• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI DAN DESKRIPSI UBI KAYU (Manihot utilissima Crantz.) LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON DAN KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI DAN DESKRIPSI UBI KAYU (Manihot utilissima Crantz.) LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON DAN KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI DAN DESKRIPSI UBI KAYU (Manihot utilissima Crantz.) LOKAL ASAL KABUPATEN BUTON DAN KABUPATEN MUNA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Oleh: Hamirul Hadini1) ABSTRACT

Cassava, Manihot esculenta Crantz, is a perrenial woody shrub with an edible root. Cassava has the ability to grown on marginal lands where cereals and other crops do not grow well; it can tolerate drought and can grown in low-nutrient soils; gives the highest yield of food energy per cultivated area per day among crop plants; so that become the third staple food in Indonesia and become the first or second staple food in Buton and Muna Regency, South-East Sulawesi. Cassava germplasm in a form of living collection should be conserved continuously in order to maintain the genetic diversity of each entry. Therefore, the aims of the research are collecting and description of cassava genetic resources from Buton and Muna Regency. We have succeded found 18 local type of cassava. Various varieties are differentiated from one another by their morfologycal characteristics such as size and colour of stem, petioles, leaves and tubers. Keywords: Cassava, exploration, description

PENDAHULUAN

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) sebagai komoditi sumber karbohidrat urutan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung menawarkan peluang besar untuk mendukung program diversifikasi pangan dan diversifikasi energi. Penanganan diversifikasi pangan dan energi secara serius akan menumbuhkan agroindustri, sehingga ubikayu yang dihasilkan oleh petani tidak saja dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi juga tersaji dalam bentuk siap santap maupun produk antara yang dikemas rapi. Pengolahan ubikayu menjadi aneka produk akan sangat membantu petani karena harga ubikayu akan menjadi lebih baik, dan disisi lain untuk kelangsungan agroindustri diperlukan pasokan bahan baku yang terus menerus.

CIAT (1983) melaporkan bahwa karakteristik botani ubikayu sangat beragam yang menunjukkan tingginya derajad persilangan antar spesies. Macam varietasnya ditentukan oleh sifat morfologi seperti tinggi, warna daun, ukuran umbi, dan bentuk umbi.

Variabilitas genetik yang dihasilkan memberikan kenampakan morfologi yang sangat beragam, sehingga banyak kultivar yang satu sama lain mirip tetapi apabila

diamati secara teliti ternyata ditemukan beberapa sifat yang berbeda. Keragaman tersebut semakin diperbanyak oleh sifat adaptasi ubikayu yang sangat baik dan luas terhadap lingkungan tumbuh, baik iklim, tanah, maupun ketinggian tempat.

Masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya kebanyakan petani di Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna menjadikan ubikayu sebagai bahan makanan pokok sehingga penanamannya dilakukan sepanjang tahun dan sudah berlangsung turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu. Oleh karena itu ditemukan banyak jenis ubikayu lokal yang sudah adaptif dengan kondisi tanah dan agroklimatologi daerah Sulawesi Tenggara.

Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan, membuat Kebun Koleksi, dan membuat deskripsi sifat-sifat morfologi ubikayu lokal asal Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

Manfaat penelitian ini adalah mengamankan plasma nutfah ubikayu dan ubijalar lokal asal Sulawesi Tenggara dari erosi genetik, umber bibit untuk penanaman lebih lanjut dan sebagai materi pemuliaan dan pertukaran bibit dengan institusi lain.

(2)

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tahun 2011. Koleksi plasma nutfah ubikayu lokal dilakukan pada dua Kabupaten di Sulawesi Tenggara, yaitu Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna. Penanaman untuk mendeskripsi sifat-sifat morfologinya dan sifat-sifat lainnya dilakukan di Kebun Koleksi Petani Kelurahan Mokoau Kendari. Bibit berupa batang ubikayu dan umbi ubijalar hasil koleksi. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP-36, dan KCl, sedangkan jenis pestisida yang digunakan disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Alat-alat yang digunakan antara lain: hand sprayer, timbangan, pH meter, palu, dan parang.

Berdasarkan peta, data sektoral, dan informasi yang diperoleh dari instansi terkait dan petani, ditentukan plot-plot pengamatan dengan tingkat keragaman genetik ubikayu yang besar. Pada plot-plot tersebut dikumpulkan semua jenis ubikayu dan ubijalar yang ditanam oleh petani.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan genotip ubikayu lokal sebagai perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali.

Lahan dibersihkan dari pohon dan gulma, diolah dengan cangkul hingga

gembur, biarkan selama 1 minggu, kemudian dibuat bedeng. Penanaman ubikayu dilakukan dengan menggunakan stek (panjang = 25 cm, setelah dibuang 20 cm pangkal dan pucuknya) dengan jarak tanam 100 x 50 cm, posisi tegak pada bedengan yang berukuran 2 m x 4 m untuk setiap genotip ubikayu. Tindakan pemeliharaan meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemupukan (200 kg urea/ha, 100 kg SP36/ha, dan 150 kg KCl/ha), pembuangan tunas (bila tunas >1), dan penyiraman. Pengamatan penampilan sifat morfologi koleksi plasma nutfah ubikayu dilakukan setelah tanaman berumur enam bulan, berupa panjang daun, lebar lobus tengah daun (daun ke enam dari atas), panjang tangkai daun, warna tangkai daun, jumlah umbi, berat umbi, dan indeks panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi

Eksplorasi telah dilakukan dan berhasil mengoleksi 18 varietas ubikayu lokal asal Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Nama, asal daerah, dan nama lokal ubikayu hasil koleksi tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Ubikayu Lokal Hasil Koleksi di Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna

No. Nama/Kode Daerah Asal Nama Lokal

1. UK KB 01 Kec. Lasalimu, Kec. Lasalimu Selatan, Kec. Pasarwajo, Kec. Wabula Kabupaten Buton

Kalambe 2. UK KB 02 Kec. Pasarwajo, Kec. Lasalimu, Kec. Lasalimu

Selatan, Kec. Sampolawa, Kec. Wabula Kabupaten Buton

Mbogo

3. UK KB 03 Kec. Lasalimu, Kec. Lasalimu Selatan

Kabupaten Buton Mbogo Kantolowula

4. UK KB 04 Kec. Lasalimu, Kabupaten Buton Karao 5. UK KB 05 Kec. Pasarwajo, Kec. Wabula, Kec. Waole

Kabupaten Buton

Bisteli 6. UK KB 06 Kec. Pasarwajo, Kec. Wabula, Kec. Waole

Kabupaten Buton

Gandaria/Kasbi Nasi/Kapa 7. UK KB 07 Kec. Lasalimu Selatan, Kec. Sampolawa, Kec. Ngkariri

(3)

Waole Kabupaten Buton

8. UK KB 08 Kec. Pasarwajo, Kec. Wabula, Kec. Waole Kabupaten Buton

Botolo 9. UK KB 09 Kec. Wabula, Kec. Waole Kabupaten Buton Sentri

10. UK KB 10 Kec. Pasarwajo, Kec. Waole Kabupaten Buton Karao Kantolowula 11. UK KB 11 Kec. Pasarwajo, Kec. Lasalimu Selatan

Kabupaten Buton

Aneka

12. UK KB 12 Kec. Pasarwajo Kabupaten Buton Kantasau Saragi 13. UK KM 01 Kec. Lawa, Kec. Napabalano Kabupaten Muna Masau Landibou 14. UK KM 02 Kec. Lawa, Kec. Kusambi Kabupaten Muna Masau Ngkakuni 15. UK KM 03 Kec. Kusambi Kabupaten Muna Masau Toraja 16. UK KM 04 Kec. Napabalano, Kec. Tongkuno Kabupaten

Muna

Masau Kaledupa 17. UK KM 05 Kec. Lawa, Kec. Parigi Kabupaten Muna Masau Mpuu 18. UK KM 06 Kec. Lawa, Kec. Tongkuno Kabupaten Muna Masau Latawe

Eksplorasi telah berhasil mengoleksi 18 varietas ubikayu lokal asal Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa ubikayu sudah mulai mengalami erosi genetik karena hanya dikoleksi atau dipertahankan secara turun temurun oleh petani asal Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

Beberapa alasan petani menanam ubikayu secara rutin adalah dijadikan sebagai makanan pokok, cocok dengan lahan mereka, gampang pemeliharaannya, murah biaya budidayanya, dapat disimpan lama (gaplek), dan laku di pasar. Hal ini merupakan peran langsung petani dalam koleksi plasma nutfah dan mempertahankan kelangsungan genetik tanaman-tanaman lokal yang dapat dimanfaatkan oleh para pemulia tanaman untuk memperbaiki genetik klon-klon agar mempunyai sifat-sifat baik dan lebih lebih diminati oleh masyarakat.

Deskripsi

Delapan belas jenis ubikayu hasil koreksi di Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna dapat dideskripsi sebagai berikut: 1. UK KB 01/Kalambe: Rata-rata

pengukuran setiap variabel adalah

sebagai berikut: tinggi batang: 3,5 m; berat bagian atas: 3,3 kg; panjang daun: 21,3 cm; lebar daun 5,4 cm; panjang tangkai daun: 31,5 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: kuning; jumlah umbi: 14,7; berat umbi 4,8 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: putih.

2. UK KB 02/Mbogo: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,9 m; berat bagian atas: 5,2 kg; panjang daun: 19,6 cm; lebar daun 5,8 cm; panjang tangkai daun: 26,5 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: hijau dan kemerahan bagian atas; jumlah umbi: 10,2; berat umbi 7,7 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: putih.

3. UK KB 03/Mbogo Kantolowula: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,5 m; berat bagian atas: 3,9 kg; panjang daun: 14,7 cm; lebar daun 4,6 cm; panjang tangkai daun: 19,1 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: hijau dan merah bagian pangkal; jumlah umbi: 13,3; berat umbi 9,6 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih.

(4)

4. UK KB 04/Karao: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,9 m; berat bagian atas: 2,8 kg; panjang daun: 15,5 cm; lebar daun 5,3 cm; panjang tangkai daun: 23,3 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: kuning kemerahan; jumlah umbi: 9,5; berat umbi 3,9 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih.

5. UK KB 05/Bisteli: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,7 m; berat bagian atas: 5,8 kg; panjang daun: 19,8 cm; lebar daun 5,6 cm; panjang tangkai daun: 36,3 cm; jumlah lobus daun: 9; warna tangkai daun: merah; jumlah umbi: 10,7; berat umbi 2,9 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: putih.

6. UK KB 06/Gandaria/Kasbi Nasi/Kapa: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 2,3 m; berat bagian atas: 2,3 kg; panjang daun: 21,7 cm; lebar daun 6,8 cm; panjang tangkai daun: 30,1 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: merah; jumlah umbi: 11,0; berat umbi 2,5 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: putih.

7. UK KB 07/Ngkariri: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,2 m; berat bagian atas: 5,2 kg; panjang daun: 20,9 cm; lebar daun 5,7 cm; panjang tangkai daun: 27,8 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: Merah kehijauan; jumlah umbi: 13,2; berat umbi 7,1 kg; warna kulit dalam umbi: kuning; dan warna daging umbi: kuning. 8. UK KB 08/Botolo: Rata-rata

pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,3 m; berat bagian atas: 1,2 kg; panjang daun: 18,4 cm; lebar daun 5,2 cm; panjang tangkai daun: 23,6 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: kuning kehijauan; jumlah umbi: 6,7; berat umbi 1,6 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih.

9. UK KB 09/Sentri: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,6 m; berat bagian atas: 3,2 kg; panjang daun: 23,5 cm; lebar daun 7,1 cm; panjang tangkai daun: 33,5 cm; jumlah lobus daun: 8; warna tangkai daun: merah; jumlah umbi: 5,6; berat umbi 1,8 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: putih.

10. UK KB 10/Karao Kantolowula: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,3 m; berat bagian atas: 1,7 kg; panjang daun: 17,7 cm; lebar daun 5,9 cm; panjang tangkai daun: 22,8 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: kuning kehijauan dan pangkal merah; jumlah umbi: 4,7; berat umbi 0,8 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih.

11. UK KB 11/Aneka: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,2 m; berat bagian atas: 5,1 kg; panjang daun: 20,6 cm; lebar daun 6,7 cm; panjang tangkai daun: 30,6 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: kuning kehijauan; jumlah umbi: 16,5; berat umbi 6,2 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih.

12. UK KB 12/Kantasau Saragi: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 2,7 m; berat bagian atas: 1,2 kg; panjang daun: 15,4 cm; lebar daun 4,7 cm; panjang tangkai daun: 19,8 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: merah kehijaun; jumlah umbi: 7,7; berat umbi 2,4 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih kekuningan.

13. UK KB 13/Masau Landibow: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,8 m; berat bagian atas: 3,1 kg; panjang daun: 19,5 cm; lebar daun 5,9 cm; panjang tangkai daun: 33,4 cm; jumlah lobus daun: 8; warna tangkai daun: merah; jumlah umbi: 8,3; berat umbi 3,2 kg; warna kulit dalam umbi: merah muda; dan warna daging umbi: putih.

(5)

14. UK KB 14/Masau Ngkakuni: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 4,3 m; berat bagian atas: 3,4 kg; panjang daun: 20,1 cm; lebar daun 6,2 cm; panjang tangkai daun: 26,5 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: merah kehijauan; jumlah umbi: 11,3; berat umbi 3,2 kg; warna kulit dalam umbi: kuning pucat; dan warna daging umbi: kuning pucat.

15. UK KB 15/Masau Toraja: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,6 m; berat bagian atas: 2,1 kg; panjang daun: 15,5 cm; lebar daun 5,2 cm; panjang tangkai daun: 23,8 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: merah; jumlah umbi: 14,2; berat umbi 4,2 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: kuning pucat. 16. UK KB 16/Masau Kaledupa:

Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,9 m; berat bagian atas: 3,8 kg; panjang daun: 25,5 cm; lebar daun 5,3 cm; panjang tangkai daun: 29,5 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: kuning pucat; jumlah umbi: 8,0; berat umbi 3,2 kg; warna kulit dalam umbi: merah; dan warna daging umbi: putih.

17. UK KB 17/Masau Mpuu: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 3,4 m; berat bagian atas: 1,9 kg; panjang daun: 20,3 cm; lebar daun 5,1 cm; panjang tangkai daun: 32,3 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: hijau pucat; jumlah umbi: 8; berat umbi 4,2 kg; warna kulit dalam umbi: putih; dan warna daging umbi: putih.

18. UK KB 18/Masau Latawe: Rata-rata pengukuran setiap variabel adalah sebagai berikut: tinggi batang: 2,8 m; berat bagian atas: 1,2 kg; panjang daun: 17,6 cm; lebar daun 4,9 cm; panjang tangkai daun: 28,7 cm; jumlah lobus daun: 7; warna tangkai daun: hijau; jumlah umbi: 9,3; berat umbi 1,8 kg; warna kulit dalam umbi: kuning pucat; dan warna daging umbi: putih.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keragaman genetik ubikayu di Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara sudah mulai menurun, yaitu hanya ditemukan 18 jenis ubikayu lokal, dan setiap jenis ubikayu lokal menunjukkan perbedaan dalam hal morfologi batang, daun, dan umbinya.

Plasma nutfah ubikayu lokal asal Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara dapat memiliki sifat-sifat penting tertentu sehingga perlu dilestarikan. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk tidak hanya dalam memperoleh varietas/klon yang berdaya hasil tinggi, tetapi juga peningkatan resistensi terhadap penyakit, hama dan kekeringan, kandungan pati dan gizi, serta sifat-sifat lain yang dapat berpengaruh terhadap kestabilan jenis dan produksi tanaman ubikayu. Disamping itu perbaikan hasil sesuai dengan permintaan pabrik dan konsumen juga merupakan tantangan bagi para pemulia tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

CIAT, 1983. Morfologiy of the Cassava Plant. Study Guide, Cali Colombia.

Ginting, E., 2008. Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Ubikayu untuk Mendukung Diversifikasi Pangan dan Agroindustri. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000. Pedoman pengelolaan plasma nutfah. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. O’hair, S.K., 1995. Cassava. Tropical

Research and Education Center, University of Florida.

Purseglove, J.W., 1972. Tropical Crops Dicotyledoneae. Longmen Group Burt Mill Harlow, United State of America.

(6)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008. Empat Varietas ubikayu untuk Mendukung Bahan

Baku Industri Bioethanol. Puslitbang Pertanian, Jakarta.

Prihandana, R., K. Noerwijan, P.G. Adinurani, D. Setyaningsih, S.Setiadi, dan R. Hendroko, 2007. Bioetanol Ubi Kayu, Bahan Bakar masa Depan. AgroMedia, Jakarta Selatan.

Supriyanto, 2006. Prospek Pengembangan Industri Bioetanol dari Ubikayu. Dalam D. Harnowo, Subandi, dan N, Saleh (Ed). Prospek, Strategi, dan Teknologi Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan

Ketahanan Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

University of Georgia Team, 1992. A Literature Review and Research Recommendation of Cassava. University of Georgia, USA.

Zuraida, N., Minantyorini, dan A. Dimyati, 1994. Rejuvenasi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Ubi Kayu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Deptan, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Ubikayu Lokal Hasil Koleksi di Kabupaten Buton dan Kabupaten Muna

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi besarnya nilai prediksi erosi yang terjadi pada lahan kering di Desa Purwodadi, sehingga dapat menjadi

Pihak pengurusan TASKA IDAMAN BAIDURI akan mengambil tindakan undang- undang kepada ibu bapa / penjaga yang gagal menjelaskan segala jenis yuran yang tertunggak. Yuran

Dengan melihat keadaan dan kondisi masyarakat setempat yang didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Tematik Posdaya Angkatan ke-1 Universitas

Fokus kami adalah membantu perusahaan tentang rencana penyusunan dan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja (MCU) serta Pemeriksaan dan Pengujian

Pada penelitian ini, penulis akan membandingkan kinerja kedua metode klasifikasi dalam data mining yaitu algoritma C4.5 dan Naive Bayes untuk mendapatkan hasil

Hal ini berkaitan dengan hak menentukan diri sendiri (the right to self determination) sebagai dasar hak asasi manusia dan hak pasien untuk mendapatkan informasi yang

Berdasarkan pemikiran di atas dan rekomendasi teori dari penelitian terdahulu, yaitu Wijayaningtyas 15 , maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang