengan Pengamblian Keputusan Manajemen Pembelian pada PT. Vigano Ciptaperdana.

E-journal Ekonomi, diakses 20 April 2013 dari http://repository.gunadarma.ac.id.

Toth, Z. (2012). The Curent Role of Accounting Information System. 'Club of Economics in Miskolc'

TMP. 8 (1): 91-95.

Warren, C., Reeve, J. & Duchac, J. (2008). Pengantar Akuntansi, Edisi 21. Jakarta: Salemba Empat. Wilkinson, J.W., Cerullo, M.J., Raval, V & Wong-On-Wing, B. (2000). Accounting Information Systems:

Referensi

Dokumen terkait

Sistem akuntansi pembelian dan pengeluaran kas yang efektif hams menunjukkan fungsi dengan jelas, adanya prosedur pencatatan yang baik, dokumen yang memadai dengan otorisasi

sistem atau prosedur pengelolaan aktiva tetap yang diterapkan dalam perusahaan. dapat dikatakan baik atau efektif apabila telah sesuai dengan

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa sistem akuntansi pengupahan di PT PANPLY sudah baik dan sesuai dengan teori, namun terdapat beberapa kelemahan, diantaranya: (1)

Oleh karena itu, hal ini menjadi masalah yang utama yaitu bagaimana sistem informasi akuntansi manual perusahaan dan bagaimana merancang sistem informasi akuntansi

Unilab Perdana antara lain: bagi perusahaan, yaitu membantu perusahaan untuk mengetahui apakah pengendalian internal pada sistem akuntansi siklus pendapatan yang berlangsung

Unilab Perdana antara lain: bagi perusahaan, yaitu membantu perusahaan untuk mengetahui apakah pengendalian internal pada sistem akuntansi siklus pendapatan yang berlangsung

Unilab Perdana antara lain: bagi perusahaan, yaitu membantu perusahaan untuk mengetahui apakah pengendalian internal pada sistem akuntansi siklus pendapatan yang berlangsung

Sistem informasi yang relevan mencakup sistem akuntansi dan dari prosedur (baik otomatis dan manual) dan catatan yang dibentuk untuk memiliki, mengotorisasi,